SISTEM KOLOID
OLEH:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KOMPETENSI DASAR
3.14 Mengelompokkan berbagai 4.14 Membuat makanan atau
tipe sistem koloid, dan menjelaskan produk lain yang berupa koloid
kegunaan koloid dalam kehidupan atau melibatkan prinsip koloid
berdasarkan sifat-sifatnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA MATERI
Jenis-jenis Koloid
Pembuatan Sistem
Koloid
PENDAHULUAN _________________________________________
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong
campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa. Jadi, sistem koloid tersusun
atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi atau fasa
pendispersi.
Berdasarkan fase terdispersinya, jenis koloid ada tiga antara lain sol (fase
terdispersi padat). Emulsi (fase terdispersi padat), emulsi (fase terdisfersi cair) dan
buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendisfersi gas disebut aerosol.
Sistem koloid mempunyai beberapa sifat khusus, yang membedakannya
dengan sistem dispersi lainya. Sifat-sifat khusus sistem koloid tersebut adalah
efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi.
Efek Tyndall : penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid dalam
lintasannya.
Gerak Brown : gerakan tak menentu atau acak dari partikel-partikel kecil
dalam bentuk sistem koloid
Adsorpsi : penumpukkan zat-zat dalam suatu permukaan
Koagulasi : pengumpalan membentuk zat semi-padat
URAIAN MATERI
________________________________________________
SISTEM KOLOID
Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdsispersi (tersebar)
merata dalam medium zat lain. Zat yang menjadi medium mendispersikan partikel
disebut medium pendispersi.
Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, dimana terbentuk
campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis,
terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing
komponen campuran cendrung saling memisah.
Jenis-jenis Koloid
Sitem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan berdasarkan fase
terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersinya, jenis koloid
ada tiga antara lain sol (fase terdispersi padat). Emulsi (fase terdispersi padat),
emulsi (fase terdisfersi cair) dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase
pendisfersi gas disebut aerosol. Berdasarkan fase terdisfersi dan pendispersinya,
jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel-partikel koloid terhadap medium
pendispersiannya, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu koloid liofil
dan koloid liofob.
Koloid liofil : koloid yang fase terdispersinya mudah menarik atau menyukai
medium pendi spersiannya.
Koloid liofob : koloid yang fase terdispersinya sukar menarik atau menyukai
medium pendispersiannya.
Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah
efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat
sulit diamati.
2. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan
pada penjelasan berikut: Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi
zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka
semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
3. Elektropresus
Elektropresus adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Medan
listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan
dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang
ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul
yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus
listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul
tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak
molekul tersebut tergantung pada nisbah muatan terhadap massanya serta
tergantung pula pada bentuk molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan
gaya Lorentz, yang terkait dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan
kondisi elektris lingkungan. Secara umum, elektroforesis digunakan untuk
memisahkan, mengidentifikasi, dan memurnikan fragmen DNA.
4. Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada
permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan
absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat
bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel
koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas. Contoh adsorpsi:
-Penyembuhan diare dengan norit
-Penjernihan air dengan tawas
-Pencelupan serat wol untuk proses pewarnaan
-Penjernihan air tebu pada pembuatan gula
-Penyerapan humus oleh tanah liat
5. Koagulasi
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu
koloid dapat mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-
partikel koloid tersebut bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel koloid tersebut akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya
disebut Koagulasi. Dalam hal ini, koagulasi koloid merupakan proses
bergabungnya partikel-partikel koloid secara bersama membentuk zat dengan
massa yang lebih besar.
Contoh koagulasi:
Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam
air sungai mengalamikoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam
air laut.
Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan
dengan penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat
dipisahkan dari lateksnya.
-Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liatdalam air sungai biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium
sulfat)
Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera
nenetralkan partikelalbuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi
penggumpalan darah yang menutupi luka.
6. Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
relatif besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid plindung ialah
koloid liofil.
Contoh koloid pelindung:
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan
Kristal besar atau gula
Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid
pelindung.
Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid
pelindung.
7. Dialisis
Dialisis merupakan salah satu sifat dari sistem koloid. Dialisis adalah
suatu proses permunian partikel koloid dari ion-ion penganggu kestabilan koloid
dengan penyaringan mengunakan membran atau selaput semipermeabel. Selaput
semipermeabel adalah sejenis alat saring yang dibuat khusus untuk keperluan
dialisis koloid yang memiliki daya saring sangat tinggi. Selaput semipermeabel ini
hanya melewatkan molekul air dan ion-ion saja, sedangkan partikel koloid tetap
tinggal. Prinsip dialisis atau pemisahan koloid dari ion-ion penganggu ini
didasarkan pada perbedaan laju transport partikel. Proses Dialisis Koloid
sangatlah sederhana. Koloid yang akan di dialisis dimasukan kedalam sebuah
kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Jika kantong berisi koloid
tersebut kemudian dimasukan kedalam sebuah tempat berisi air yang mengalir,
maka ion-ion penganggu akan menembus selaput semipermeabel bersama air dan
yang tinggal selaput semipermeabel hanyalah koloid yang telah dimurnikan.
Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokan (agregasi) partikel
larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk
dengan medium pendispersi. Cara yang pertama disebut Kondensasi, sedangkan
yang kedua disebut cara Dispersi.
●Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion)
bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi
kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan
pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh 1 :
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida ( H2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan
SO2.
2 H2S(g) + SO2(aq) 2 H2O(l) + 3S (koloid)
Contoh 2 :
Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HauCl4 dengan larutan K2CO3
dan HCHO (formaldehida).
2 HauCl4 (aq) + 6 K2CO3 (aq) + 3 HCHO (aq) 2 Au (koloid) + 5 CO 2 (g) + 8
KCl (aq) + KHCO3 (aq) + 2 H2O (l).
2. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air
mendidih ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3 H2O (l) Fe(OH)3 (koloid)+ 3 HCl (l).
1. Dekomposisi Rangkap
Contoh 1 : Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan
larutan H2S.
2 H2AsO3 (aq) + 3 H2S (aq) As2S3 (koloid) + 6 H2O (l).
Contoh 2 : Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat
encer dengan larutan HCl encer.
AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq).
2. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan
penggantian pelarut.
Contoh : ‘’ Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkihol, maka
akan terbentuk suatu koloid berupa gel ‘’.
Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecahkan menjadi partikel
koloid. Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik, peptisasi, atau dengan
loncatan bunga listrik ( cara Busur Bredig).
1. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digelus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium
dispersi.
Contoh :
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan suatu zat inert ( seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu
dengan air.
2. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi
dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang
dikatalisis oleh enzim.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensen, dan
lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium
dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Mula-mula
atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut
mengalami kondensasi, sehingga bentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini
merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
Manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari;
1. Pemutihan gula
2. Pengumpalan darah
3. Penjernihan air
4. Pembentukan delta di muara sungai
5. Pengasmbilan endapan pengotor
6. Mengurangi polusi udara
7. Pengumpalan latekss
8. Membantu pasien gagal ginjal
9. Sebagai deodoran
10. Sebagai bahan makanan dan obat
Dan lain-lain
LATIHAN
________________________________________________________
I. Kegiatan Siswa
Predict
Berikut ini terdapat tiga bahan yaitu susu bubuk, kopi bubuk, garam dapur
dan santan .
Jawaban Prediksi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
Observe
Alat-alat Bahan
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
2. Catat hasil pengamatan kalian dalam bentuk yang informatif (tabel atau
grafik)
Analisis data yang diperoleh dengan menjawab pertanyaan
berikut ini :
1. Apa yang terjadi dengan keempat campuran ketika dilarutkan
dalam air, dikenakan cahaya, didiamkan dan disaring?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
RANGKUMAN
_______________________________________________
1. Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdsispersi (tersebar)
merata dalam medium zat lain. Zat yang menjadi medium mendispersikan
partikel disebut medium pendispersi
2. Berdasarkan fase terdispersinya, jenis koloid ada tiga antara lain sol (fase
terdispersi padat). Emulsi (fase terdispersi padat), emulsi (fase terdisfersi
cair) dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendisfersi gas
disebut aerosol.
3. Pada dasarnya, sistem koloid mempunyai beberapa sifat khusus, yang
membedakannya dengan sistem dispersi lainya. Sifat-sifat khusus sistem
koloid tersebut adalah efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi.
Efek Tyndall : penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid dalam
lintasannya.
Gerak Brown : gerakan tak menentu atau acak dari partikel-partikel kecil
dalam bentuk sistem koloid
Adsorpsi : penumpukkan zat-zat dalam suatu permukaan
Koagulasi : pengumpalan membentuk zat semi-padat
4. Sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokan (agregasi) partikel
larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian
diaduk dengan medium pendispersi. Cara yang pertama disebut
Kondensasi, sedangkan yang kedua disebut cara Dispersi
DAFTAR PUSTAKA
_____________________________________________
Sudarmo, Umur. 2014. Kimia untuk SMA/MA kelas XI Peminatan. Jakarta: Erlangga.
Rahardjo, Sentot Budi,Umur. 2014. Kimia Berbasis Eksperimen untuk Kelas XI SMA/MA.
Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri