Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No.

2 September 2017

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Diare Pada Balita
(Studi Kasus: Puskesmas Babakansari)
Maidartati1, Rima Dewi Anggraeni2
1
Universitas BSI, maidartati.mti@bsi.ac.id
2
Universitas BSI, rdanggraeni@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit diare merupakan sesuatu penyakit endemis di Indonesia khususnya kelompok
umur balita. Kejadian diare tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor
gizi, makanan, sosial ekonomi dan lingkungan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita usia
1-5 tahun di Puskesmas Babakan sari Kota Bandung. Desain penelitian yang digunakan
adalah observasional analitik, dengan menggunakan rancangan survey cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua dan balita usia 1 – 5 Tahun yang
berobat ke Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung pada bulan Januari – April 2017
dengan jumlah sampel sebanyak 128 responden, tehnik pengumpulan data secara
accidental sampling. Analisis Data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian diare
pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Babakan sari Kota Bandung yaitu faktor gizi
p(0.000), faktor makanan p(0.000), faktor sosial ekonomi (pendidikan orangtua p(0.004),
penghasilan orangtua p(0.038), dan faktor lingkungan p(0.000). Saran bagi orang tua
berdasarkan hasil penelitian menyarankan orangtua dapat memperhatikan balitanya ketika
memberikan makanan kepada anaknya dengan melakukan pencucian terlebih dahulu pada
makanan mentah dan menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah makan.

Kata kunci: Balita, Diare, Faktor-faktor kejadian Diare

ABSTRACT
Diarrhea was an endemic disease in Indonesia, especially in children under five years
old. where the incidence of diarrhea is caused by various factors such as nutritional
factors, food, social economy and environment. The aims of this study was to identified
the factors related to the incidence of diarrhea in infants aged 1-5 years old at
Babakansari Public Health Center Bandung. The methodof this research is analytical
observational with cross sectional design. The population in this study were all parents
and children aged 1- 5 years who went to Puskesmas Babakan Sari Bandung in January -
April 2017 with 128 respondent used accidental sampling technique. The data was
Analyze used Chi Square analysis.The result of this tudy showed that the factorswhich
has a significant correlationwith diarrheain infant aged 1-5 years old at Puskesmas
Babakansari Kota Bandung was nutrition factor p(0.000), food factor p(0.000), social
economic factor (parent’s education) p(0.004), parents’ income p(0.038), and
environment factor p(0.000). Based on the results of this study, adviceable to parents to
put attention when giving foods to their children by washing the raw of food firstly, and
keep the hand hygiene before and after meals time.

Keywords: Toddler, Diarrhea, Factors of Diarrhea Occurrence

Naskah diterima : 15 Juli 2017, Naskah dipublikasikan : 15 September 2017

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 110


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

PENDAHULUAN mampu menerapkan hygine menyiapkan


Diare merupakan suatu penyakit endemis makanan.
di Indonesia dan juga merupakan penyakit Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sangat tertarik melakukan penelitian di
sangat sering disertai dengan kematian. Puskesmas Babakan sari dan melakukan
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare studi pendahuluan terhadap 10 orang tua
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan yang memiliki balita usia 1-5 tahun yang
kematian 30 orang dengan CFR atau Case terserang penyakit diare di Puskesmas
Fatality Rate sebanyak 2.47% (Kemenkes Babakansari Kota Bandung, diiperoleh
RI, 2015). Berdasarkan karakteristik hasil wawancara dengan 10 responden
penduduk, kelompok umur balita adalah yaitu, 3 responden memiliki kebiasaan cuci
kelompok yang paling tinggi menderita tangan sebelum dan sesudah menyuapi
diare. Insiden diare balita di Indonesia anak. 5 responden mengatakan anaknya
adalah 6.7% (Riskesdas, 2013). yang dapat makan dengan mandiri selalu
Angka kejadian diare di Jawa Barat masih mencuci tangan sebelum dan sesudah
tinggi terutama di puskesmas Kota makan. 4 responden selalu mencuci tangan
Bandung berjumlah 67.603 penderita. setelah BAB dan buang tinja anak. 6
Adapun data kejadian diare 3 tertinggi responden memberikan ASI secara esklusif
meliputi : 1). Puskesmas Babakan Sari dan 4 responden tidak memberikan asi
jumlah kasus 6.425, 2). Puskesmas Ujung ekslusif. Orang tua dengan tingkat
Berung jumlah kasus diare 5.963, dan 3). pendidikan terakhir SD dan SMP
Puskesmas Caringin dengan jumlah kasus berjumlah 5 responden, sedangkan SMA
5.708 dengan proporsi usia penderita 1-5 dan D3 sarjana 4 responden. Tersedianya
tahun (Dinkes Kota Bandung, 2012). tempat sampah didalam rumah seluruh
Diare lebih dominan menyerang balita responden memiliki. Penghasilan orangtua
karena daya tahan tubuhnya yang masih diatas UMR 3 responden, dan dibawah
lemah, sehingga balita sangat rentan UMR 7 orang. Berdasarkan uraian diatas,
terhadap penyebaran bakteri penyebab penulis tertarik untuk melakukan penelitian
diare. Jika diare disertai muntah tentang faktor-faktor yang berhubungan
berkelanjutan akan menyebabkan dengan kejadian diare pada balita usia 1-5
dehidrasi. Inilah yang harus selalu tahun di Puskesmas Babakansari Kota
diwaspadai karena sering terjadi Bandung.
keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian (Cahyono, 2010). KAJIAN LITERATUR
Terdapat beberapa faktor yang dapat Diare merupakan gejala yang terjadi
menyebabkan terjadinya diare pada balita karena kelainan yang melilbatkan fungsi
yaitu : 1). kesadaran dan pengetahuan ibu, pencernaan, penyerapan dan sekresi.
2). ketersedian sumber air bersih dan Diare disebabkan oleh transportasi air
ketersediaan jamban keluarga, 3). Faktor dan Diare merupakan suatu keadaan
hygine, lingkungan, kesadaran orang tua pengeluaran tinja yang tidak normal
balita untuk berperilaku hidup bersih dan atau tidak seperti biasanya. Perubahan
sehat serta pemberian ASI menjadi faktor yang terjadi berupa perubahan
yang penting dalam menurunkan angka peningkatan volume, keenceran dan
kesakitan diare pada balita (Kemenkes RI, frekuensi dengan atau tanpa lender
2011). Hal ini juga dikemukanan oleh darah, seperti lebih dari 3 kali per hari
suharyono (2008) bahwa kejadian diare dan pada neonates lebih dari 4 kali
dipengaruhi oleh Faktor gizi, faktor per hari (Hidayat,2008).
makanan, faktor sosial ekonomi, dan faktor Menurut Hidayat (2008), Etiologi diare
lingkungan. Kebersihan makanan dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
ditentukan dari kemampuan ibu dalam 1). Infeksi, Proses ini dapat diawali
menerapkan (PHBS) terhadap makanan derngan adanya mikroorganisme (kuman)
dari proses persiapan, memasak hingga yang masuk kedalam saluran pencernaan
menghidangkan makanan tersebut artinya yang kemudian berkembang dalam usus
bahwa PHBS disini adalah bagaimana ibu dan merusak sel mukosa intestinal yang

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 111


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

dapat menurunkan daerah permukaan rendah, Kondisi rumah yang buruk, tidak
intestinal sehingga terjadinya perubahan mempunyai penyediaan air bersih yang
kapasitas dari intestinal yang akhirnya memenuhi persyaratan kesehatan,
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal pengetahuan, pendidikan orang tuanya
dalam absorpasi cairan dan elektrolit. yang rendah dan sikap serta kebiasaan
Adanya toksin bakteri juga akan yang tidak menguntungkan.
menyebabkan sistem transpor menjadi 4) Faktor lingkungan, Sanitasi lingkungan
aktif dalam usus, sehingga sel mukosa yang buruk juga berpengaruh terhadap
mengalami iritasi dan akhirnya sekresi terjadinya diare. Interaksi antar gen,
cairan dan elektrolit akan meningkat. 2). penyakit dan tuan rumah dan faktor-faktor
Faktor malabsorbsi Merupakan kegagalan lingkungan yang mengakibatkan penyakit
dalam melakukan absorbsi yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan
mengakibatkan tekanan osmotik diare. peranan faktor lingkungan (air,
meningkat kemudian akan terjadi ekserta, makanan, lalat, dan serangga lain),
pergeseran air dan elektrolit ke rongga enterobakteri, parasit usus, virus, jamur
usus yang dapat meningkatkan isi rongga dan beberapa zat kimia telah secara klasik
usus sehingga terjadilah diare. 3). Faktor dibuktikan pada berbagai penyelidikan
makanan dapat terjadi apabila toksin yang epidemiologis sebagai penyebab penyakkit
ada tidak mampu diserap dengan baik dan diare (Suharyono, 2008).
dapat terjadi peningkatan peristaltik usus
yang akhirnya menyebabkan penurunan METODE PENELITIAN
kesempatan untuk menyerap makanan Desain penelitian adalah untuk
seperti : makanan basi, beracun, dan alergi menentukan desain apa yang akan
terhadap makanan. 4). Faktor psikologis digunakan dalam penelitian, Dalam
dapat mempengaruhi terjadinya penelitian ini menggunakan pola
peningkatan peristaltik khusus yang dapat pendekatan kuantitatif. Dan desain
mempengaruhi proses penyerapan penelitian observasional analitik, dengan
makanan seperti : rasa takut dan cemas. menggunakan rancangan survey cross
Faktor-faktor yang mempengaruhi sectional
terjadinya diare meliputi (Suharyono, Populasi, Sampel, dan Sampling
2008) : Populasi adalah orangtua dan balita usia 1
1). Faktor gizi, faktor gizi menujukan – 5 Tahun yang berobat ke Puskesmas
bahwa makin buruk gizi anak, ternyata Babakan Sari Kota Bandung pada bulan
makin banyak episode diare yang dialami. Januari – April 2017 adalah 189 kasus.
Hubungan gizi dan diare dinegara yang Penelitan ini menggunakan tekhnik
sedang berkembang sering nerupakan accidental sampling. Jika jumlah
lingkaran tertutup yang sulit dipecahkan. subjeknya besar dapat diambil antara 10-
Status gizi adalah keadaan tubuh yang 15% atau 20-55% atau lebih (Arikunto,
diakibatkan oleh konsumsi makanan, 2010). Maka jumlah sampel pada
penyimpanan dan penggunaan makanan. penelitian ini adalah sebanya 128
2). Faktor makanan Kebersihan makanan responden
ditentukan dari kemampuan ibu dalam Uji Validitas instrumen
menerapkan perilaku hidup bersih dan Sugiyono (2014) mengungkapkan bahwa
sehat (PHBS) terhadap makanan dari data yang valid adalah data yang tidak
proses persiapan, memasak hingga berbeda antara data yang dilaporkan oleh
menghidangkan makanan tersebut. Artinya peneliti dengan data yang sesungguhnya
bahwa PHBS disini adalah bagaimana ibu terjadi pada objek penelitian. Pengujian
mampu menerapkan hygine sanitasi validitas instrument dalam penelitian ini
makanan. menggunakan pendekatan Pearson
3) Faktor sosial ekonomi, Sosial ekonomi Product Moment.
mempunyai pengaruh langsung terhadap Uji Reliabilitas
faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan Darmadi (2013) Menyatakan bahwa
anak yang mudah menderita diare berasal reliabilitas sama dengan konsistensi atau
dari keluarga besar dengan daya beli yang keajegan. Suatu instrument penelitian

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 112


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

dikatakan reliabilitas apabila yang dipakai frekuensi dan persentase dari variabel yang
mengukur apa yang seharusnya diukur diteliti.
digunakan kapan pun dan bilamana Analisa Bivariat
hasilnya sama. Pengujian reliabilitas di Untuk mengetahui hubungan antara
dalam penelitian ini dilakukan dengan variabel independen (faktor gizi, faktor
SPSS v.16 dengan Cronbach Alpha, makanan, faktor sosial ekonomi, faktor
Pengolahan Data lingkungan) dengan variabel dependen
1. Editing (kejadian diare), maka digunakan rumus
Melakukan pengecekan kelengkapan statistic Chi kuadrat (X²).
data yang terkumpul, bila dapat Etika Penelitian
kesalahan atau kekurangan dalam Otonomi, Pada awal penelitian responden
pengumpulan data, dapat diperbaiki diberikan pemberitahuan dan penjelasan
dengan memeriksa dan dilakukan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang
pendataan ulang. dilakukan peneliti. Selanjutnya responden
2. Coding diberi kesempatan dan keputusan, apabila
Dalam penelitian ini untuk responden bersedia terlibat penelitian.
mempermudah penelitian maka Tanpa Nama (Anonymity), Untuk
digunakan coding atau kode untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,
faktor-faktor yang diteliti yaitu : maka peneliti tidak akan mencantumkan
a=Untuk faktor gizi nama responden tersebut pada lembar
b=Untuk faktor makanan pengumpulan data yang telah diisi, tetapi
c=Untuk faktor sosial ekonomi lembar tersebut diberi kode dengan
d=Untuk faktor lingkungan memberikan nomor atau hanya dengan
3. Entri data inisial pada masing-masing lembar
Dilakukan setelah melakukan editing tersebut.
dan coding, yaitu memasukkan data Kerahasiaan (Confidentiality),
dengan cara melalui SPSS v.16 dengan Kerahasiaan informasi responden dijamin
memasukkan hasil data yang telah oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
diperoleh. saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
Analisa data peneliti dan tidak di sebarluaskan.
Analisa univariat, penelitian ini
menggunakan analisis persentase dengan
tujuan untuk melihat gambaran distribusi

PEMBAHASAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan orang tua
Karakteristik Orangtua Frekuensi Persentase (%)
Pekerjaan
PNS 3 2.3
Wiraswasta 28 21.9
Petani 7 5.5
Ibu Rumah Tangga 71 55.5
Pegawai Swasta 19 14.8
Total 128 100.0

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 113


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak di Puskesmas Babakansari Kota Bandung
Karakteristik Anak Frekuensi Persentase (%)
Umur/Usia
≤ 1 Tahun 14 10.9
1.1 Tahun - 2 Tahun 35 27.3
2.1 Tahun - 3 Tahun 36 28.1
3.1 Tahun - 4 Tahun 29 22.7
4.1 Tahun - 5 Tahun 14 10.9
Total 128 100.0
Jenis Kelamin
Perempuan 54 42.2
Laki-Laki 74 57.8
Total 128 100.0

Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Faktor Gizi pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Babakansari
Kota Bandung
Gizi Anak Frekuensi Persentase (%)
Buruk 5 3.9
Kurang 34 26.6
Baik 79 61.7
Gizi Lebih 10 7.8
Total 128 100.0

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Faktor Makanan pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas
Babakansari Kota Bandung
Makanan Frekuensi Persentase (%)
Buruk 32 25.0
Baik 96 75.0
Total 128 100.0

Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Faktor Sosial Ekonomi Orangtua pada Balita Usia 1-5 Tahun di
Puskesmas Babakansari Kota Bandung
Sosial Ekonomi Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan Orangtua
SMP/Sederajat 27 21.1
SMA/Sederajat 81 63.3
Diploma/Sarjana 20 15.6
Total 128 100.0
Penghasilan Orangtua

≤ UMR : Rp.2.843.662 61 47.7

> UMR : Rp.2.843.662 67 52.3

Total 128 100.0

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 114


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Faktor Lingkungan pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas
Babakansari Kota Bandung
Lingkungan Frekuensi Persentase (%)
Buruk 37 28.9
Baik 91 71.1
Total 128 100.0

Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas
Babakansari Kota Bandung
Lingkungan Anak Frekuensi Persentase (%)
Diare 41 32.0
Tidak Diare 87 68.0
Total 128 100.0

Tabel .8
Hubungan Faktor Gizi Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Babakansari
Kota Bandung
Hubungan X2 P Α
Faktor Gizi Dengan
53.625 0.000 0.05
Kejadian Diare

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara
nilai Chi-Square (X2) sebesar 53.625 faktor gizi dengan kejadian diare pada
dengan p value sebesar 0.000 dengan alpha balita di Puskesmas Babakansari Kota
(α) 0.05, dimana p value (0.000) < 0.05 Bandung. Hal ini dapat dilihat dari
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini banyaknya balita dengan status gizi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermasalah yang mengalami diare dengan
yang signifikan antara faktor gizi dengan dehidrasi. Status gizi balita yang
kejadian diare pada balita di Puskesmas bermasalah akan berakibat menurunnya
Babakansari Kota Bandung. imunitas penderita terhadap berbagai
Depkes (2013) mengemukakan bahwa infeksi terutama bakteri penyebab diare.
penyakit diare merupakan salah satu Karena pada dasarnyatubuh memiliki 3
masalah kesehatan masyarakatyang utama, macam untuk menolak infeksi yaitu
hal ini disebabkan karena masih tingginya melalui sel (imunitas seluler)melalui cairan
angka kesakitan diare yangmenimbulkan (imunitas humoral) dan aktifitas leukosit
banyak kematian terutama padabalita. polimer fonukleus.
Penyakit diare pada bayi dan balita, bila Hasil penelitian ini sesuai dengan
tidak diatasi lebih lanjut akan penelitian Tedi (2015) bahwa ada
menyebabkan dehidrasi yang hubungan antara status gizi balita
mengakibatkan kematian, selain itu akan dengankejadian diare pada balita.Pada
berdampak pula pada kecemasan ibu, pada balita yang mengalami statusgizi
bayi akan terjadi komplikasi pada saluran bermasalah dikarenakan keterbatasan
cerna, kejang demamdan kurang energi wawasan dan pengetahuan ibu tentang
protein. gizipada balita masih kurang,
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p pengelolaanmakanan untuk balita tidak
value (0.000) < 0.05 yang berarti bahwa memenuhi syaratgizi yang baik dan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 115


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

keadaan ekonomi keluargayang tidak sepertiga balita diseluruh dunia mengalami


mencukupi kebutuhan gizi balita.Status malnutrisi. Anakkurang gizi memiliki
gizi merupakan salah satu resiko diare yang lebihtinggi. Diketahui
indikatorkesehatan dan kesejahteraan anak. mortalitas termasuk yang disebabkan oleh
Problemstatus gizi balita berupa diare meningkat menjadi 2kali lipat untuk
malnutrisi. Gizi masihmerupakan masalah setiap desil di bawah 80% berat menurut
utama problemkesehatan masyarakat di umur.
negara-negaraberkembang. Diperkirakan

Tabel 9.
Statistik Hubungan Faktor Makanan Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas
Babakansari Kota Bandung
Hubungan X2 P α
Faktor Makanan Dengan
53.695 0.000 0.05
Kejadian Diare

Berdasarkan hasil penelitian mengenai memasak hingga menghidangkan makanan


faktor makanan pada balita di Puskesmas tersebut. Artinya bahwa PHBS disini
Babakansari Kota Bandung menunjukkan adalah bagaimana ibu mampu menerapkan
bahwa sebagian besar anak (75.0%) hygiene sanitasi makanan. Hygiene adalah
memiliki faktor makanan yang baik, suatu usaha kesehatan masyarakat yang
sedangkan sebagian kecil anak (25.0%) mempengaruhi kondisi lingkungan
memiliki faktor makanan yang buruk. terhadap lingkungan kesehatan manusia,
Hasil uji statistik didapatkan p value upaya mencegah timbulnya penyakit
(0.000) < 0.05 yang menunjukkan bahwa karena pengaruh lingkungan kesehatan
terdapat hubungan yang signifikan antara serta membuat kondisi lingkungan
faktor makanan dengan kejadian diare sedemikian rupa sehingga terjamin
pada balita di Puskesmas Babakansari pemeliharaan kesehatan (Maryunani,
Kota Bandung. 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tabel 10.
pemberian makanan memiliki hubungan Statistik Hubungan Pendidikan Orangtua
dengan kejadian diare pada balita. Salah Dengan Kejadian Diare pada Balita di
satu faktor yang meminimalisir kejadian Puskesmas Babakansari Kota Bandung
diare dalam pemberian makanan adalah Hubungan X2 P α
melalui ASI. Pemberian ASI secara dini
dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 Faktor
bulan akan membantu mencegah penyakit Pendidikan
pada bayi. Hal ini disebabkan karena Orangtua 11.298 0.004 0.05
adanya antibodi penting yang ada dalam Dengan
kolostrum dan ASI (dalam jumlah yang Kejadian Diare
sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman
dan bersih sehingga sangat kecil Tabel 11.
kemungkinan bagi kuman penyakit untuk Hubungan X2 p α
dapat masuk ke dalam tubuh bayi (Depkes Faktor Penghasilan
dalam Hardi, 2010).Balita yang tidak Orangtua Dengan 4.290 0.038 0.05
mendapatkan ASI beresiko terkena diare Kejadian Diare
lebih besar dibandingkan dengan balita
yang mendapat ASI (Winda, 2012). Statistik Hubungan Penghasilan Orangtua
Kebersihan makanan ditentukan dari Dengan Kejadian Diare pada Balita di
kemampuan ibu dalam menerapkan Puskesmas Babakansari Kota Bandung
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Berdasarkan hasil penelitian mengenai
terhadap makanan dari proses persiapan, faktor sosial ekonomi pada balita di

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 116


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

Puskesmas Babakansari Kota Bandung faktor yang sangat penting dalam


terkait pendidikan orang tua menunjukkan keberhasilan manajemen diare pada anak.
sebagian besar responden (63.3%) Orang tua dengan tingkat pendidikan
berpendidikan terakhir adalah rendah, khususnya buta huruf tidak akan
SMA/Sederajat, sedangkan sebagian kecil dapat memberikan perawatan yang tepat
responden (15.6%) berpendidikan terakhir pada anak diare karena kurang
Diploma/Sarjana. Hasil uji statistik pengetahuan dan kurangnya kemampuan
didapatkan p value (0.004) < 0.05 yang menerima informasi.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan Salah satu faktor yang mempengaruhi
yang signifikan antara pendidikan orangtua pengetahuan seseorang adalah pendidikan.
dengan kejadian diare pada balita di Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
Puskesmas Babakansari Kota Bandung. makin tinggi pendidikan seseorang makin
Adapun untuk penghasilan orangtua mudah orang tersebut menerima informasi,
menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu baik dari orang lain maupun dari media
67 anak (52.3%) memiliki penghasilan masa. Makin banyak informasi yang
orangtua > UMR : Rp.2.843.662, masuk maka semakin banyak pula
sedangkan hampir setengahnya yaitu 61 pengetahuan yang didapat tentang penyakit
anak (47.7%%) memiliki penghasilan diare (Notoatmodjo, 2007).
orangtua ≤ UMR : Rp.2.843.662. Hasil uji Adapun adanya hubungan antara
statistik didapatkan nilai p value (0.038) < penghasilan orangtua dengan kejadian
0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat diare membuktikan bahwa besarnya
hubungan yang signifikan antara faktor penghasilan orangtua menentukan anak
penghasilan orangtua dengan kejadian akan mengalami diare. Menurut Pender
diare pada balita di Puskesmas (2009) dalam salah satu konsepnya
Babakansari Kota Bandung. menyatakan bahwa kesadaran seseorang
Penelitian Santosa (2010), tentang tentang kesehatan dan perilaku promosi
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kesehatan dapat terhambat oleh rendahnya
kejadian diare pada anak, menunjukkan pendapatan seseorang sehingga akan
bahwa ada hubungan yang signifikan berdampak pula terhadap kemampuan
dengan tingkat korelasi kuat antara tingkat seseorang untuk mempertahankan status
pendidikan ibu dengan perilaku kesehatan mereka, tapi hal ini dapat
pencegahan diare pada anak, semakin dicegah bila individu mempunyai
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki kesadaran diri dan kemampuan diri untuk
semakin baik pula perilaku pencegahan dapat mengatasi masalah tersebut dengan
terhadap penyakit diare. Khalili (2008) perilaku yang positif.
menjelaskan pendidikan orang tua adalah

Tabel 12.
Statistik Hubungan Lingkungan Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas
Babakansari Kota Bandung
Hubungan X2 p α
Faktor Lingkungan Dengan
21.703 0.000 0.05
Kejadian Diare

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hasil uji statistik didapatkan p value


faktor lingkungan pada balita di (0.000) < 0.05 yang menunjukkan
Puskesmas Babakansari Kota Bandung bahwa terdapat hubungan yang
menunjukkan bahwa sebagian besar signifikan antara faktor lingkungan
anak (71.1%) memiliki faktor dengan kejadian diare pada balita di
lingkungan yang baik, sedangkan Puskesmas Babakansari Kota Bandung.
hampir setengahnya anak (28.9%) Hasil penelitian ini sejalan dengan
memiliki faktor lingkungan yang buruk. penelitian Kasman (2013) bahwa faktor

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 117


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

lingkungan proporsi terbesar balita yang penting dalam meningkatkan kesehatan


menderita diare adalah sanitasi (Setiawan, 2008).
lingkungannya buruk (88,8%). Selain Adapun Chandra (2007) mengemukakan
itu, Amalia (2013) dalam penelitiannya bahwa masalah kesehatan lingkungan
di Kabupaten Sukoharjo didapatkan hidup meliputi kurangnya penyediaan
hasil ada hubungan yang bermakna air minum yang bersih dan memenuhi
antara sanitasi lingkungan terhadap persyaratan kesehatan, kurangnya
kejadian diare. Adisasmito (2011) pembuangan kotoran yang sehat,
mengemukakan bahwa penyebab dari keadaan rumah yang pada umumnya
diare bisa karena kondisi lingkungan tidak sehat, usaha hygiene dan sanitasi
buruk yang menjadi habitat dari makanan yang belum menyeluruh,
patogen, sanitasi dan kebersihan rumah banyaknya faktor penyakit, belum
tangga yang buruk, kurang minum air ditanganinya hygiene dan sanitasi
yang aman, pajanan pada sampah yang industri secara intensif, kurangnya usaha
padat serta musim kemarau karena pengawasan dan pencegahan terhadap
patogen di saluran air yang bertambah. pencemaran lingkungan, pembuangan
Semakin baik tingkat kebersihan limbah di daerah pemukiman yang
lingkungan maka semakin baik pula kurang baik.
kondisi kesehatan seseorang (Kozier,
2010). PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan
sebagian besar responden memiliki antara faktor gizi dengan kejadian diare
tingkat kebersihan lingkungan yang pada balita di Puskesmas Babakansari
cukup, lainnya memiliki tingkat Kota Bandung (0.000 < 0.05)
kebersihan lingkungan yang kurang, dan 1. Terdapat hubungan yang signifikan
tidak ada responden yang memiliki antara faktor makanan dengan
tingkat kebersihan lingkungan yang kejadian diare pada balita di
baik. Puskesmas Babakansari Kota
Kebersihan dalam kehidupan sehari-hari Bandung (0.000 < 0.05).
merupakan hal yang sangat penting dan 2. Terdapat hubungan yang signifikan
harus diperhatikan, karena kebersihan antara pendidikan orangtua dengan
mempengaruhi kesehatan seseorang. kejadian diare pada balita di
Seseorang mengalami sakit dapat Puskesmas Babakansari Kota
disebabkan masalah kebersihan kurang Bandung (0.004 < 0.05),
diperhatikan (Wartonah, 2010). 3. Terdapat hubungan yang signifikan
Kebersihan lingkungan pada hakekatnya antara faktor lingkungan dengan
adalah kondisi atau keadaan lingkungan kejadian diare pada balita di
yang optimum sehingga berpengaruh Puskesmas Babakansari Kota
positif terhadap status kesehatan yang Bandung (0.000 < 0.05),
optimum. Ruang lingkup kebersihan Saran
lingkungan antara lain mencakup: Bagi Institusi Kesehatan
perumahan, pembuangan kotoran Perlu ditingkatkannya peran serta
manusia (tinja), penyediaan air bersih, perawat komunitas sehingga dapat
pembuangan sampah, pembuangan air memberikan pengetahuan yang baik
kotor (air limbah), rumah hewan ternak tentang penanganan diare secara cepat
(kandang) dan sebagainya (Anwar, guna mengurangi angka mortalitas dan
2011). Lingkungan yang sanitasinya morbiditas yang disebabkan oleh
buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit Diare; Perlu adanya kebijakan
penyakit yang dapat mengganggu dari instansi pemerintah dalam
kesehatan manusia pada akhirnya jika meningkatkan gerakan lingkungan hidup
kesehatan terganggu, maka sehat agar masyarakat dapat bergotong
kesejahteraan juga akan berkurang, royong dalam menjaga kebersihan
upaya kebersihan lingkungan menjadi lingkungannya, sehingga hal secara

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 118


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

tidak langsung dapat meminimalisir Dinkes Kota Baandung (2012)., Profil


kejadian diare pada anak.. Kesehatan Kota Bandung.
Bagi Peneliti
Adanya suatu penelitian lanjutan untuk Hidayat, A. A. (2008). Pengertian Ilmu
mengetahui faktor-faktor yang Kesehatan Anak untuk Pendidikan
berhubungan dengan kejadian diare pada Kebidanan. Jakarta: Salemba
balita usia 1-5 tahun selain faktor gizi, Medika.
makanan, sosial ekonomi dan
lingkungan, sehingga hal-hal yang Kasman.(2013). Faktor-faktor Yang
berpengaruh tersebut dapat Berhubungan Dengan Kejadian
ditindaklanjuti dalam meminimalisir Diare Pada Balita Di Puskesmas
kejadian diare pada balita. Air Dingin Kecamatan Koto
Tengah Kota Padang Sumatra
REFERENSI Barat tahun 2013. (online,
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian diperoleh 04 Agustus 2017)
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kementrian Kesehatan RI. (2011).
situasi diare di Indonesia buletin
Adisasmito.(2011). Faktor Resiko Diare jendela, data dan informasi
Pada Bayidan Balita di Indonesia: kesehatan.
systematic review penelitian
akademik Bidang Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2015).
Masyarakat. Makara Kesehatan.
situasi diare di Indonesia buletin
Juni 2011.
jendela, data dan informasi
kesehatan
Amalia. (2013). Hubungan faktor
Lingkungan dan sosial ekonomi Khalili,B. (2008). Risk Factor for
dengan kejadian Diare pada Hospitalization of Children wth
Balita di Kelurahan Pisangan Diarrhea in Shahrekord
Ciputat Timur. Online, Agustus Iran.http://222.124.222.229/bitstr
tahun 2015) eam/handle/123456789/RULI%2
0PAUSI%20K11108552.pdf?seq
Anwar .T. Bahri.(2011). Bagian Ilmu uence=1
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. E-usu Repository Kozier, (2010). Buku ajar Fundamental
digitized by USU digital library. Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik Volume 1. EGC: Jakarta
Chandra, B. (2007). Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup
EGC Bersih dan Sehat.

Cahyono, S.B. (2010). Vaksinasi Cara Notoatmodjo, S. (2007). Promosi


Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Yogyakarta: kanisisus Cetakan I. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
Darmadi, H. (2013). Metode Peneltian
dan Sosial. Bandung: Alfabeta. Pender, N.J. (2009). Health promotion
in nursing practice. Sidney:
Appleton & lange.
Depkes RI, (2013), Riset kesehatan
dasar. Jakarta : Badan Penelitian Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
dan pengembangan kesehatan Dasar, Badan Peneltian dan
kementerian kesehatan RI. Pembangunan Kesehatan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 119


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. V No. 2 September 2017

Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Setiawan, B. (2008). Diare Akut Karena


Infeksi. Jakarta : Departemen IPD
FK UI.

Santosa. (2010). Hubungan Tingkat


Pengetahuan ibu dengan
Kejadian Diare Pada anak.
Online, 13 Maret 2014)

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, CV.

Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik


dan Laboratorik Cetakan Kedua.
Jakarta: Rineka cipta.

Tedi, A. I., 2015., Faktor-faktor yang


mempengaruhi kejadian diare
pada balita di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Ambal
Kabupaten Kebumen.

Wartonah, Tarwoto. (2010). Kebutuhan


Dasar manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta.: Salemba
Medika.

Winda, Wijayanti. (2012). Hubungan


Antara Pemberian ASI Eksklusif
dengan Angka Kejadan Diare pada
bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas
Gilingan Kecamatan Banjasari
Surakarta tahun 2012. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas
maret Surakarta. (online,
diperoleh 03 Februari 2016).

BIODATA PENULIS
Penulis I Maidartati : merupakan staff
akademik fakultas keperawatan
Universitas BSI Bandung
Penulis II Rima Dewi Anggraeni
merupakan mahasiswa fakultas
keperawatan Universitas BSI Bandung

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 120


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai