Anda di halaman 1dari 8

LITERATURE REVIEW: GAMBARAN TINGKAT

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HERPES SIMPLEX


KERATITIS

Oleh

Yuni Puji Lestari

NIM 172310101036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Keperawatan (S1) dan
mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

Yuni Puji Lestari

NIM 172310101036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PROPOSAL SKRIPSI

LITERATURE REVIEW: GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN PETANI TENTANG HERPES SIMPLEX
KERATITIS

Oleh :

Yuni Puji Lestari

NIM 172310101036

Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama: Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep.
Dosen Pembimbing Anggota: Murtaqib, S.Kep., M.Kep.
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes Simplex Keratitis (HSK) adalah salah satu penyebab kebutaan kornea
yang paling umum di dunia. Herpes Simplex Keratitis merupakan suatu kondisi
medis akibat infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). Infeksi oleh HSV tipe
1 dapat terjadi melalui kontak intim dengan orang yang mengalami infeksi aktif
atau dengan orang yang menularkan virus selama reaktivasi virus secara spontan.
Infeksi virus herpes simpleks tipe 1 tersebar di mana-mana, dan prevalensi infeksi
meningkat seiring bertambahnya usia (Chodosh dan Massachusetts, 2020). Pada
kelompok petani, sangat rentan untuk terinfeksi virus tersebut dikarenakan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang bagaimana proses penularan
suatu penyakit dan tanda gejala yang dirasakan. Dengan pendekatan insidensi
bahwa petani sangat rentan mengalami transmisi virus terutama herpes keratitis.
Adanya ketidaktahuan petani terkait Herpes Simplex Keratitis sangat
berdampak pada aktivitas sehari-hari. Dengan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan petani untuk beraktivitas diluar rumah serta penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) seadanya, tentu memiliki risiko besar tertularnya virus
herpes. Dari ketidaktahuan seorang petani ketika mengalami gejala pada dirinya,
tentunya akan beranggapan bahwa gejala tersebut adalah gejala biasa tanpa harus
menindaklanjuti dengan tindakan yang baik dan benar. Padahal, jika gejala
tersebut dapat dipahami oleh petani, tentu tidak akan menimbulkan gejala yang
lebih serius dikarenakan bisa segera dilakukan tindakan. Virus herpes sangat
berbahaya bagi kornea, kornea yang terinfeksi oleh virus ini dapat menyebabkan
keratitis, sedangkan keratitis yang tidak tertangani dapat menyebabkan ulkus atau
abrasi kornea sehingga masalah yang muncul adalah kebutaan permanen. Setelah
masalah tersebut muncul, tentu akan menghambat mata pencaharian seorang
petani.
Di Indonesia, mayoritas penduduk berada di sektor pertanian. Jika dilihat dari
data statistik ketenagakerjaan sektor pertanian tahun 2017-2018, tenaga kerja
pertanian merupakan tenaga kerja terbesar dengan jumlahnya mencapai 36,91 juta
orang pada bulan Februari tahun 2018. Jumlah ini merupakan 28,23% dari jumlah
tenaga kerja Indonesia seluruhnya. Permasalahan yang masih menyelimuti negara
Indonesia apabila dikaitkan dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan adalah
sangat minim. Menurut Winarno Tohir selaku ketua umum Kelompok Tani
Nelayan Andalan Nasional (KTNA Nasional), sebagian besar petani masih dalam
tingkat pendidikan yang rendah (Nurmansyah, 2018).
Dari data World Health Organization (WHO) menghasilkan perkiraan global
dan regional untuk prevalensi dan insiden infeksi HSV tipe 1 dan 2. Pada tahun
2005 dan 2012, perkiraan pertama pada infeksi HSV tipe 1 terjadi pada rentan
usia 0-49 tahun. Sedangkan infeksi HSV tipe 2 terjadi pada rentan usia 15-49
tahun (James dkk., 2020). Prevalensi Virus Herpes Simpleks (HSV) di seluruh
dunia adalah sekitar 90% (Putri, 2020). Sekitar 10 juta orang di seluruh dunia
menderita penyakit herpes mata. Insiden global herpes keratitis adalah sekitar 1,5
juta, termasuk 40.000 kasus baru gangguan penglihatan monokuler berat atau
kebutaan setiap tahun (Ahmad dan Patel, 2020).
Herpes Simplex Keratitis menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi
oleh spesialis mata karena variasi manifestasi klinisnya tidak hanya keratitis
infeksi, akan tetapi muncul reaksi immunologis yang dapat menimbulkan efek
pada setiap lapisan kornea (Rustam dkk., 2018). Keganasan dari infeksi HSV-1
adalah bahwa setelah infeksi primer, virus tetap laten seumur hidup. Ratusan
reaktivasi dapat terjadi selama hidup. Gangguan penglihatan pada kornea akibat
Virus Herpes Simpleks yang merupakan penyakit infeksi terbanyak dan
menyebabkan penurunan penglihatan di negara berkembang. Kejadian keratitis
sangat bervariasi sesuai dengan lokasi geografis yang dipengaruhi oleh iklim dan
faktor risiko pekerjaan, penelitian di Cina menyimpulkan bahwa perlu
dilakukannya penelitian terkait kejadian keratitis di seluruh dunia. Akan tetapi,
dari data yang dikumpulkan menyatakan bahwa epidemiologi keratitis banyak
terjadi di negara berkembang dengan mayoritas penduduk adalah petani atau yang
berasal dari pedesaan terutama trauma akibat risiko pekerjaan (Zhang dkk., 2019).
Sehingga sangat penting untuk dilakukan penelitian yang berfokus pada kelompok
petani.
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan petani tentang
Herpes Simplex Keratitis, perlu dilakukan literature review. Penelitian yang
dilakukan di Nepal tahun 2020, menyatakan bahwa pada kelompok petani terjadi
kurangnya kesadaran dan program pencegahan serta keterlambatan untuk
melakukan perawatan tersier terhadap kejadian keratitis mikroba yang disertai
dengan herpes keratitis sehingga mengakibatkan masalah yang lebih serius.
Keratitis yang merupakan penyebab penting dari gangguan penglihatan dan
kebutaan di seluruh dunia terutama di negara berkembang, tentu akan
membutuhkan program pendidikan yang lebih mendalam untuk ditujukan kepada
petani. Tanpa pengobatan yang tepat dan tepat, infeksi yang parah dapat
mengakibatkan infiltrasi kornea yang lebih luas. Pentingnya dilakukan literature
review pada penelitian ini selain untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani
juga menyadarkan kepada petani bahwa pentingnya mencegah dan mengatasi
ketika mengalami tanda dan gejala yang sesuai. Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti ingin melakukan penelitian dengan metode literature review mengenai
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Petani Tentang Herpes Simplex Keratitis”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat
pengetahuan petani tentang Herpes Simplex Keratitis berdasarkan literature
review ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat
pengetahuan petani tentang Herpes Simplex Keratitis berdasarkan
literature review.

1.3.2 Tujuan Khusus


Literature review ini memiliki tujuan khusus, yaitu :
a. Mengidentifikasi karakteristik petani berdasarkan literature review
b. Mengetahui tingkat pengetahuan petani tentang Herpes Simplex
Keratitis berdasarkan literature review.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan informasi baru mengenai Herpes Simplex
Keratitis.

1.4.2 Bagi Perawat


Penelitian dengan metode literature review ini diharapkan bisa
dijadikan sebagai referensi guna meningkatkan upaya promosi
pencegahan penularan Herpes Simplex Keratitis sebagai upaya dalam
peningkatan pengetahuan petani.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian dengan metode literature review ini diharapkan bisa
dijadikan sebagai referensi bagi institusi pendidikan keperawatan dan
meningkatkan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, serta dapat
menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Penelitian dengan metode literature review ini diharapkan dapat
menambah wawasan baru bagi petani dalam mencegah terjadinya
penularan Herpes Simplex Keratitis sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan mata.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, B. dan B. C. Patel. 2020. Herpes Simplex Keratitis. Treasure Island:


StatPearls Publishing

Chodosh, J. dan B. Massachusetts. 2020. The Herpetic Eye Disease Study:


Topical Corticosteroid Trial for Herpes Simplex Stromal Keratitis: A
Paradigm Shifting Clinical Trial. American Academy of Ophthalmology.
127(4): 1-2

James, C., M. Harfouche, N. J. Welton, K. ME. Turner, L. J. Abu-Raddad, S. L.


Gottlieb, dan K. J. Looker. 2020. Herpes Simplex Virus: Global Infection
Prevalence and Incidence Estimates. 2016. Bulletin of the World Health
Organization . 98 (5): 315–329

Nurmansyah, A. 2018. Tingkat Pendidikan Petani Indonesia Masih Minim.


https://akurat.co/ekonomi/id-234014-read--tingkat-pendidikan-petani-
indonesia-masih-
minim#:~:text=Tingkat%20pendidikan%20petani%20yakni%20belum,ora
ng%20setara%2016%2C22%25. [Diakses pada 19 November 2020].

Putri, E. F. P. 2020. Penatalaksanaan Keratitis Disciformis yang disebabkan oleh


Virus Herpes Simpleks. Laporan Kasus. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran

Rustam, R., G. Sukmawaty, dan H. Vitresia. 2018. Manifestasi Klinis dan


Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS. Dr. M. Djamil pada Januari
2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(3): 37-39

Zhang, Q., M. Zhao, M. Xu, F. Gu, Q. Liu, Y. Chen, H. Zhang, A. Kijlstra. 2019.
Outcomes of Therapeutic Keratoplasty For Severe Infectious Keratitis In
Chongqing, A 16-Year Experience. Infection and Drug Resistance. 12:
2487-2493

Anda mungkin juga menyukai