Anda di halaman 1dari 40

BAB V

TRANSPORTASI LAUT

A. REGULASI DAN DEFINISI


1. Regulasi
Penyelenggaraan pelayanan publik oleh Pemerintah dalam bidang
transportasi selalu berpijak pada aturan/regulasi yang ditetapkan. Regulasi
transportasi laut meliputi Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah.
Rekapitulasi perundangan dan peraturan turunannya yang terkait dengan
keselamatan transportasi laut disajikan sebagai berikut:
1. Undang Undang No. 17 Tahun 1985 Tentang : Pengesahan United
Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi Perserikatan
Bangsa Bangsa Tentang Hukum Laut).
2. Undang – Undang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2008 Tentang PELAYARAN.
3. Peraturan Pemerintah No. 1 Th 1998 jo PP No 8 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Kecelakaan Kapal.
4. Peraturan Pemerintah No. 7 Th 2000 tentang Kepelautan.
5. Peraturan Pemerintah No. 81 Th 2000 tentang Kenavigasian.
6. Peraturan Pemerintah No. 69 Th 2001 tentang Kepelabuhanan.
7. Peraturan Pemerintah No. 51 Th 2002 tentang Perkapalan.
8. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 55 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pemeriksaan Kapal.
Didalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran memuat
empat unsur utama yakni angkutan di perairan, kepelabuhanan,
keselamatan dan keamanan pelayaran. Standar dan ketentuan Internasional
terkait keselamatan dan keamanan di laut :
1. Konvensi International Maritime Organization (IMO), Resolution A 849
(20): Appendix 5 Code for Casualty Investigation, 1997.
2. Konvensi International Maritime Organization (IMO),
MSC-MEPC.3/Circ.1: Casualty Related Matters, Report on Marine
Casualties and Incident, 2005.
3. Safety Of Life At Sea (SOLAS) 1974.
4. Marine Pollution 1973/1978.
5. Load Line Convention tahun 1966
6. Collision Regulation (COLLREG) 1972 (Collision Regulation)

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 1


7. Standards of Training, Certification & Watchkeeping (STCW), 1978
Amandemen 1995.

BAB VIII, Keselamatan dan Keamanan Pelayaran, Bagian Kesatu,


Umum
Pasal 116
(1) Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan
keamanan angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan
lingkungan maritim.
(2) Penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah.

BAB VIII, Keselamatan dan Keamanan Pelayaran, Bagian Kedua,


Keselamatan dan Keamanan Angkutan Perairan
Pasal 117
(1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi
terpenuhinya persyaratan:
a. kelaiklautan kapal; dan
b. kenavigasian.
(2) Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah pelayarannya
yang meliputi:
a. keselamatan kapal;
b. pencegahan pencemaran dari kapal;
c. pengawakan kapal;
d. garis muat kapal dan pemuatan;
e. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;
f. status hukum kapal;
g. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal; dan
h. manajemen keamanan kapal.
(3) Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal.
Pasal 118
Kenavigasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (1) huruf b
terdiri atas:

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 2


a. Sarana bantu navigasi-pelayaran;
b. Telekomunikasi-pelayaran;
c. Hidrografi dan meteorologi;
d. Alur dan perlintasan;
e. Pengerukan dan reklamasi;
f. Pemanduan;
g. Penanganan kerangka kapal; dan
h. Salvage dan pekerjaan bawah air.
Pasal 119
(1) Untuk menjamin keselamatan dan keamanan angkutan perairan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (1) Pemerintah
melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan,
dan pengawasan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan
Telekomunikasi-Pelayaran sesuai dengan ketentuan internasional,
serta menetapkan alur-pelayaran dan perairan pandu.
(2) Untuk menjamin keamanan dan keselamatan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran, Pemerintah menetapkan
zona-zona keamanan dan keselamatan di sekitar instalasi bangunan
tersebut.
BAB VIII, Keselamatan dan Keamanan Pelayaran, Bagian Ketiga,
Keselamatan dan Keamanan Pelabuhan
Pasal 120
Pembangunan dan pengoperasian pelabuhan dilakukan dengan tetap
memperhatikan keselamatan dan keamanan kapal yang beroperasi di
pelabuhan, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang serta
keselamatan dan keamanan pelabuhan.
Pasal 121
Keselamatan dan keamanan pelabuhan yaitu kondisi terpenuhinya
manajemen keselamatan dan sistem pengamanan fasilitas pelabuhan
meliputi:
a. prosedur pengamanan fasilitas pelabuhan;
b. sarana dan prasarana pengamanan pelabuhan;
c. sistem komunikasi; dan
d. personel pengaman.
Pasal 122
Setiap pengoperasian kapal dan pelabuhan wajib memenuhi persyaratan
keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 3


BAB VIII, Keselamatan dan Keamanan Pelayaran, Bagian Keempat,
Perlindungan Lingkungan Maritim.
Pasal 123
Perlindungan lingkungan maritim yaitu kondisi terpenuhinya prosedur dan
persyaratan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari kegiatan:
a. kepelabuhanan;
b. pengoperasian kapal;
c. pengangkutan limbah, bahan berbahaya, dan beracun di perairan;
d. pembuangan limbah di perairan; dan
e. penutuhan kapal.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Kesatu, Keselamatan Kapal


Pasal 124
(1) Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk
perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia
harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
(2) Persyaratan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. material;
b. konstruksi;
c. bangunan;
d. permesinan dan perlistrikan;
e. stabilitas;
f. tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat
penolong dan radio; dan
g. elektronika kapal.
Pasal 125
Sebelum pembangunan dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya,
pemilik atau galangan kapal wajib membuat perhitungan dan gambar
rancang bangun serta data kelengkapannya.
(1) Pembangunan atau pengerjaan kapal yang merupakan perombakan
harus sesuai dengan gambar rancang bangun dan data yang telah
mendapat pengesahan dari Menteri.
(2) Pengawasan terhadap pembangunan dan pengerjaan perombakan
kapal dilakukan oleh Menteri.
Pasal 126

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 4


(1) Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal
diberi sertifikat keselamatan oleh Menteri.
(2) Sertifikat keselamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
 sertifikat keselamatan kapal penumpang;
 sertifikat keselamatan kapal barang; dan
 sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan.
(3) Keselamatan kapal ditentukan melalui pemeriksaan dan pengujian.
(4) Terhadap kapal yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan penilikan secara terus-menerus
sampai kapal tidak digunakan lagi.
(1) Pemeriksaan dan pengujian serta penilikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah
yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi.
Pasal 127
(1) Sertifikat kapal tidak berlaku apabila:
a. masa berlaku sudah berakhir;
b. tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat (endorsement);
c. kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan
keselamatan kapal;
d. kapal berubah nama;
e. kapal berganti bendera;
a. kapal tidak sesuai lagi dengan data-data teknis dalam sertifikat
keselamatan kapal;
b. kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan
konstruksi kapal, perubahan ukuran utama kapal, perubahan fungsi
atau jenis kapal;
c. kapal tenggelam atau hilang; atau
d. kapal ditutuh (scrapping).
(2) Sertifikat kapal dibatalkan apabila:
a. keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk
penerbitan sertifikat ternyata tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya;
b. kapal sudah tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal;
atau
c. sertifikat diperoleh secara tidak sah.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 5


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembatalan sertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 128
(1) Nakhoda dan/atau Anak Buah Kapal harus memberitahukan kepada
Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila mengetahui bahwa
kondisi kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai tidak memenuhi
persyaratan keselamatan kapal.
(2) Pemilik, operator kapal, dan Nakhoda wajib membantu pelaksanaan
pemeriksaan dan pengujian.
Pasal 129
(1) Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasikan
pada badan klasifikasi untuk keperluan persyaratan keselamatan
kapal.
(2) Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang diakui
dapat ditunjuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap
kapal untuk memenuhi persyaratan keselamatan kapal.

(3) Pengakuan dan penunjukan badan klasifikasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri.
(4) Badan klasifikasi yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib melaporkan kegiatannya kepada Menteri.
Pasal 130
(1) Setiap kapal yang memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 126 ayat (1) wajib dipelihara sehingga tetap memenuhi
persyaratan keselamatan kapal.
(2) Pemeliharaan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berkala dan sewaktu-waktu.

(3) Dalam keadaan tertentu Menteri dapat memberikan pembebasan


sebagian persyaratan yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan
keselamatan kapal.
Pasal 131

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 6


(1) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah-pelayarannya wajib
dilengkapi dengan perlengkapan navigasi dan/atau navigasi
elektronika kapal yang memenuhi persyaratan.
(2) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah-pelayarannya wajib
dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio dan kelengkapannya
yang memenuhi persyaratan.
Pasal 132
(1) Kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah-pelayarannya wajib
dilengkapi dengan peralatan meteorologi yang memenuhi
persyaratan.
(2) Kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan
informasi cuaca sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Nakhoda yang sedang berlayar dan mengetahui adanya cuaca buruk
yang membahayakan keselamatan berlayar wajib
menyebarluaskannya kepada pihak lain dan/atau instansi Pemerintah
terkait.
Pasal 133
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengesahan gambar dan
pengawasan pembangunan kapal, serta pemeriksaan dan sertifikasi
keselamatan kapal diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Kedua, Pencegahan Pencemaran dari


Kapal Keselamatan Kapal
Pasal 134
(1) Setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus memenuhi
persyaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran.
(2) Pencegahan dan pengendalian pencemaran ditentukan melalui
pemeriksaan dan pengujian.
(3) Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan pencegahan dan
pengendalian pencemaran diberikan sertifikat pencegahan dan
pengendalian pencemaran oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencegahan pencemaran dari kapal
diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Ketiga, Pengawakan Kapal


Pasal 135

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 7


Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan
kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan
internasional.
Pasal 136
(1) Nakhoda dan Anak Buah Kapal untuk kapal berbendera Indonesia
harus warga negara Indonesia.
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diberikan izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 137
(1) Nakhoda untuk kapal motor ukuran kurang dari GT 35 (tiga puluh
lima Gross Tonnage) dan untuk kapal tradisional ukuran kurang dari
GT 105 (seratus lima Gross Tonnage) dengan konstruksi sederhana
yang berlayar di perairan terbatas bertanggung jawab atas
keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, pelayar, dan barang
muatan.
(2) Nakhoda tidak bertanggung jawab terhadap keabsahan/kebenaran
materiil dokumen muatan kapal.
(3) Nakhoda wajib menolak dan memberitahukan kepada instansi yang
berwenang apabila mengetahui muatan yang diangkut tidak sesuai
dengan dokumen muatan.
(4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Nakhoda
untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross Tonnage) atau
lebih diberi tugas dan kewenangan khusus, yaitu:
a. membuat catatan setiap kelahiran;
b. membuat catatan setiap kematian; dan
c. menyaksikan dan mencatat surat wasiat.
(5) Nakhoda wajib memenuhi persyaratan pendidikan, pelatihan,
kemampuan, dan keterampilan serta kesehatan.
Pasal 138

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 8


(1) Nakhoda wajib berada di kapal selama berlayar.
(2) Sebelum kapal berlayar, Nakhoda wajib memastikan bahwa kapalnya
telah memenuhi persyaratan kelaiklautan dan melaporkan hal
tersebut kepada Syahbandar.
(3) Nakhoda berhak menolak untuk melayarkan kapalnya apabila
mengetahui kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Pemilik atau operator kapal wajib memberikan keleluasaan. kepada
Nakhoda untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 139
Untuk tindakan penyelamatan, Nakhoda berhak menyimpang dari rute yang
telah ditetapkan dan mengambil tindakan lainnya yang diperlukan.
Pasal 140
(1) Dalam hal Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh
lima Gross Tonnage) atau lebih yang bertugas di kapal sedang
berlayar untuk sementara atau untuk seterusnya tidak mampu
melaksanakan tugas, mualim I menggantikannya dan pada
pelabuhan berikut yang disinggahinya diadakan penggantian
Nakhoda.
(2) Apabila mualim I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu
menggantikan Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mualim lainnya yang tertinggi dalam jabatan sesuai dengan sijil
menggantikan dan pada pelabuhan berikut yang disinggahinya
diadakan penggantian Nakhoda.
(3) Dalam hal penggantian Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) disebabkan halangan sementara, penggantian tidak
mengalihkan kewenangan dan tanggung jawab Nakhoda kepada
pengganti sementara.
(4) Apabila seluruh mualim dalam kapal berhalangan menggantikan
Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengganti Nakhoda
ditunjuk oleh dewan kapal.
(5) Dalam hal penggantian Nakhoda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disebabkan halangan tetap, Nakhoda pengganti sementara
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana diatur
dalam Pasal 137 ayat (1) dan ayat (3).

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 9


Pasal 141
(1) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross
Tonnage) atau lebih dan Nakhoda untuk kapal penumpang, wajib
menyelenggarakan buku harian kapal.
(2) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima Gross
Tonnage) atau lebih wajib melaporkan buku harian kapal kepada
pejabat pemerintah yang berwenang dan/atau atas permintaan pihak-
pihak yang berwenang untuk memperlihatkan buku harian kapal
dan/atau memberikan salinannya.
(3) Buku harian kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.
Pasal 142
(1) Anak Buah Kapal wajib menaati perintah Nakhoda secara tepat dan
cermat dan dilarang meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda.
(2) Dalam hal Anak Buah Kapal mengetahui bahwa perintah yang
diterimanya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka yang
bersangkutan berhak mengadukan kepada pejabat pemerintah yang
berwenang.
Pasal 143
(1) Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas pelanggaran
yang dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang: meninggalkan kapal
tanpa izin Nakhoda;
a. tidak kembali ke kapal pada waktunya;
b. tidak melaksanakan tugas dengan baik;
c. menolak perintah penugasan;
d. berperilaku tidak tertib; dan/atau
e. berperilaku tidak layak.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 144

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 10


(1) Selama perjalanan kapal, Nakhoda dapat mengambil tindakan
terhadap setiap orang yang secara tidak sah berada di atas kapal.
(2) Nakhoda mengambil tindakan apabila orang dan/atau yang ada di
dalam kapal akan membahayakan keselamatan kapal dan Awak Kapal.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 145
Setiap orang dilarang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apa
pun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta
dokumen pelaut yang dipersyaratkan.
Pasal 146
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyijilan, pengawakan kapal, dan
dokumen pelaut diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Keempat, Garis Muat Kapal dan
Pemuatan
Pasal 147
Setiap kapal yang berlayar harus ditetapkan garis muatnya sesuai dengan
persyaratan.
(1) Penetapan garis muat kapal dinyatakan dalam Sertifikat Garis Muat.
(2) Pada setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dipasang
Marka Garis Muat secara tetap sesuai dengan daerah-pelayarannya.
Pasal 148
(1) Setiap kapal sesuai dengan jenis dan ukurannya harus dilengkapi
dengan informasi stabilitas untuk memungkinkan Nakhoda
menentukan semua keadaan pemuatan yang layak pada setiap kondisi
kapal.
(2) Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan muatan barang
serta pengaturan balas harus memenuhi persyaratan keselamatan
kapal.
Pasal 149
(1) Setiap peti kemas yang akan dipergunakan sebagai bagian dari alat
angkut wajib memenuhi persyaratan kelaikan peti kemas.
(2) Tata cara penanganan, penempatan, dan pemadatan peti kemas serta
pengaturan balas harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal.
Pasal 150

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 11


Ketentuan lebih lanjut mengenai garis muat dan pemuatan diatur dengan
Peraturan Menteri.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Kelima, Kesejahteraan Awak Kapal


dan Kesehatan Penumpang
Pasal 151
(1) Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi:
(a) gaji;
(b) jam kerja dan jam istirahat;
(c) jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke
tempat asal;
(d) kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena
mengalami kecelakaan;
(e) kesempatan mengembangkan karier;
(f) pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan/minuman; dan
(g) pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi
kecelakaan kerja.
(2) Kesejahteraan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
dalam perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan pemilik atau
operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 152
(1) Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan
fasilitas kesehatan bagi penumpang.
(2) Fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(a) ruang pengobatan atau perawatan;
(b) peralatan medis dan obat-obatan; dan
(c) tenaga medis.
Pasal 153
Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja dan persyaratan fasilitas
kesehatan penumpang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Ketujuh, Manajemen Keselamatan


dan Pencegahan Pencemaran dari Kapal
Pasal 169

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 12


(1) Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk jenis
dan ukuran tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen
keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal.
(2) Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberi sertifikat.

(3) Sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari


kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa Dokumen
Penyesuaian Manajemen Keselamatan (Document of
Compliance/DOC) untuk perusahaan dan Sertifikat Manajemen
Keselamatan (Safety Management Certificate/ SMC) untuk kapal.
(4) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah
dilakukan audit eksternal oleh pejabat pemerintah yang memiliki
kompetensi atau lembaga yang diberikan kewenangan oleh
Pemerintah.
(5) Sertifikat Manajemen Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran
diterbitkan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan
sertifikat manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IX, Kelaiklautan Kapal, Bagian Kedelapan, Manajemen Keamanan


Kapal
Pasal 170

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 13


(1) Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal untuk ukuran
tertentu harus memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal.
(2) Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen keamanan kapal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi sertifikat.
(3) Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional
(International Ship Security Certificate/ISSC).
(4) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah
dilakukan audit eksternal oleh pejabat pemerintah yang memiliki
kompetensi atau lembaga yang diberikan kewenangan oleh
Pemerintah.
(5) Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal diterbitkan oleh pejabat
berwenang yang ditunjuk oleh Menteri.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit dan penerbitan
sertifikat manajemen keamanan kapal diatur dengan Peraturan
Menteri.
Tata cara pemeriksaan kecelakaan kapal dituangkan dalam Peraturan
Menteri Perhubungan nomor KM. 55 tahun 2006 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kecelakaan Kapal. Pemeriksaan kecelakaan kapal terdiri atas
pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan Undang – Undang yaitu Syahbandar.

Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal adalah kegiatan penyelidikan


atau pengusutan suatu peristiwa kecelakaan kapal yang dilaksanakan atas
dasar laporan kecelakaan kapal untuk mencari keterangan dan/atau bukti-
bukti awal atas terjadinya kecelakaan kapal, sedangkan pemeriksaan
lanjutan kecelakaan kapal adalah kegiatan penyelidikan atau pengusutan
dan persidangan suatu peristiwa kecelakaan kapal sebagai tindak lanjut
pemeriksaan pendahuluan.
Beberapa pasal yang terkait dengan tata cara pemeriksaan dan proses
pemeriksaan kecelakaan disajikan sebagai berikut.

BAB II, Pemeriksaan Pendahuluan, Bagian Pertama, Laporan


Kecelakaan Kapal
Pasal 2

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 14


(1) Pemeriksaan kecelakaan kapal dilakukan terhadap semua
kecelakaan kapal yang terjadi di dalam wilayah perairan Indonesia
dan kecelakaan kapal berbendera Indonesia yang terjadi di luar
wilayah perairan Indonesia.
(2) Kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. kapal tenggelam;
b. kapal terbakar;
c. kapal tubrukan;
d. kecelakaan Kapal yang menyebabkan terancamnya jiwa manusia
dan kerugian harta benda;
e. kapal kandas.
Pasal 3
(1) Setiap orang yang berada di atas kapal yang mengetahui di kapalnya
terjadi kecelakaan kapal, sesuai batas kemampuannya wajib
melaporkan kecelakaan kapal kepada:
a. Syahbandar pelabuhan terdekat bila kecelakaan terjadi di dalam
wilayah perairan Indonesia;
b. Pejabat Perwakilan RI terdekat dan Pejabat Pemerintah Negara
setempat yang berwenang apabila kecelakaan kapal atau
pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah kecelakaan kapal
terjadi di luar wilayah perairan Indonesia.
(6) Kewajiban melaporkan kecelakaan kapal kepada Syahbandar atau
Pejabat Perwakilan RI atau Pejabat Pemerintah Negara setempat
yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setelah
kewajiban penyampaian laporan oleh Nakhoda atau Pemimpin Kapal
atau Perwira Kapal tidak dapat dilaksanakan.
(7) Laporan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dapat dilakukan secara lisan atau bahasa isyarat lainnya atau
tertulis.
Pasal 4
(1) Nakhoda atau Pemimpin Kapal, yang:
a. kapalnya mengalami kecelakaan kapal;
b. menyebabkan kapal lain mendapat kecelakaan kapal;
c. mengetahui kapal lain mendapat kecelakaan kapal;

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 15


d. membawa awak kapal atau penumpang dari kapal yang
mengalami kecelakaan kapal, wajib melaporkan kecelakaan
kapal kepada Syahbandar pelabuhan terdekat bila kecelakaan
kapal terjadi di dalam wilayah perairan Indonesia.
(2) Nakhoda atau Pemimpin Kapal berbendera Indonesia yang
mengalami kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib melaporkan kecelakaan kapal kepada Pejabat Perwakilan
Republik Indonesia terdekat dan Pejabat Pemerintah Negara
setempat yang berwenang apabila kecelakaan kapal atau pelabuhan
pertama yang disinggahi sesudah kecelakaan kapal terjadi berada di
luar wilayah perairan Indonesia.
Pasal 5
(1) Laporan Kecelakaan Kapal (LKK) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, dibuat secara tertulis oleh Nakhoda atau Pemimpin Kapal.
(2) Apabila Nakhoda atau Pemimpin Kapal meninggal dunia atau hilang
dalam kecelakaan kapal, laporan kecelakaan kapal dibuat oleh
Perwira Kapal dengan urutan tanggung jawab di atas kapal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Pembuatan Laporan Kecelakaan Kapal (LKK) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan mengisi blangko sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini dan disampaikan kepada
Syahbandar pada pelabuhan terdekat atau pelabuhan tujuan atau
pelabuhan pertama yang disinggahi.
(4) Kapal berbendera Indonesia yang mengalami kecelakaan di luar
wilayah perairan Indonesia, Laporan Kecelakaan Kapal (LKK)
disampaikan kepada Pejabat Perwakilan Indonesia terdekat atau
Pejabat Pemerintah negara setempat yang berwenang atau
pelabuhan pertama yang disinggahi.
(5) Laporan Kecelakaan Kapal (LKK) disampaikan selambat-lambatnya
satu dua puluh empat jam setelah Nakhoda atau Pemimpin Kapal
tiba di pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah terjadinya
kecelakaan kapal.
Pasal 6

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 16


(1) Laporan Kecelakaan Kapal (LKK) yang dilaporkan kepada Pejabat
Perwakilan Indonesia terdekat atau Pejabat Pemerintah negara
setempat sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (4) diteruskan
kepada Direktur Jenderal untuk digunakan sebagal dasar
penyusunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) yang
ditandatangani Pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

BAB II, Pemeriksaan Pendahuluan, Bagian Kedua, Tata Cara Mencari


Keterangan dan Pemanggilan
Pasal 7
Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal yang dilakukan oleh
Syahbandar atau Pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
dapat mencari keterangan yang diperlukan dari:
a. Nakhoda atau Pemimpin Kapal;
b. Perwira Kapal;
c. Anak Buah Kapal;
d. Pihak lainnya.
Pasal 8
(1) Syahbandar atau Pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal setelah menerima Laporan Kecelakaan Kapal (LKK)
melakukan pemanggilan terhadap Nakhoda atau Pemimpin Kapal,
Perwira Kapal, Anak Buah Kapal dan pihak lainnya, dibuat secara
tertulis.
(2) Surat panggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memuat hari,
tanggal, waktu dan tempat diadakan dengan menyebut nama,
jabatan/pekerjaan dan kapasitasnya dalam pemeriksaan
pendahuluan, yang disampaikan langsung kepada Nakhoda atau
Pemimpin Kapal, Perwira Kapal, Anak Buah Kapal dan pihak lainnya,
melalui Perusahaan Pelayaran, keluarga yang bersangkutan, Pejabat
Pemerintah setempat atau orang lain yang dianggap patut
menyampaikan surat panggilan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan ini.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 17


(3) Apabila Nakhoda atau Pemimpin Kapal, Perwira Kapal, Anak Buah
Kapal dan pihak lainnya tidak memenuhi panggilan harus
menyampaikan alasan secara tertulis yang disampaikan kepada
Syahbandar atau Pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya surat
panggilan.
(4) Syahbandar atau Pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal melakukan panggilan yang kedua dan apabila panggilan
kedua tetap tidak dipenuhi dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
atau dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

2. Definisi
Definisi adalah suatu ketentuan atau batasan yang dibuat untuk menjadi
acuan pemahaman, sehingga berdasarkan definisi tersebut diharapkan
setiap orang/pembaca akan mempunyai pemahaman yang sama terhadap
objek yang sama pula. Pada bidang transportasi laut definisi – definisi yang
terkait dengan keselamatan dan keamanan telah dituangkan dalam Undang
– Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008, tentang Pelayaran.
Beberapa definisi yang sekiranya terkait dengan kegiatan ini antara lain :
Keselamatan dan Keamanan Pelayaran (Marine Safety) adalah suatu
keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang
menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim.
Kecelakaan Sangat Berat (Very Serious Casualty) adalah suatu
kecelakaan yang dialami satu kapal yang berakibat hilangnya kapal tersebut
atau sama sekali tidak dapat diselamatkan (total loss), menimbulkan korban
jiwa atau pencemaran berat;
Kecelakaan Berat (Serious Casualty)
adalah sebuah kecelakaan yang tidak dikategorikan sebagai kecelakaan
sangat berat tetapi terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya kebakaran di kapal, ledakan, kandas, senggolan (contact),
kerusakan akibat cuaca buruk, keretakan badan kapal (hull cracking)
atau dugaan cacat pada badan kapal (suspected hull defect) dll;
2.  Kerusakan konstruksi yang menjadikan kapal tidak laik laut, misalnya
ada kebocoran pada badan kapal di bawah garis air, tidak berfungsinya
mesin induk kapal, kerusakan besar pada akomodasi dsbnya; atau 

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 18


3. Pencemaran laut, tidak peduli jumlah atau besarnya tumpahan; atau 
4. Ketidak berdayaan kapal sehingga memerlukan ‘penundaan’ (towage)
atau bantuan dari darat; dan/atau 
5. Setiap kejadian berikut yang dengan memperhitungkan keadaan
sekelilingnya dapat memungkinkan menjadi penyebab cedera serius
atau gangguan kesehatan seseorang dikarenakan kejadian atau
peristiwa dibawah ini:
 meledaknya (bursting) atau lumpuhnya (collapse) suatu bejana
tekan, saluran pipa atau katup; dan/ atau 
 lumpuhnya (collapse) atau tidak bekerjanya dari suatu alat
angkat, atau peralatan untuk memasuki ruangan (access
equipment), atau penutup palka, peranca (staging); dan/atau 
 jatuhnya muatan (cargo), pergeseran muatan yang tidak
dikehendaki atau tolak bara kapal (ballast) yang menjadi sebab
kemiringan kapal yang membahayakan atau jatuhnya muatan
kelaut; dan/atau 
 terjadinya kontak seseorang dengan serat asbes (asbestos fibre)
yang terlepas, kecuali yang bersangkutan mengenakan pakaian
pelindung lengkap;dan/ atau 
 tersebarnya bahan berbahaya atau unsur yang dapat mencederai
seseorang.
 Insiden Laut  (Marine Incident) adalah peristiwa atau kejadian yang
disebabkan atau yang berhubungan dengan pengoperasian kapal dan
mengakibatkan kapal musnah atau hilangnya nyawa seseorang, atau yang
menyebabkan konstruksi kapal mengalami kerusakan berat atau
mengakibatkan pencemaran lingkungan;
Penyebab (Causes) adalah segala tindakan penghilangan / kelalaian
(omissions) terhadap kejadian yang saat itu sedang berjalan atau kondisi
yang ada sebelumnya  atau gabungan dari kedua hal tersebut, yang
mengarah terjadinya kecelakaan atau insiden;
Cedera Berat (Major Injury) adalah cedera yang dialami oleh seseorang
yang mengakibatkan:
1. Patah tulang (tidak termasuk jari-jari tangan, ibu jari dan jari-jari
kaki);dan/atau 
2. Kehilangan tungkai, lengan atau bagian dari lengan; dan/atau 
3. Pergeseran (dislocation) bahu (shoulder), pinggul (hip), lutut/dengkul
(knee), tulang belakang (spine); dan/atau 

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 19


4. Kehilangan penglihatan (sementara ataupun permanen); atau 
5. Luka penetrasi dimata; atau 
6. Hypothermia atau kehilangan kesadaran; atau  
7. Membutuhkan alat guna menyadarkan diri korban (resuscitation);
dan/atau  
8. Perlu perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan sejenis sampai
dengan jangka waktu lebih dari 24 jam; atau  
9. Bila masih di tengah laut, korban harus terus dibaringkan ditempat
tidur lebih dari 24 jam.
Cedera Serius (Serious Injury) adalah cedera yang mengakibatkan
bersangkutan tidak mampu melakukan tugas/kewajiban untuk jangka
waktu 72 jam dihitung sejak 7 (tujuh) hari dari tanggal kejadian;
Cedera Fatal (Fatal Injury) adalah cedera yang mengakibatkan kematian
dalam jangka waktu 30 hari setelah terjadi kecelakaan; 
Kapal (Ship) adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang
digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah;
Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan Indonesia sesuai
dengan ketentuan pemerintah Indonesia;
Kapal Motor adalah kapal yang menggunakan tenaga mekanik sebagai
penggerak utama;
Kapal Niaga adalah kapal yang dipergunakan untuk mengangkut barang,
penumpang dan hewan untuk keperluan niaga;
Kapal Penumpang adalah kapal yang dibangun dan dikonstruksikan serta
mempunyai fasilitas akomodasi untuk mengangkut penumpang lebih dari
12 (duabelas);
Kapal Ro-Ro (Roll On Roll Off) adalah kapal yang dibangun dan
dikonstruksikan untuk mengangkut kendaraan yang dapat naik ke kapal
atau turun dari kapal lewat pintu rampa;
Kapal Penangkap Ikan adalah kapal yang dipergunakan untuk menangkap
ikan, ikan paus, anjing laut atau hewan yang hidup di laut;
Kapal Layar adalah kapal yang menggunakan layar sebagai penggerak
utama dan motor dipergunakan sebagai tenaga penggerak pembantu;
Kapal Pesiar adalah kapal pribadi yang dipergunakan untuk keperluan
rekreasi dan olah raga serta tidak untuk berniaga;

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 20


Kapal Khusus adalah kapal yang berdaya dukung dinamis, bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah;
Kapal Perang adalah kapal yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kapal Negara adalah kapal yang digunakan oleh instansi pemerintah
tertentu yang diberi fungsi dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menegakkan hukum
serta tugas-tugas pemerintahan lainnya, misalnya penelitian di laut,
pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran dan lain sebagainya;
Kapal Non Konvensi adalah kapal yang tidak dikenakan peraturan dan
ketentuan konvensi-konvensi Internasional dari IMO;
Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal, serta
penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar di perairan tertentu;
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antar-moda transportasi;
Perairan Indonesia adalah perairan yang meliputi laut wilayah, perairan
kepulauan, perairan pedalaman sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 4 Peraturan Pemerintah Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia jo Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut), serta perairan daratan;
Pelayaran adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di
perairan, kepelabuhanan, serta keamanan dan keselamatan;
Rute Pelayaran adalah lintasan kapal yang berlayar dari pelabuhan asal ke
pelabuhan tujuan melalui jalur pelayaran yang telah ditetapkan;
Daerah Pelayaran Lokal adalah daerah pelayaran yang meliputi jarak
dengan radius 500 (lima ratus) mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk.
Jarak ini diukur antara titik-titik terdekat batas-batas perairan pelabuhan
sampai tempat labuh yang lazim;

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 21


Daerah Pelayaran Terbatas adalah daerah pelayaran yang meliputi jarak
dengan radius 100 (seratus) mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk. Jarak
ini diukur antara titik-titik terdekat batas-batas perairan pelabuhan sampai
tempat labuh yang lazim;
Daerah Pelayaran Pelabuhan adalah perairan di dalam daerah
lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;
Daerah Pelayaran Perairan Daratan adalah perairan sungai, danau,
waduk, kanal dan terusan;
Alur Pelayaran adalah bagian dari perairan yang alami maupun buatan
yang dari segi kedalaman, lebar, dan hambatan pelayaran lainnya dianggap
aman untuk dilayari;
Lokasi Kecelakaan adalah suatu lokasi/tempat terjadinya kecelakaan atau
insiden laut yang terdapat kerangka kapal, lokasi tubrukan kapal, terjadinya
kerusakkan berat pada kapal, harta benda, serta fasilitas pendukung lain;
Rekaman Pelayaran adalah segala alat perekam (antara lain: Voyage Data
Recorder, Captain’s Log Book, Engine Journal ) yang dipasang di atas kapal
dan segala sarana pencatatan data pelayaran di bagian dek serta kamar
mesin yang dapat dipakai sebagai pelengkap proses investigasi dan
penelitian kecelakaan atau insiden laut;
Tubrukan adalah suatu peristiwa yang terjadi di perairan antara dua
kapal / lebih atau antara satu kapal / lebih dengan dermaga pelabuhan atau
jembatan;
Ukuran Pokok Kapal adalah ukuran pokok kapal yang tertera pada
gambar Rencana Umum (General Arrangement) dan/atau gambar Rencana
Garis (Lines Plan) yang telah disahkan/diketahui oleh yang berkompeten.
Untuk kapal-kapal yang di-Klas-kan pada satu/lebih Badan Klasifikasi
Kapal, dipakai data yang tercantum di buku register atau Website dari 
salah satu Badan Klasifikasi Kapal tersebut yang diakui Pemerintah negara
bendera kapal;
Panjang Kapal adalah ukuran panjang kapal yang sesuai dan tercantum
dalam Surat Ukur kapal; 
Gross Ton (GT) adalah ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi
Internasional dari IMO Tahun 1969 tentang International Convention on
Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal non-konvensi
berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat
Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor;

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 22


Surat Ukur adalah surat kapal yang memuat ukuran dan tonase kapal
berdasarkan hasil pengukuran;
Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia adalah surat kapal yang
merupakan bukti kebangsaan yang memberikan hak kepada kapal untuk
berlayar dengan mengibarkan bendera Indonesia sebagai bendera
kebangsaan;
Marine Inspector (Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal) adalah
pejabat Pemerintah yang mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang
keselamatan kapal;
Pencemaran (pollution) adalah pencemaran lingkungan di laut yang
disebabkan oleh kapal karena kebocoran bahan bakar, pembuangan air got
yang berminyak, sampah, muatan, air tinja dan atau kotoran lain sehingga
mengakibatkan pencemaran laut;
Kepelautan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengawakan,
pendidikan pensertifikasian, kewenangan serta hak dan kewajiban pelaut;
Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian dan
keterampilan sebagai awak kapal;
Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal;
Penumpang adalah pelayar yang ada di atas kapal selain awak kapal dan
anak berumur kurang dari 1 ( satu ) tahun;
Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal
sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil;
Nakhoda Kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi
pimpinan umum di atas kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung
jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Pemimpin Kapal adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi
pimpinan umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan yang
dimiliki oleh Nakhoda;
Perwira Kapal adalah para mualim, masinis, dan perwira radio kapal;
Anak Buah Kapal (ABK) adalah awak kapal selain Nakhoda atau
pemimpin kapal;
Navigasi adalah kegiatan operasional dalam menjalankan dan melayarkan
kapal dari pelabuhan tolak atau satu titik ke pelabuhan tujuan atau titik lain
dengan lancar, aman dan dapat menghindari bahaya, rintangan dan

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 23


halangan sehingga dapat menyelesaikan pelayaran dengan aman, selamat
dan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku;
Muatan adalah barang-barang atau hewan yang diangkut oleh kapal yang
dilindungi oleh dokumen resmi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku;

B. DATA STATISTIK KESELAMATAN DAN KEAMANAN TRANSPORTASI LAUT


Tingkat keselamatan transportasi laut selalu melihat pada kejadian – kejadian
yang dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kapal sebagai indikator
utamanya. Disamping melihat pada kesiapan sarana, prasarana, sumber daya
manusia dan tingkat partisipasi masyarakat pengguna, serta faktor alam
dalam kontribusinya pada keselamatan.
Pada subbab ini disajikan rekapitulasi data kecelakaan transportasi laut pada
tahun 2008-2012, dengan sumber data : Dit. Kesatuan Penjagaan dan
Penyelamatan Pantai, Ditjen. Hubla. dan Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) sampai dengan Desember 2009.
Rekapitulasi data kecelakaan transportasi laut dikategorikan dalam beberapa
faktor, setiap tahun pengkategorian ini tidak sama karena belum memiliki
standar ataupun format yang baku, namun secara umum dari tahun 2005
sampai dengan 2009 kategori statistik kecelakaan transportasi laut dapat
dibagi dalam 7 kategori, yaitu rekapitulasi data kecelakaan transportasi laut :
(1) berdasarkan jenis kecelakaan, (2) berdasarkan jenis kapal, (3)
berdasarkan ukuran kapal, (4) berdasarkan bendera kapal, (5) wilayah
terjadinya kecelakaan, (6) berdasarkan faktor penyebab kecelakaan,
dan (7) berdasarkan kategori korban dan kerugian barang.

1. Data Keselamatan Angkutan Laut


Tabel 5.1. Data Kecelakaan Kapal (Vessel Casualties)
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Total Kematian/Hilang (Fatalities) 83 247 198 336 140* 53*
2 Total Korban Luka (Injured Persons) 51* 9 85* 346* 10* 0*
3 Total Kecelakaan (Accidents) 137 124 151 161 161* 23*
4 Total Kapal (Vessels) 137 124 151 161 161* 23*
5 Total Kerusakan material (property 59825 2282 dbt dbt dbt dbt
damaged–dalam Rupiah) e
Sumber : Sumber : Ditjen Hubla - Kementerian Perhubungan, 2013; KNKT-2013
dbt : data belum tersedia
dbt: data belum tersedia

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 24


*) Data Ditjen hubla 10 agustus 2013

Tabel 5.2. Data Korban Kecelakaan Kapal di Wilayah Indonesia


Tahun
No. Uraian
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Korban Meninggal (Penumpang, 6 40 5 71* 51* -
Crew, dan Lainnya) akibat :
1.1 Kecelakaan kapal 137*** 124*** 151*** 178*** 16*** 23***
1.2 Kecelakaan di atas kapal dbt dbt dbt dbt dbt -
1.3 Kecelakaan jatuh dari kapal dbt dbt dbt dbt dbt -
2 Korban Penumpang Kapal dbt dbt dbt Dbt dbt -
berdasarkan luka – luka
2.1 Meninggal 43* 59* 44* 32* 68* -
2.2 Patah Tulang dbt dbt dbt dbt dbt -
2.3 Luka lainnya 0** 15** 1** 0** 14** -
3 Korban Crew Kapal berdasarkan -
luka – luka :
3.1 Meninggal dbt dbt dbt dbt dbt -
3.2 Patah Tulang dbt dbt dbt dbt dbt -
3.3 Luka lainnya dbt dbt dbt dbt dbt -
4 Korban Kategori selain dbt dbt dbt Dbt dbt -
penumpang dan crew Kapal
(pilot, surveyor, dll) berdasarkan
luka – luka :
4.1 Meninggal dbt dbt dbt dbt dbt -
4.2 Patah Tulang dbt dbt dbt dbt dbt -
4.3 Luka lainnya dbt dbt dbt dbt dbt -
-
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012, KNKT 2013 Juli.
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran dan
**) Data KNKT
***) Data Ditjen Hubla

2. Data Keselamatan Angkutan Laut Terkait Sarana


Data keselamatan angkutan laut terkait sarana disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.4.

Tabel 5.3. Data Jumlah Kecelakaan Kapal Berdasarkan Jenis/Tipe Kapal

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 25


Jumlah/Tahun
No. Jenis Kapal
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Kapal Cargo 9 53 2 4 dbt dbt
2 Kapal Cargo Penumpang 0 0 0 1 dbt dbt
3 Kapal Container 1 0 0 0 dbt dbt
4 Kapal Curah 0 0 0 0* dbt dbt
5 Kapal Ikan 4 0 1 0* dbt dbt
6 Kapal Layar Motor 4 19 1 3* dbt dbt
7 Kapal Motor Kayu 15 0 2 1* dbt dbt
8 Kapal Negara 0 0 0 0* dbt dbt
9 Kapal Penumpang 0 0 5 4* dbt dbt
10 Kapal Perang 0 0 0 0* dbt dbt
11 Kapal Ro Ro Penumpang 3 0 1 3* dbt dbt
12 Kapal Tanker 6 0 0 4* dbt dbt
13 Kapal Supply 0 0 0 0* dbt dbt
14 Landing Craft 1 0 2 1* dbt dbt
15 Speed Boat 1 0 2 0* dbt dbt
16 Tongkang 1 6 1 4* dbt dbt
17 Tug Boat 0 0 4 7* dbt dbt
18 Yacht 0 0 0 0* dbt dbt
19 Lain - lain 0 0 1 0* dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran

Disamping dikelompokkan pada jenis kapalnya, rekapitulasi jumlah


kecelakaan didasarkan pada ukuran kapal yang dalam hal ini ditentukan
oleh Tonase kotor/Gross Tonnage (GT) dari kapal tersebut. Rekapitulasi
kecelakaan kapal berdasarkan ukuran kapal pada tahun 2005 s/d 2009
disajikan pada Tabel 5.4

Tabel 5.4. Data jumlah kecelakaan kapal berdasarkan ukuran kapal


Ukuran Kapal Gross Jumlah/Tahun
No.
Tonnage (GT) 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 <7 16 11 3* 0* Dbt Dbt
2 8 – 35 17 22 3* 0* Dbt Dbt
3 36 – 500 37 29 8* 13* Dbt Dbt
4 500 < 52 32 4* 17* dbt 2**

Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012


*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran
**) Data KNKT 10 Okt 2013
Sumber Data :
a : Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota setempat
b,c, d : Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, DitJen. Perhubungan Laut

Tabel 5.5. Data Jumlah Kecelakaan Kapal Berdasarkan Material Kapal dan
Masa Pakai Kapal

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 26


Jenis Jumlah/Tahun
No. Material Masa Pakai Kapal 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kapal
1 Baja/Steel
1.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
1.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
1.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
1.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
2 Alumunium
2.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
2.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
2.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
2.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
Fiberglass
3
(FRP) c
3.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
3.2 5 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
3.3 10 s/d 15 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
3.4 15 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
3.5 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
4 Kayu
4.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
4.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
4.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
4.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
5 Laminasi
5.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
5.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
5.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
5.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
6 Ferrocement
6.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
6.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
6.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
6.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
7 Polyethilen
7.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
7.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
7.3 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
7.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt Dbt
8 Bahan Lain
8.1 < 5 tahun dbt dbt dbt dbt dbt dbt
8.2 6 s/d 10 tahun dbt dbt dbt dbt dbt dbt

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 27


Jenis Jumlah/Tahun
No. Masa Pakai Kapal
Material 2008 2009 2010 2011 2012 2013
8.3 Kapal 11 s/d 20 tahun dbt dbt dbt dbt dbt dbt
8.4 20 tahun < dbt dbt dbt dbt dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012
dbt : data belum tersedia
Sumber Data :

Tabel 5.6. Statistik Jumlah Kecelakaan Kapal berdasarkan Bendera


Kapal
Jumlah/Tahun
No. Bendera Kapal
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Bendera Indonesia a
120 89 22* 30* 4* 2*
2 Bendera Negara Lain b 10 7 0* 0* dbt dbt
3 Tidak Punya Bendera 7
c
14 0* 0* dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2013
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran

3. Data Keselamatan Angkutan Laut Terkait Wilayah Kecelakaan


Data statistik keselamatan angkutan laut terkait wilayah kecelakaan
disajikan pada Tabel 5.7., Tabel 5.8., Tabel 5.9., Tabel 5.10., dan Tabel
5.11.

Tabel 5.7. Data Jumlah Kecelakaan Kapal berdasarkan Wilayah Terjadinya


Kecelakaan
Jumlah/Tahun
No. Wilayah Kecelakaan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Indonesia Bagian Barat 82 22* 10 18* 20*
2 Indonesia Bagian Tengah 36 11* 7 10* 12*
3 Indonesia Bagian Timur 20 0* 2 3* 2
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2009, Mahkamah Pelayaran 2012
dbt : tidak belum tersedia
*) Data yang terlapor KNKT

Tabel 5.8. Data Jumlah Kecelakaan Kapal berdasarkan Wilayah Perairan.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 28


Jumlah/Tahun
No. Wilayah Pelayaran
2008 2009 2010 2011 2012 2013
a
1 Perairan Sungai 1 dbt 4* 3* Dbt dbt
b
2 Perairan Danau dbt dbt 1* 0* Dbt dbt
3 Perairan Pantai (Coastal) c
dbt dbt 1* 5* Dbt dbt
4 Perairan Pelabuhan : 0 1 1 0 1 1
4.1 a. DLKr d dbt dbt 1* 1* Dbt dbt
4.2 b. DLKp e dbt dbt 3* 2* Dbt dbt
Wilayah Perairan yang tidak dbt dbt 2* Dbt dbt
5 terjadi Pasang Surut/Naik
(Non-tidal water) f
6 Perairan Lepas/Samudera g dbt dbt 10* 7* Dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2009
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran

Tabel 5.9. Data Jumlah Kecelakaan di Wilayah Pelabuhan Yang


Diusahakan dan Tidak Melibatkan Kapal
Tahun
No. Uraian Kejadian dan Korban
2008 2009 2010 2011 2012
1 Keselamatan dan Keamanan
Penumpang :
1.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt Dbt
1.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt Dbt
1.3 Kecelakaana (Accidents) dbt dbt dbt dbt Dbt
1.4 Korban Tindak Kriminalitas d
dbt dbt dbt dbt Dbt
1.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt Dbt
2 Keselamatan dan Keamanan
Crew Kapal :
2.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt Dbt
2.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt Dbt
2.3 Kecelakaanb (Accidents) dbt dbt dbt dbt Dbt
2.4 Korban Tindak Kriminalitas e
dbt dbt dbt dbt Dbt
2.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt Dbt
3 Keselamatan dan Keamanan
Pihak lain (selain Penumpang
dan Crew) :
3.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt Dbt
3.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt Dbt
3.3 c
Kecelakaan (Accidents) dbt dbt dbt dbt Dbt
f
3.4 Korban Tindak Kriminalitas dbt dbt dbt dbt Dbt
3.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt Dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 29


dbt : data belum tersedia

Tabel 5.10. Data Jumlah Kecelakaan di Wilayah Pelabuhan yang


Diusahakan dan Melibatkan Kapal
Jumlah/Tahun
No. Uraian waktu kejadian
2008 2009 2010 2011 2012
1 Kapal lego jangkara Dbt dbt dbt dbt dbt
2 Kapal dipandu/memandu masukb Dbt dbt dbt dbt dbt
c
3 Proses Sandar Dbt dbt dbt dbt dbt
4 Sandar/Bongkar Muat d
Dbt dbt dbt dbt dbt
e
5 Kapal dipandu/memandu keluar Dbt dbt dbt dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2009
dbt : data belum tersedia

Tabel 5.11. Data Jumlah Kecelakaan di Wilayah Pelabuhan yang tidak


diusahakan dan tidak melibatkan kapal
Tahun
No. Uraian Kejadian dan Korban
2008 2009 2010 2011 2012
1 Keselamatan dan Keamanan
Penumpang :
1.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt dbt
1.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt dbt
1.3 a
Kecelakaan (Accidents) dbt dbt dbt dbt dbt
d
1.4 Korban Tindak Kriminalitas dbt dbt dbt dbt dbt
1.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt dbt
2 Keselamatan dan Keamanan Crew
Kapal :
2.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt dbt
2.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt dbt
b
2.3 Kecelakaan (Accidents) dbt dbt dbt dbt dbt
2.4 Korban Tindak Kriminalitas e
dbt dbt dbt dbt dbt
2.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt dbt
3 Keselamatan dan Keamanan Pihak
lain (selain Penumpang dan Crew) :
3.1 Kematian (Fatalities) dbt dbt dbt dbt dbt
3.2 Korban Luka (Injured Persons) dbt dbt dbt dbt dbt
3.3 c
Kecelakaan (Accidents) dbt dbt dbt dbt dbt
f
3.4 Korban Tindak Kriminalitas dbt dbt dbt dbt dbt
3.5 Terorisme dbt dbt dbt dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012
dbt : data belum tersedia

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 30


4. Data Keselamatan Angkutan Laut Berdasarkan Jenis Kecelakaan
Data statistik keselamatan angkutan laut terkait sarana disajikan pada
Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Data Jumlah Kecelakaan Kapal berdasarkan Jenis Kecelakaan
Jumlah/Tahun
No. Jenis Kecelakaan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
a
1 Bocor dbt dbt 3* 3* dbt
2 Hanyut b
dbt dbt 0* 0* dbt
c
3 Kandas 17 19 35 35 38 6
4 Kerusakan konstruksi d
dbt dbt 0* 1* dbt
e
5 Kerusakan mesin dbt dbt 0* 1* dbt
6 Meledak f 3 1 1 3 2 0
g
7 Menabrak dermaga dbt dbt 0* 1* dbt
8 Menabrak tiang jembatan h
dbt dbt 0* 0* dbt
i
9 Miring dbt dbt 0* 0* dbt
Orang jatuh kelaut dbt dbt 0* 0* dbt
10
(overboard) j
11 Tubrukan k 15 16 17 14 19 1
l
12 Tenggelam 54 41 49 58 47 11
13 Terbakar m
22 26 18 30 37 2
n
14 Terbalik dbt dbt 1* 1* dbt
15 Lain - lain 29 22 32 41 20 3
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 10 agts 2013
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor KNKLT

5. Data Keselamatan Angkutan Laut Berdasarkan Penyebab


Terjadinya Kecelakaan
Faktor penyebab kecelakaan kapal di Indonesia dikelompokan menjadi faktor
manusia, faktor alam, faktor teknis dan lain – lain. Data rekapitulasi jumlah
kecelakaan berdasarkan factor penyebabnya disajikan pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Data Jumlah Korban Kecelakaan Kapal berdasarkan


Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Uraian Jumlah Korban Jumlah/Tahun
No
Kecelakaan Laut 2008 2009 2010 2011 2012
1 Faktor Manusia :    
Total Fatalities/Korban dbt dbt 1* dbt Dbt
Meninggal/Hilang a
Total Korban Patah Tulang b dbt dbt dbt dbt Dbt
c
Total Korban Luka Lainnya dbt dbt dbt dbt Dbt

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 31


Uraian Jumlah Korban Jumlah/Tahun
No
Kecelakaan Laut 2008 2009 2010 2011 2012
d
Total Kecelakaan 37 51 3* 6*
2 Faktor Alam :
Total Fatalities/Korban dbt dbt 107* dbt Dbt
Meninggal/Hilang
Total Korban Patah Tulang dbt dbt dbt dbt Dbt
Total Korban Luka Lainnya dbt dbt 1* dbt Dbt
Total Kecelakaan 75 32 10* 11*
3 Faktor Teknis :
Total Fatalities/Korban dbt dbt 101* dbt dbt
Meninggal/Hilang
Total Korban Patah Tulang dbt dbt dbt dbt dbt
Total Korban Luka Lainnya dbt dbt dbt dbt dbt
Total Kecelakaan 25 27 6* 4*
4 Faktor Lain-lain :
Total Fatalities/Korban dbt dbt 101* dbt dbt
Meninggal/Hilang
Total Korban Patah Tulang dbt dbt dbt dbt dbt
Total Korban Luka Lainnya dbt dbt dbt dbt dbt
Total Kecelakaan 0 0 3* dbt dbt
Sumber : Ditjen Hubla – Kementerian Perhubungan, 2012
dbt : data belum tersedia
*) Data yang terlapor ke Mahkamah Pelayaran

6. Data Umum Keamanan Angkutan Laut


Data umum keamanan angkutan laut ditampilkan seperti pada Tabel
5.14 dan Tabel 5.15.

Tabel 5.14. Laporan Tindakan Melawan Hukum di Atas Kapal


Jumlah/Tahun
No. Jenis Pelayaran
2008 2009 2010 2011 2012
1 Perompakan dbt dbt dbt dbt dbt
2 Penculikan dbt dbt dbt dbt dbt
3 Penyelundupan dbt dbt dbt dbt dbt
4 Sabotase dbt dbt dbt dbt dbt
5 Terorisme dbt dbt dbt dbt dbt
6 Pencopetan dbt dbt dbt dbt dbt
7 Pencurian dbt dbt dbt dbt dbt
8 Pelecehan seksual dbt dbt dbt dbt dbt
9 Pembunuhan dbt dbt dbt dbt dbt
10 Lain – lain dbt dbt dbt dbt dbt

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 32


dbt : data belum tersedia

Tabel 4.15. Laporan Tindakan Melawan Hukum di Pelabuhan


Jumlah/Tahun
No. Jenis Pelayaran
2008 2009 2010 2011 2012
1 Perampokan dbt dbt dbt dbt dbt
2 Penculikan dbt dbt dbt dbt dbt
3 Penyelundupan dbt dbt dbt dbt dbt
4 Sabotase dbt dbt dbt dbt dbt
5 Terorisme dbt dbt dbt dbt dbt
6 Pencopetan dbt dbt dbt dbt dbt
7 Pencurian dbt dbt dbt dbt dbt
8 Pelecehan seksual dbt dbt dbt dbt dbt
9 Pembunuhan dbt dbt dbt dbt dbt
10 Lain – lain dbt dbt dbt dbt dbt
dbt : data belum tersedia

C. Kinerja Keselamatan Transportasi Laut


1. Jumlah Korban Kecelakaan
Jumlah kecelakaan kapal di Indonesia pada periode tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 secara rata – rata terus mengalami peningkatan,
dengan puncak kejadian terbanyak adalah pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 161 kejadian kecelakaan. Korban yang mengalami
kematian/meninggal (fatalities) merupakan kejadian terbanyak tiap
tahunnya untuk periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Pertumbuhan rata-rata kecelakaan kapal periode tahun 2008 – 2012
adalah mengalami peningkatan sebesar 12%.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 33


Gambar 5.1. Perkembangan Kecelakaan Kapal dan Korban Jiwa

2. Jumlah Kapal yang Mengalami Kecelakaan


Jumlah kecelakaan kecelakaan pada umumnya mengalami peningkatan
setiap tahunnya, meskipun pada tahun 2009 mengalami penurunan
jumlah kapal yang mengalami kecelakaan sebesar 3% jika dibandingkan
pada tahun 2008. Peningkatan jumlah kapal yang mengalami kecelakaan
terjadi pada tahun 2010 dan 2011. Sedangkan jumlah kecelakaan pada
tahun 2012 berdasarkan data sementara yang telah dilaporkan ke
Mahkamah Pelayaran per 10 September 2012 mengalami pengurangan.

Gambar 5.2 Jumlah Kapal yang Mengalami Kecelakaan

3. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Jenis/Tipe Kapal


Berdasarkan data yang telah diperoleh menujukkan bahwa hampir setiap
jenis/tipe kapal mengalami kecelakaan. Pada tahun 2008, kapal motor
kayu merupakan tipe/jenis kapal yang sering terjadi kecelakaan jika
dibanding dengan tipe/jenis lainnya. Namun pada tahun berikutnya
mengalami penurunan yang sangat signifikan. Terutama pada tahun
2009, tidak terjadi kecelakaan untuk jenis kapal ini. Namun tipe/jenis
kapal seperti kapal kargo mengalami peningkatan yang sangat signifikan
jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 86%. Selain itu,
tipe/jenis kapal tersebut memiliki jumlah kecelakaan yang tertinggi pada
tahun tersebut. Jenis kapal lainnya yang mengalami peningkatan yang
signifikan adalah jenis kapal layar motor yaitu rata-rata 82% jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 dan 2011
terjadi penurunan jumlah kecelakaan untuk setiap jenis/tipe kapal.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 34


Gambar 5.3 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Jenis/Tipe Kapal

4. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Ukuran Kapal


kapal yang tiba dipelabuhan, maka yang terutama diperhatikan adalah
ukuran besarnya. Besarnya kapal dinyatakan dalam ton register
(Register ton). Untuk ukuran besarnya kapal dikenal istilah Gross
Register Ton (GRT) dan Net Register Ton (NRT). Gross Register Ton
(GRT) adalah jumlah dari semua ruangan kapal yang tertutup atau yang
dapat ditutup secara kedap air, baik yang berada dibawah geladak
maupun yang berada diatasnya (deck line). Oleh karena 1 register ton =
1000 cft (cubic feet) dan 100 cft = 2,83 m3 maka besar GRT adalah total
ruangan dalam cubic feet dibagi 100. Net Register Ton (NRT) adalah
ruangan yang tersedia untuk barang dan penumpang, atau juga daya
angkut kapal yang dinyatakan dalam volume.
 
Selama 5 tahun terakhir, ukuran untuk besar kapal lebih besar dari 500
GT merupakan ukuran kapal paling banyak terjadi kecelakaan kecuali
pada tahun 2010. Jumlah kecelakaan untuk ukuran kapal tersebut setiap
tahunnya mengalami penurunan jumlah yaitu 13% pertahunnya.
Penurunan jumlah kecelakaan ukuran tersebut terjadi pada tahun 2010
yaitu sebesar 77%. Akan tetapi pada tahun 2011 terjadi peningkatan
jumlah kecelakaan untuk tipe ukuran kapal >500 GT sebesar 62%.
Untuk tipe ukuran kapal 35-500 GT, secara kuantitatif mengalami
penurunan rata-rata sebesar 15% setiap tahunnya. Meskipun terjadi

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 35


peningkatan pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 23,8%, namun jumlah tersebut masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan jumlah kecelakaan pada tahun 2008 dan 2009
yaitu masing-masing 12% dan 56% terjadi penurunan.
Berbeda dengan 2 tipe ukuran kapal sebelumnya, untuk ukuran kapal 8-
35 GT dan <7 GT mengalami menurunan setiap tahunnya dari tahun
2008 hingga 2011. Pada tahun 2011 untuk kedua tipe ukuran tersebut
berdasarkan catatan tidak terjadi kecelakaan.

Gambar 5.4 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Ukuran Kapal

5. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Bendera Kapal


Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2011 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing untuk Kegiatan
Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau
Barang Dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri menjelaskan
pengertian kapal berbendera asing dan Indonesia. Kapal asing adalah
kapal berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam dafta
kapal Indonesia. Sedangkan Kapal berbendera Indonesia adalah kapal
yang telah didaftarkan dalam daftar kapal indonesia.
Dalam analisis ini, kecelakaan kapal berdasarkan bendera kapal terdiri
dari 3 yaitu berbendera asing/negara lain dan bendera indonesia serta
tidak punya bendera. Kapal berbendera indonesia memiliki jumlah
kecelakaan tertinggi jika dibandingkan dengan 2 jenis bendera kapal
lainnya.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 36


Jumlah kecelakaan paling banyak terjadi pada tahun 2008 untuk ketiga
jenis bendera kapal untuk 5 tahun terakhir. Sedangkan data tahun 2010
dan data tahun 2011 belum dapat disajikan secara lengkap karena data
tersebut belum merupakan total kejadian kecelakaan secara
keseluruhan, melainkan data kecelakaan yang telah dilaporkan ke
Mahkamah Pelayaran.

Gambar 5.5 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Bendera Kapal

6. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Wilayah Terjadinya Kecelakaan


Wilayah terjadinya kecelakaan terdiri dari perairan sungai, perairan
danau, perairan pantai yang terdiri dari DLKr dan DLKp dan perairan
lepas/Samudera. Daerah perairan sungai dan danau merupakan sungai
dan danau dengan kedalaman tertentu yang dapat dilewati oleh kapal-
kapal yang berukuran besar. Berdasarkan data tersebut, kecelakaan
kapal paling banyak terjadi di wilayah perairan lepas/samudera aitu
sebanyak 50% pada tahun 2010 dan 39% pada tahun 2011 . Jumlah
tersebut merupakan jumlah kecelakaan terbanyak jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya.
Jumlah kecelakaan kapal terbanyak kedua adalah di wilayah perairan
sungai yang mencapai 20% (2010) dan 17 % (2011). Sedangkan wilayah
perairan danau dan perairan pantai, DLKr, dan DLKp memiliki jumlah
kejadian kecelakaan paling kecil pada tahun 2010 yaitu 5%. Namun pada
tahun 2011 jumlah kejadian kecelakaan pada wilayah perairan pantai

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 37


mengalami peningkatan sebesar 23% jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

Gambar 5.6 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Wilayah Terjadinya


Kecelakaan

7. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Jenis Kecelakaan


Sebab kecelakaan pada umumnya terdiri dari faktor manusia, faktor
alam dan faktor teknis. Secara teknis dapat diidentifikasi beberapa jenis
kecelakaan seperti bocor, hanyut, kandas, kerusakan konstruksi,
kerusakan mesin, meledak, menabrak dermaga, menabrak tiang
jembatan, miring, tubrukan, tenggelam, terbakar, terbalik dan lain-lain.
Secara umum pula, jumlah kecelakaan untuk setiap jenis kecelakaan
mengalami penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 38


Gambar 5.7 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Jenis Kecelakaan

8. Kecelakaan Kapal Berdasarkan Penyebab Kecelakaan

Gambar 5.8 Kecelakaan Kapal Berdasarkan Penyebab Kecelakaan

Jika dicermati dari Gambar 5.8. diperoleh informasi bahwa pada tahun
2009 manusia menjadi fakor penyebab terjadinya kecelakaan cukup
tinggi, setelah faktor alam dan kemudian faktor teknis. Untuk kurun
waktu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 maka kecelakaan
kapal karena faktor manusia sebesar 36%, faktor alam (38%) dan faktor
teknis (24%).

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 39


Berdasarkan data tersebut maka disamping faktor alam, penyebab
kecelakaan kapal tertinggi pada tahun 2009 adalah faktor manusia
(36%).
Faktor manusia menjadi faktor paling dominan terjadinya kecelakaan
kapal lebih disebabkan karena lemahnya pengawasan dan penegakan
hukum, sehingga para pelaku dalam operasional transportasi laut
cenderung melanggar ketentuan – ketentuan yang telah digariskan atau
diatur dalam standar keselamatan angkutan laut. Terjadinya kapal
tenggelam karena kelebihan beban, cuaca buruk dan lain sebagainya
sebenarnya berpangkal pada faktor manusia. Kelebihan beban jelas –
jelas menyangkut faktor pengawasan dan inilah pentingnya peran
syahbandar pelabuhan. Syahbandar pelabuhan harus secara tegas untuk
menetapkan kapal yang boleh berlayar dan yang tidak boleh berlayar.
Faktor cuaca sebenarnya kurang tepat jika dijadikan faktor penyebab
terjadinya kecelakaan karena Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
telah secara detail memberikan informasi tentang kondisi cuaca sampai
pada tataran tinggi gelombang. Berdasarkan informasi dari BMG tersebut
seharusnya syahbandar pelabuhan dapat memutuskan kapan suatu kapal
boleh berlayar sesuai dengan kondisi kapal dan cuaca. Akan tetapi secara
berulang terjadi perlanggaran berlayar pada cuaca yang seharusnya
tidak boleh berlayar, pada kasus ini maka jika terjadi kecelakaan
sebenarnya bukan faktor cuaca melainkan karena kelalaian manusia.
Faktor lain yang turut memberikan sumbangan terjadinya kecelakaan
adalah standar kapal yang di buat di Indonesia banyak yang belum
memenuhi standar keselamatan. Selain itu juga banyak kapal – kapal
yang sudah tua karena saat beli adalah kapal bekas dari negara lain.
Sehingga kejadian kapal terbakar, kapal bocor dan lain sebagainya
adalah karena faktor umur kapal sebagai salah satu sebab.
Pada Studi Pengembangan Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan
Transportasi ini kinerja keselamatan dan keamanan yang dikembangkan
adalah angka indek atau “rate” untuk jumlah kecelakaan, fatalitas dan
lainnya. Angka indek didalam transportasi laut didasarkan pada jumlah
fatalitas/kecelakaan per satuan jumlah kapal.

Statistik Kinerja Keselamatan dan Keamanan Transportasi Halaman V - 40

Anda mungkin juga menyukai