Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal oeh masyarakat.

Dalam proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Ini berati bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendid ikan

banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran yang dialami oleh siswa

sebagai anak didik

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dalam pendidikan yang berlangsung

di sekolah adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam suatu

pembelajaran.Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar

merupakan pemegang peran yang sangat penting.Guru bukan hanya sekedar

penyampaian materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sentral

pembelajaran.Keterlibatan siswa aktif tidak kalah pentingnya untuk mengetahui

seberapa besar tingkat penguasaan siswa tentang materi yang diajarkan sehinnga

berdampak terhadap hasil belajar siswa .dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih

kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran khususnya pada

pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

Pembelajaran ilmu pengetahuan alam merupakan pembelajaran yang sangat

penting bagi siswa yang berkaitan langsung dengan interaksi siswa dengan

lingkungannya yang beragam situasi dan kondisi. Dalam kegiatan pembelajaran

ilmu pengetahuan alam pada siswa di sekolah dasar di mulai dengan

1
2

memperkenalkan pengetahuan yang berhubungan langsung dengan kehidupan

sehari-hari dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi

dilingkungan sekitarnya. Dengan demikian siswa akan akrab dengan kondisi

setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam nyata.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa merasa kesulitan

memahami jenis materi tertentu yang menyebabkan dalam pembelajaran kurang

tercapainya suatu kompetensi dasar yang seharusnya itu merupakan satu tujuan

yang diinginkan oleh setiap pendidik. Bila pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam

hanya didominasi dengan metode ceramah maka mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam dapat menjadi mata pelajaran yang membosankan bagi siswa , karena siswa

tidak langsung mengetahui dari apa yang didengarnya, yang menyebapkan antara

siswa dan pendidik tidak terjadi interaksi yang saling aktif

Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran IPA dikelas 4 SD Negeri

040443 Kabanjahe guru masih sebagai pusat dalam belajar, sehingga aktifitas siswa

tidak terlihat dan hasil belajar masih kurang dari standar kelulusan minimal.

Dimana hasil Ulangan yang diperoleh siswa masih di bawah rata-rata

KKM( kriteria ketuntasan minimal) yaitu 65.Dari 40 orang siswa hanya terdapat 15

orang siswa yang sudah tuntas mendapat nilai rata-rata diatas 65 sedangkan 25

orang siswa masih belum tuntas karena masih dibawah nilai rata-rata

65.Seharusnya belajar dikatakan tuntas apabila siswa secara keseluruhan mampu

mendapat nilai rata-rata 65.dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar

siswa pada pembelajaran tersebut masih kurang maksimal.


3

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat merupakan salah satu

penyebap rendahnya hasil belajar siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 040443

Kabanjahe.Kab Karo, khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam,

maka dari itu seorang guru harus mampu menyusun pembelajara yang membuat

siswa aktif dalam belajar

Dari permasalahan diatas maka perlu adanya upaya perbaikan hasil belajar

siswa, salah satunya dengan cara memilih model pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang disampaikan. Peneliti memilih model pembelajaran kontekstual

(kontextual teaching and learning). Model pembelajaran ini dapat memacu siswa

dalam mempelajari materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mencoba melaksanakan

perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas yang berjudul : “ Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kontekstual (Kontextual Teaching And Learning) pada

Pembelajaran IPA dengan Pokok Bahasan Energi Panas di Kelas 4 SD Negeri

040443 Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1. Metode yang diberikan kurang sesuai dengan materi yang disajikan.

2. Pembelajaran IPA dianggap membosankan , kurang menarik, dan sulit sehingga

siswa kurang aktif dalam pembelajaran


4

3. Siswa masih malu bertanya kepada guru

4. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar tidak menyebabkan penafsiran

yang berbeda-beda, sehingga penelitian ini lebih jelas dan terperinci, oleh sebab itu

perlu adanya batasan-batasan masalah. Demi tercapainya suatu tujuan yang di

inginkan. Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

maka masalah yang akan di kaji pada penelitin ini dibatasi pada pengaruh Model

pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and learning). Untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Energi panas, Kelas 4 SD Negeri

040443 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, serta batasan masalah,

maka peneliti merumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and learning) pada Mata

Pelajaran IPA dalam Pokok Bahasan Energi Panas di Kelas 4 SD Negeri

040443 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

2. Apakah hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model

pembelajaaran Kontekstual (Contextual teaching and learning) pada mata

pelajaran IPA dalam Pokok Bahasan Energi Panas di Kelas 4 SD Negeri

040443 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015 ?


5

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA pokok bahasan energi panas dengan menggunakan model

Kontekstual (Contextual teaching and learning) di Kelas 4 SD Negeri 040443

Kabanjahe T.P 2014/2015.

2. Untuk mengetahui Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

Kontekstual (Contextual teaching and learning) pada Pokok Bahasan Energi

Panas pada Kelas 4 SD Negeri 040443 Kabanjahe T.P 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa dapat membantu siswa menerima konsep materi pelajaran yang

disampaikan.

2. Bagi Guru dapat membantu terselenggarannya proses kegiatan belajar mengajar

agar dapat berlangsung secara aktif dan efisien serta sebagai bahan pertimbangan

untuk memilih model pembelajaran Kontekstual (Contextual teaching and

learning) dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk membantu guru yang sedang

mengadakan PTK di sekolah tersebut.

4. Bagi peneliti dapat mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran

dengan menggunakan Model pembelajaran Kontekstuals (Contextual teaching

and learning).
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku oleh siswa karena latihan

dan pengalaman yang diinteraksikan langsung oleh siswa itu sendiri. Perubahan

tingkah laku yang di peroleh siswa tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk

kecakapan, sikap, sifat, dan keterampilan

Menurut Gagne : “belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar

berupa kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,

sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulus yang berasal

dari lingkungan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan

demikian, belajar adalah seperangkat alat kognitif yang mengubah sifat simulasi,

lingkungan meliputi pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru” (Dimyati,

Mudjono 2006:10).

Sedangkan menurut Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan

pengetahuan dibenntuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus

menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan

adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang

(Dimyti, Mudjiono 2006:13).

Dari penjelasan diatas, maka dalam penulisan ini dapat diartikan bahwa

belajar merupakan perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman yang diperoleh

6
7

individu menjadi lebih baik, dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku, sikap,

pengetahuan dan kecakapan pada diri individu.

2.1.2. Pengertian Mengajar

Kegiatan mengajar terjadi bila ada yang belajar, dalam kegiatan mengajar

guru mengkehendaki hadirnya sejumlah siswa, maka mengajar merupakan kegiatan

mutlak yang memerlukan ketertiban siswa dan guru.

Unsur penting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa

belajar-mengajar pada hakekatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa

untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta ide dan apresiasi yang

menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa. (Subiyanto,

dalam Trianto 2010 : 17).

Menurut Nana Sujana dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,

(2006:39) mengatakan bahwa : “Mengajar adalah proses memberikan bimbingan

atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses pembelajaran”.

Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2006 : 39)

berpandapat bahwa : “Pada hakekatnya mengajar adalah suatu proses yaitu proses

mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik untuk

melakukan belajar”.

“Mengajar adalah sebagai berikut : mengajar dapat dilukiskan sebagai

membuat keputusan (decision making) dalam interksi dan hasil dari keputusan guru

adalah jawaban siswa dan sekelompok siswa, kepada siapa guru berinteraksi” (John

R.Pancella kutipan dari Slameto (2010 : 33).


8

Penjelasan diatas, maka dapat diartikan bahwa mengajar adalah proses

kegiatan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, dimana guru mampu

mengatur dan mengorganisasikan lingkungan disekitar anak didik, sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong anak didik untuk belajar sehingga penyampaian

informasi atau pengetahuan dapat berlangsung.

2.1.3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidikan

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembelajarn juga dapat diartikan

bantuan yang diberikan pendidikan agar dapat pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan

kepada peserta didik oleh karena itu guru harus dapat menyesuaikan diri atas

perubahan perkembangan yang begitu cepat.

Menurut kemp dalam wina sanjaya (2006 :124), “Pembelajaran ialah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.

Menurut Dr. Dimyanti dan Mudjiono, (2006: 297)” pembelajaran ialah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dari uraian diatas, maka dalam penulisan ini dapat diartikan bahwa

pembelajaran adalah usaha yang sadar yang dilakukan oleh seorang pengajar secara

terencana untuk membantu siswa dalam belajar.


9

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Hasil

belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu

dari mata pelajaran yang berupa data kuantitaf maupun kualitatif. Penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencari tujuan-tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan

belajar.Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut baik untuk keseluruhan kelas maupun

individu.

Menurut Dr.Dimnyanti dan Drs Mudjiono (2013;200) : “Hasil belajar

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian

atau pengukuran hasil belajar”.

Menurut Dr. Purwanto, MPd, (2011:45), “Hasil belajar adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.

2.1.5. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam

penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa

karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip yang berbeda-

beda.

Menurut Soekamto dalam Trianto(2010:22) menyatakan bahwa : Model

pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar


10

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Sedangkan menurut Joice dan Weil dalam Rusman (2011:133), menyatakan

bahwa : suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

dikelas.

Berdasarkan teori-teori tersebut, maka model pembelajaran adalah suatu

pemilihan rencana dalam pembelajaran yang digunakan guru dan menjadi pola

dalam kegiatan belajar mengajar.

2.1.6. Pengertian Model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning)

Menurut Nurhadi Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang

diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Sedangkan menurut Howey R, Keneth, Kontekstual adalah memungkinkan

terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan

akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan

masalah yang bersifat nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

Jadi pengertian kontekstual dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita

simpulkan bahwa kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.


11

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kontekstual,

tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain pembelajarannya, sebagai

pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanaanya. Pada

intinya pengembangan setiap komponen kontekstual tersebut dalam pembelajaran

dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus

dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang di

ajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-

pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,

Tanya jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaraan , bisa melalui ilustrasi,

model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya

pada setiap siswa.


12

Tujuh Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

1. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru

dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme,

pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi dalam diri seseorang,

oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting yaitu obyek yang

menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk mengintrepretasi

obyek tersebut.

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak sekonyong- konyong, pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

2. Menemukan (Inquiri)

Inquiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

melalui proses berfikir secara sistematis (Sugiyanto: 2009: 17). Inquiri

merupakan inti dari pembelajaran berbasis CTL, pengetahuan dan keterampilan

yangdiperoleh siswa hasil dari menemukan sendiri.Kegiatan inquiri merupakan

sebuah siklus, siklus tersebut terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

 Merumuskan masalah (dalam mapel apapun)

 Mengajukan hipotesa

 Mengumpulkan data melalui observasi

 Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel dan karya lainnya (menguji hipotesa).

 Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, atau audiens yang lain (membuat kesimpulan).


13

3. Bertanya (Question)

Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari

pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran.

Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu

saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan

jawabannya sendiri. Pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat

diperlukan, hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran

lebih produktif, yaitu berguna untuk :

 Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan

pembelajaran

 Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar

 Merangsang keinginan siswa terhadap sesuatu

 Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan

 Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

 Menyegarkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan

memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya..Konsep masyarakat

belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja sama dengan

orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan

antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika

terjadi komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar. (Rusman: 2010).


14

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh

yang dapat ditiru oleh siswa, contohnya membaca berita, membaca lafal bahasa,

mengoperasikan instrumen memerlukan contoh agar siswa dapat mengerjakan

dengan benar. Dalam pembelajaran ada model yang ditiru (Bagaimana cara

belajar), misalnya cara membaca peta, cara menemukan kata kunci. Guru bukan

satu-satunya model, bisa dari siswa atau narasumber.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya

dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pengalaman yang

dicapai, baik yang bernilai positif atau yang bernilai negatif.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment).

Adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

perkembangan Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan

kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa.

Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat

agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Prinsip dasar yang

perlu menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik

dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui

perkembangan pengalaman belajar siswa.


15

2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian

proses dan hasil.

3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang dapat

merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan

apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks dan bagaimana

perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar.

4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat

mengembangkan penilaian diri (self-assessment) dan penilaian sesama (peer

assessmentelajar siswa.

Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajran CTL

Kelebihan CTL :

1. Belajar menjadi lebih bermakana dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan

nyata.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumpuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena pembelajaran CTL menganut aliran kontruktinisme:

dimana seorang siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” bukan “

menghafal”.

Kelemahan CTL :

1. Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam CTL guru tidak lagi

berperan sebagai pusat informasi.


16

2. Tugas guru mengelola sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan

pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.

2.1.7. Pengertian Pembelajaran IPA

IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya.

Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa dan gejala-

gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang

bersifat objektif. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat

objektif tentang alam sekitar beserta isinya.

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.

Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam

bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”.

Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa

indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang

dalam bahasa indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam kamus

fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: systematic and formulated

knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and

induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai:

pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam

yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).

Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai piece of

theoretical knowladge atau sejenis pengetahuan teoritis.

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA

didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam


17

yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan

dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan

yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data dan biasanya disusun

dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan

demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam

yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya

dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu

yang ada dialam. IPA mempunyai beberapa pengertian berdasarkan cara pandang

ilmuwan bersangkutan mulai dari pengertian IPA itu sendiri, cara berfikir IPA , cara

penyelidikannya IPA sampai objek kajian IPA.

Adapun pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990), sains atau

IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor

utama yaitu : “the extant body of scientific knowledge, the values of science and the

method and procecces of science”, yang artinya sains merupakan produk dan proses,

serta mengandung nilai-nilai.

IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman. IPA sebagai

proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-langkah

kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi,

pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen

dan prediksi.
18

Oleh karena itu IPA harus dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami

alam, sebagai cara untuk melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan

pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Collete dan Chiapetta

(1994) : “IPA harus dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam pencarian tentang

pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari

inquiry”.

Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang

gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum yang teruji,

kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

2.1.8. Materi Energi panas

a. Pengertian Energi panas

 Energi Panas disebut juga dengan kalor. energi panas disebut juga dengan

tenaga. energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. tiap

makhluk hidup membutuhkan energi. manusia mendapatkan energi dari nasi dan

sebagainya. Hewan mendapatkan energi dari makanan seperti rumput, daging.

Tumbuhan pun mendapatkan energi dengan membuat makanannya sendiiri

melalui proses fotosintesis. Benda yang dapat menghasilkan energi disebut

sumber energi.

Sumber energi panas berasal dari :

 Panas Matahari (energi panas terbesar)

 Kompor

 Lilin yang menyala

 Bohlam yang menyala


19

 Kedua tangan yang digosok-gosokkan

Alat yang digunakan sebagai pengukur suhu panas adalah termometer,

dengan satuan seperti Celcius, Fahrenheit, Kelvin, ataupun Reamur. akan

tetapi yang lebih sering digunakan adalah Celcius dan Fahreheit.

b. Perpindahan Panas

  Dalam peristiwa perpindahan panas ada 3 macam cara, yaitu :

1. Konduksi

Adalah perpindahan panas dengan perantara zat padat. contoh besi yang

dipanaskan. Dalam peristiwa konduksi besi disebut sebagai konduktor.

Konduktor adalah benda-benda yang mudah menghantarkan panas, seperti

besi, aluminium, seng, baja. sedangkan Isolator adalah benda-benda yang

sukar menghantarkan panas seperti, plastik, kaca, kayu.

2. Konveksi

Adalah peristiwa perpindahan dengan perantara zat cair. Contoh memasak

air lama kelamaan akan mendidih.

3. Radiasi

Adalah peristwa perpindahan panas tanpa zat perantara. Contoh panas

matahari sampai ke bumi.

c. Manfaat Energi Panas

Energi panas sangat bermanfaat bagi manusia. seperti panas matahari dapat

mengeringkan baju, panas setrika dapat merapikan baju dan sebagainya.

Panas Matahari juga dapat digunakan sebagai sumber energi listrik yang ramah
20

lingkungan dan hemat. Dengan menggunakan Panel Surya dapat menyimpan

panas matahari dan diubah menjadi energi listrik.

2.1.9. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Pengertian PTK

Menurut suyanto dalam Masnur Muslich (2011:9) mengatakan bahwa

“Pengertian ptk adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau

meningkatkan praktik-praktek pembelajaran dikelas secara profesional”.

Sedangkan menurut Hopkins dalam Masnur Muslich (2011:8) mengatakan

bahwa : “Pengertian ptk adalah suatu betuk kajian yang bersifat reflektif, yang

dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakantindakan nya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam

pemahaman terhadap kondisi dalam praktek pembelajaran.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja di

munculkan dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Dan juga dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu

penelitian yang mengangkat masalah yang dihadapi oleh seorang guru didalam

kelas, tempat penelitian langsung dikelas yang bermasalah, dan hasil penelitian

langsung dimanfaatkan oleh guru.


21

b. Tujuan PTK

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memperdayakan guru

dalam memecahkan masalah pembelajaran disekolah.

Pada sisi lain, PTK akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang

mereka lakukan sehari-hari dalam menjalan tugas nya.mereka akan kritis

terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang

muluk-muluk dan bersifat universal yang ditemukan para pakar peneliti yang

seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan, keterlibatan

mereka dalam PTK akan menjadikan dirinya menjadi pakar penelitian

dikelasnya tanpa bergantung pada para pakar peneliti lain yang tidak tahu

mengenai permasalahan kelasnya sehari-hari. Masnur Muslich (2011 : 10).

c. Manfaat PTK

Menurut Masnur Muslich (2011 : 10), mengemukakan bahwa adapun manfaat

PTK antara lain sebagai berikut :

1. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam

mengatasi masalah dalam pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

2. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap professional

guru.

3. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja

belajar dan kompetensi siswa.

4. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kwalitas

proses pembelajaran dikelas.


22

5. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan peningkatan kwalitas

penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

6. Dengan pelaksanaan PTK akan terjdi perbikn dan peningkatan kwalits

prosedur dan alat evaluasi yag digunakan untuk mengukur proses dan hasil

belajr siswa.

7. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan pengembangan

pribadi siswa disekolah.

8. Dengan pelaksanaan PTK akan terjdi perbaikn dan peningkatan kwalitas

penerapan kurikulum. (Masnur Muslich 2011 : 10)

2.2. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran sangat berkaitan dari proses dan hasil belajar siswa.

Terjadinya suatu proses pembeljaran yang baik pada dasarnya mendapatkan hasil

belajar yang optimal, oleh karena itu strategi dan hasil pembelajaran seharusnya

menjadi pusat perhatian.metode pembelajaran juga sangat mempengaruhi minat

belajar dan hasil belajar siswa.

Peran seorang guru sangat berpengaruh dalam menyampaikan materi

pelajaran pada proses pembelajaran. Hal ini sangat menentukan suatu ketercpaian

dan tujuan pembelajaran juga mempengaruhi minat belajar siswa, dan akan

berdampak pada ketercapaian tujuan pembelajaran.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yaitu: factor

internal dintara nya motivasi, minat belajar siswa. Sedangkan faktor eksternal

seperti:kemampuan mengajar guru, strategi mengjar, model pembelajaran yang

digunakan guru dalam mengajar.


23

Model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang mengaktifkan

siswa, sehingga siswa mampu mengikuti pembelajaran secara aktif. Dalam hal ini

siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, tugas, tnggung

jawab, bekerja sama dalam menyelesaikan dan menyatukan pendapat untuk

memperoleh keberhasilan yang optimal (baik individu maupun kelompok).

Proses Program pengajaran IPA di sd hendaknya ditujukan untuk memupuk

minat dan pengembangan anak didik terhadap lingkungannya sekitar.model yang

cocok dipakai dalam pokok bahasan energi panas adalah Kontekstual (Contextual

teaching and learning), karena model Kontekstual (Contextual teaching and

learning) dapat membuat siswa mudah mengerti dan memahami pembelajaran

tersebut.

Dari uraian di atas, dalam penelitian ini akan diteliti apakah dengan

menggunakan model Kontekstual (Contextual teaching and learning) dapat

meningkatkan hasil belajar IPA.

2.3. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : “dengan menggunakan

model Kontekstual (Contextual teaching and learning) dapat meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA dengan Pokok Bahasan Energi Panas di

Kelas 4 SD Negeri 040443 Kabanjahe Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Definisi Operasional

1. Model kontekstual (Contextual teaching and learning) adalah model yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan energi panas.
24

2. Prestasi siswa dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara individu dan

klasikal. Dimana hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari hasil evaluasi atau tes

yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar selesai

dilaksanakan.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas 4 SD Negeri 040443 Kabanjahe, pada

Semester Genap Tahun Ajaran 2015. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai

dari bulan April sampai dengan bulan Juni, dimulai dari persiapan penelitian

sampai laporan penelitian.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas 4-B SD Negeri 040443 Kabanjahe TP

2014/2015, menurut guru sejawat jumlah siswa, terdiri dari 40 orang. Subjek

penelitian ini diambil satu kelas dari 2 kelas yang ada. Pemilihan kelas yang

menjadi subjek penelitian ini diambil secara acak, dengan pertimbangan bahwa

2 kelas tersebut mempunyai rata-rata kemampuan yang ada dalam mata

pelajaran IPA

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah penerapan Model Kontekstual

(Contextual teaching and learning) dalam pembelajaran IPA dengan pokok

bahasan Energi panas.

25
26

3.3. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) untuk

memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada

pokok bahasan energi panas dengan menggunakan model Model Kontekstual

(Contextual teaching and learning) pada kelas 4.

3.5. Desain penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian , yaitu penelitian tindakan kelas maka dalam

desain penelitian ini, Suharsimi Arikunto , (2010: 16), mengemukakan secara garis

besar terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan

(3) pengamatan dan (4) refleksi.

Adapun model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

berikut :

Skema Penelitian Pelaksanaan Tindakan Kelas (Arikunto 2008 : 16)


27

3.6. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan ndua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 4

tahap yangn akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus I

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :

 mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

pokok bahasan energi panas

 mengumpulkan/mencari sumber yang dijadikan bahan ajar kepada

siswa yakni pokok bahasan energi panas

 menyiapkan model pembelajaran mengenai pokok bahasan energi panas

 membuat soal-soal tugas yanng akan diberikan pada masing-masing

siswa berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari.

 menyusun alat observasi untuk melihat kegiatan belajar mengajar

 menyusun lembar test untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang

dicapai siswa

2) Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pokok

bahasan energi panas.

 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3-

5 orang.

 Guru memberi materi dan soal kepada setiap kelompok.


28

 Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertnyaan itu dan

memastikan tiap anggota mengetahui jawaban tersebut.

 Guru memanggil salah satu kelompok untuk melaporkan hasil kerja

sama mereka.

 Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.

 Guru memberi penilaian kepada siswa/kelompok.

3) Observasi

Observasi dilakukan terhadap aktifitas siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran model Kontekstual (Kontextual teaching and learning)

dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam berlangsung.Pengamatan ini

bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang

telah disusun guru. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah

melakukan pengamatan terhadap guru dalam proses tindakan dan kegiatan

belajar siswa serta mengamati kondisi dan situasi saat proses pembelajaran

berlangsung.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan serta

memperoleh kesimpulan dari tindakan siklus I yang telah dilakukan dan

apabila pelaksanaan siklus 1 belum tuntas berdasarkan indikator

keberhasilan dan perolehan data dari hasil pengamatan maka hasil refleksi

ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus

II.
29

2. Siklus II

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

 Mengindentifikasikan masalah yang muncul siklus I dan menetapkan

alternatif pemecahan masalah.

 Menyusun rencana pembelajaran yang akan disampaikan kepada

siswa.

 Menyiapkan waktu yang digunakan dalam menggunakan model

Kontekstual (Kontextual teaching and learning).

 Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

 Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran.

 Menyusun alat evaluasi yang akan diberikan pada siswa berdasarkan

kompetensi dasar yang dipelajari.

2) Pelaksanaan Tindakan

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pokok

bahasan energi panas

 Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan

3-5 orang

 Guru memberi materi dan soal kepada setiap kelompok

 Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertnyaan itu dan

memastikan tiap anggota mengetahui jawaban tersebut


30

 Guru memanggil salah satu kelompok untuk melaporkan hasil kerja

sama mereka

 Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi

 Guru memberi penilaian kepada siswa/kelompok

3) Observasi

Observasi dilakukan terhadap aktifitas siswa dan kinerja guru selama

pembelajaran model Kontekstual (Kontextual teaching and learning)

dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam berlangsung.Pengamatan ini

bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang

telah disusun guru.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengamatan

terhadap guru dalam proses tindakan dan kegiatan belajar siswa serta

mengamati kondisi dan situasi saat proses pembelajaran berlangsung.

4) Refleksi

Kegiatan Refleksi dilakukan untuk pengambilan kesimpulan terhadap

seluruh aktivitas kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

berlangsung.

Jika pada tahap siklus II ini masih ditemukan bahwa siswa belum mampu

menyelesaikan soal-soal dengan baik dan benar maka dilaksanakan siklus

selanjutnya, namun jika telah memenuhi indikator keberhasilan yang

ditetapkan maka tidak perlu dilakukan tindakan pada siklus

selanjutnya .dengan kata lain pembelajaran dianggap selesai dengan hasil

bahwa siswa telah memahami materi dan menyelesaikan soal-soal tuntas.


31

3.7. Teknik Pengumpul Data

1. Tes

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan.suharsimi arikunto(2002;53)

Test dibuat dalam bentuk pilihan berganda dan disusun sebanyak 20 soal dengan

kisi- kisi soal sebagai berikut :

Kisi- Kisi Soal Tes Hasil Belajar

Jenjang Kognitif
Kompetensi
Indikator Jlh
Dasar
C1 C2 C3

Energi panas - Pengertian 1, 2, 3, 4, 5 10, 11, 16, 20

energi panas 12, 13, 17,

- Perpindahan 14, 15 18,

panas dan 6, 7, 8, 9 19,

manfaat energi 20.

panas

Total 9 6 5 20

Keterangan :

C1 : Pengetahuan

C2 : Pemahaman

C3 : Aplikasi
32

2. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan

memperhatikan tingkah lakunya. Observasi yang dilakukan merupakan tahap

kegiatan seluruh siswa dan perubahan yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan.

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data untuk siswa dalam proses belajar

mengajar.

Adapun peran observasi adalah mengamati aktivitas pembelajaran yang

berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan serta memberikan penilaian

berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta untuk mengetahui sejauh mana

ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Angket

Angket disusun dengan 20 pertanyaan untuk melihat aktivitas dan sikap

selama Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 4 SD Negeri 040443 Kabanjahe.

Tabel 3.2

KISI-KISI ANGKET

NO Kriteria Angket Nomor Angket Jumlah

1. Kegiatan pembelajaran 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

2. Aktivitas Siswa 7, 8, 9, 10 4

3. Sikap Siswa 11, 12, 13, 14 4

4. Kesesuaian materi dengan 15, 16, 17, 18, 19, 20 6


penjelasan guru

Total 20
33

F. Analisis data

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil

belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah dibuat, maka untuk mengetahui

persentase kemampuan siswa secara individual dari tiap tes yang diberikan, maka

peneliti menggunakan rumus ketuntasan belajar sebagai berikut :

KB x 100% ( Trianto, 2010 : 241 )

Keterangan :

KB : Ketuntasan belajar

T : Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt : Jumlah skor Total

Kemudian untuk persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

dirumuskan sebagai berikut :

siswa yang tuntas belajar


P= x 100%
siswa

Dan nilai rata-rata kelas adalah :

PKK X 100% ( Zainal Aqib, dkk, 2010 )

Keterangan :

PKK : adalah persentase ketuntasan secara klasikal

X : adalah jumlah semua nilai siswa

N : adalah jumlah seluruh siswa

Tingkat keberhasilan Belajar Siswa dalam %


34

Tingkat keberhasilan (%) Arti/makna

≥ 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

≤20% Sangat rendah


35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Dimyanti & Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Hakikat pembelajaran IPA di SD dalam http//phierda.wordpress.com/2012/10/30/


hakikat pembelajaran-ipa-sd

Haryanto.2007. Sains untuk sekolah dasar kelas IV.Jakarta : Erlangga

http://serbamakalah.blogspot.com/2013/06/contextual-teaching-learning-model.html

Muslich, Masnur.2011. Melaksanakan PTK itu mudah. Jakarta : Bumi Aksara

Rusman.2012. Model-Model Pembelajaran .Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta :PT Rineka
Cipta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta :


Kencana Prenada Media Group.

35
36

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (Contextual Teaching And
Learning) PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MATERI
ENERGI PANAS DI KELAS IV SD NEGERI 040443
KABANJAHE KABUPATEN KARO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PROPOSAL

Disusun dan diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat untuk


memperoleh Gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Quality

DISUSUN OLEH :

Elpida Br Ginting
NPM : 1205030224
Program Studi : PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS QUALITY
MEDAN
2014
37

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan kasih yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis selama ini

khususnya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan proposal ini.

Adapun judul penelitian ini adalah : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

siswa dengan menggunakan Model pembelajaran Kontekstual (contextual

teaching and learning) pada mata pelajaran Ipa dengan pokok bahasan Energi

panas di SD NEGERI 040443 Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun Pelajaran

2014/2015”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak

kekurangan baik dalam isi maupun bahasa penulisan.Untuk itu penulis sanngat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

proposal ini.

Akhir kata penulis ucapkan semoga proposal ini memberikan manfaat bagi

kita semuanya , dan penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang

telah membantu dalam penulisan proposal ini.

Medan, 2014

Penulis,

ELPIDA BR GINTING
1205030224

Anda mungkin juga menyukai