Anda di halaman 1dari 6

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang

lain, masing-masing berhajat kepada yang lain,saling  tolong-menolong, tukar


menukar keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain, baik bersifat pribadi
maupun untuk kemaslahatan umat.
1. Apa pengertian fiqh mu’amalah?
2. Bagaimanakah konsep dasar fiqh mu’amalah?
3. Apa saja pembagian dan ruang lingkup dalam fiqh mu’amalah?
Muamalah
Menurut etimologi, muamalah berasal dari kata:  (‫)ع**ا م**ل – يع**ا م**ل – مع**ا ملة‬
artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Menurut
etimologi, kata muamalah adalah bentuk masdar dari kata’amala yang artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling beramal.
2.3.2 Fiqih Muamalah
Pengertian fiqih muamalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi dua:
1. Pengertian fiqih muamalah dalam arti luas.
Diantara defenisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang defenisi fiqih
muamalah adalah:
1. Menurut Ad-Dimyati:
“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi.”
2. Menurut Yusuf Musa: “Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.”
Dari pengertian dalam arti luas di atas dapat diketahui bahwa fiqih muamalah
adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT., yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial masyarakat.
2. Pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit.
Beberapa defenisi fiqih muamalah menurut ulama adalah:
 Menurut Hudlari Beik:
“Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya.”
 Menurut Idris Ahmad:
“Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam usahanyauntuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang  paling baik.”
 Menurut Rasyid Ridha:
“Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat
dengan cara-cara yang telah ditentukan.”
Kalau ketiga defenisi diatas, ditelaah secara seksama fiqih muamalah dalam
arti sempit menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah
ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperolaeh,
mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).
Namun, menurut pengertian muamalah diatas, fiqih muamalah tidak
mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan harta, seperti cara mengatur tirkah
(harta waris), sebab masalah ini telah diatur dalam disiplin ilmu itu tersendiri, yaitu
dalam Fiqih Mawaris.

2.3.3 Konsep Dasar dan Prinsip Hukum Fiqih Mu’amalah


Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi
kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha
mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah ataupun etika. Artinya,
kegiatan ekonomi dan perikatan lain yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan
dialektika nilai materialisme dan spiritualisme berdasarkan sumber hukum syari’at
Islam. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan
tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah.
Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah juga sangat konsen
terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah
adalah sebagai berikut :
a)  Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
b)  Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
c)  Meninggalkan intervensi yang dilarang
d)  Menghindari eksploitasi
e) Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
f) Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah[2]
Konsep dasar yang menjadi acuan fiqih mu’amalah selain Al-Qur’an dan Al-
Hadits  serta Ijma’ dan Qiyas adalah sisi kemaslahatan, karena pada dasarnya semua
bentuk interaksi dan perikatan yang dilakukan manusia hukumnya adalah mubah,
selain hal-hal yang secara jelas ditunjukkan pelarangannya oleh sumber utama
syari’at Islam.
Selain itu pertimbangan hukum dalam fiqih mu’amalah adalah kemashlahatan
umat demi tercapainya tujuan bersama yang saling menguntungkan, untuk itulah
fiqih mu’amalah dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan karena
perkembangan manusia yang senantiasa dinamis, sehingga pembahasan terhadap
permasalahan hukum yang berkaitan dengan mu’amalah senantiasa berkembang.
Adapun prinsip-prinsip muamalah dalam islam yakni sebagai berikut:
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan luas
perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan perkembangan
kebutuhan hidup masyarakat.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-
unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur penindasan tidak
dibenarkan.
 
2.3.4 Pembagian dan Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah
Penetapan pembagian fiqh mu’amalah yang dikemukakan ulama fiqh sangat
berkaitan dengan definisi fiqh mu’amalah yang mereka buat yaitu dalam arti luas dan
arti sempit. Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas dibagi menjadi lima
bagian:
1. Muawadhah Maliyah (Hukum Perbendaan)
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)
Sedangkan menurut Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al-Madiyah wa Al-
Adabiyah membagi Fiqh Muamalah menjadi dua bagian:
1. Al-Muamalah Al-Madiyah
Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi objeknya,
yakni benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah Al-Madiyah
bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki,
diperjual belikan, atau diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan
dengan benda, seperti al- bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk
memperoleh keuntungan semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk
memperoloh ridha Allah SWT. Jadi kita harus menuruti tata cara jual beli yang
telah ditentukan oleh syara’.
2. Al-Muamalah Al-Adabiyah
Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-
menukar benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-
unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasut, iri, dendam,
dll. Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari
segi subjeknya (pelakunya) yang berkisar pada keridhaan kedua pihak yang
melangsungkan akad, ijab kabul, dusta, dll.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Fiqih Muamalah adalah
fiqih yang membahas tentang bagaimana hubungan antar manusia dengan manusia
dalam sebuah hubungan masyarakat, yang mana aturan-aturan tersebut ada sebagai
suatu petunjuk kepada manusia agar sesuai syariat agama.
Adapun mengenai kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah adalah sebagai berikut:
1. a)  Hukum asal dalam muamalat adalah mubah
2. b)  Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
3. c)  Meninggalkan intervensi yang dilarang
4. d)  Menghindari eksploitasi
5. e) Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
6. f) Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah
Kemudian mengenai pembagian Fiqih Muamalah yakni Al-Muamalah Al-Madiyah
yang maksudnya adalah muamalah yang mengkaji jenis-jenis muamalah yang ada di
masyarakat umum yang sesuai syariat Islam. Sedangkan Al-Muamalah Al-Adabiyah
maksudnya, muamalah yang mengkaji tata cara  bermuamalah dengan
mengutamakan keridaan setelah akad maupun ijab kabul.
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Dimyaudin Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta:
PUSTAKA BELAJAR.2010.
Dr. Rachmat Syafe’I, MA. Fiqh Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan
Umum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.2001.
[1] Rachmat Syafe’I, Fiqh Mu’amalah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2001, hal 16.
[2] Dimyaudin Djuwaini, Fiqh Mu’amalah, Yogyakarta, Puataka Belajar, 2010, hal
7.
[3] PENGERTIAN FIQIH MUAMALAH – Artikel Ilmiah Lengkap.htm, diakses
Kamis 10 maret 2016.
[4] Ibid, hal18
[5] Ibid, hal19

Anda mungkin juga menyukai