Anda di halaman 1dari 4

II.

TRANSPORTASI LAUT

1. Faktor-faktor Fisis Yang Mempengaruhi Laut:

Faktor fisis yang banyak pengaruhnya terhadap aktivitas transportasi laut antara lain:
1) Iklim atau cuaca, misalnya ada hubungan antara kapal layar dengan arah dan kecepatan angin. Kita ingat dahulu
pelayaran antara Indonesia bagian Timur dan Barat. Pelayaran dari Indonesia Barat menuju daerah Maluku
dilakukan dengan musim angin Barat, dan pelayaran dari Indonesia Timur ke Indonesia bagian Barat
pada musim angin Timur. Badai atau angin kencang yang disertai hujan besar, juga topan atau cykloon, bisa
membahayakan pelayaran. Kabut yang tebal melemahkan jarak penglihatan yang bisa menyebabkan kecelakaan.
2) Es, atau gunung Es di laut bisa membahayakan kapal dan menghalangi jalan kapal. Tetapi sekarang
telah ada kapal patroli yang bisa menghabcurkan es laut.
3) Gosong Karang, terutama yang biasanya berkembang pada perairan yang relatif dangkal bisa menyebabkan
kapal kandas, terutama bila kabut sedang tebal.
4) Gelombang yang besar yang biasanya dibarengi dengan angin kencang, bisa membahayakan perahu-perahu
atau kapal kecil. Sedangkan kapal besar dan modern biasanya sudah tidak terpengaruh lagi oleh
keadaaan cuaca dan gelombang.

Pasang naik dan pasang surut. Bisa menentukan keluar masuknya kapal-kapal ke pelabuhan, terutama
perabuhan yang alur tempat berlabuhnya kapal dangkal dan kapal hanya bisa keluar masuk pelabuhan pada waktu
pang naik.

2. Pelabuhan
Pelabuhan ialah suatu tempat dimana tejadi pergantian alat transportasi darat dan laut. Barang
yang ditransportasikan terdiri dari orang (penumpang) atau barang. Pada pelabuhan pelabuhan yang besar,
biasanya dilengkapi dengan dok , dermaga yang banyak untuk menghandel muatan yang terus bertambah. Malah di
kota-kota seperti Rotterdam dan London adanya dok, telah mendorong pertumbuhan industri dan mempengaruhi
pola penggunaan tanah.
Studi geografi dari pada pelabuhan meliputi:
1) Pergerakan barang-barang antara, hinterland dengan pelabuhan itu dan antara hinterland dengan foreland
(=bagian-bagian dunia yang bisa dicapai oleh transportasi laut).
2) Fasilitas pelabuhan sebagai suatu aspek dari urban land use.
Suatu pelabuhan laut yang besar harus mempunyai hinterland produksi dan hinterland konsumsi,
dengan transportasi darat yang memadai. Banyak pelabuhan yang bagus, tetapi kurang berarti karena kurang
produktifnya daerah hinterland. Sebaliknya, hinterland yang kaya memerlukan pelabuhan buatan
jika tidak ada pelabuha n alam. Los Angeles, umpamanya, membangun pelabuhan buatatan karena
banyaknya barang-barang produksi dan untuk melayam para konsumen yang terdiri dari produksi daerah sekitamya.
Dilihat dari segi kejadiannya, ada pelabuhan alam - pelabuhan buatan. Pelabuhan alam biasanya merupakan
teluk tempat berlabuh atau pantai yang dangkal. Pada pantai yang landai dan dangkal menyebabkan kapal harus
memuat dan membongkar muatannya jauh dari pantai. Jadi memerlukan alat angkut bantu berupa perahu-perahu
kecil atau bargas atau perahu tunda. Tidak ada pelabuhan yang sempurna dan lengkap hanya yang satu lebih baik
dari pada yang lain. Pelabuhan alam yang baik misalnya San Fransisco, dengan alur masuk kapalnya yang kecil
dan cukup dalam, cukup untuk kapal besar dan tidak terganggu es, tetapi sering terganggu kabut, dan kedudukan
San Fransisco yang terletak pada jazirah yang kurang favorable untuk mendekati hinterland, tetapi dengan
adanya jembatan Golden Gate dan Bay Bridge telah mempermudah sistem transportasi daratan.
Syarat pelabuhan yang baik antara lain:
1) Terlindung dari gangguan angin dan gelombang. Bila tidak ada perlindungan kapal harus pasang jangkar pada
waktu badai. Untuk adanya tempat yang aman perlu dibuat dermaga, seperti Tanjung Periuk dan
Madras (India). Sedang kota-kota yang letaknya agak ke pedalaman perlu dibuat kanal sebagai basin yang
menghubungkan kota tersebut dengan laut, seperti di Haoutson (Texas) dan Manchester (England).
2) Air pada Chanel cukup dalam (lebih dari 50 m) sampai batas pantai, sehingga bisa digunakan kapal-kapal
besar. Bila pelabuhan pada daerah pengendapan, misalnya pada muara sungai, seperti: Rotterdam,
Antwerpen, Shanghai, London, Hamburg, Bremen, perlu pendalaman Chanel dengan pengerukan.
3) Tempat membuang jangkar yang cukup luas. Karena kapal-kapal besar seperti Queen Ellizabeth
membutuhkan radius kira-kira 1/2 mil untuk berputamya kapal. Pelabuhan besar seperti : New York,
Hampton Roads (Va), Rio de Janeiro, dapat dikunjungi kapal samudera dari seluruh dunia.
4) Jalan masuk kapal cukup besar, lurus dan dalam airnya. Pelabuhan-pelabuhan yang tidak baik entrance-
harbournya, bisa mengakibatkan mandeg dan keterlambatan, bea masuk pelabuhan.
5) Perbedaan tinggi air antara pasang naik dan surut, kecil (kurang dari 15 feet), sehingga kapalkapal dapat
berlabuh setiap saat. Tidak tergantung kepada waktu pasang naik. Banyak pelabuhan di Eropa Barat membangun
tidal basin yang dilengkapi dengan pintu air kapal-kapal masuk dan keluar dari tidal basin itu hanya pada waktu
pasang naik. Tidal yang di pelabuhan New York = 4 ½feet, Baltimore = 1 ft. Liverpool dan Le Havre = 25- 30
ft.
6) Bebas Es. Pelabuhan yang tertutup es pada musim Winter perlu dilengkapi dengan kapal pemecah es
yang menjaga Chanel keluar masuknya pelabuhan, supaya tetap terbuka. Pelabuhan Montreal, Arahangel,
pelabuhan di daerah Baltik, Vladivostok; selama beberapa bulan kehilangan aktivitasnya karena
gangguan es.
7) Bebas kabut. Pelabuhan yang terganggu kabut perlu dilengkapi dengan alai pembantu supayakapal bisa berlabuh
dengan selamat, seperti: radar, radio, bell. pluit, dan lain-lain. Dengan adanya kabut, berarti menambah waktu dan
biaya yang banyak.
8) Pantainya merupakan daerah yang cukup luas, untuk pembangunan dermaga, dok, gedung,
gudang-gudang dan lain-lainnya. Beberapa pelabuhan Fjord seperti Bergen Norwegia, dimana lereng langsung
berhubungan langsung dengan air laut, hampir tidak ada ruangan lagi untuk pembangunan fasilitas. Sehingga
Seatle harus membongkar bukit untuk membuat gedung-gedungnya. Di Manhattan Island New York, ruangan
yang berhubungan langsung dengan air laut terbatas sekali dan mahal.
9) Mudah dicapai oleh sarana transportasi darat, seperti kereta api, jalan mobil, dan lain-lain.

Di beberapa pelabuhan terutama di negara-negara yang tenaga manusia lebih murah dari pada pengadaan
mesin, banyak menggunakan tenaga manusia untuk memuat dan membongkar barang ke dan dari kapal.Tetapi
pelabuhan modern mempunyai alat-alat perlengkapan terminal secara maksimal seperti mesin derek ban berjalan
(conveor belt), rel-rel kereta api, bargas, truk pengangkut lokal, sejumlah dermaga dan lain-lain.
Pelabuhan New York umpamanya, mempunyai kira-kira 180 dermaga berlabuh, yang berjejer sepanjang kira-
kira 650 mil. Sedangkan pelabuhan London, Liverpool, Hamburg, Bremen, Amsterdam, Rotterdam dan Antworpen
semuanya tidak menyamai luas pelabuhan New York. Alam telah memberikan ssilitas bagi pelabuhan New York.
Sedang pelabuhan Eropa kebanyakan buatan manusia, dimana pelabuhan hanya merupakan galian , lumpur tempat
berlabuh.
Di Eropa kebanyakan pelabuhan diselenggarakan oleh pemerintah, atau badan semi
pemerintah yang lebih mementingkan kepentingan umum relatif urang vested interest. Sebaliknya di USA
kebanyakan di daerah pelabuhan (water front space) dimiliki oleh perusahaan kereta api dan perusahaan swasta
konsekuensinya industri lokal sering terdesak ke tempat woter font yang kurang baik untuk pelabuhan, kapal-kapal
dapat berlabuh dengan leluasa, teratur dengan segala fasilitasnya.
3. Macam-Macam Kapal Laut
Kapal samudera merupakan sarana transportasi termurah, dengan dayaangkut yang besar dengan jarak yang
jauh. Sehingga sangat efisien untuk mengangkut barang rendah nilai
ekonomisnya dengan volume yang besar, naik ke pasaran internasional maupun domestik, seperti mengangkut bijih
besi, batu bars, tetapi kurang baik untuk barang-barang paket yang mudah rusak.Kelemahan dari kapal samudera
yang besar-besar, tidak bisa mengangkut jauh ke pedalaman kontinen, kecuali bila ada terusan atau sungai yang
besar. Sehingga untuk menyelenggarakan transportasi ke perairan pedalaman memerlukan kapal yang lebih kecil
tonasenya, yang menyusur pantai dan melayari sungai dan kanal-kanal yang lebih kecil dan dangkal. IP
c
Ada beberapa macam kapal untuk pelayaran samudera: Tramps, Tramps tankers; Tramps Linners; Linners
1)Tramps, ialah kapal yang routenya maupun waktu berlayarnya tidak terikat, jadi mengadakan pelayaran
berdasarkan kebutuhan yang sewaktu-waktu. Kebaikannya bias bebas menentukan waktu dan route angkutan
sesuai dengan muatan yang ada; bisa singgah pada suatu pelabuhan, dimana kapal itu memuat atau
membongkar muatan. Kapal ini merupakan kapal samudera yang kecil, rata-rata hanya sekitar 2.000-8.000
ton, dengan kecepatan 12 knot. atau kurang, bisanya 10 knot. Biasanya memuat barang-barang besar tetapi
nilainyanya rendah, seperti batu bara, bijih logam, pupuk, kayu, gandum, gula, dan lain -lain. Tramps
biasanya mengembara ke samudera-samudera menyinggahi pelabuhan besar dan kecil, yang merupakan
pelabuhan eksport, seperti: Narfik, Norwegia, yang khusus merupakan pelabuhan bijih besi; Bahia Blanca,
Argentina untuk gandum. Malah banyak tramps yang mengunjungi tempat-tempat yang bukan pelabuhan biasa.

2) Tramps Tankers, yaitu kapal samudera khusus untuk mengangkut barang cair atau setengah cair,
seperti minyak bumi, dengan segala hasil produksinya, minyak tumbuhan, gula, (molasses). Kebanyakan
tanker mengangkut minyak mentah, dari daerah pengeboran ke pabrik -pabrik penyulingan dan mengangkut
hasil produksinya seperti gasoline, minyak bakar sebagainya. Akhir-akhir ini tanker melayani hampir semua
pelabuhan di dunia. Malah ada kapal tanker yang mendistribusikan hasil minyak bumi ke daerah pedalaman
melalui kanal-kanal, sungai dan danau-danau. Kapal tanker merupakan pelengkap dan penyaring dari pada pipa.
Yang mana pemasangan pipa dari daerah minyak Texas ke pelabuhan di pantai Timur USA mengurangi lalu
lintas kapal tanker di daerah itu. Pipa minyak dari Arab ke Mediteran memperpendek pelayaran kapal-kapal
tangki ke Eropah Barat dan mengurangi jumlah pelayaran kapal tanker. Kapal tanker ini berukuran 3.000 –
15.000 ton atau lebih, dengan kecepatan 10 knot, waktu dan arah pelayarannya hampir bebas.
3) Tramps Linners, kapal laut yang routenya hampir tetap, tetapi waktu berlayarnya berdasarkan charter; yang
mengangkut barang-barang yang besar, Bering dilengkapi dengan ruangan pendingin dan ruangan untuk
barang cair. Ukurannya 3.000 –10.000 ton, kecepatannya 12-14 knot

4) Linners, kapal macam ini berlayar pada route dan waktu yang telah tentu, apakah ada penumpang
atau ada muatan atau tidak. Muatan terutama penumpang (orang) dengan barang yang kecil volumenya,
tetapi tinggi nilainya, atau benda-benda pos, maka disebut passengger liners. Bila yang diutamakan barang-
barang paket dengan sedikit orang maka disebut General Cargo Liners, yang biasanya dilengkapi dengan
kamar pendingin dan tanki barang cair. Kebanyakan Cargo Linners berukuran 5.000-10.000 ton, ada
pula yang lebih besar Queen Elizabeth sampai 85.000 ton. Berbeda dengan tramps dan tankers, liners
biasanya tidak mengangkut barang-barang yang besar dan berat tetapi lebih banyak mengangkut barang-baang
paket, keranjang, drum, barang-barang yang tidak memerlukan pengepakan seperti, oto, balokan
logam, baja dan lain-lain. Banyak liners yang dilengkapi dengan kamar pendingin, untuk mengangkut
muatan khusus yang harusa didinginkan, seperti pisang, daging, mentega. Penumpang dan surat juga
ditempatkan pada kelas khusus. Liners menyinggahi pelabuhan yang dilaluinya hanya untuk menurunkan
penumpang dan surat-surat, seperti di pelabuhan-pelabuhan Quinstown (Cobh) di Irlandia dan Toulon di
Perancis. Pelabuhan yang Bering disinggahi Boners disebut liners port. Pelabuhan yang balk bagi liners yang
mempunyai fasilitas; gudang penyimpangan barang-barang yang dihasilkan dari daerah hinterland maupun
barang-barang import. Tetapi ada pula pelabuhan yang mempunyai hinterland yang terletak pada route utama
dan bukana merupakan pelabuhan tujuan, hanya t empat singgah, seperd : Aden, Suez, Singapura,
Cape Town, Colombo, Karachi, dan Brisbane.

4. Transportasi Laut di Indonesia


Dilihat dari macamnya pelayaran di Indonesia, atau yang diselenggarakan oleh Indonesia terdiri atas :
1) Pelayaran Dalam Negeri yang meliputi :
a) Pelayaran Nusantara, yaitu pelayaran untuk melakukan usaha pengangkutan antar pelabuhan Indonesia
tanpa memandang jurusan yang ditempuh satu dan yang lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Pelayaran Lokal, yaitu pelayaran untuk melakukan usaha pengangkutan antar pelabuhan Indonesia yang
ditujukan untuk menunjang kegiatan pelayaran nusantara dan pelayaran luar negeri dengan
mempergunakan kapal yang berukuran 500 m 3 (isi kotor) ke bawah atau sama dengan : 175 berat ke bawah.
Atau dengan kata lain pelayaran ini berfungsi sebagai feeder bagi kapal pelayaran Nusantara dan pelayaran
Luar negeri.
c) Pelayaran Rakyat, yaitu pelayaran nusantara dengan mempergunakan perahu-perahu layar.
d) Pelayaran Pedalaman, terusan dan sungai, yaitu pelayaran untuk melakukan usaha pengangkutan di
perairan pedalaman, terusan dan sungai.
e) Pelayaran Penundaan Laut, yaitu pelayaran nusantara dengan menggunakan tongkangtongkang yang ditarik
oleh kapal-kapal tunda.
2) Pelayaran Luar Negeri, yang meliputi :
a) Pelayaran samudera dekat, yaitu pelayaran ke pelabuhan-pelabuhan negara, tetangga yang tidak
melebihi jarak 3.000 mil laut dari pelabuhan terluar Indonesia, tanpa memandangan jurusan. Dapat
mencapai negara negara Muangthai, Kamboja, India, Pakistan, Hongkong, Philipina, Jepang, dan Australia.
b) Pelayaran Samudera , yaitu pelayaran ke dan dari luar yang bukan merupakan pelayaran samudera
dekat.

3) Pelayaran Khusus, yaitu pelayaran dalam dan luar negeri dengan mengunakan kapal kapal pengangkut khusus,
untuk pengangkutan hasil industri, pertambangan dan hasil hasil usaha lainnya yang bersifat khusus, seperti
minyak bumi, batu bars, bijih besi, bijih nikel, timah, bauksit, kayu dan barang lainnya.

Seluruh pelabuhan yang terdapat di Indonesia berdasarkan surat keputusan bersama Menteri dagangan Keuangan
dan Perhubungan tanggal, 18 Juli 1969 ialah :
a) Di Sumatera: Sabang, Ule Lhe, Lhoksumawe, Kualalangsa, Pangkalansusu, Belawan, Dumai, Sick Indrapura,
Pekanbaru, Tanjungbalai, Sambu, Tanjunguban, Tanjungpinang, Tembilahan, Kijang, Dabo (Singkep), Jambi,
Metok, Belinyu, Pangkalanbalam, Taboali, Tanjungpanan, Manggar, Palembang. Panjang, Bengkulu,
Telukbayur, Sibolga, Susoh, Meulaboh, dan Gunung Sitoli.
b) Di pulau Jawa : Tajung P e r i u k , Cirebon, legal, Semarang, Surabaya, Probolinggo,
Banyuwangi, dan Cilacap.
c) Di pulau Kalimantan : Pontianak, Kutai, Sampit, Pulangpisau, Banjarmasin, Kualakapuas, Kotabaru,
Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Bunyu, Nunukan.
d) Di Nusa Tenggara : Buleleng, Padang, Benoa, Ampenan, Labuhanhaji, Bima, Reo, Laumere, Endeh, Wingapu,
Kupang, Atapupu, dan Kalabahi.
e) Di Sulawesi :Ujung Pandang, Pomala, Kendari, Malili, Donggala dan Bitung.
f) Di Maluku : Ternate dan Ambon.
g) Di Irian Jaya: Sorong, Fakfak, Biak, Jayapura, Marauke.

Sebetulnya selain pelabuhan tersebut di atas masih banyak pelabuhan-pelabuhan lainnya, terutama pelabuhan
Ferry, seperti: Merak, Bakauheni, Gilimanuk, dan lain-lain.
Kalau kita kelompokkan transportasi laut di Indonesia itu ada yang teratur merupakan trayek yang tetap secara
berkala,ada pula yang barn merupakan pelayaran perintis. Pelayaran perintis itu banyak terdapat di pantai Irian Jaya,
Maluku, Sulawesi Utara dan Timur, Nusatunggara, Gugusan Kepulauan Mentawai dan Pantai Barat Sumatera, serta
antara kepulauan Singkep dan Bintan.

Anda mungkin juga menyukai