Anda di halaman 1dari 18

TUGAS QUIZ

MATA KULIAH HUKUM INTERNATIONAL

NAMA KELOMPOK :

- Salma Lataniafella ( 2074201228 )

- Ari Saputra ( 2074201212 )

- Mohamad Aprilandi Tualeka ( 2074201223 )

1. Apa saja yang dianggap penting mempelajari Hukum International?


Urainkan dan jelaskan!

2. Uraikan dan jelaskan Subyek-subyek Hukum International !

3. Tuliskan faktor yang memengaruhi perkembangan Hukum


Internasional!

4. Jelaskan ruang lingkup Hukum Internasional!

5.Jelaskan syarat penting suatu perjanjian untuk dikatakan sebagai


perjanjian internasional!

6. Jelaskan asal mula dan dasar-dasar Hukum Internasional!

7. Sebutkan pola Mekanis mepembayaran internasional . antar bank


dalam melaksanakan penyelesaian hutang – piutang diantara mereka,dan
gambarkan 2 diantaranya ?

8. Faktor – factor apa saja yang mempengaruhi permintaan di bursa valas.


Sebutkan dan Jelaskan secara singkat ?

9. Apa fungsi pokok bank devisa ?

10. Apa yg dimaksud dengan kebijakan perdagangan internasional (trade


policy ) coba gambarkan strukturnya secara singkat saja ?
JAWABAN

1.) Beberapa subjek ilmu pengetahuan itu Saling berhubungan antara satu
ilmu dengan ilmu yang lain. Salah satunya adalah ilmu Hukum
Internasional. Hukum internasional berkaitan erat dengan Hubungan
Internasional. Karena hukum internasional merupakan sebuah sistem
aturan, prinsip, dan konsep mengatur hubungan antar negara, organisasi
internasional, individu, dan aktor lainnya dalam politik dunia. Hubungan
antar aktor internasional ini merupakan subjek dari ilmu hubungan
internasional. Sehingga untuk memahami tersebut seorang mahasiswa
atau ahli hukum internasional harus mampu memahami ilmu hubungan
internasional.

Negara merupakan subjek utama hukum internasional karena Hukum


Internasional mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara. Negara
juga merupakan aktor utama dalam hubungan internasional. Perilaku
negara, hubungan antar negara hingga kepentingan nasional sebuah
negara juga merupakan fokus dari ilmu HI. Sehingga keduanya saling
bersinergi.

Untuk menjadi subjek Hukum Internasional , sebuah negara harus


memiliki kedaulatan. Kedaulatan merupakan hal yang menegaskan bahwa
negara tersebut sudah merdeka dan tidak di jajah oleh negara mana pun.
Negara tersebut juga harus kuat secara militer, politik, maupun ekonomi.
Namun selain kedaulatan negara tersebut juga harus mendapatkan
pengakuan dari negara-negara lain. “Untuk mendapatkan pengakuaan
dari negara lain inilah sebuah negara harus bisa melakukan diplomasi,”

Diplomasi yang seperti itu pernah dilakukan Indonesia saat baru merdeka.
Pemerintah pada saat itu mengirimkan para utusannya ke negara-negara
lain untuk berdiplomasi agar negara-negara tersebut mengakui
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Selepas mendapat
pengakuan, negara-negara juga harus secara aktif bergabung dalam
organisasi internasional. ”Pasca kemerdekaan 1945, Indonesia sesegera
mungkin masuk dalam PBB sebagai satu-satunya organisasi internasional
yang ada pada saat itu,”

Begitu juga ketika sebuah negara menyelenggarakan Pemilihan Umum


atau Pemilu. Kemudian menghasilkan pemimpin negara yang baru. Maka
hasil pemilu ini juga harus diakui oleh negara-negara lain. “Jika tidak
diakui oleh negara lain, maka akan berkaitan dengan posisi suatu negara
dalam perpolitikan internasional,”

2.) Sebagaimana diketahui bahwa subyek hukum internasional meliputi:

 Negara;
 Organisasi Internasional;
 Palang Merah Internasional;
 Tahta Suci atau Vatikan;
 Perusahaan sebagai badan hukum internasional otorita;
 Pihak Berperang;
 Individu

Subjek hukum internasional yang paling pokok adalah Negara,


setelah itu baru ada subjek-subjek lainnya seperti organisasi internasional,
palang merah internasional, tahta suci/vatikan, perusahaan sebagai badan
hukm internasional otorita, pihak berperang dan individu.

 Negara

Hukum internasional baik ditinjau secara historis maupun secara faktual.


Secara historis, yang pertama-tama merupakan subyek hukum
internasional pada awal mula lahir dan pertumbuhan hukum internasional
adalah negara.

Peranan negara sebagai subyek hukum internasional lama kelamaan


juga semakin dominan oleh karena bagian terbesar dari hubungan-
hubungan internasional yang dapat melahirkan prinsip-prinsip dan
kaedah-kaedah hukum internasional dilakukan oleh negara-negara. Unsur
tradisional suatu Negara terdapat dalam Pasal 1 Montevidio (Pan
American) Convention on Rights And Duties of State of 1933. Pasal
Tersebut Berbunyi sebagai berikut :

“The State as person of international law should posses the following


qualification :

 A permanent population
 A defined territory
 A government; and
 A capacity to enter into relations with other State.”
Di antara unsur-unsur negara tersebut sebenarnya unsur kemampuan
untuk mengadakan hubungan dengan negsara-negara lain kurang
penting, karena negara mungkin dapat berdiri tanpa adanya kemampuan
untuk mengadakan hubungan dengan negara-negara lain, sehingga
disebut juga dengan unsur non phisik. Mengenai kemampuan
mengadakan hubungan dengan negara lain ini ada kaitannya dengan
pengakuan baik hukum nasional maupun internasional mengakui adanya
kekuasaan dan kewenangan tersebut.

Unsur atau persyaratan seperti yang disebut diatas adalah hal yang paling
penting dari segi hukum internasional. Ciri-ciri diatas juga membedakan
negara dengan unit-unit yang lebih kecil seperti anggota-anggota federasi
atau protektorat-protektorat yang tidak menangani sendiri urusan luar
negerinya dan tidak diakui oleh negara-negara lain sebagai anggota
masyarakat internasional yang mandiri. Bahkan hukum itu sendiri boleh
dikatakan bagian terbesar terdiri atas hubungan hukum antara negara
dengan negara.

 Organisasi Internasional

Organisasi internasional dalam arti yang luas pada hakikatnya


meliputi tidak saja organisasi internasional public (Public International
Organization) tetapi juga organisasi privat (Privat International
Organization). Organisasi semacam itu meliputi juga organisasi regional
dan organisasi sub-regional. Ada pula organisasi yang bersifat universal
(organization of universal character).

Dilihat dari pembentukannya, organisasi internasional mempunyai tiga


aspek yaitu administrasi, aspek filosofis, dan aspek hukum:

1. Aspek administrasi

Menyangkut perlunya dibentuk suatu sekretariat tetap (permanent


secretariat) yang lokasinya berada di wilayah salah satu negara
anggotanya yang ditetapkan melalui persetujuan antara organisasi
internasional tersebut dengan negara tuan rumah (Head quarters
Agreement). Di samping itu juga diperlukan adanya staf personalia
(International civil servant).

Dari aspek administrasi ini organisasi juga membutuhkan anggaran


belanja yang akan ditanggung bersama oleh semua anggota. Pasal 17
piagam PBB misalnya menyebut bahwa pembiayaan PBB akan di
tanggung oleh anggotanya sesuai dengan skala penilaian (Scale of
Assessment) yang akan ditetapkan oleh Majelis Umum PBB yang menurut
pasal 18 melalui 2/3 suara.

2. Aspek filosofi

Pembentukan organisasi internasional akan dipengaruhi oleh


filsafah kehidupan bangsa-bangsa di sesuatu kawasan dimana organisasi
tersebut akan didirikan. Misalnya dalam pembentukan Organisasi
Persatuan Afrika juga telah melihat sejarah bangsa afrika yang berasal
dari penjajahan, karena itu tema yang diambil adalah kerjasama untuk
membebaskan belenggu penjajahan, masalah penentuan nasib sendiri
dan kemerdekaan nasional maupun dasar falsafah organisasi tersebut.

3. Aspek hukum

Organisasi internasional dibentuk melalui suatu perjanjian dari tiga


negara atau lebih sebagai pihak. Suatu organisasi hakekatnya merupakan
suatu kesatuan yang menurut hukum dipisahkan dari setiap organisasi
lainnya dan akan terdiri dari satu badan atau lebih. Badan-badan tersebut
merupakan suatu kumpulan berbagai wewenang yang dikelompokkan di
bawah satu nama. Misalnya: Majelis Umum, Dewan Perwakilan,
Mahkamah Internasional dan sekretariat merupakan badan-badan utama
yang mempunyai wewenang sendiri tetapi semuanya dikelompokkan
dalam suatu organisasi yang disebut PBB.

Agar dapat diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi


internasional harus memenuhi tiga syarat, yaitu :

 Adanya persetujuan internasional seperti instrument pokok itu akan


membuat prinsip-prinsip dan tujuan, struktur maupun cara
organisasi itu bekerja.
 Organisasi internasional haruslah mempunyai paling tidak satu
badan.
 Organisasi internasional haruslah dibentuk dibawah hukum
internasional.

Berkaitan dengan implikasi hukum keterlibatan Indonesia dalam


organisasi perdagangan internasional sehingga kebijakan pemerintah
tentunya selain mampu menyentuh kepentingan masyarakat luas,
diharapkan dapat menjamin rasa aman, dan keadilan dalam dunia
perdagangan lintas Negara.
 Palang Merah Internasional

Palang Merah Internasional berkendudukan di Jenewa (austria) memiliki


tempat tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Bahkan dapat
dikatakan bahwa Palang Merah Internasional sebagi subjek hukum (dalam
arti terbatas) lahir karena sejarah; walaupun pada akhirnya badan ini
keberadaannya dan statusnya dikukuhkan dengan suatu perjanjian
Internasional (konvensi), yang sekarang adalah konvensi-konvensi
Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang. Berdasarkan pada
konvensi-konvensi Jenewa 1949 ini Palang Merah Internasioanl memiliki
kedudukan sebgai subjek hukum internasional, sekalipun dengan ruang
lingkup terbatas.

 Tahta Suci atau Vatikan

Tahta Suci (Vatican) merupakan suatu contoh dari suatu subjek hukum
internasional yang telah ada disamping negara. Hal ini merupakan
peninggalan/kelanjutan sejarah sejak jaman dahulu, ketika Paus bukan
hanya bertindak sebagai kepala gereja Roma tetapi memiliki pula
kekuasaan duniawi. Walaupun hanya berkaitan dengan persoalan
keagamaan (katolik), Tahta Suci merupakan subjek hukum dalam arti
penuh dan kedudukan sejajar dengan negara.

Hal ini terjadi terutama setelah dibuatnya perjanjian antar Italia dan Tahta
Suci pada di Roma kepada Tahta Suci yang selanjutnya dengan
perjanjian ini dibentuk negara Vatikan, sekaligus di akui oleh Italia. Hingga
sekarang Tahta Suci memiliki perwakilan diplomatic yang kedudukannya
sejajar dengan perwakilan diplomatic suatu negara di berbagai negara
penting didunia, termasuk di Indonesia.

 Perusahaan Sebagai Badan Hukum Internasional Otorita

Pada hakikatnya perusahaan multinasional itu merupakan badan


hukum(nasional) byang terdaftar disuatu negara, maka sebenarnya
perusahaan multinasional hanya merupakan subyek hukum nasional, dan
bukan subyek hukum internasional.

Lain halnya dengan perusahaan yang merupakan badan hukum


internasional Otorita, menurut penulis ia merupakan subyek hukum
internasional (dalam arti terbatas). Adapun landasan hukumnya diatur
dalam pasal 170 konvensi PBB tentang Hukum Laut (KHL 1982), yang
menentukan sebgai berikut :
 Perusahaan adalah badan otorita yang harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kawasan secara langsung, sesuai dengan
pasal 153 ayat 2 a , maupun pengangkutan, pengolahan dan
pemasaran mineral-mineral yang dihasilkan dari kawasan.
 Perusahaan dalam rangka bertindak sebagai badan hukum
internasional Otorita, memiliki kewenangan hukum sebagaimana
ditetapkan dalam statuta seperti diatur dalam lampiran IV.
Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi ini dan ketentuan-
ketentuan, peraturan-peraturan dan prosedur Otorita maupun
kebijaksanaan-kiebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Majelis
dan tunduk pada pengarahan dan pengawasan dewan.
Perusahaan ini memiliki kantor pusat yang berada ditempat
kedudukan Otorita.

Sebagai badan hukum Internasional Otorita dan sesuai dengan Anggaran


Dasar perusahaan yang merupakan Lampiran IV KHL 1982, ia memiliki
status hukum, hak-hak istimewa, dan kekebalan. Dalam kaitan ini pasal 13
anggaran Dasar Perusahaan menentukan ;

1. Agar perusahaan dapat melaksanakan fungsinya, status, hak-hak


istimewa dan kekebalan-kekebalan yang ditetapkan dalam pasal ini
harus diberikan kepada perusahaan dalam wilayah-wilayah negara
negara peserta dimana perlu dapat mengadakan perjanjian-
perjanjian khusus.
2. Perusahaan memiliki kapasitas hukum yang diperlukan untuk
melaksanakan fungsi-fungsinya, dan untuk mencapai tujuan-
tujuannya ia memiliki kapasitas.

1). Mengadakan kontrak-kontrak, pengaturan-pengaturan bersama atau


pengaturan-pengaturan lainnya, termasukperjanjian-perjanjian dengan
negara-negara dan organisasi-organisasi internasional.

2). Mendapatkan, menyewa, mengusai dan menjual kekayan baik yang


bergerak maupun yang tidak bergerak.

3). Menjadi pihak dalam proses hukum.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka tidak ada keraguan lagi


bahwa perusahaan sebagai badan hukum internasional Otorita
merupakan subjek hukum internasional. Sebab ia memiliki status hukum
(pribadi hukum Internasional), memiliki hak-hak istimewa dan kekebalan-
kekebalan didalam wilayah negara-negara peserta otorita, memiliki
kapasitas membuat kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian dengan
negara-negara dan organisasi-organisasi internasional, serta ia dapat
menjadi pihak dalam proses hukum.

 Pihak Berperang

Berperang tidak semata-semata karena pernyataan suatu pihak untuk


melakukan perang, namun lebih identik dengan suatu “pemberontakan”
terhadap Negara tertentu. Dalam lingkung hukum Internasional kata
“pemberontakan” dalam bahasa Inggris terdapat tiga istilah, yaitu
insurrection,rebellion dan revolution. Schuman memberikan definisi
mengenai ketiga istilah sebagai berikut ;

In general an Uprising directed toward a radical modification of the existing


political or social order throughout the whole teritority of a state is reffered
to as a revolution, while the word rebellion is more frequently confined to
efforts on the part of portion of a state to throw off the authority of the
remainder. Insurrection usually refers to movements smaller in scope and
purpose than those described by the other terms.

Secara umum dapat diterjemahkan, revolusi bertujuan untuk merombak


secara radikal suatu susunan politik atau sosial diseluruh wilayah negara,
rebeli adalah perjuangan sebagian wilayah negara untuk menggulingkan
kekuasaan di wilayah lainnya dan insurreksi adalah kegiatan-kegiatan
yang luas dan tujuannya lebih sempit dari revolusi dan rebellion.

Berdasarkan uraian Schuman tersebut diatas, dapat diambil suatu


kesimpulan bahwa timbulnya suatu pihak berperang (belligerent) dalam
suatu negara didahului dengan adanya insurrection (pemberontakan
dengan scoup yang kecil) , yang kemudian meluas menjadi rebellion
(rebelli) selanjutnya rebelli ini untuk dapat berubah statusnya menjadi
pihak berperang harus memenuhi syarat-syarat (obyektif).

Apabila para pemberontak itu belum dapat memenuhi syarat-syarat


obyektif di atas, maka para pemberontak baru berada pada taraf rebelli
(rebellion). Apabila pada taraf ini ada negara ketiga yang memberikan
dukungan atau pengakuan, maka tindakan tersebut dianggap tergesa-
gesa dan dapat dipandang sebagai mencampuri urusan dalam negeri
negara lain.

Sebab dalam keadaan demikian, pemerintah yang memulihkan keadaan


dan keamanan di wilayah seperti semula. Sebaliknya apabila para
pemberontak berdasarkan penilaian objektif telah memeuhi syarat-syarat
sebagai pihak berperang, maka negara ketiga berdasarkan pertimbangan
subjektif (biasanya bersifat politis) akan memberikan pengakuan terhadap
kelompok rebelli, yang selanjutnya dengan tindakan pengakuan in rebelli
tersebut berubah statusnya menjadi belligerent.

Pemberian pengakuan bellegerensi kepada rebelli membawa akibat


hukum bagi rebelli maupun negara yang memberikan pengakuan, yaitu :

1. Kapal-kapal belligerent diijinkan untuk memasuki pelabuhan


negara-negara yang memberikan pengakuan.
2. Belligerent dapat meminjam dana (keuangan) kepada negara-
negara yang memberikan pengakuan, yang akan dikembalikan
apabila tujuan belligerent tercapai (terbentuk negara baru).
3. Belligerent memiliki hak untuk melakukan penggeledahan diatas
kapal-kapal di lautan, menyita barang-barang kontrabande dan
untuk melakukan blackade.

Dalam belligerent, terdapat contoh suatu konlfik non internasional yang


kemudian dianggap sebagai suatu konlifk internasional seperti
“Internationalized internal armed conflict” yang merupakan suatu konflik
non international armed conflict yang dianggap telah diinternasionalkan
karena Negara yang diberontak mengakui pemberontakan sebagai
belligerent.

 Individu

Individu Sebagai Subyek Hukum Internasional Individu sebagai subyek


hukum internasional dikenal sejak terjadinya Perang Dunia I atas dasar
perjanjian perdamaian, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Chairul
Anwar sebagai berikut:

Individu biasanya tersangkut secara tidak langsung dalam hukum


internasional. Hubungan individu dengan hukum internasional biasanya
dilakukan melalui negara di mana individu tersebut menjadi warga negara.
Individu diberikan hak untuk mengajukan tuntutantuntutan yang timbul dari
Perjanjian Perdamaian Perang Dunia I, pada berbagai pengadilan yang
didirikan atas dasar perjanjian perdamaian tersebut.

Apabila memperhatikan uraian Chairul Anwar di atas menunjukkan bahwa


individu sebagai subyek hukum internasional merupakan pengembangan
dari negara sebagai subyek hukum internasional. Hal ini nampak dari
kalimat “hubungan individu dangan hukum internasional biasanya
dilakukan melalui negara di mana individu tersebut menjadi warga
negara”. Sebagai individu mempunyai hak untuk mengajukan tuntutan-
tuntutan yang timbul akibat dari perjanjian perdamaian pada pengadilan-
pengadilan yang didirikan atas dasar perjanjian internasional. Kedudukan
individu sebagai subyek hukum internasional merupakan suatu
perkembangan lebih lanjut dari negara sebagai subyek hukum
internasional.

3.) Faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum internasional antara


lain:

 Banyak negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi.


 Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan.
 Banyaknya perjanjian internasional yang dibuat baik berupa
bilateral, multilateral maupun regional.
 Bermunculannya organisasi Internasional seperti PBB.

4.) Ruang Lingkup Hukum Internasional Hukum internasional adalah


kumpulan ketentuan hukum yang berlakunya dipertahankan oleh
masyarakat internasional. Sebagai bagian dari hukum, hokum
internasional memenuhi unsur-unsur yang menetapkan pengeertian
hukum, yakni kumpulan ketentuan yang mengatur tingkah laku orang
dalam masyarakat yang berlakunya dipertahankan oleh “external power”
masyarakat yang bersangkutan. Mochtar kusumaatmaja mendefinisikan
hukum internasional sebagai: keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
menatur hubungan atau persoalan yangmenlintasi batas Negara
(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.

Menurut I Wayan bahwa kalau ditelaah lebih lanjut batasan yang


dikemukakan oleh ochtar ini, sebenarnya barulah menunjukkan batas-
batas luar dari hokum internasional. Kata-kata kalimat “melintasi batas-
batas Negara-negara” tampaknya dimaksudkan untuk menunjukkkan
perbedaan antara hukum internasional dengan hukum nasional.
Sedangkan dengan adanya kata-kata “ yang bukan bersifat
perdata”bermaksud untuk menunjukkan perbedaan sifat antara hukum
internasional yang mengatur persoalan-persoalan yang bersifat public
dengan hukum perdata internasional. Akan tetapi, mochtar kusmaatmadja
tidaklah berhenti hanya sampai disini,sebab batasannya tersebut di atas
masih dilanjutkannya lagi dengan penambahan batasan lain yang dapat
dikatakan menunjukkan ruang lingkup dan subtansi darihukum
internasional, yaitu: Dalam kesempatan lain, mochtar menegaskan bahwa
hukum internasional adalah: keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara antara Negara
dengan Negara, dan Negara dengan subjek hukum lain yang bukan
Negara atau subjek hukum bukan Negara satusama lain. Dari penegasan
di atas, tampak dua hal yang ingin disampaikan oleh mochtar:

 subyek-subyek hukum internasional oleh ia dibedakan kedalam


duakelompok, yaitu Negara dan subyek hukum bukan Negara.

 ruang lingkup atau subtansi dari hukum internasional yang


menurut mochtar.

5. ) a. Perjanjian Internasional Bilateral


Seperti yang telah kita bahas pada awal artikel diatas bahwa perjanjian
bilateral ini adalah perjanjian antara 2 negara atau organisasi tertentu
dalam mebuat sebuah perjanjian. Pihak yang terkait dalam perjanjian
internasional tersebut hanya ada 2 subjek hukum internasional saja.
Biasanya peraturan atau kaidah penetapan perjanjian bilateral tersebut
bersifat closed treaty atau perjanjian tertutup yang mana memastikan
kedua belah pihak harus saling patuh terhadap apapun yang

2. Perjanjian Internasional Multilateral

Ini merupakan salah satu bentuk perjanjian internasional yang memiliki


pihak-pihak atau peserta yang akan terkait dan di jadikan sebagai peserta
di dalam perjanjian tersebut lebih dari 2 jenis subjek hukum atau banyak.
Sedangkan jenis perjanjian yang dihasilkan tidak bersifat tertutup
melainkan bersifat terbuka atau publik seperti tujuan perjanjian renvile.
Berikut beberapa syarat-syarat yang digunakan dan diharuskan dalam
sebuah perjanjian Internasional tersebut:
1. Adanya beberapa negara yang tergabung dalam sebuah organisasi

2. Mau, setuju dan bersedia dalam membuat sebuah jaringan atau ikatan
hukum tertentu.

3. Bisa melakukan mufakat dan sepakat dalam membuat sebuah


perjanjian

4. Mau dan bersedia dalam menanggung baragam akibat maupun segala


masalah hukum yang kemungkinan terjadi nantinya bila kesepakatan ini
terjadi.

a. Perjanjian Internasional yang Ditinjau Dari Kaidah Hukum


Ada beberapa pembagian Perjanian Internasional jika ditinjau dari kaidah
hukum yang telah dilahirkan dari perjanjian tersebut, yaitu:

Treaty Contract : Ini merupakan perjanjian khusus atau perjanjian


tertutup yang berupa sebuah perjanjian yang nantinya akan melahirkan
hak-hak maupun kaidah hukum yang akan mengikat atau berlaku kepada
pihak yang terkait saja.

Law Making Treaty : Ini adalah sebuah perjanjian terbuka atau perjanjian
umum yang biasanya akan mendapatkan tinjauan dari isi kaidah hukum
yang nantinya akan di lahirkan dari jenis perjanjian tersebut. Dan kaidah
ini akan diikuti oleh subjek hukum internasional yang lainnya.

b. Perjanjian Internasional Dari Segi Prosedur


Jika kita meninjai jenis dari perjanjian Internasional berdasarkan
pembentukan atau prosedur maka akan terbagi menjadi 2 yaitu:

 Perjanjian Internasional dari 2 tahap :

Ini adalah sebuah perjanjian yang akan sesuai dengan beragam masalah
yang akan memaksa untuk menyegerakan pelaksanaannya dan akan
sesegera mungkin diselesaikan. Kedua tahapan tersebut adalah
negotation atau negoisasi dan signature atau persetujuan / tanda tangan.

 Perjanjian Internasioal 3 tahap :

Berbeda dengan yang melalalui 2 tahap, disini perjanjian tersebvut akan


melalui 3 tahap penting yaitu : negosiasi, persetujuan dan pengesahan.
Bekerja sama dengan Kantor Penasihat Umum , GSI telah
mengidentifikasi jenis-jenis kesepakatan internasional dan
memasukkannya ke dalam empat kategori:

akademik, penelitian, pemberian hadiah / hibah, dan lainnya. Kategori ini


dapat dibagi menjadi beberapa sub kategori, seperti yang ditunjukkan
pada diagram di bawah ini:

c. Program studi di luar negeri bersamaan dengan mitra internasional

 Pertukaran pelajar

Program pertukaran mahasiswa timbal balik dengan mobilitas siswa ke


negara lain. Kredit akan dialihkan dan diterima oleh institusi mitra
seperti dampak perjanjian renvile.

 Joint  atau Dual Degree

Program memberi dua gelar terpisah, satu dari masing-masing institusi


mitra, atau gelar bersama satu dari negranya dan mitra internasional.

 Program Sertifikat atau Seminar

Fakultas atau sekolah untuk menyerahkan program sertifikat atau seminar


di negaranya.

 Pendidikan Jarak Jauh

Untuk program kredit atau sertifikat yang ditawarkan kepada siswa yang
tidak berada di Negara bagian.

 Sekunder / Administratif : Perjanjian Perumahan


- Perumahan disediakan oleh universitas atau organisasi yang terkait
dengan studi di luar negeri atau program pertukaran.
- Perjanjian Kontraktor Independen
- Individu yang menyediakan layanan untuk pertukaran akademis
atau program studi.
- Perjanjian sewa menyewa
- Catatan: Perjanjian ini harus ditinjau oleh Manajemen Risiko dan
Layanan Real Estat.
 Penelitian / Pengajaran
- Kolaborasi Penelitian
- Kolaborasi usaha penelitian dengan mitra internasional.
- Pertukaran Fakultas
- Perjanjian pertukaran dosen reciprocal.
- Rotasi Klinis atau Praktikum di Luar Negeri
- Tenaga profesional atau mahasiswa pascasarjana yang
berpartisipasi dalam rotasi atau praktikum internasional.
- Kesepakatan untuk Anggota Tunggal atau Mahasiswa
Pascasarjana
- Perjanjian khusus proyek untuk satu anggota fakultas atau
penelitian mahasiswa pascasarjana di luar negeri.
- Perjanjian Percobaan Klinis
- Pihak fakultas melakukan uji klinis untuk membawa obat-obatan
atau produk lainnya ke pasar.
 Sekunder / Administratif : Perjanjian Kontraktor Independen
- Kontraktor untuk memberikan layanan bagi peneliti, fakultas, atau
mahasiswa pascasarjana yang bersifat administratif
seperti tahapan perjanjian internasional.
- Perjanjian Transfer Material
- Pengalihan materi penelitian berwujud antara negara dan institusi
internasional. Catatan: Perjanjian ini harus ditinjau oleh Office of
Technology Transfer.

 Perjanjian Pembelian atau Persewaan


- Pembelian atau penyewaan peralatan atau properti di luar negeri
untuk keperluan penelitian atau pengajaran. Catatan: Perjanjian ini
harus ditinjau oleh Manajemen Risiko dan Layanan Real Estat.
 Perjanjian Sub-grant
- Bertindak sebagai subkontraktor untuk hibah atau proyek eksternal.

6.) Istilah hukum internasional kebanyakan hanya digunakan dalam arti


“Hukum Internasional Publik”. Sementara itu hukum internasional publik
itu bertugas mengatur hubungan hukum yang terjadi antar-negara dengan
organisasi antar-negara dalam kaitannya dengan ketentraman hidup
bernegara. Akan tetapi, hubungan hukum yang terjadi antara seseorang
dan orang lain yang berlainan warga negaranya dalam sebuah negara
yang berkenaan dengan keperdataan, seolah-olah tidak menjadi tanggung
jawab dari aturan hukum terjadinya peristiwa hukum keperdataan itu.
Sebenarnya kalau dilihat dari kewarganegaraan individual dengan
membawa hukumnya dan mempertahankan peristiwa hukum yang terjadi,
tentu penyelesaiannya memerlukan hukum internasional juga.

Sampai sekarang peristiwa hukum seperti itu penyelesaiannya dilakukan


menurut hukum perdata. Negara tempat terjadinya peristiwa hukum itu
dengan perubahan sifat hukum  perdatanya menggunakan hukum
internasional. Berarti, bahwa hubungan hukum antar-individu dalam
keperdataan (privat) yang menyangkut perbedaan hukum dan
kewarganegaraan diatur oleh hukum internasional privat (hukum perdata
internasional). Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam peraturan internasional
dewasa ini terdapat hukum yang mengatur kepentingan negara dan warga
negaranya, yaitu:

1. hukum internasional publik yang lazim disebut hukum internasinal (HI);

2. hukum internasional privat yang dinamakan hukum perdata


internasional (HPI).

Kedua hukum tersebut selalu mngandung unsur-unsur asing, yaitu


hubungan hukum yang terjadi berkenaan dengan sebuah negara dan
negara lain. Dapat terjadi pula warga negara dengan orang asing atau
orang asing dan orang asing dalam sebuah negara. Kaidah-kaidah
hukumnya mengatur peristiwa hukum yang terjadi. Oleh karena itu,
diperlukan adanya badan peradilan yang berwenang untuk menyelesaikan
peristiwa-peristiwa hukum yang timbul dari hubungan hukum itu. Tentunya
diharapkan bagi setiap yang menimbulkan peristiwa hukum dapat dan
mau menaati kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang tata cara
mentelesaikan peristiwa hukum tersebut.
 Tujuan

Tujuan kami dalam menulis makalah yang berjudul Hukum Internasional


ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum
Indonesia. Selain itu juga memberikan penjelasan dan gambaran tentang
seluk beluk dan konsep-konsep hukum internasional. Baik dari asal
asulnya hingga praktiknya dalam beberapa negara di dunia.

7. ) Mekanisme pembayaran internasional ditentukan oleh pola hubungan


antara bank-bank yang ikut aktif beroperasi dalam bidang jual-beli alat-alat
pembayaran internasional.

3 macam pola hubungan antara bank dalam melaksanakan penyelesaian


hutang piutang:

1. Pola desentralisasi

2. Penyelesaian hutang-piutang secara terpusat

3. Campuran dari kedua bentuk-bentuk ekstrim diatas

8. ) 1.faktor fundamental yaitu faktor ekonomi dan politik

2.faktor teknis dan psikologis

3.tingkat inflasi ,perbedaan suku bunga

4.ekspektasi,kontrol pemerintah

9). Fungsi Devisa

Berfungsi sebagai alat pembayaran barang-barang dan jasa impor. ...


Berfungsi sebagai alat pembiayaan hubungan luar negeri, misalnya biaya
misi kesenian, biaya perjalanan dinas, biaya korp diplomatik dan
pemberian bantuan luar negeri. Berfungsi sebagai sumber pendapatan
negara untuk membiayai pembangunan.

10.) Kebijakan Perdagangan Internasional adalah segala tindakan


negara/pemerintah, baik langsung ataupun tidak langsung untuk
memengaruhi struktur, arah, komposisi, serta bentuk perdagangan luar
negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud bisa
berupa tarif, larangan impor, kuota, dumping dan berbagai kebijakan
lainnya.

a. Penetapan tarif

Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi


daerah pabean (costum area). Sementara itu, barang-barang yang masuk
ke wilayah negara dikenakan bea masuk.

b. Kuota impor

Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang


masuk dari luar negeri.

c. Larangan ekspor impor

Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk


asing ke dalam pasar domestik.

d. Subsidi

Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi


sebagian biaya produksi per unit barang produksi dalam negeri.

e. Premi

Adalah suatu kebijkan yang diambil oleh pemerintah dengan memberikan


tambahan dana pada produsen dalam negeri yang berhasil mencapai
target produksi tertentu yang telah ditetapkan.

f. Dumping

Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan


diskriminasi harga, yakni produsen menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih murah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya
produksi.

g. Devaluasi

Adalah tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang sendiri


dengan sengaja terhadap uang asing.

Anda mungkin juga menyukai