Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Dengan mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tersebut di atas, Kementerian Pendidikan Nasional sejak tahun 2010 mengembangkan
pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, termasuk MTs.
Sebenarnya pendidikan karakter bukan sepenuhnya hal yang baru dalam
sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini setidak-tidaknya ada tiga mata
pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu
Pendidikan Agama, PKn, dan Bahasa Indonesia. Namun demikian, pengembangan
watak melalui ketiga mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang
memuaskan karena beberapa hal. Pertama, ketiga mata pelajaran tersebut cenderung
sekedar membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata
pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada ketiga mata pelajaran tersebut pada
umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh
masing-masing siswa sehingga siswa berperilaku dengan karakter yang tangguh.
Ketiga, menggantungkan pembentukan watak siswa melalui ketiga mata pelajaran itu
saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak
lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan
kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan
dilaksanakan untuk mendukung pengembangan karakter peserta didik.
Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan
budi pekerti tersebut, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut
adalah:
1. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam
substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap
aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas pada semua mata
pelajaran.
2. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan kesiswaan.
3. Selain itu, pengembangan karakter dilaksanakan melalui kegiatan
pengelolaan semua bidang urusan di sekolah yang melibatkan semua
warga sekolah.
B. Tujuan
Pendidikan karakter di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik
mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir-butir Standar
Kompetensi Lulusan sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia
(cerdas dan kompetitif).
C. Sasaran
Sasaran utama pendidikan karakter di sekolah adalah seluruh peserta didik.
Namun demikian, warga sekolah lainnya, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
pegawai tata usaha, laboran, pustakawan, dan penjaga sekolah harus menjadi model
dalam mengembangkan karakter masing-masing. Mereka adalah pendidik karakter
yang harus beperan sebagai model insan berkarakter.
20. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak
diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang
lain.
21. Kepatuhan terhadap aturan-aturan social
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
22. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain.
23. Kepedulian terhadap lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki
penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar
dirinya.
24. Nasionalisme
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
25. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, delapan butir dipilih sebagai
nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter, yaitu:
a. Kereligiusan
b. Kejujuran
c. Kecerdasan
d. Tanggung jawab
e. Kebersihan dan Kesehatan
f. Kedisiplinan
g. Tolong-menolong
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Kedelapan butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata
pelajaran dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman
nilai-nilai lainnya.
E. Kegiatan Pembiasaan
Program pembiasaan dimaksudkan untuk menanamkan sistem nilai pada
peserta didik yang dapat mewarnai prilaku peserta didik sehari-hari. Program
pembiasaan dibedakan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan meliputi pembiasaan
terperogram, pembiasaan rutin, pembiasaan spontan dan pembiasaan keteladanan.
Guru kelas dan guru mata pelajaran serta dibantu semua unsur di sekolah sebagai
fasilitator pembiasaan.
1. Pembiasaan Rutin
2. Pembiasaan Terprogram
4. Pembiasaan Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang
lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru
dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru
dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama
memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu.
F. Penutup
Fungsi Pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan, memperkuat potensi
pribadi, dan menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter
peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya
pembentukan karakter dilakukan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik
melalui mata pelajaran dan kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas serta
luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius,
jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab dan sebagainya,
dimulai dari keluarga dan diperkuat di sekolah dan masyarakat
Pendidikan karakter dapat berkembang dengan baik melalui budaya sekolah
yang mendukung. Pembentukan budaya sekolah (school culture) dapat dilakukan
melalui serangkaian kegiatan: perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang lebih
berorientasi pada peserta didik, dan penilaian yang bersifat komprehensif.
Perencanaan di tingkat sekolah adalah melakukan penguatan dalam penyusunan
kurikulum di tingkat sekolah (KTSP), seperti menetapkan visi, misi, tujuan, struktur
kurikulum, kalender akademik, penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Keseluruhan perencanaan sekolah yang bertitik tolak dari
melakukan analisis kekuatan dan kebutuhan sekolah akan dapat dihasilkan program
pendidikan yang lebih terarah yang tidak semata-mata berupa penguatan ranah
pengetahuan dan keterampilan melainkan juga sikap prilaku yang akhirnya dapat
membentuk ahklak budi luhur.
Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran atau nilai yang diajarkan,
tetapi lebih kepada upaya penanaman nilai-nilai baik melalui semua mata pelajaran,
program pengembangan diri, dan budaya sekolah. Peta nilai yang disajikan dalam
naskah ini merupakan contoh penyebaran nilai yang dapat dikembangkan melalui
berbagai mata pelajaran, sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) yang terdapat dalam standar isi (SI); melalui program pengembangan diri,
seperti kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian.
Perencanaan pengembangan Pendidikan Karakter ini perlu dilakukan oleh semua
warga sekolah yang secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik.