Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN DIAGNOSA
DIMENSIA

Disusun oleh:
SRI RAMADANI 1701026

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES


PANAKUKKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
T.A 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa,
dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya
disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit
serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak
(Durand dan Barlow, 2006).
Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di
wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan
peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara barat.
Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadi
sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan
tanda-tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada
akhirnya penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun. Sebagian
besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para
Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan
jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih
sejak dini disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor,
M. N, 2003)
B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang hendak
kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai bagaimana gambaran
klinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan
demensia ?

C . TUJUAN DAN MANFAAT


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan demensia
2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan demensia
3. Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan
pasien lansia dengan demensia
4. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan demensia
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer,
L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama
pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks
serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan
kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika
degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas
bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh
diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,
penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya
sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia
diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan
penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi
fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun
penyakit Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan
mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal,
seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan
keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka
kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu
populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada
negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia
lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60
tahun dan sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia
mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah
alzeimer.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia
Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju
Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-
20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia
vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

3. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson,
C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat
keputusan dan juga penurunan proses berpikir
Untuk demensia tipe Alzheimer ada beberapa penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament predisposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi
radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :
 Faktor genetic
 Faktor infeksi
 Faktor lingkungan
 Faktor imunologis
 Faktor trauma
 Faktor neurotransmitter
4. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini.


Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer
sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

 Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,


 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
 Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
 Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,


walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah
ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya
juga terjadi perubahan.

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer 
tetapi  terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

 Peningkatan reflek tendon dalam,


 Respontar eksensor,
 Palsi pseudobulbar,
 Kelainan gaya berjalan,
 Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,
sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor


resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan
juga dengan MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :


 Terdapat gejala demensia
 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
 Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)

 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

 Menurut kerusakan struktur otak

1. Tipe Alzheimer
2. Tipe non-Alzheimer
3. Demensia vaskular
4. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5. Demensia Lobus frontal-temporal
6. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7. Morbus Parkinson
8. Morbus Huntington
9. Morbus Pick
10.Morbus Jakob-Creutzfeldt
11.Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12.Prion disease
13.Palsi Supranuklear progresif
14.Multiple sklerosis
15.Neurosifilis
16. Menurut sifat klinis:

17.Demensia proprius
18.Pseudo-demensia
5. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai
pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron
yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah
intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan
biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang
pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.
Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular
yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP,
protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan
menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel
neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia
menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus
secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda
yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya system transport
internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya
diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron
yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta)
yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal.
A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta,
fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan
tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril –
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi
neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas
sehingga menggagu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara
neurokimia kelainan pada otak
Pathway (terlampir)

6. Gejala Klinis
Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer
Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat
gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,
dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif.
Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun.
Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita
tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda
dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal
ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik
seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi
pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur,
nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

 Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu
adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya
antara lain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah bingung,
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan
sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan
suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi, dan ada gangguan visuospasial,
menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya
15-20%,”
Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya
antara lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual
serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa
mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan
ornag lain, kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita
yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun
keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan
dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit
mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri
bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai
dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga
merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka
belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang
dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,
mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit
di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang
mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif
menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus
dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik,
pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan
juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik
perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman
perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat
dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.
Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia
penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi
tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi,
apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:


 Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali
 Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti
mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
 Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
7. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
 Pembedaan antara delirium dan demensia
 Bagian otak yang terkena
 Penyebab yang potensial reversibel
 Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
 Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
 Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
 Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
 Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
 Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita
demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental
maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif
dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari
dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,
sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh
anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya
Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita
demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema,
walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin
mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada
ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran
adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita
demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui
apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan
gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat
Lansia dengan demensia.

8. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang
disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan
dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik,
dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera
setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia
yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang
mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian
terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka
merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada
penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung,
diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk
berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral
dan fungsi kognitif.

 Obat untuk demensia


a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada
beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan
keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia
alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini
juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi
kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi
ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
b. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti
untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor,
cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan,
namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada
sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya
cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam
serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh
perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan
dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan
umum.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering
digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate.
Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas,
dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak
bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat
untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat
untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia
jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular
tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi
alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial
9. Pencegahan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
ataupun menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya
ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan
teman yang memiliki persamaan minat atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks


dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental
dapat meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan
mengkompensasi perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini
mencakup teka teki dan permainan kata,belajar bahasa,bermain alat
music,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak hanya kegiatan ini
yang membantu menunda terjadinya demensia,tetapi juga membantu
menurunkan efek. Semakin sering melakukan aktivitas maka semakin
menguntungkan.
6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa
tiga dosis tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu
menurunkan kadar homosistein dan berguna untuk memperlambat
perkembangan penyakit Alzheimer.
7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-
orang dengan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab
demesia vaskuler.
8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena
menurut penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan
omega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-
kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan
resiko terkena demensia.
9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk
influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan
mengurangi resiko demensia karena memiliki efek perlindungan
terhadap berkembangnya demensia.

10. Prognosis
Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak yang
hampir menyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan
perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan
(berkelana). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan
bisa kehilangan kemampuan berbicara.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Hari/TGL : Kamis/12februari2021
Jam : 14.00
Nama Mhs : Sri Ramadani (1701026)
1. Identitas
a. Nama : Ny F.P
b. Umur : 67 thn
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Status perkawinan : menikah
e. Agama : Kristen protestan
f. Suku : Timor
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : penghuni wisma
b.Pekerjaan sebelumnya : petani
c. Sumber pendapatan : kebutuhan di bantu oleh panti werda budi agung kupang
3. Lingkungan tempat tinggal
Kebersihan dan kerapian lingkungan? Baik, penerangan? Baik, sirkulasi udara?
Baik, keadaan kamar mandi dan WC? Bersih, pembuangan air kotor? Baik,
sumber air minum? Bersih, pembuangan sambah? Baik, sunber pencemaran?
Tidak ada, privasi? Terjaga, resiko injury? Beresiko.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Keluhan Status kesehatan umum
selama setahun terakhir mengalami gatal- gatal di tangan kaki
 Gejala yang di rasakan : gatal-gatal di kaki dan tangan
 Factor pencetus : pruritus
 Timbulnya keluhan : Ny. F.P mengatakan sering lupa, dan badan gatal-gatal
sudah ±3 bulan dan sering Lupa.
5. Pola fungsional
a. Nutrisi metabolic :
Frekuensi makan? 3x sehari setiap pagi,siang,dan sore, nafsu makan? Baik,
jenis makanan? bubur, sayur, tahu, dan tempe,
b. Eliminasi :
BAK : buang air kecil 3-4x sehari
BAB: buang besar biasanya 1 kali sehari

c. Aktifitas pola latihan : Kebersihan diri dilakukan setiap hari tapi


harus di jaga untuk mandi.

d. pola istirahat tidur : Pasien juga mengatakan istirahatnya 2 kali sehari


siang dan malam dan tidak pernah mengalami gangguan tidur.

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran compos mentis E: 5 V : 4 M: 6

b. TTV : tekanan darah 120/ 80, RR 20 kali/ menit, suhu 36 °C, Nadi : 90
kali/menit.

c. BB/TB : 45 kg, 148cm

d. Kepala

Rambut : tampak berambut putih, gunting rambut pendek karena tidak


cuci rambut. Rambut tampak kotor.
Mata : dari hasil pengkajian didapatkan konjungtiva merah muda, sklera
putih, jika melihat jauh pandangan kabur, visus: 2/6
Telinga : dari hasil pengkajian Pasien mengalami perubahan pendengaran
sehingga kemampuan pasien untuk mendengar menurun pada saat
pengkajian menggunakan tess rine menggunakan garputala penghantar
udara lebih lama dari pengantar tulang tetapi tidak sampai dua kali lebih
lama, kemungkinann besar pasien mengalami masalah pendengaran.
Mulut, gigi, bibir : tidak ada karien gigi karena sudah ompong.
e. Dada : dari hasil pengkajian payudara tidak ada benjolan pada payudara,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak, adanya perubahan puting susu
(payudara menyusut).
f. Kulit : Ny F.P mengalami gatal-gatal (pruritus), terdapat perubahan
pigmentasi (warna kulit menjadi seperti bersisik ), terjadinya perubahan
tekstur kulit menjadi kasar.
g. Pengkajian aspek kognitif menggunakan format MMSE : pasien tidak
mampu mengenal jam, hari,tanggal,bulan serta tahun. Untuk tempat,
kelurahan, kabupaten, dan provinsi tetapi lupa nama kecamatan Ny. F.P
megatakan tidak tau. Pada fase registrasi, pasien mampu menyebutkan 3
dari 3 objek yang disebutkan petugas. Pada fase peratian dan peritungan,
pasien tidak mampu menjawab 5 pertanyaan dari 5 pertanyaan
pengurangan. Pada fase mengingat kembali, pasien mampu menyebutkan
1 dari 3 benda yang ditunjuk petugas. Pada fase pengertian verbal, pasien
tidak mampu mengulang kata-kata yang diucapkan petugas. Pada fase
pengertian verbal, pasien tidak mampu melakukan perintah yang ditulis
petugas. Pada fase perintah tertulis, pasien tidak mampu melakukan
perintah yang ditulis petugas. Pada fase menulis kalimat, pasien tidak
mampu menulis satu kalimat yang bermakna. Pada fase menggambar
kontruksi, pasien tidak menirukan gambar yang diberikan petugas.
Kesimpulannya pasien memiliki kognitif Berat.

B. ANALISA DATA
DS & DO DIAGNOSA
1. DS: Ny. FP mengatakan tidak
mengetahui tanggal,waktu,
bulan dan tahun, nama tempat
tidak tau mengatakan tinggal
disini, pasien tidak
mengetahui kelurahan,
kecamatan, kabuapaten, dan
provinsi. Hanya mengetahui
nama.
DO: Ny. F.P tidak dapat
menjawab hari taanggal wakti
tahun. pasien hanya Kerusakan Memori (00131)
Menjawab nama saja. pasien
tidak mampu mengenal jam,
hari,tanggal,bulan serta
tahun. Untuk tempat,
kelurahan, kabupaten, dan
provinsi tetapi lupa nama
kecamatan Ny. F.P
megatakan tidak tau. Pada
fase registrasi, pasien mampu
menyebutkan 3 dari 3 objek
yang disebutkan petugas.
Pada fase perhatian dan
perhitungan, pasien tidak
mampu menjawab 5
pertanyaan dari 5 pertanyaan
pengurangan. Pada fase
mengingat kembali, pasien
mampu menyebutkan 1 dari 3
benda yang ditunjuk
petugas. Pada fase
pengertian verbal, pasien
tidak mampu mengulang
kata-kata yang diucapkan
petugas. Pada fase pengertian
verbal, pasien tidak mampu
melakukan perintah yang
ditulis petugas. Pada fase
perintah tertulis, pasien tidak
mampu melakukan perintah
yang ditulis petugas. Pada
fase menulis kalimat, pasien
tidak mampu menulis satu
kalimat yang bermakna. Pada
fase menggambar kontruksi,
pasien tidak menirukan
gambar yang diberikan
petugas. Kesimpulannya
pasien memiliki kognitif
Berat.

2. DS: Ny. F.P mengatakan lupa


nama teman sewisma, Ny.
F.P mengatakan hanya
mengenal wajah tapi lupa
nama. Ny. F.P mengatakan
lupa masa lalu.

DO: pasien tampak tidak ada


Hambatan Komunikasi
kontak mata saat berbicara,
Verbal (00051).
ketika ditanya menjawab
dengan cepat, ketika ditanya
kadang tidak menjawab
pertanyaan, cepat bosan
dengan pertanyaan yang
diberikan. Ny. F.P hanya
menceritakan hal yang sama
yaitu ( suaminya di ambil
Yesus, dan tidak mau
menikah jika di ajak untuk
bicara hanya menceritakan
yang sama).

3. DS: pasien mengatakan tidak


mandi karena dingin.
DO: Ny. F.P mengeluh
seluruh tubuhnya terasa gatal-
gatal. kulit pasien tampak
Defisit Perawatan Diri Mandi.
kotor dan bersisik,tampak
(00108)
pakaian pasien kotor dan
berbau, serta keaadan umum
berantakkan, pasien tampak
mnenggaruk-garuk badan,
dari data pengasuh
mengatakan Ny. F.P malas
mandi, jika mandi tidak
dijaga hanya mencuci muka,
menggunakan sabun mandi
untuk cuci rambut, terlihat
Ny F.P menggaruk-garuk
tubuhnya.
4. DS: pasien mengatakan jalan
ke atas untuk pergi berdoa
(rumah pendeta) sudah biasa
jalan sendiri karena jalan Risiko Jatuh (00155).
dipinggir.
DO: Ny F.P sering jalan
sendiri tanpa arah, dengan
pandangan visus 2/6, di
wisma sering jalan-jalan
tanpa diketahui oleh
pengasuh, di wismma lantai
licin, berjalan menggunakan
sendal yang licin.

C. DIGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil analisa data maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan,

1. Kerusakan memori (00131),

2. Hambatan komunikasi visual (00051),

3. Defisit Perawtan diri mandi (00108)

4. Risiko jatuh (00155).


D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Setelah dilakukan 1. Mengenal kapan klien
Kerusakan
tindakan keperawatan lahir , Mengenal orang
Memori
selama 3x24 jam atau hal penting.
(00131)
kesadaran klien 2. Mengenal hari bulan
DS: Ny. FP
terhadap identitas tahun dengan benar
mengatakan
personal, waktu dan 3. Klien mampu
tidak
tempat meningkat atau memperhatikan dan
mengetahui
baik dengan indikator/ mendengarkan dengan
tanggal,waktu,
kriteria hasil : baik
bulan dan
1. Mengenal kapan 4. Klien dapat menjawab
tahun, nama
klien lahir pertanyaan dengan tepat
tempat tidak tau
2. Mengenal orang 5. Klien mengenal
mengatakan
atau hal penting identitas diri dengan
tinggal disini,
3. Mengenal hari baik,
pasien tidak
bulan tahun 6. Klien mengenal
mengetahui
dengan benar identitas orang disekitar
kelurahan,
4. Klien mampu dengan tepat.
kecamatan,
memperhatikan
kabuapaten, dan
dan
provinsi. Hanya
mendengarkan
mengetahui
dengan baik
nama.
5. Klien dapat
DO: Ny. F.P
menjawab
tidak dapat
pertanyaan
menjawab hari
dengan tepat
taanggal wakti
6. Klien mengenal
tahun. pasien
identitas diri
hanya
dengan baik
Menjawab
7. Klien mengenal
nama saja.
identitas orang
pasien tidak
disekitar dengan
mampu
tepat.
mengenal jam,
hari,tanggal,bul
an serta tahun.
Untuk tempat,
kelurahan,
kabupaten,dan
provinsi tetapi
lupa nama
kecamatan Ny.
F.P megatakan
tidak tau. Pada
fase registrasi,
pasien mampu
menyebutkan 3
dari 3 objek
yang
disebutkan
petugas. Pada
fase perhatian
dan
perhitungan,
pasien tidak
mampu
menjawab 5
pertanyaan dari
5 pertanyaan
pengurangan.
Pada fase
mengingat
kembali, pasien
mampu
menyebutkan 1
dari 3 benda
yang ditunjuk
petugas. Pada
fase pengertian
verbal, pasien
tidak mampu
mengulang
kata-kata yang
diucapkan
petugas. Pada
fase pengertian
verbal, pasien
tidak mampu
melakukan
perintah yang
ditulis petugas.
Pada fase
perintah
tertulis, pasien
tidak mampu
melakukan
perintah yang
ditulis petugas.
Pada fase
menulis
kalimat, pasien
tidak mampu
menulis satu
kalimat yang
bermakna. Pada
fase
menggambar
kontruksi,
pasien tidak
menirukan
gambar yang
diberikan
petugas.
Kesimpulannya
pasien memiliki
kognitif Berat.
2. Setelah dilakukan 1. Gunakan penerjemah
Hambatan
tindakan keperawatan jika diperlukan
komunikasi
selama 3 x 24 jam klien 2. Berikan satu kata simpel
visual (00051),
mampu Berkomunikasi: saat bertemu
DS: Ny. F.P 1. penerimaan 3. Dorong pasien untuk
mengatakan interpretasi dan bicara perlahan
lupa nama ekspresi pesan, 4. Dengarkan dengan
teman sewisma, Lisan, tulisan penuh perhatian berdiri
Ny. F.P dan non verbal didepan pasien,
mengatakan meningkat 5. Gunakan kartu baca,
hanya mengenal 2. Pengolahan gambar, dan lain-lain.
wajah tapi lupa informasi klien 6. Anjurkan untuk
nama. Ny. F.P mampu untuk berbicara dalam
mengatakan memperoleh kelompok wisma
lupa masa lalu. mengatur, 7. Anjurkan untuk
menggunakan memberi stimulus
DO: pasien
informasi komunikasi.
tampak tidak
3. Mampu
ada kontak
memanajemen,
mata saat
kemampuan
berbicara,
fisik yang di
ketika ditanya
miliki.
menjawab
dengan cepat,
ketika ditanya
kadang tidak
menjawab
pertanyaan,
cepat bosan
dengan
pertanyaan
yang diberikan.
Ny. F.P hanya
menceritakan
hal yang sama
yaitu
( suaminya di
ambil Yesus,
dan tidak mau
menikah jika di
ajak untuk
bicara hanya
menceritakan
yang sama)
3 Setelah dilakukan 1. mandikan pasien
Defisit
. asuhan keperawatan dengan tepat
Perawtan diri
pada lansia dengan 2. bantu pasien
mandi (00108)
defisit perwatan diri menyiapkan handuk
DS: pasien
mengatakan tidak selama 3 X 24 jam, 3. sabun dan sampho di
mandi karena dingin.
diharapkan pasien dapat kamar mandi,

DO: Ny. F.P meningkatkn perawatan 4. dorong pasien untuk

mengeluh diri selama dalam mandi sendiri

seluruh perawatan, dengan 5. berikan bantuan sampai

tubuhnya terasa kriteria hasil: pasien benar- benar

gatal- gatal. 1. Mengambil alat/ mampu merawat dirinya

kulit pasien bahan mandi secara mandiri

tampak kotor 2. Mandi di bak 6. sediakan lingkungan yg

dan mandi teraupetik dengan

bersisik,tampak 3. Mandi dengan memastikan kehangatan

pakaian pasien bersiram dan 7. suasana rileks dan

kotor dan menggunakan nyaman serta menjaga

berbau, serta sabun privasi pasien.

keaadan umum 4. Mencuci badan

berantakkan, bagian atas dan

pasien tampak bawah,

mnenggaruk- 5. Mengeringkan

garuk badan, badan

dari data menggunakan

pengasuh handuk

mengatakan
Ny. F.P malas
mandi, jika
mandi tidak
dijaga hanya
mencuci muka,
menggunakan
sabun mandi
untuk cuci
rambut, terlihat
Ny F.P
menggaruk-
garuk tubuhnya.
4. setelah dilakukan 1. Mengidentifikasidefisit
Risiko jatuh
tindakan keperawatan kognitif atau fisik yang
(00155).
3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan
DS: pasien
klien mmpu untuk potensi jatuh dalam
mengatakan
Gerakan terkoordinasi lingkungan tertentu.
jalan ke atas
1. kemampuan otot 2. Mengidentifiksi
untuk pergi
berdoa (rumah untuk perilaku dan faktor yang

pendeta) sudah bekerjasama mempengaruhi resiko

biasa jalan secara volunter jatuh

sendiri karena untuk 3. Mendorong pasien

jalan dipinggir. melakukan untuk menggunakan

DO: Ny F.P gerakan tongkat atau alat bantu

sering jalan bertujuan berjalan.

sendiri tanpa 2. tidak ada 4. Sarankan alas kaki yang

arah, dengan kejadian jatuh aman ( tidak licin).

pandangan 3. pemahaman
visus 2/6, di penjegahan
wisma sering jatuh
jalan-jalan 4. kemampuan
tanpa diketahui pemahaman
oleh pengasuh, pribadi
di wismma
lantai licin,
berjalan
menggunakan
sendal yang
licin.
BAB IV

A. EVALUASI
1. Diagnosa pertama :
S : pasien mengatakan hari senin, tanggal tidak tau, jam 09.00, tahun tidak tau,
nama lupa, menyebutkan nama tempat teratai, , teman wisma lupa nama,
mengatakan kegiatan pagi menyapu.
O : pada saat dikaji ditanya jam dapat menjawab yaitu jam 9, hari juga dapat
menjawab hari senin, tanggal tidak tau, tahun tidak tau menanyakan kembali nama
perawat Ny F.P mengatakan lupa, nama teman sewisma pun lupa ketika di tanya.
Menanyakan peristiwa : menyapu, ternyata pasien tidak bekerja/ menyapu.
A : masalah belum teratasi.
P: intervensi di lanjutkan.

2. Diagnosa kedua :
S : mengatakan malas untuk berbicara, hanya ingin tidur.
O : Ny. F.P terlihat tidak ingin unttuk bicara, hanya diam, kadang berbicara tapi
berbicar untuk membahas yang disenangi Ny F.P, tidak ada kontak mata dengan
perawat, tampak menolak kehadiran perawat.Ny. F.P terlihat tidak ingin untuk
bicara, hanya diam, kadang berbicara tapi berbicar untuk membahas yang disenangi
Ny F.P, tidak ada kontak mata dengan perawat, tampak menolak kehadiran
perawat.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan.

3. Diagnosa ketiga :
S : pasien mengatakan sudah mandi pada pagi hari
O : pasien tampak kotor, rambut kotor, kepala bau, dan pengasuh mengatakan Ny
F.P belum mandi. Karena untuk kesadaran mandi sendiri tidak ada, harus dijaga
untuk proses mandi.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

4. Diagnosa keempat :
S : pasien mengatakan baru habis pergi cari kain tenun yang hilang di pasar inpres,
berjalan sendiri.
O : pasien tampak kecapean karena baru sampai dari jalan di pasar, pasien tampak
jalan tidak seimbang, menggunakan sendal swalo yang licin, jalan tidak memberi
tahu ke pengasuh
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
BAB V

B. KESIMPULAN

Ny. F. P berusia 67 tahun mengatakan tidak mengetahui tanggal,waktu, bulan dan


tahun, nama tempat tidak tau mengatakan tinggal disini, pasien tidak mengetahui
kelurahan, kecamatan, kabuapaten, dan provinsi. Hanya mengetahui namanya
sendiri, tidak dapat menjawab hari tanggal wakti tahun. pasien hanya Menjawab
nama saja. Menggunakan pegkajiaan MMSE skor 8 : Kesimpulannya pasien
memiliki kognitif Berat, mengatakan lupa nama teman sewisma, Ny. F.P
mengatakan hanya mengenal wajah tapi lupa nama. Ny. F.P mengatakan lupa masa
lalu, tidak ingin berkomunikasi dengan teman sewisma, Ny F.P tampak tidak ada
kontak mata saat berbicara, ketika ditanya menjawab dengan cepat, ketika ditanya
kadang tidak menjawab pertanyaan, cepat bosan dengan pertanyaan yang diberikan.
Ny. F.P hanya menceritakan hal yang sama yaitu (suaminya di ambil dan tidak mau
menikah jika di ajak untuk bicara hanya menceritakan yang sama).pasien
mengatakan tidak mandi karena dingin, mengeluh seluruh tubuhnya terasa gatal-
gatal. kulit pasien tampak kotor dan bersisik,tampak pakaian pasien kotor dan
berbau, serta keaadan umum berantakkan, pasien tampak mnenggaruk-garuk badan,
pasien mengatakan jalan ke atas untuk pergi berdoa (rumah pendeta), sering jalan
sendiri tanpa arah, dengan pandangan visus 2/6, di wisma sering jalan- jalan tanpa
diketahui oleh pengasuh, di wisma lantai licin.

C. SARAN

 Untuk Institusi Pendidikan


Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi dan
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional berwawasan global.
 Bagi Pelayanan Kesehatan
Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan
asuhan keperawatan lansia dengan kerusakan memori Demensia.
 Untuk Penulis
Sebagai pembanding antara teori yang didapat selama perkuliahan dengan
praktik keterampilan dan pengalaman.
 Untuk Panti Werda
Melanjutkan perawatan terhadap masalah kerusakan memori, hambatan
komunikasi, defisit perawatan diri: mandi, risiko jatuh yang belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha ILmu

Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:

FKUI Bulechek, G Dkk ., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th ed.
Missouri:Elsevier Mosby

Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, H. wahjudi. (2006).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:

EGC Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.

Jakarta: EGC Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta :

Gunung Mulia.

PDF. Kemenkes RI.(2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta di


unduh tanggal 23 juni 2018

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC

PDF Alzheimer’s Disease International, (2009). The global voice on Dementia.


Diunduh tanggal 22 juni 2018.

Worl Healt Organitation (2010). Proposes definitation of An Order person in word.


Di unduh tanggal 23 juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai