Anda di halaman 1dari 27

SISTIM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Prinsip kerja sistem pengapian konvensional yakni dengan melakukan pengubahan


tegangan baterai dari 12 Volt menjadi lebih dari 12 KV. Untuk melakukan rangkaian ini, sistem
pengapian dibekali oleh beberapa komponen pendukung.

Berikut adalah fungsi komponen sistem pengapian konvensional yang berperan dalam rangkaian
pengubahan dan pemercikan api pada busi.

1. Nama Komponen Pengapian Konvensional  beserta Fungsinya

1.1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber arus, mengapa batera masuk ke komponen
pengapian ? bukannya baterai itu komponen kelistrikan kendaraan ? memang dan sistem
pengapian salah satu kelistrikan mobil, jadi semua yang memerlukan arus listrik harus
menyertakan baterai sebagai komponennya.
Tegangan baterai normal, 12 volt entah pada motor ataupun mobil. Perbedaan
antara aki motor dan mobil itu bukan pada tegangannya melainkan pada dayanya yang
memiliki satuan Watt. Ini karena daya listrik pada mobil itu lebih besar, selain sistem
pengapian ada pula sistem penerangan dan aksesoris yang memerlukan daya listrik besar.

1.2. Kunci kontak


Beberapa dari kita mengenal kunci kontak sebagai alat penstater mesin, atau
komponen untuk menghidupkan starter mesin. Itu benar, tapi bukan hanya itu fungsi
ignition switch. Pada lubang ignition ada 4 posisi yakni ;
 Posisi Off
 Posisi Acc
 Posisi On
 Posisi ST

Pada posisi Acc, sistem pengapian masih belum aktif dalam artian belum ada arus
yang memasuki coil primer. Listrik baru akan masuk ke coil primer saat kunci kontak kita
posisikan pada posisi ON. Pada posisi ini, bukan hanya coil primer yang mendapatkan arus
tapi seluruh sistem utama kendaraan juga sudah siap diaktifkan.

1.3. Ignition coil


Inilah komponen yang paling penting, karena mengusung fungsi sebagai trafo step
up, atau menaikan tegangan baterai. Seperti yang kita singgung diatas bahwa coil ini
bekerja dengan prinsip induksi elektromagnet memakai dua buah coil. Dimana jumlah
lilitan coil sekunder lebih banyak dari coil primer, sehingga ketika kemagnetan dari coil
primer menginduksi coil sekunder dapat terjadi peningkatan tegangan. Selengkapnya bisa
anda simak pada 

1.4. Distributor
Pada sistem pengapian konvensional, distributor menjadi komponen yang
digunakan dalam hal timming dan FO. Distributor terdiri dari poros yang terhubung
dengan cam, cam ini dipakai untuk memutuskan aliran arus dari coil primer.

Sementara itu, dibagian tutup distributor akan anda temui dua komponen utama
yang berkaitan dengan fairing order. Yakni rotor dan distributor cap. Rotor merupakan
komponen konduktor yang membagikan output dari coil ke kabel busi sesuai FO,
sementara distributor cap merupakan pangkal dari kabel busi untuk menyalurkan dan
menerima output coil ke rotor.

1.5. Kontak point/platina


Contact point atau breaker point merupakan sebuah plat mirip saklar yang dapat
terputus dan tersambung. Untuk apa fungsinya ? ini seperti prinsip kerja coil dimana untuk
menghasilkan tegangan output yang besar perlu dilakukan pemutusan arus primer. Kontak
inilah yang bertugas memutuskan arus primer sesuai dengan sudut pengapian.

Cara kerja kontak point yakni dengan memanfaatkan cam yang menyentuh kaki
ebonit. Saat kaki ini tersentuh cam, maka kontak akan membuka dan menyebabkan arus
primer terputus. Kontak ini juga familiar disebut platina karena memakai logam platina
pada ujung kontaknya.

1.6. Vacuum advancer

Vacuum advancer, bertugas pada bagian spark advancing, atau pengubahan


timming pengapian. Mengapa timming perlu diubah ? ini bertujuan untuk menyesuaikan
kondisi mesin dengan pengapian, misal pada saat mesin membawa beban berat. Kondisi ini
akan menimbulkan gerakan piston yang lambat meski katup gas terbuka penuh.

Jika timming tetap, maka bisa jadi meimbukan efek contra yang justru menghambat
laju piston. Untuk menyesuaikannya, maka timming pengapian akan dimundurkan hampir
0 derajat sehingga expansi hasil pembakaran bisa dipakai sepenuhnya untuk mendorong
piston kebawah.

Vacuum advancer akan memundurkan pengapian berdasarkan beban mesin, ini


dideteksi dari kevakuman di intake manifold. Jika kondisinya seperti diatas maka daya
hisap pada piston menurun, dan kontak point akan bergeser lebih lambat. Untuk lebih
detail bisa baca cara kerja vacuum advancer.

1.7. Governoor advancer

Sentrifugal governoor advancer juga sama seperti vacuum advancer, fungsi


governorr advancer adalah mengubah timming pengapian mesin berdasarkan RPM mesin.
Kondisinya, apabila RPM tinggi maka timming pengaian harus dibuat lebih awal agar tidak
terjadi knocking dan self ignition.

Governoor advancer menggunakan dua buah bandul yang dapat meregang


berdasarkan gaya sentrifugal yang mengenainya. Bandul ini akan menempel pada poros
distributor dan putaran poros akan menimbulkan gaya sentrifugal pada bandul, regangan
bandul digunakan untuk mempercepat sudut buka platina. Simak prinsip kerja governoor
advancer untuk lebih detail,
1.8. Kapasitor

Capasitor atau condensor merupakan komponen elektronika yang memiliki


kemampuan menyerap arus dan mengeluarkannya saat diperlukan. Pada pengapian
konvensional, kemampuan ini digunakan untuk menyerap api dari coil primer.

Ketika kontak point membuka, maka harusnya arus primer coil terputus. Namun,
pembukaan platina itu hanya sekitar 0,5 mm. Dengan celah sekecil ini, maka listrik
tegangan 12 volt bisa melompat sehingga akan muncul percikan api pada platina dan
proses pemutusan arus terganggu.

Dengan adanya capasitor maka ketika platina membuka, arus listrik akan
dipindahkan ke capasitor yang memiliki koneksi. Namun arusnya tidak disimpan didalam
capasitor karena langsung dihubungkan ke masa. Proses ini akan membuat capasitor
langsung mengalami kekosongan sehingga bisa dipakai secara cepat dan berulang-ulang.

1.9. Kabel Busi

Kabel pada busi, memiliki bentuk dan kemampuan berbeda dengan kabel-kabel
umumnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga berdiameter besar dengan isolator yang
tebal. Ini karena kabel busi akan menghubungkan tegangan super tinggi dari output coil.
Sehingga diperlukan kabel yang memiliki daya tahan besar.

1.10. Busi

Komponen terakhir pada sistem pengapian mesin bensin ialah busi atau spark plug.
Busi terdiri dari sebuah core atau batang elektroda sebagai penerima arus listrik dari output
coil dan masa yang terletak pada body busi. Celah yang anda lihat pada busi, itu celah
antara ujung elektroda yang memiliki listrik positif dan ground yang memiliki listrik
negatif.

Sehingga jika arus listrik pada elektroda memiliki tegangan yang besar, maka listrik
tersebut mampu keluar atau melompat ke ground yang berwujud percikan api. Begitulah
cara busi menghasilkan api.

2. Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional


Gambar diatas menunjukan rangkaian sistem pengapian konvensional pada kendaraan.
Rangkaian diatas menjadi dasar dari sistem pengapian elektronik atau full transistor yang
sekarang banyak digunakan. Sehingga apabila anda memahami skema pengapian konvensional,
harusnya anda juga dapat memahami bagaimana cara kerja sistem pengapian elektronik.

3. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Dan Rangkaiannya

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika sederhana yang dibuat
dengan tujuan untuk membangkitkan percikan api busi pada interval waktu tertentu. Percikan
api  busi dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan tinggi yang mengalir melewati
elektroda busi. Tegangan energi listrik yang dihasilkan mencapai 30.000 V DC. Sehingga
dengan celah sekitar 0,8 mm pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron yang
berbentuk percikan api. Tetapi, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja.
Untuk itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk memercikan api.
Sehingga busi tidak selamanya menyala.

3.1 Kunci Kontak ON, Platina Menutup  


Aliran listrik saat platina menutup

Cara kerjanya dimulai ketika kunci kontak berada pada posisi “ON” atau “IGN”
Ignition relay dan main relay akan aktif sehingga terdapat aliran arus listrik dari baterai,
ke Ignition relay dan main relay. Arus dari relay mengalir melewati ballast resistor (R)
ke ignition coil, didalam ignition coil, terdapat dua buah kumparan yaitu kumparan
primer dan sekunder.

Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input dialiri
arus listrik kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik. Sementara itu kedua kumparan
memiliki output yang berbeda. Kumparan primer memiliki output yang mengarah ke
rangkaian pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder memiliki output yang mengarah
ke busi.

Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya tetap, tidak ada
perubahan tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada rangkaian pemutus
arus. Sehingga busi tidak akan menyala saat flywheel belum berputar.

Arus mengalir dari :

Skema Arus Mengalir

Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet
3.1 Platina Mulai Membuka

Aliran listrik saat platina mulai membuka

Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem starter.
Pada sistem pengapian konvensional terdapat rangkaian pemutus arus.

Rangkaian ini terletak menyatu dengan rangkaian distributor dan memiliki


komponen poros distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin. Sehingga saat
mesin berputar komponen ini juga ikut berputar sesuai RPM mesin. Di poros distributor
terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan banyaknya silinder mesin.

Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh kaki platina yang
mengakibatkan kontak point terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, kemagnetan pada inti
koil hilang, maka terjadi induksi pada primer koil dan sekunder koil. Induksi primer koil
mengalir ke kondensor, sedangkan induksi sekunder koil mengalir ke tutup distributor,
rotor distributor, terminal tegangan kabel tinggi, kabel tegangan busi dan ke busi. Akibat
aliran listrik tegangan tinggi tersebut terjadi percikan api di busi.

Aliran listrik:

Akibat aliran listrik tegangan tinggi pada busi maka pada elektroda tengah dengan
elektroda massa busi terjadi percikan api yang membakar campuran bahan bakar di
ruang bakar.
4.1 Urutan Pengapian
Urutan pengapian merupakan urutan pengaliran arus bertegangan tinggi ke busi-busi
saat akhir kompresi.  Urutan pengapian sudah dirancang dan disesuaikan dengan
silinder engine.

Penomoran silinder pada engine biasanya dimulai dari depan meskipun demikian ada
beberapa variasi pada engine jenis V.

Pada mesin 4 silinder, urutan pengapiannya 1 - 3 - 4 - 2 atau 1 - 2 - 4 - 3.

Penempatan kabel busi distributor mesin 4 silinder

Sedangkan pada mesin 6 silinder urutan pengapiannya 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.

Urutan pengapian sangat penting diperhatikan, oleh karena itu kabel tegangan tinggi
antara tutup distributor dengan busi-busi harus dihubungkan dengan urutan yang
DIAGNOSIS SISTEM PENGAPIAN

A. Deskripsi Singkat
Ada tiga syarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar,udara,
kompresi yang cukup dan ada api. Api dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan
begitu saja,  pasti ada sebab kemunculannya. Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat
suatu sistem yang disebut sistem pengapian. Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai
sedemikian rupa sehinga memiliki satu fungsi yakni memercikkan  bunga api yang di
gunakan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresikan di
dalam silinder. Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka rangkaian ini
harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain :

1. Dapat merubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi.


2. Dapat beroperasi dengan sumber tegangan yang berbeda (tegangan batere dan/atau
alternator).
3. Dapat mengalirkan tegangan tinggi ke busi-busi sesuai dengan urutan pengapian.
4. Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan putaran mesin

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan materi, peserta didik mampu :
 Mendiagnosis permasalahan sistem pengapian
 Memeriksa dan mengganti komponen system pengapian konvensional
 Memeriksa dan memperbaiki distributor
 Memeriksa dan menyesuaikan timing pengapian

C. Uraian Materi

1) Diagnosis Masalah Sistem Pengapian


Agar dapat bekerja, mesin harus memiliki kompresi yang baik dan terjadwal.
Silinder mesin harus mendapat campuran udara-bahan baker yang mudah terbakar. Selain
itu, juaga diperlukan percikan yang cukup panas untuk membakar campuran dan meloncati
celah busi. Jika ada yang tidak terpenuhi, mesin tidak akan menyala atau bekerja dengan
baik.
Sistem pengapian otomotif memiliki konstruksi yang berbeda-beda, tetapi dasar
kerjanya hampir sama. Semua sistem pengapian memiliki sebuah rangkaian primer yang
menimbulkan percikan pada rangkaian skunder. Percikan ini harus dikirimkan ke busi yang
tepat pada waktu yang tepat pula. Kegagalan sistem pengapian dapat dibagi menjadi tiga
kelas:
1) hilangnya energi pada rangkaian primer
2) hilangnya energi pada rangkaian skunder
3) habisnya waktu

2) Rangkaian Sistem Pengapian Baterai

Gambar Rangkaian system pengapian konvensional

Sirkuit tegangan rendah = Sirkuit primer


Baterai  –  Kunci Kontak  –  Primer Koil – Kontak Pemutus – Kondensator – Massa
Sirkuit tegangan tinggi = Sirkuit Sekunder
Sekunder  Koil – Distributor – Busi – Massa

3) Kontak Pemutus dan Sudut Dwel


Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi
tegangan tinggi pada sirkuit sekunder.

Gambar Bagian-bagian kontak pemutus


Gambar Bentuk kontak pemutus

Besar sudut Dwell dan kemampuan pengapian


Kemampuan pengapian ditentukan oleh kuat arus primer. Untuk mencapai arus
primer maksimum, diperlukan waktu pemutusan kontak pemutus yang cukup.

Gambar Besar kecil sudut dwell terhadap kemampuan pengapian

4) Kondensor
Condenser ini berfungsi untuk mengurangi seminimal mungkin loncatan api yang
terjadi di antara titik-titik kontak platina dan untuk mempercepat pemutusan arus dalam
koil primer dengan maksud meninggikan tegangan induksi di dalam koil sekunder.
Pengaruh kondensor :
Pada sirkuit primer
Pada saat kontak pemutus mulai membuka. Ada loncatan bunga api diantara kontak
pemutus, Artinya : 
- Arus tidak terputus dengan segera
- -      Kontak pemutus menjadi cepat aus (terbakar).
Pada sirkuit sekunder
Bunga api pada busi lemah
Mengapa bunga api pada busi  lemah ?
Karena arus primer tidak terputus dengan segera, medan magnit pada koil tidak
jatuh dengan cepat (Tegangan induksi rendah).

5) Busi
Permukaan muka busi menunjukkan kondisi operasi mesin dan busi.

a) Normal
Isolator berwarna kuning atau coklat muda Puncak isolator bersih, permukaan rumah
isolator kotor  berwarna coklat muda atau abu – abu ,
- Kondisi kerja mesin baik
- Pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat

b) Terbakar
Elektrode terbakar, pada permukaan kaki isolator ada partikel-partikel kecil mengkilat
yang menempel Isolator berwarna putih atau kuning. Penyebab :
- Nilai oktan bensin terlalu rendah
-  Campuran terlalu kurus
- Knoking ( detonasi )
- Saat pengapian terlalu awal
- Tipe busi yang terlalu panas

c) Berkerak karena oli


Kaki isolator dan elektroda sangat kotor. Warna kotoran coklat
Penyebab :
- Cincin torak aus
- Penghantar katup aus
- Pengisapan oli melalui sistem ventilasi karter

d) Berkerak karbon / jelaga


Kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi berkerak jelaga
Penyebab :
- Campuran terlalu kaya
- Tipe busi yang terlalu dingin

e) Isolator retak
Penyebab :
- Jatuh
- Kelemahan bahan
-  Bunga api dapat meloncat dari isolator langsung ke massa

Celah elektroda busi dan tegangan pengapian


Celah elektroda busi mempengaruhi kebutuhan tegangan pengapian
 Celah elektroda besar   tegangan pengapian besar
 Celah elektroda kecil   tegangan pengapian kecil

Gambar Hubungan Celah elektroda busi dan besar tegangan pengapian

6) Saat pengapian
Saat pengapian adalah saat busi meloncatkan bunga api untuk mulai pembakaran,
saat pengapian diukur dalam derajat poros engkol  sebelum atau sesudah TMA .

a) Saat pengapian yang tepat


Agar tekanan pembakaran maksimum dekat sesudah TMA saat pengapian harus
ditempatkan sebelum TMA
b) Saat pengapian terlalu awal
mengakibatkan detonasi / knoking, daya motor berkurang, motor menjadi panas
dan menimbulkan kerusakan ( pada torak, bantalan dan busi )

c) Saat pengapian terlalu lambat


Menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis / tekanan pembakaran
maksimum jauh sesudah TMA, daya motor berkurang, boros bahan bakar

7) Mencari gangguan pada sistem pengapian konvensional


Lakukan pemeriksaan gangguan pada sistem pengapian konvensional sesuai petunjuk flow
cart.

a) Motor tidak hidup/ sulit hidup/tersendat-sendat


Pemeriksaan rangkaian primer.
Petunjuk : Pada pemeriksaan tegangan tinggi, kunci kontak di “ ON “ kan
Pemeriksaan rangkaian primer
Pemeriksaan rangkaian skunder (tegangan tinggi)
Diagnosa kerusakan pada sistem pengapian

KEMUNGKINAN
No. GEJALA CARA MENGATASI
PENYEBAB

Busi mati atau deposit


Ganti busi atau bersihkan.
berlebihan.

Kabel tegangan tinggi bocor


Ganti kabel tegangan tinggi.
berlebihan.

Rotor tidak terpasang. Pasang rotor.

Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.

Platina terganjal kotoran Bersihkan kotorannya.


Mesin tidak dapat hidup
Platina menutup terus atau Setel celah platina atau sudut
1 (tidak ada percikan api di
membuka terus. dwell
busi)
Koil mati Ganti koil

Kondensor mati Ganti kondensator

Pasang konektor kabel yang


Konektor kabel lepas
lepas

Ganti atau perbaiki kabel yang


Kabel putus
putus

Kontak rusak Ganti kontak

2 Mesin sulit hidup (percikan Deposit (penumpukan kerak)


Bersihkan atau ganti busi.
api dibusi kecil) dibusi berlebihan.

Kabel tegangan tinggi bocor. Ganti kabel tegangan tinggi.

Bersihkan terminal ditutup


Tutup distributor kotor.
distributor.

Karbon ditutup distributor Pasang karbon atau ganti tutup


hilang. distributor.

Tutup distributor retak. Ganti tutup distributor.

Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.

Kontak platina kotor. Bersihkan kontak atau ganti.


Setelan celah platina tidak Setel celah platina atau sudut
tepat. dwell.

Saat pengapian tidak tepat. Saat setel pengapian

Koil rusak. Ganti koil.

Kondensor rusak. Ganti kondensor.

Bersihkan terminal konektor


Konektor kabel kotor.
kabel.

Busi kotor. Bersihkan busi atau ganti busi

3 Terjadi ledakan di knalpot Platina kotor. Bersihkan platina atau ganti.

Saat pengapian terlalu mundur. Stel saat pengapian.

Terjadi ledakan di knalpot Kerja vacum advancer kurang Perbaiki mekanisme vacum
4
saat pedal gas dilepas sempurna. advancer.

Terjadi ledakan di knalpot Kerja centrifugal advancer Perbaiki mekanisme centrifugal


5
saat pedal gas ditekan kurang sempurna. advancer.

Pemakaian busi yang tidak Ganti busi dengan tingkat panas


6 Busi cepat kotor
tepat yang tepat.

Platina kotor. Bersihkan atau ganti platina.

Saat pengapian tidak tepat. Stel saat pengapian.

Pemakaian tingkat busi yang Ganti busi dengan tingkat panas


7 Elektroda busi meleleh
terlalu panas. busi yang lebih dingin.

D.      Rangkuman
Sistem pengapian konvensional pada motor bensin ada 2 macam :
-     Sistem pengapian baterai
-     Sistem pengapian magnet
Komponen-komponen sistem pengapian baterai adalah :
-     Baterai
-     Kunci kontak
-     Koil pengapian
-     Kontak pemutus
-     Distributor
-     Busi
Sirkuit tegangan rendah = Sirkuit primer
-      Baterai – Kunci Kontak – Primer Koil – Kontak Pemutus – Kondensator – Massa
Sirkuit tegangan tinggi = Sirkuit Sekunder
-      Sekunder  Koil – Distributor – Busi – Massa
Kontak pemutus berfungsi untuk: Menghubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi
induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder.
Bentuk-bentuk kontak pemutus:
-      Kontak berlubang
-      Kontak pejal
Keausan yang terjadi pada kontak berlubang adalah:
-       Keausan permukaan rata
-       Pemindahan panas baik
Keausan yang terjadi pada kontak pejal adalah:
-       Keausan permukaan tidak  merata
-       Pemindahan panas
Celah kontak pemutus kecil
-       Sudut buka kecil
-       sudut Dwel besar
Celah kontak pemutus besar
-       Sudut buka besar
-       Sudut Dwel kecil

E.       Latihan Soal

1. Akibat yang ditimbulkan pada busi jika kondensator pada sistem pengapian konvensional
tidak berfungsi / rusak adalah …
2. Ketika seorang mekanik menyetel celah platina terlalu besar, maka dampak yang
ditimbulkan pada koil adalah...
3. Jika dilihat pada permukaan busi berwarna putih kekuning-kuningan, ini dapat
diakibatkan oleh…
4. Pada saat melakukan penggantian kabel busi harus memperhatikan besarnya tahanan
kabel busi, tahanan maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar....
5. Apakah yang dimaksud dengan saat pengapian,jelaskan!

PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN

Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses


pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa
mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu
dalam kondisi baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian
dengan cara membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.

A. Pemeriksaan,Perbaikan,Penyetelan dan Penggantian Komponen rangkaian primer


Sistem Pengapian Konvensional

1) Pemeriksaan  rangkaian primer Sistem Pengapian Konvensional


Keselamatan kerja :
Saat motor diam posisi “ ON “ pada kunci kontak jangan terlalu lama
Langkah kerja :
- Mengukur berat jenis elektrolit pada baterai
- Baterai harus terisi minimal 70 %
Mengukur Tegangan :
- Baterai
- Kunci kontak
- Tahanan ballast
- Koil pengapian ( klem + ) dan klem (- )
- Kontak pemutus
Mengukur tahanan pada :
- Kunci kontak
- Tahanan ballast
- Koil pengapian
- Kontak pemutus
Petunjuk :
- Waktu mengukur tegangan kunci kontak posisi “ ON “
- Waktu mengukur tahanan kunci kontak posisi “ OFF “
- Tulisan hasil pengukuran pada lembar yang disediakan
 

2) Melepas dan memasang kembali kunci kontak


Langkah kerja :
- Melepas terminal negatif baterai
- Mencatat warna kabel dan kode terminal atau membuat sketsa sambungan
- Melepas kabel-kabel
- Melepas kunci kontak dari dudukannya
- Menguji kunci kontak dengan ohmmeter dan gambarkan rangkaiannya
- Memasang kembali sesuai dengan kebalikan urutan waktu membongkar

3) Melepas Dan Memasang Kembali Koil Pengapian


- kunci kontak pada posisi “ OFF “
- membuat sketsa kabel – kabel yang terpasang
- melepas kabel-kabel
- melepas koil pengapian dari dudukannya
- mengukur tahanan primer dan sekunder dengan ohmmeter ( apabila
- mengganti tahanan primer dan sekunder harus dengan koil pengapian yang lama )
- memasang kembali sesuai dengan kebalikan urutan waktu melepas

4) Melepas Dan Memasang Kembali Tahanan Ballast


- Kunci kontak pada posisi “ OFF “
- Lepas kabel-kabel
- Lepas tahanan ballast dari dudukannya
- Bersihkan dudukan dari kotoran / karat
- Ukur tahanan ballast dengan ohmmeter
- Pasang kembali sesuai dengan kedudukan semula

5) Menguji koil pengapian dengan melihat loncatan bunga api langsung pada mesin
- Melepas kabel tengah tegangan tinggi dari distributor
- Mendekatkan ujung kabel dengan tang berisolasi pada masa koil pengapian yang
akan meloncatkan bunga api 6 - 10 mm
- Menguji koil pengapian dengan koil tester
- Menghungkan klem 15, 1 dan 4 koil pengapian dengan klem 15, 1 dan 4 pada koil
tester
- Menghubungkan koil tester dengan baterai 12 volt
- “ ON “ kan koil tester , maka terjadi loncatan bunga api
- ukur panjang loncatan bunga api maksimal
- Pengujian tahanan isolasi dari koil pengapian bisa dilakukan dengan memperbesar
jarak kontak. Pengujian ini hanya diperbolehkan dalam waktu yang singkat saja.
- Tahanan isolasi yang jelek ditunjukkan dengan loncatan bunga api dari leher
menuju klem 1 atau klem 15

6) Pemeriksaan awal Kontak Pemutus ( Platina )


- Lepas tutup distributor, rotor dan piringan tutup
- Periksa keausan kontak. Gunakan obeng untuk membuka kontak
7) Perbaikan / Penggantian Kontak Pemutus
- Lepas kabel kontak pemutus
- Lepas sekrup – sekrupnya dan keluarkan kontak pemutus
- Bersihkan plat dudukan kontak pemutus dan kam governor dengan lap
- Kedudukan kontak yang salah seperti dapat dibetulkan dengan membengkokan
kontak tetap. Gunakan alat bengkok khusus atau tang
- Periksa kekuatan pegas kontak pemutus dengan tangan jika pegas lemah atau
berkarat, kontak pemutus harus diganti.
- Sebelum memasang kontak pemutus, beri vet pada tumit ebonit, tetapi jangan
terlalu banyak. Pakai vet khusus jika tidak ada, pakai vet bantalan roda.
- *Kontak pemutus yang masih dapat digunakan harus diratakan, kalau akan  distel
dengan fuller. Bila kontak tidak rata, penyetelan dengan fuller akan menghasilkan
celah yang terlalu besar. Lihat gambar berikut !

8) Penyetelan celah kontak pemutus dengan fuller


- Putar motor dengan tangan sampai kontak pemutus terbuka maksimum
- Pilih fuller yang sesuai dengan besar celah kontak.
- Periksa celah kontak dengan fuller yang bersih. Jika celah tidak baik, stel  seperti
berikut :
 Kendorkan sedikit sekrup-sekrup pada kontak tetap. Stel besar
celah dengan menggerakkan kontak tetap. Penyetelan dilakukan
dengan obeng pada takik penyetel.
  Kalau penyetelan sudah cepat, keraskan sekrup-sekrup pada kontak
tetap
 Putar mesin satu putaran, periksa sekali lagi besarnya celah kontak.

9) Penyetelan Kontak Pemutus dengan Dwell Tester


- Lepas tutup distributor, rotor dan piringan tutup. Periksa celah kontak secara visual.
Untuk mobil biasanya 0,4 – 0,5 mm. Jika  celah kontak lebih besar atau lebih kecil,
stel menurut metode yang sudah dijelaskan pada penyetelan dengan fuller. 
- Pasang pengetes dwell

Catatan  : sesuaikan pemasangan kabel pengetes Dwell dengan Merk /  Type yang
digunakan.
Hubungkan kabel sekunder koil ke massa, untuk menghindarkan  kerusakan koil  dan
bagian-bagian elektronik.
Start motor dan periksa sudut dwel. Jika salah, stel celah kontak sampai mendapatkan hasil
yang baik dan keraskan sekrup-sekrup pada kontak tetap. Pasang kembali, kontrol sudut
dwel sekali lagi selama motor ( putaran idle )
Penyetelan Kontak Pemutus dengan Dwell Tester besar sudut dwel untuk motor 4 silinder
biasanya 52 – 560, untuk motor 6 silinder 36 – 380

10) Pemeriksaan Bagian – bagian Pengapian Tegangan Tinggi


Langkah kerja Memeriksa bagian-bagian tegangan tinggi:
- Periksa tahanan setiap penghantar, dari elektroda didalam tutup distributor sampai
steker busi. Tahanan penghantar tidak boleh  melebihi 20 K.ohm. Kalau tahanan pada
satu penghantar terlalu besar,  lepas bagian-bagian pengantar tersebut dan periksa satu
persatu, untuk mencari bagian yang rusak.
- Penghantar tegangan tinggi dengan tahanan yang terlalu besar  mengakibatkan mesin
rusak 
- Lepas semua bagian dan bersihkan dengan bensin, kemudian keringkan dengan baik.
- Jika menggunakan angin, doronglah arang didalam pusat distributor, untuk mencegah
arang keluar waktu disemprotkan
- Periksa kondisi isolator pada koil, rotor, tutup distributor dan stecker busi.
- Jika terdapat tempat yang terbakar, bagian tersebut harus diganti baru. 
- Tutup distributor harus diperiksa kondisi arangnya.
- Periksa kondisi isolator kabel pengapian. Kabel yang retak atau terbakar  harus
diganti.
- Pasang rotor pada governor. Rotor yang mempunyai kelonggaran harus ganti
- Pasang tutup distributor
- Hubungkan kabel-kabel tegangan tinggi ke busi
- Contoh  :  Motor 4 silinder, urutan pengapian 1 – 3 – 4 – 2
- Hidupkan mesin sebagai kontrol

11) Pemeriksaan dan Penggantian Busi


Langkah Kerja :
- Lepaskan stecker busi. Jangan  ditarik pada kabelnya !
- Hubungan inti arang kabel mudah terlepas dari stecker kalau kabel ditarik.
- Bersihkan sekeliling dengan udara tekan atau kuas, untuk mencegah kotoran masuk ke
dalam silinder sewaktu busi dilepas. 
- Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi yang tepat. Perhatikan bahwa kunci
dapat mengakibatkan isolator busi pecah.
- Periksa kondisi ulir dari lubang busi.
Petunjuk : Periksa muka busi ! ( bila perlu pakai kaca pembesar ). Keadaan muka busi
dapat menunjukkan kondisi motor.

Pemasangan busi
- Ukurlah celah elektroda dengan batang pengukur atau fuller. Jika celah tidak sesuai
spesifikasi, stel dengan membengkokkan pada elektrode masa.
- Pasang busi pada motor. Mulai menyekrupkan dengan tangan kemudian keraskan
dengan kunci momen. Jangan terlalu keras!
Momen pengerasan
Kepala silinder aluminimum : 15 – 20 Nm / 1,5 - 2 kgm
Kepala silinder besi tuang :  20 – 25 Nm / 2 - 2,5 kgm
- Pasang kabel-kabel busi dan hidupkan motor sebagai kontrol

Petunjuk
Sebelum kondisi / penyetelan motor dapat dianalisa dengan melihat muka busi, mobil
harus dijalankan  ½ jam. Busi biasa harus diganti setiap  20. 000 km.  Bila busi 
perlu diganti,  pilihlah busi  baru yang sesuai dengan buku manual / katalog busi. Busi
yang salah dapat mengakibatkan kerusakan motor yang serius ! Lubang didalam torak
disebabkan oleh knocking / detonasi. Hal itu dapat terjadi kalau menggunakan busi yang
terlalu panas. Perhatikan bahwa nilai panas busi sesuai dengan katalog busi / buku
manual !

Celah elektroda
Celah elektroda terlalu besar akibatnya : 
- Kebutuhan tegangan untuk meloncatkan bunga api lebih tinggi.
- Jika sistem pengapian tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, motor
- mulai tersendat-sendat pada beban penuh
- Celah elektroda biasanya 0,7 – 0,8 mm  ( lihat buku manual )
- Isolator-isolator bagian tegangan tinggi cepat rusak karena dibebani tegangan
pengapian yang luar biasa tingginya
- Motor agak sulit dihidupkan

Celah elektroda terlalu besar akibatnya kecil akibatnya :


- Bunga api lemah
- Elektroda cepat kotor, khusus pada motor 2 tak
Perbaikan ulir pada lubang busi
Bila terdapat kerusakan ulir pada lubang busi, perbaiki dengan tap lubang busi yang
sesuai. Sebelum lubang busi ditap baru, berilah vet pada tap agar beram-beram tidak
banyak jatuh kedalam silinder. Untuk membersihkan sisa-sisa beram yang jatuh kedalam
silinder kita menstarter motor sebelum busi dipasang, akibat putaran motor, beram-beram
akan terlempar keluar. Pada ulir lubang busi yang sangat rusak dapat dipasang sebuah bos
reparasi yang sudah berulir.

D.      Rangkuman
Rangkaian primer merupakan jalur untuk arus tegangan rendah dari baterai (lihat diagram) dan
terdiri dari komponen-komponen berikut:
-      Saklar Pengapian
-      Lilitan Primer Coil
-      Kontak Poin Distributor
-      Kondensor
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan tinggi yang ditingkatkan oleh coil dan
terdiri dari komponen-komponen berikut:
-      Lilitan Sekunder Coil
-      Lengan Rotor Distributor
-      Tutup Distributor
-      Busi-Busi
Kondensor mencegah percikan bunga api pada kontak poin pada saat kontak poin tersebut mulai
membuka. Arus yang berlebihan mengalir ke dalam kondensor pada saat kontak poin terpisah.
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran bubungan distributor saat kontak poin menutup.
Besarnya sudut dwell dapat di tentukan dengan rumus:
60% x 360/n.  
n = jumlah selinder
Sudut dwell yang terlalu besar, Kontak poin menutup lebih cepat dan dapat mempengaruhi kerja
coil pengapian. Yang menyebabkan pembakaran yang jelek dan kontak poin terbakar karena
percikan yang berlebihan.
Celah kontak point yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan kontak poin menutup
lambat dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu untuk memperoleh kejenuhan medan
magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran yang jelek.
Mekanisme sentrifugal advancer berpungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan
pertambahan putaran mesin.
Mekanisme Vakum advancer berpungsi untuk memundurkan atau memajukan saat pengapian
pada saat beban mesin bertambah atau berkurang.
Busi mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menajdi loncatan bunga api melalui elektroda.
Nilai panas busi adalah kemampuan meradiasikan sejumlah panas oleh busi. Nilai panas busi
dapat ditentukan dengan nomor yang ada pada busi, semakin tinggi angka atau nomor suatu busi
maka semakin tinggi nilai panas busi. 
E.       Latihan Soal
1.      Jelaskan kenapa tidak boleh menarik kabel busi pada ketika melepanya?
2.      Sebutkan komponen-komponen tegangan tinggi pada sistem pengapian!
3.      Berapa tehanan kabel tegangan tinggi!
4.      Apa saja yang diperiksa pada rangkaian tegangan tinggi pada system pengapian?
5.      Jelaskan cara pemeriksaan dan penggantian busi!
6.      Berapa pengerasan/momen busi?
7.      Berapa km busi harus diganti dan berapa celah elektroda busi secara umum?
8.      Jelaskan cara pengerasan busi tanpa kunci momen berdasarkan sudut putar!
9.      Apa akibatnya jika Celah elektroda terlalu besar!
10.  Jelaskan, Apa akibatnya jika Celah elektroda terlalu kecil!

Anda mungkin juga menyukai