PENDAHULUAN
Modul ini merupakan kelanjutan dari modul lima. Tentu Anda masih ingat, dari
modul lima Anda telah memperoleh pengertian hipotesis penelitian, mengapa dan untuk
apa hipotesis penelitian, dan apa yang menjadi prinsip hipotesis penelitian.
sebagai berikut.
1. Dapat menjelaskan pengertian pengambilan sampel.
2. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel acak.
3. Dapat menyebutkan tujuan digunakan teknik acak.
4. Dapat menggunakan tabel bilangan acak.
5. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel sistematik.
6. Dapat menjelaskan cara pengambilan sampel strata.
7. Dapat menyebutkan syarat pengambilan sampel strata.
8. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus sederhana.
9. Dapat menjelaskan pengambilan sampel random gugus bertahap.
10. Dapat mengambil sampel secara purposive.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa calon guru, guru dan calon
peneliti. Khususnya bagi guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran yang selalu
berhadapan peserta didik dengan jenjang pendidikan yang berbeda. Anda akan tampil
lebih percaya diri dan mantap, peserta didik Anda pun akan merasa lebih puas dapat
belajar dari Anda. Lebih dari itu suasana kelas Anda akan lebih menarik, menantang, dan
menyenangkan.
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGERTIAN PENGAMBILAN SAMPEL DAN
PENGAMBILAN SAMPEL ACAK
A. URAIAN:
1. Pengertian pengambilan sampel
Oleh karena penelitian eksperimen menggunakan sampel yang relatif kecil, maka
teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik dalam arti tepat dan benar. Hal
ini dimaksudkan untuk menjamin ketepatan generalisasi hasil eksperimen.
Pada pokoknya teknik pengambilan sampel dibedakan menjadi dua macam, yaitu
teknik acak dan teknik non acak. Teknik acak dan non acak akan dikemukakan pada
kegiatan belajar selanjutnya.
Pengambilan sampel secara acak atau random sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih menjadi
anggota sampel. Misalnya jika banyaknya unit dalam populasi adalah N dan ukuran
sampel adalah n, maka besarnya probabilitas setiap unit elementer untuk terpilih sebagai
sampel adalahNn .
Ini berarti bahwa setiap (semua) unit elementer dalam populasi harus dapat diidentifikasi
dan termuat dalam kerangka sampling. Karena itu teknik ini dikatakan teknik sampling
probabilitas.
c. Dengan sampel acak dapat diperoleh kelompok-kelompok sampel yang homogen satu
sama lain, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian homogenitas antar kelompok sampel.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENGAMBILAN SAMPEL SISTEMATIK DAN
PENGAMBILAN SAMPEL STRATA.
A. URAIAN:
Apabila bayaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan telah
tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun menurut pola atau aturan
tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan random sederhana kurang tepat
digunakan, yang sesuai adalah sistematik random sampling.
Unsur pertama dalam sampel dipilih secara random dari satuan elementer
bernomor urut 1 sampai dengan k dari populasi. Jika yang terpilih adalah satuan
elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel ditentukan
sebagai berikut.
Unsur pertama = s
Unsur kedua = s + k
Unsur ketiga = s + 2k
Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya.
a. Ada kriteria yang jelas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi, misalnya gaya
penuturan berbeda karena berbeda bahasa (dalam contoh di berikut).
Keunggulan metode pengambilan sampel ini adalah sangat mungkin semua ciri
dalam populasi yang heterogen dapat terwakili, dan dimungkinkan bagi peneliti untuk
menyelidiki perbedaan antara sub-sub populasi atau memasukkan sub-sub populasi
sebagai variabel moderator dari penelitian.
B. CONTOH:
Contoh 1: Pengambilan sampel sistematik
Jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5. Unsur pertama dapat dipilih secara random dari
nomor urut 1 - 5. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 3, unit-unit sampel
berikutnya adalah (3 + 5) = 8, (3 + 10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan seterusnya,
sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.
Misalnya, kita ingin meneliti gaya penutur bahasa di Sulawesi Selatan. Populasinya
adalah semua orang di Sulawesi Selatan yang sudah lancar berbicara. Jelas bahwa
populasi tidak homogen, karena di Sulawesi Selatan terdapat lima jenis bahasa dengan
gaya penuturan yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-bagi menjadi lima sub-
populasi, yaitu sub-populasi Bugis, sub-populasi Makassar, sub-populasi Mandar, sub-
populasi Tator, dan sub-populasi Makassar (campuran). Kemudian ditetapkan ukuran
sampel untuk masing-masing sub-populasi, boleh proporsional boleh juga tidak. Jika
tidak proporsional, misalnya dapat diambil 100 orang untuk setiap sub-populasi, sehingga
diperoleh 500 orang yang akan menjadi sampel penelitian. Pengambilan 100 orang dari
setiap sub-populasi tersebut dilakukan secara random.
C. LATIHAN
Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 300 unit. Jika digunakan random sitematik, bagaimana langkah-langkah
pengambilan sampelnya?
D. TES FORMATIF:
Jumlah unit dalam populasi sebesar 1200 unit dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Jika digunakan random sitematik, maka bagaimana langkah-langkah
pengambilannya?
E. KUNCI
Karena jumlah unit dalam populasi 1200, dan banyaknya sampel yang diinginkan 40,
maka k = 1200/40 = 30. Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor urut 1 -
30. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 17, unit-unit sampel berikutnya
adalah (17 + 30) = 47, (17 + 60) = 77, (17 + 90) = 107, (17 + 120) = 137, dan seterusnya,
sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.
KEGIATAN BELAJAR 3
PENGAMBILAN SAMPEL KLUSTER DAN
PENGAMBILAN SAMPEL NON ACAK
A. URAIAN:
1. Pengambilan sampel kluster.
a. Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana (Simple Cluster
Random Sampling)
Sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai metode sampling
di mana analisis atau satuan penelitian (misalnya orang, rumah, bidang tanah, dan lain-
lain) sudah tersusun dalam suatu daftar. Dalam praktek kita sering kali dihadapkan
dengan kenyataan di mana kerangka sampling yang digunakan untuk dasar pemilihan
sampel belum tersedia atau tidak lengkap atau bahkan sangat sulit diperoleh.
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar secara
geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampling dari semua unsur-
unsur yang terdapat dalam populasi. Untuk mengatasi hal ini, unit-unit analisis
dikelompokkan ke dalarn gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan dari mana sampel
akan diambil. Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu.
Satu populasi dapat dibagi ke dalam gugus tingkat pertama; gugus-gugus tingkat
pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat kedua; gugus-gugus tingkat
kedua dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat ketiga; dan seterusnya.
1. Pengambilan sampel non acak
Pengambilan sampel non acak atau non random sampling, peluang untuk menjadi anggota
sampel bagi setiap anggota dalam populasi itu tidak sama. Berbagai faktor yang dapat membatasi
anggota populasi berpeluang tidak sama untuk terpilih menjadi anggota sampel, antara lain daerah
(area), tingkatan (stratum), kelompok (cluster).
Sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga
dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini
diperbolehkan, yaitu bahwa peneliti bisa menentukan sampel dengan tujuan tertentu tetapi dengan
syarat sebagai berikut.
B. CONTOH:
Contoh 1a: Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana
Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A, tetapi daftar dari warga
masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalarn kasus ini, warga masyarakat di Kabupaten A
dikelompokkan ke dalam Kelurahan, kemudian dipilih secara random 3 Kelurahan untuk menjadi
sampel penelitian. Jadi sampel yang diselidiki adalah semua warga masyarakat yang berada pada tiga
Kelurahan sampel tersebut.
Misalnya jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di Sulawesi Selatan, populasi tersebut dapat
dibagi kedalam kabupaten-kabupaten sebagai gugus tingkat pertama, Kecamatan-kecamatan sebagai
gugus- gugus tingkat kedua, dan desa-desa sebagai gugus tingkat ketiga.
Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa-siswa SLTP di seluruh Indonesia.
Dengan mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu dan dana maka tidak mungkin
mengambil seluruh propinsi yang ada. Maka diambil DIY, Medan, Malang, Bandung dan Menado
yang diperkirakan merupakan tempat-tempat yang banyak sekolahnya sehingga memilih cukup
banyak pelajar. Disamping itu juga mengambil beberapa daerah yang sekolahnya sedikit sebagai
imbangan.
C. LATIHAN
Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari 21 kabupaten, 214
kecamatan, 2142 kelurahan, dan 856 rukun tetangga. Sebutkan langkah-langkah pengambilan
sampelnya!
D. TES FORMATIF:
Populasi warga masyarakat di suatu Provinsi. Provinsi tersebut terdiri dari 17 kabupaten, 154
kecamatan, 1142 desa. Sebutkan langkah-langkah pengambilan sampelnya!
E. KUNCI
Diketahui Provinsi X yang terdiri dari 17 kabupaten, 154 kecamatan, 1142
desa.
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 17 Kabupaten di suatu
Provinsi.
(2)Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan
secara random, sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara
random dua desa, sehingga diperoleh 30 desa sampel.
Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut
akan diselidiki sebagai sampel penelitian.