Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF

OLEH :

BATCH : B

KELAS/KELOMPOK : F3/3 (tiga)

KOR LAB : Apt. Bay Arthur Ridwan, S.Farm., M.Farm.SCi

ASISTEN : ASWAR ZAINAL

NAMA (NIM) :

1. IMELDA DWIYANTI : F202101116


2. NOVITA ANDRIANI : F202101118
3. KIKI RAHMADHANI : F202101123
4. DESI KADDRINA : F202101133
5. FAHMI HIDAYAT : F202101143
6. SITI WULANDARI : F202101151
7. APRILIA : F202101158

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
1. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem saraf.


2. TINJAUAN PUSTAKA

Otak besar (serebrum) merupakan pusat saraf utama yang berfungsi


untuk pengaturan semua aktivitas tubuh, berkaitan dengan kepandaian
(inteligensi), ingatan (memori),kesadaran, dan pertimbangan. Jaringan saraf
terdiri dari sel saraf (neuron) dan sel glia yang masing-masing memiliki fungsi
untuk menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya dan untuk melindungi,
mendukung,merawat, serta mempertahankan homeostasiscairan di sekeliling
neuron (Djuwita et al., 2012).
Sistem saraf merupakan salah satu system pada tubuh yang memiliki
fungsi sebagai system koordinasi pada tubuh, dan biasa disebut dengan
system pengatur tubuh. Sistem saraf bekerja dengan cara menghantarkan
impuls saraf ke susunan saraf pusat, memproses impuls saraf dan
memberikan perintah untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan
yang masuk. (Astrid, J. 2020).
Jaringan otak sistem saraf pusat (SSP) sangat peka terhadap berbagai
cedera seperti trauma mekanik, ischemia, dan stres oksidatif(Lee et al.,
2002).
Baik cedera SSP maupun penyakit neurodegeneratif dapat
mengakibatkan berbagai tingkat kematian neuron dan neuroinflamasi serta
kelemahan memori (Colville dan Bassert, 2002; Jackson et al., 2010).
Selama lebih dari satu dekade diyakini bahwa jaringan otak yang
mengalami kerusakan tidak dapat mengalami regenerasi (Horner et al.,2000);
karenanya kerusakan pada SSP dapat bersifat permanen (Yiu dan le,
2006).
Namun kemudian, diketahui bahwa di dalam jaringan SSP masih terdapat
populasi neural stem cells (NSCs) ataupun neural progenitor cells (NPCs)
(Gage, 2000; Cao et al., 2002).
Secara in vivo dan in vitro telah dibuktikan bahwa NSCs atau NPCs
memiliki kemampuan untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi neuron
dan glia bahkan memperbaiki kondisi jaringan otak yang rusak (Huang dan
Huang, 2006; Ma et al., 2006).
Susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Otak
terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang
disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam
adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput
tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi
benturan atau goncangan. Peradangan yang terjadi pada selaput ini
dinamakan meningitis. Penyebabnya bisa karena infeksi virus. (Erlina, R.S.
2014).
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2
neuron, membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau
reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih
neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan
neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan
sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal.
Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan
dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon), sehingga
menyebabkan otot lutut terentang. (Frandson, 2007).
Gerak refleks baru akan terjadi bila didukung oleh lengkung refleks,
lengkung refleks pada umumnya terdiri dari reseptor, neuron sensorik pusat
saraf, neuron motorik dan efektor. Lengkung saraf yang sederhana hanya
melibatkan dua rangkaian sederhana dari neuron yaitu antara reseptor dan
efektor atau hanya mempunyai sebuah sinapsis antara neuron sensorik
dengan neuron motorik dan disebut lengkung refleks monosinaptik misalnya
pada lutut. Jika lengkung saraf melibatkan satu atau lebih neuron
penghubung (interneuron) antara sensorik dan neuron motorik disebut
lengkung refleks polisinaptik. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa sensorik
yang berjalan ke arah sumsum tulang belakang selalu masuk melalui akar
dorsal, sedangkan neuron motorik yang berjalan menuju efektor selalu keluar
melalui akar ventral dari saraf spinal (Zulkarnaim, 2007).
3. ALAT DAN BAHAN

1. Alat tulis

2. Lembar pengamatan

3. Martil reflex

4. Pensil Warna
4. PROSEDUR KERJA

Kami menjadikan salah satu teman kelompok kami sebagai probandus,


untuk mendapatkan hasil dalam praktikum sebagai beriku ini :

 Uji Refleks Lutut

DIPERSILAKAHAN PROBANDUS DUDUK DI


KURSI DENGAN POSISI KAKI SANTAI DAN
MENGGANTUNG BEBAS DI TEPINYA TANPA
MENYENTU LANTAI

DIPUKUL DENGAN LEMBUT LIGAMEN


PATELA PROBANDUS (TEPAT DIBAWAH
PATELA) DENGAN SISI TUMPUL MARTIL
REFLEKS KARET

DIAMATI GERAK REFLEKS YANG


TERJADI, CATAT HASIL PENGAMATAN

DIRESPON NORMAL BERUPA


EKSTENSI KAKI YANG
MODERAT
 Uji Refleks Engkel

DIPERSILAHKAN PROBANDUS BERLUTUT DI KURSI


DENGAN PUNGGUNG MENGHADAP PENGUJI DAN
KAKI SEDIKIT DORSOFLEKSI DI TEPINYA SERTA
RILEKS

DIPUKUL PERLAHAN TENDON KALKANEUS


(TEPAT DI ATAS SISIPANNYA PADA
KALKANEUS) DENGAN SISI PALU KARET
TUMPUL

DIAMATI GERAK REFLEKS


YANG TERJADI, CATATAT HASIL
PENGAMATAN

DIRESPON NORMAL BERUPA


FLEKSI PLANTAR KAKI
 Uji Refleks Bisep

DIPERSILAHKAN PROBANDUS UNTUK MELETAKKAN


LENGAN DI ATAS MEJA DENGAN CARA DITEKUK
SEKITAR 90O DI SIKU

DILAKUKAN GERAKAN MENEKAN IBU JARI


PENGUJI KE BAGIAN DALAM SIKU PROBANDUS
DIATAS TENDON BISEPS BRACHI, DAN DENGAN
LEMBUT PUKUL JARI PENGUJI DENGAN PALU
KARET

DIPERHATIKAN OTOT BISEP


BRACHI UNTUK MENGETAHUI
RESPON YANG DIBERIKAN

DIDAPATKAN RESPON BERUPA SEDIKIT KEDUTAN


OTOT ATAU FLEKSI LENGAN BAWAH PADA SENDI
SIKU

DIAMATI DAN CATAT GERAK REFLEKS YANG


TERJADI
 Uji Refleks Trisep

DIPERSILAHKAN PROBANDUS UNTUK BERBARING


TERLENTANG DENGAN TUNGKAI ATAS DITEKUK
SEKITAR 90O DIPERUT, PUKUL PERLAHAN TENDON
TRISEP BRACHI DI DEKAT INSERSINYA TEPAT DI
PROKSIMAL PROSESUS OLEKRANON DI UJUNG SIKU

DIPERHATIKAN TRISEP BRACHI UNTUK


RESPONS

DIDAPTKAN RESPON BERUPA KEDUTAN KESIL


OTOT

DIAMATI SERTA DICATAT GERAK REFLEKSI YANG


TERJADI
 Uji Refleks Plantar

DIPERSILAHKAN KEPADA PROBANDUS UNTUK


MELEPAS SEPATU DAN KAOS KAKI DAN
BERBARING TERLENTANG DENGAN
PERMUKAAN LATERAL KAKI BERTUMPU
DIATAS MEJA

DIGAMBARKAN UJUNG LOGAM DARI


PALU KARET,BERIKAN TEKANAN
KUAT, DI ATAS SOL DARI TUMIT KE
PANGKAL JEMPOL KAKI

DIDAPATKAN RESPON NORMALNYA


ADALAH FLEKSI JARI-JARI KAKI DAN
PLANTAR FLEKSI KAKI. JIKA JARI-JARI KAKI
MELEBAR DAN TERJADI DORSOFLEKSI,
REFLEKS TERSEBUT ADALAH RESPONS
REFLEKS BABINSKI YANG ABNORMAL
5. HASIL PENGAMATAN

Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi
tiga tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-
organ sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah
susunan saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang
komplek pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil
pengolahan, SSP membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls
efferent) dan mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus
(Bahrudin,2013).

Hal seperti yang kami dapatkan ketika melakukan uji refleks pada
probandus kami. Sebagai berikut :
NO. UJI REFLEKS HASIL RESPONS EFEKTOR YANG
TERLIBAT
1. Refleks Lutut Respons Normal Monosinaptik
2. Refleks Engkel Fleksi Plantar Monosinaptik
3. Refleks Bisep Respons Normal Monosinaptik
4. Refleks Trisep Respons Normal Monosinaptik
5. Refleks Plantar Respons Babinski Monosinaptik
6. PEMBAHASAN

Kita dapat menerima rangsangan dan reaksi terhadapnya. Alat-alat yang


menerima rangsangan disebut reseptor, dan alat peraksi terhada rangsangan
disebut efektor. Di antara reseptor dan efektor berkembang jaringan yang
menghubungkan keduanya itu. Jaringan penghubung ialah jaringan saraf.
Bagian saraf yang menghantarkan rangsangan yang diterima oleh
reseptor disebut saraf sensors, sedangkan bagian saraf yang menghantarkan
rangsangan reaksi ke efektor disebut saraf penggerakan atau saraf motoris.
Di antara saraf sensoris dan motoris terhadap bagian sel saraf yang disebut
perikerion. Badan sel ini berfungsi mengolah rangsangan yang diterima.
Bila jumlah reseptor bertambah banyak dan berkembang menjadi
bermancam-macam indra, maka jaringan saraf menjadi lebih kompleks. Di
dalam tubuh timbul daerah-daerah di mana badan-badan sel saraf terkumpul
membentuk satu simpul saraf atau ganglion. Di dalam sebuah ganglion
badan-badan sel saraf saling mempengaruhi
Pada perkembangan lebih lanjutnya, berkembang sel-sel penghubung
antara badan-badan sel di dalam simpul saraf itu, sehingga memungkinkan
pengolahan semua rangsangan-rangsangan yang diterima. Demikian simpul
saraf berkembang menjadi susunan saraf sentral.
Berdasarkan hasil pengamatan, dari perlakuan yang diberikan pada
probandus memberikan respon atau gerakan yang positif. Ketika kaki dipukul
dengan benda tumpul di bagian ligamentum patella dalam keadaan duduk,
terdapat respon dari kaki yang seolah-olah menendang balik. Gerakan ini
merupakan gerak refleks atau gerak yang tidak disadari. Gerak ini timbul
ketika impuls yang datang tidak diteruskan ke otak namun melalui jalur
singkat yaitu sumsum tulang belakang dan dilanjutkan ke saraf motorik dan
efektor yang menghasilkan gerakan seolah-olah menendang.
Refleks Engkel lankah yang dilakukan yaitu probandus berlutut di kursi
dengan punggung menghadap anda dan dengan kaki sedikit dorsofleksi di
tepinya dan rileks. Kemudian pukul perlahan tendon kalkaneus tepat di atas
sisipannya pada kalkaneus dengan sisi palu karet yang tumpul. Dan hasil
pengamatan yang didapatkan yaitu terjadi kedutan otot pada tendon dan
refleks yang terjadi adalah refleks monosinaps (Burhan, 2009).
Refleks Bisep langkah yang dilakukan yaitu probandus meletakkan
lengan di atas meja dengan cara ditekuk sekitar 90˚ di siku. Kemudian tekan
ibu jari anda di bagian dalam siku di atas tendon biseps brachii, dan dengan
lembut pukul jari anda dengan palu karet. Dan hasil pengamatan yang kami
dapatkan adalah terjadi gerakan halus pada tendon otot sampai dengan
gerakan fleksi pada antebranchii atau terjadi kontraksi otot bisep ditandai
dengan kedutan pada lengan bawha ke arah dalam tubuh atau adanya
gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi pada
antebranchii. Refleks bisep tersebut gerakannya mrnjauh dan monosinaps.
Monosinaps adalah gerak refleks yang hanya menghasilkan satu gerakan,
dan hasil positif dilakukan oleh refleks bisep yang serentak sama yang
dipengaruhi oleh sumber stimulus yang sama, yatu hentakkan dari refleks
hammer pada bagian muskulus tendon brachii di otot bisep (Pearce,2009).
Refleks plantar langkah yang dilakukan adalah probandus melepas
sepatu dan kaus kaki dan berbaring terlentang dengan permukaan lateral
kaki bertumpu di atas meja, kemudian gambarlah ujung logam dari palu
karet, berikan tekanan kuat, di atas sol dari tumis ke pangkal jempol kaki.
Dan hasil pengamatan yang didapatkan yaitu dengan adanya gerakan kaki,
sehingga gerakan yang terjadi menjauhi martil refleks dan merupakan gerak
refleks monosinaps karena hanya gerakan kaki yang ada pada respon yang
terjadi ketika tendon Achilles di ketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi
otot gastrocnemius. (Burhan, 2009).
7. KESIMPULAN

Dari hasil uji reflek yang di lakukan, kami menyimpulkan bahwa :


1. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.
2. Sistem saraf bekerja dengan cara menghantarkan impuls saraf ke
susunan saraf pusat, memproses impuls saraf dan memberikan perintah
untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang masuk.
3. Pengolahan semua rangsangan-rangsangan yang diterima. Demikian
simpul saraf berkembang menjadi susunan saraf sentral.
4. Akan terjadi gerak reflek pada tubuh ketika menyentuh atau menstimulus
area penyebab refleks seperti pada percobaan yang di lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Astrid, J. 2020. SISTEM SARAF. universitas pendidikan indonesia


bandung..

Bahrudin, M – 2013 Neurologi klinis Malang: UMM Press. Bab 1, 11-18

Burhan, 2009. MACAM REFLEKS PADA MANUSIA. Jakarta

Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy dan Physiology for


Veterinary Technicians. United States of America: Mosby Inc.

Djuwita I, Riyacumala V, Mohamad K,Prasetyaningtyas WE, Nurhidayat.


2012. Pertumbuhan dan sekresi protein hasil kultur primer sel sel
serebrum anak tikus. J Veteriner 13(2):125-135.

Erlina, R.S. 2014. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI


DASAR SISTEM KOORDINASI DAN ALAT INDERA MANUSIA
MELALUI METODE PEMBELAJARANRESITASI PADA PESERTA
DIDIK. Jakarta; Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. I No. 2

Frandson, Unar. 2007. REFLEKS TENDON MANUSIA. Jakarta.

Gage FH. 2000. Mammalian neural stem cells. Science 287:1433-1438.

Horner PJ, Power AE, Ken permann G, Kuhn HG, Palmer TD. Winkler J, Thal
LJ, GageFI. 2000. Proliferatiofand differentiation of progenitor cells
throughout the intact adult rat spinal cord. J Neurosci 20:2218
2228

Lee J C, Mayer-Proschel M. Rao MS. 2000. Renold Gliogenesis in the central


nervous system. Glia 30(2): 105-12

Pearce, Evelyn.2009. ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS.


Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

Zulkarnaim, 2007. GERAK REFLEKS MANUSIA. Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai