Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG PETINGNYA AMDAL DAN KELANGSUNGAN USAHA

DI
S
U
S
U
N

Oleh:

Eko Prasetio

Kelas 1A

PRODI D4 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN PERODUKSI DAN PERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan di mana di dalamnya
terdapat berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Lingkungan
hidup juga merupakan penunjang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
semua makhluk hidup yang ada. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila
manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Di Indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan
jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya dilaksanakan secara sambung
menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik.
Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi
acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan
dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga
keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya
alam seharusnya dapat memberikan akses kepada segenap masyarakat, bukan
terpusat pada beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu, dengan
demikian pola pemanfaatan sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan
peran serta aktif masyarakat, serta memikirkan dampak–dampak yang timbul
akibat pemanfaatan sumber daya alam tersebut.
Seringkali pembangunan suatu usaha dibuat dalam porsi ruang lingkup
yang sangat luas tetapi disusun kurang cermat. Seluruh program mungkin saja
dapat diananlisis sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila
proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi
sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani di karenakan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya
masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau
degradasi yang terjadi di berbagai daerah.
Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis
mengenai dampak tehadap lingkungan. Meningkatnya intensitas kegiatan
penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan
lingkungan di banyak daerah antara lain pencemaran industri, pembuangan
limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan
bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan
ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan
lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan
terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu
perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian
digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini
kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun
1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)?
2. Apakah fungsi, tujuan, dan manfaat dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)?
3. Bagaimana kasus yang terjadi dalam penyelewengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)?
4. Bagaimana prosedur dalam penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Untuk mengetahui fungsi, tujuan, dan manfaat dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
3. Untuk mengetahui kasus yang terjadi dalam penyelewengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
4. Untuk mengetahui prosedur dalam penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL antara lain adalah aspek fisik-kimia,
ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai
pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan. AMDAL adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau
kegiatan. (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan.
Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL
adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin
usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan. Dokumen AMDAL
terdiri dari :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-AMDAL).
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) .
Tiga dokumen (AMDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah
perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak. Dalam pelaksanaannya,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one
step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006.
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 86 Tahun 2002.
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
Permen LH NO. 08/2006.
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008.

B.Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Analisis Mengenai Dampak Lingkunga


Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi kelayakan
karena dalam undang-undang dan peraturan pemerintah serta menjaga
lingkungan dari operasi proyek kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Komponen-komponen AMDAL
adalah PIL (Penyajian informasi lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL
(Analisis dampak lingkungan), RPL ( Rencana pemantauan lingkungan), RKL
(Rencana pengelolaan lingkungan). Tujuan AMDAL adalah menjaga dengan
kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan sehingga.
Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau kegiatan
agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun Fungsi AMDAL
adalah sebagai berikut..

 Bahan perencanaan pembangunan wilayah


 Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
 Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis
dari rencana usaha dan/atau kegiatan
 Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup
 Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak
yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
 Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha
 Merupakan Scientific Document dan Legal Document
 Izin Kelayakan Lingkungan

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau
kegiatan usaha sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu besar
Manfaat AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut.

B. MANFAAT AMDAL

1. Bagi pemerintahan.

o Menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran


air, pencemaran udara, kebisingan, dan lain sebagainya. Sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat

o Menghindari pertentangan yang mungkin timbul, khususnya dengan


masyarakat dan proyek -proyek lain

o Mencegah agar potensi dumber daya yang dikelola tidak rusak.

o Mencegah rusaknya sumber daya alam lain yang berada diluar lokasi
proyek,baik yang diolah proyek lain, masyarakat, ataupun yang belum
diolah.

2. Bagi pemilik modal

o Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengn misinya.

o Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal.

o Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak perlu.

o Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar


kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang.

3. Bagi pemilik proyek

o Melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa yang


akan Datang
o Melindungi proyek yang melanggar undang –undang atau peraturan
yang berlaku.

o Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi


dimasa yang akan datang.

4. Bagi masyarakat

o Mengetahui rencana pembangunan di daerahnya.

o turut serta pembangunan di daerah sejak awal.

o Mengetahui kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut.

o Memahami hal ihwan mengenai proyek secara jelas dan ikut


menghindarkaN timbulnya kesalah pahaman.

5. Bagi peneliti dan ilmuwan.

o Kegunaan di dalam penelitian

o kegunaan di dalam analisis kemajuan dan ilmu pengetahuan

o kegunaan di dalam meningkatkan keterampilan di dalam penelitian dan


Meningkakan pengetahuan.
C. Kasus yang Terjadi dalam Penyelewengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
TPA Bantar Gebang, Bekasi
Bahwa,di kawasan Bantar Gebang Bekasi menyebutkan, akibat dijadikan
kawasan tersebut sebagai TPA, warga di sekitar menderita yang tiada
berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi
kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-lain merupakan hasil
penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.

Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk,jumlah limbah domestik


dari rumah tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000
ton/hari; lumpur dari septic tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang
bersumber dari industri pengolahan sebesar 8.206.824,03
ton/tahun.penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh
Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri
dari tonk sebanyak 737 buah (efektif :
701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan penunjang :
107 buah (efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari
rumah tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah,
galvanis : 201 buah.

Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan


diolah di Tempat Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar
Gebang, Bekasi dengan luas yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik
Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan yang dilaksanakan adalah “sanitary
landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan sebesar 85 persen, sisanya ± 15
persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun 2004, sehingga
Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim
penanganan sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
Akibat operasional yang tidak sempurna, maka timbul pencemaran
terhadap badan air di sekitar LPA dan air tanah akibat limbah serta timbulnya
kebakaran karena terbakarnya gas methan. Untuk mengatasi hal ini Dinas
Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
- Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi
pengolahan sehingga kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk
dibuang.
- Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur
“sanitary landfill”.
- Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air
bersih, Puskesmas dan ambulance.

- Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.

Besarnya beban sampah tidak terlepas dari minimnya pengelolaan sampah


dari sumber penghasil dan di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah.
Baru sekitar 75 m3 yang didaur ulang atau dibuat kompos. Sementara itu,
sisanya sekitar 60% dibuang begitu saja tanpa pengolahan ke tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah. Dan, 30% dibiarkan di TPS. Tak heran bila
sampah akan menumpuk di TPA. Akibatnya, daya tampung TPA akan menjadi
cepat terpenuhi.

2. Lumpur Lapindo, Sidoarjo

Kasus ini termasuk salah satu bencana nasional di Indonesia. Menurut


analisis berdasarkan data yang ada, ditinjau dari Undang – undang No. 32 Tahun
2009, begitu banyak pelanggaran yang terjadi terhadap ketentuan hukum
lingkungan. Seperti yang diuraikan dibawah ini.
Mengingat Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL maka berdasarkan
UU No. 32 Tahun 2009 pasal 12 ayat ( 1 ), pemanfaatan sumber daya alam
dilakukan berdasarkan RPPLH. Dan dalam pasal 12 ayat ( 2 ) dikatakan bahwa
dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun,
pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan keberlanjutan proses
dan fungsi lingkungan hidup, keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup,
keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kasus ini
telah membuktikan bahwa Lapindo Brantas Inc. karena kelalaiannya telah
menyebabkan pencemaran.
Tidak adanya pengendalian baik oleh pemerintah maupun penanggung jawab
usaha. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 pasal 13 ayat ( 1 ), pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL. Berdasarkan hasil investigasi
Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI ), selama melakukan usaha
pertambangannya, Lapindo Brantas Inc. tidak memiliki AMDAL. Hal tersebut
tentu saja bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yaitu pasal 14 dan 22 UU No. 32 Tahun 2009. Mengingat bahwa AMDAL
merupakan prasyarat mutlak dalam memperoleh izin usaha, dalam hal ini adalah
kuasa pertambangan.
Lapindo Brantaas Inc. Berperan Dalam Pencemaran Lingkungan Hidup.
Lumpur sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat
(Hg) air raksa, misalnya, mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya
hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi
kulit dan kanker. Kandungan fenol bisa menyebabkan sel darah merah pecah
(hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. Ini tidak
sesuai dengan Pasal 20 UU No. 1 Tahun 2009 mengenai baku mutu lingkungan
hidup.
Pembuangan Lumpur Ke Laut Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Limbah B3.
Lumpur yang menyembur di Sidoarjo, bukan lumpur biasa melainkan lumpur
panas yang mengandung banyak bahan berbahaya. Apabila dibuang kelaut maka
dapat mencemari ekosistem laut. Selain itu ini melanggar pasal 59 Undang –
undang No. 32 Tahun 2009.

D. Prosedur dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Terdapat


empat prosedur dalam penyusunan AMDAL. Prosedur AMDAL
terdiri dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL,
yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau
tidak.
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana
kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut,
menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi
kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping).
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan). Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai.
Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah
75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kembali dokumennya.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun,
pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk
penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh
penyusun untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam tulisan ini dari uraian yang disampaikan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan untuk menjaga


kualitas lingkungan supaya tidak rusak karena adanya kegiatan - kegiatan
pembangunan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan yang
wajib disusun oleh penyelenggara kegiatan/usaha yang melakukan kegiatan/usaha
yang termasuk dalam daftar wajib AMDAL.
AMDAL terdiri dari :
1.Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

B. SARAN
Diharapkan kepada semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat agar
lebih memperhatikan pengelolaan lingkungan, serta meningkatkan kesadaran diri
akan pentingnya lingkungan hidup bagi kebaikan makhluk hidup di alam semesta.
Untuk selanjutnya pemerintah diharapkan lebih ketat dalam perizinan.
Sehingga izin ke perusahaan yang tidak Qualited fight (tidak mumpuni) instansi
pemerintah daerah maupun pusat perlu mengetahui resikonya maka pihak pemberi
izin pun harus tahu juga seberapa besar kekuatan perusahaan tersebut bila terjadi
dampak negatif.

Anda mungkin juga menyukai