Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019 ISSN : 1693-6442

E-ISSN : 2620-4622

PERBANDINGAN PROSES PENGASAPAN IKAN CAKALANG MENGGUNAKAN


ALAT KONVENSIONAL DAN LEMARI PENGASAPAN DI DESA DARUBA
PANTAI KABUPATEN PULAU MOROTAI

The Comparison of Fumigating Fish Process Using Conventional Equipment and Fumigating
Cabinets in the Daruba Pantai Village of Morotai Island District

Iswandi Wahab1, Juwita Kore1, dan Rinto M Nur 1


1)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pasifik Morotai
Email : iswandi.fpik@gmail.com

Abstrak
Ikan merupakan produk usaha tangkap perikanan yang mudah membusuk dan cepat rusak, sehingga
sering diawetkan. Terhadap beberapa cara untuk mengawetkan ikan, salah satunya dengan cara
pengasapan. Pada umumnya masyarakat Kabupaten Pulau Morotai melakukan proses pengasapan ikan
secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggunakan proses pembuatan
ikan asap dengan alat konvensional dan lemari pengasapan dalam pengolahannya di Desa Daruba Pantai,
Kabupaten Pulau Morotai. PKL ini dilakukan pada bulan September 2019 di tempat Bapak Rahim dan
mengukur efisiensi. Tahap pengasapan ikan dengan alat konvensional dan lemari pengasapan di Desa
Daruba Pantai secara umum sama. Proses ikan asap meliputi ikan dibelah, dibuang isang dan isi perut,
dicuci, dijepit dengan bambu, dicuci kembali, disiangi, diasap dan dioles minyak. Membutuhkan bahan
bakar lebih banyak (30kg) dibandingkan dengan menggunakan lemari pengasapan (15kg). Selain itu,
waktu pengasapan dengan menggunakan alat konvensional lebih lama (4−8 jam) dibandingkan dengan
menggunakan lemari pengasapan (2−3 jam). (Kata kunci:ikan cakalang asap, alat Konvensional, dan
Lemari pengasapan).

Kata Kunci: Ikan Cakalang Asap, Alat Konvensional, dan Lemari Pengasapan.

Abstract

Fish is a fishing product, which is easy to rot and is easily damaged, so it is often preserved. There are
several ways to preserve fish, one of which is by fumigating. In general, the people of island Morotai
district carry out traditional fumigating fish processes.The purpose of this study was to determine and use
the process of making smoked fish with conventional tools and fume cupboards in its processing in
Daruba Pantai Village, Morotai Island district. This research was conducted in September 2019, at Mr.
Rahim's place. The phase offish fumigation with conventional tools and fume cupboard in Daruba Pantai
Village is generally the same. The fumigation fish process involves splitting the fish, removing the
contents of the stomach and stomach contents, washing, clamping with bamboo, washing again, then
weed, fumigating and smeared oil. The fumigating fish process with conventional tools requires a lot of
fuel (30kg) compared to using fume hood (15kg).Besides, the fumigating time using conventional tools is
longer (4-8 hours) than using the fumigating cabinets (2-3 hours).

Keywords: Skipjack Tuna, Conventional Tools, and Fumigating Cabinets.

33
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

I. PENDAHULUAN Palm et al (2011) menjelaskan bahwa


pengasapan dapat didefinisikan sebagai proses
Ikan merupakan bahan makanan yang penestrasi senyawa volatil pada ikan yang dapat
mengandung protein yang berkualitas tinggi.Protein dihasilkan dari pembakaran kayu. Pengasapan
dalam kandungan ikan tersusun atas-asam amino dilakukan dalam dua tahap yaitu pangasapan panas
essensial yang diperlukanoleh tubuh sebagai sumber dan pengasapan dingin. Pengasapan panas (hot
energi. Membantu pertumbuhan, pemeliharaan tubuh, smoking) adalah proses pengasapan ikan dimana ikan
memperkuat daya tahan tubuh, dan memperlancar akan di asapi diletakkan cukup dekat dengan
proses fisiologis dalam tubuh, di banding dengan sumber asap. Suhu pengasapan ini sekitar 70−100oC
produk hewani lainya. Ikan memiliki beberapa dengan lamanya pengasapan 2−4 jam. Suhu
kelebihan seperti memiliki kandungan protein yang pengasapan yang tinggi mengakibatkan enzim
cukup tinggi (20%), mudah dicerna oleh tubuh, menjadi tidakaktif sehingga dapat mencegah
mengandung asam-asam lemak tak jenuh dengan kebusukan. Suhu pengasapan yang dingin
kadar kolestrol yang rendah, dan mineral seperti K, menonaktifkan pertumbuhan enzim pembusuk ikan
Ci, P, S, Mg, Fe, Zn, Cu, vitamin A dan D. Selain dan membuat ikan menjadi cepat matang
memiliki banyak kelebihan, ikan juga memiliki (Sulistijowati, 2011).
beberapa kekurangan. Ikan memiliki salah satu bahan Sedangkan pengasapan dingin (cold smoking)
makanan yang mudah membusuk, bila tidak langsung adalah pengasapan dengan cara meletakan ikan yang
diberi perlakuan dan penanganan yang tepat setelah akan diasap (tempat pembakaran kayu), dengan suhu
ditangkap mutunya akan cepat (Warsidi, 2009). sekitar 40−50 0C dengan lama proses pengasapan
Hal ini disebabkan oleh ikan mengandung air yang beberapa hari sampai dua pekan. Menambahkan
cukup tinggi sehingga cepat rusak dan mengalami pengertian tersebut pengasapan dingin merupakan
pembusukan. cara pengasapan pada suhu rendah, yaitu tidak lebih
Adawya (2008), menjelaskan bahwa dalam tinggi dari suhu 33 0C sekitar 15−33 0C. waktu
waktu 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan pengasapannya dapat mencapai 4−6 pekan.
sudah akan timbul timbul perubahan yang mengarah Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar ikan
pada kerusakan. Kerusakan yang terdapat pada ikan tidak menjadi masak atau protein didalamnya tidak
dapat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan, terkoagulasi (Kusmajadi et al., 2011).
tidak jarang menimbulkan kerugian besar terutama Di Morotai, umumnya masyarakat melakukan
ketika produksi ikan melimpah. Oleh sebab itu, pengolahan ikan asap dengan mengunakan metode
diperlukan proses pengawetan dan pengolahan untuk secara tradisional dan alat yang sederhana untuk
mempertahankan ikan dari proses pembusukan melakukan pengasapan ikan. Kelemahan-kelemahan
sehingga mampu disimpan lama, meningkatkan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antra
jangkauan pemasaran, Pelaksanakan diversifikasi lain kenampakan kurang menarik, kontrol suhu
pengolahan produk-produk perikanan, dan sulit dilakukan dan mencemari udara atau polusi
meningkatkan pendapatan. Untuk meningkatkan (Swastawati, 2011). Pada beberapa desa di morotai,
nilai tambah, baik dari segi, rasa, bau, bentuk/tekstur pengasapan ikan dilakukan dengan menggunakan
maupun daya awet ikan perlu ditangani atau lemari pengasapan. Keuntungan penggunaan lemari
diolah dengan baik. pengasapan adalah suhu ruang lemari asap dapat
Hasil penelitian Soejono (2008) menunjukkan diatur, asap tidak menyebar, bahan bakar lebih
bahwa pengolahan ikan kering dapat meningkatkan ekonomis kenampakan produk lebih baik, dan
nilai tambah sebesar 29−65%. Menurut Irianto produk yang dihasilkan lebih kering (Suryaningrum
(2005) pengawetan ikan adalah pengawetan dan Mujianah., 2009).
dengan tujuan untuk mempertahankan mutu serta
mencegah terjadinya pembusukan ikan. Selain itu, II. METODE PENELITIAN
juga untuk mempertahankan mutu kesegaran ikan
selama mungkin dengan cara menghambat atau 1. Waktu dan Tempat Penelitian
menghentikan sama sekali, penyebab kemunduran Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
mutu, pembusukan maupun penyebab kerusakan September 2019 diindustri pangasapan ikan milik
ikan. Pengawetan ikan dapat dilakukandengan Bapak Rahim di Desa Daruba Pantai, Kecamatan
beberapa teknik, baik yang menggunakan teknologi Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai.
tinggi maupun teknologi yang sederhana.

34
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


2. Metode Penelitian langsung dari nelayan tangkap. Selain bahan baku
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa ikan, dalam usaha ini juga dibutuhkan
adalah alat tulis untuk menulis, angket untuk beberapa bahan seperti kayu bakar (Gonofu dan sabut
wawancara narasumber (pelaku usaha), kamera gargaji), air bersi, bambu, danminyakgoreng.
untuk dokemtasi, alat pengasapan sederhana, lemari Peralatan yang digunakan selama proses pengasapan
pengasapan, pisau, baskom, penjempit. Bahan ikan berupa baskom, pisau, parang, cool box, dan
yang digunakan ikan, air dan sabut kelapa dan talanan (dari kayu). Tempat pengasapan masih sangat
bambu. sederhana tiang dari kayu, atap seng dan tanpa
Prosedur dalam pengambilan data adalah dinding. Tempat pengasapan berukuran 2X 1,5 X 2,5
sebagai berikut. m3. Tempat pengasapan terdiri dari 3 rak. Jarak
a. Survey awal untuk menentukan lokasi atau antara sumber api kerak pertama± 1 m dan jarak rak
narasumber. pertama ke rak kedua ± 0,5 m. Dalam sekali
b. Wawancara dengan narasumber (pelaku usaha) produksi biasanya. Bapak Rahim memproduksi
menggunakan angket 60−200 ekor ikan asap.
c. Pengamatan langsung perbandingan proses Pengasapan dilakukan setiap hari, namun
pembuatan ikan asap konvensional dan lemari volumenya tergantung kondisi penjualan pada hari
pengasapan. itu. Pembuatan dan uji coba lemari pengasapan ikan,
d. Penilaian sensori ikan. sosialisasi dan penelitian cara pengoperasian lemari
3. Analisis Data pengasapan ikan, pendampingan proses produksi
Data yang diperoleh dari lapangan disajikan ikan asap, evaluasi dan diakhiri dengan melaporkan
dalam bentuk diagram alir dan gambar serta dan publikasi. Tepatnya pada hari senin (26/8/2009),
dianalisis secara deskriptif. tim PKMS melakukan sosialisasi menyerahan lemari
pengasapan kepada Bapak Rahim di tempat produksi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ikan asap tempatnya di Desa Daruba Pantai.
2. Proses Pembuatan Ikan Asap
1. Gambaran Umum Tempat Usaha Ikan Asap a. Persiapan Ikan
Tempat usaha ikan asap milik Bapak Rahim Proses pengasapan ikan dilakukan oleh Bapak
terletak di complex Desa Daruba Pantai, Kecematan Rahim, sebelum diasapi ikan disiapkan terlebih
Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai. Usaha dahulu. Proses pengasapan dibuang isang dan isi
ikan asap ini masih dalam skala industry rumah perut, dicuci, dijepit dengan bambu, ikan dicuci
tangga yang pengolahannya dilakukan oleh Bapak kembali, disiangi, diasap. Rorano dan Nur (2019),
Rahim sendiri dan dibantu oleh dua orang kariyawan. melaporkan bahwah Ikan dibelah di bagian punggung
Industry rumah tangga ini masih sangat sederhana setelah dibelah isang dan isi perut dibuang (Gambar
dan pengolahan ikan asap yang dilakukan secara 2a), dan selanjutnya ikan dicuci (Gambar 2b), ikan
tradisional / konvensional. Industry rumah tangga ini dicuci menggunakan air bersih. Pencucian bertujuan
berdiri sejak tahun 2008 hingga sekarang. untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran dan darah
Bahan baku yang digunakan dalam ikan yang masih menempel di daging ikan. Tahap
pengolahan ikan asap adalah ikan cakalang. Bahan selanjutnya yaitu penjepitan ikan bertujuan untuk
baku diperoleh dari pedagang pengecer maupun menjaga agar ikan tidak hancur selama proses

35
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

pengasapan. Ikan kembali dicuci ditujuk fungsi untuk tersebut adalah agar ikan dapat dengan mudah
menujuk ikan dari kepala sampai pangkal ekornya dibalik.
tetapi tidak sampai tembus tujuanya agar ikan

a b c
Gambar 2. (a. Ikan Dibelah, b. Pencucian Ikan Setelah Dibelah, c. Ikan Ditujuk dan Dijepit dengan Bambu)
b. Proses Pengasapan Ikan yang telah disiapkan selanjutnya disusun
Dilakukan dengan metode pengasapan diatas rak pengasapan pada alat pengasapan
panas. Tujuan dari pengasapan adalah untuk konvensional maupun lemari pengasapan,
mengawetkan dan memberi warna serta rasa spesifik pengasapan dengan menggunakan alat konvensional
pada ikan. Daya pengawet
a asap yang terbatas membutuhkan bahan bakar (sabut c dan tampurung
(tergantung pada lama dan ketebalan asap). kelapa) sebanyak (30kg) dalam sekali produksi.
Pengasapan secara tradisional juga menyebabkan Selain itu, waktu yang dibutuhkan dalam proses
banyak senyawa metabolit sekunder (sentawa pengasapn hingga ikan matang sempurna selama 4−8
organik) melekat pada permukaan ikan. Swatawati et jam.
al (2013) melaporkan bahwa kandungan fenol, 1) Pengasapan dengan alat konvensional ini banyak
formaldehid dan asam organik lebih tinggi dengan tidak termanfaatkan secara optimal untuk
pengasapn tradisional dibandingkan pengasapan mengasap/mematangkan ikan karena menyebar
modern (smoking cabinet). Senyawa organic inilah dan hilang ke udara.
yang memberikan rasa khas terhadap ikan.

Gambar 3. Proses Pengasapan Ikan


2) Ikan yang telah matang (Gambar 4) diangkat dan pada permukaan ikan asap juga dapat
didinginkan. Selanjutnya ikan diolesi dengan memperpanjang masa simpan ikan, hal ini
minyak goreng pada permukaan ikan. Proses ini disebabkan minyak kelapa dapat menghambat
dilakukan agar ikan tampak mengkilat dan pertumbuhan mikroba (Noriko et al., 2014;
menarik. Selain itu, pengolesan minyak goreng Tumbel et al., 2017).

36
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

Gambar 4. Ikan Siap Dipasarkan


Penggunaan lemari pengasapan ini juga dapat pembentukan asap. Pada awal pengasapan sebaiknya
menghemat penggunaan bahan bakar (15 kg) karena suhu rendah sehingga asap lebih banyak yang
alat yang digunakan tipe lemari/cabinet sehingga asap menempel pada daging ikan dalam kondisi basah.
danpanas yang dihasilkan terperangkap di dalam. Namun, sulitnya mengontol nyala api menyebabkan
Alat ini juga dilengkapi dengan pengukur suhu dan peningkatan suhu pada jam pertama sangat tinggi
jumlah asap dalam lemari pengasapan dapat mencapai hampir 900C. Penggunaan sabut dan
dikontrol. Selain itu, penggunaan lemari pengasapan tampurung kelapa cukup baik dalam menghasilkan
ini membuat proses pengasapan lebih higienis karena asap dan panas sehingga walaupun pada awal
tertutup sehingga udara dan debu tidak mudah pengasapan suhu agak sulit dikontrol namun
mengenai ikan yang diasapi. pembentukan asap sudah dapat membuat tampilan
Kondisi asap dalam proses pengasapan juga ikan menjadi lebih menarik (warna kuning
sangat ditentukan oleh kondisi bahan bakar, keemasan).
pengaturan nyala dengan lemari api mempengaruhi

Gambar 5. Alat Lemari Pengasapan Ikan


Penggunaan lemari pengasapan adalah suhu Produk yang diasap dengan menggunakan
ruang lemari pengasapan tidak menyebar, bahan lemari pengasapan lebih kering, warna produk lebih
bakar lebih ekonomis, kenampakan produk lebih kuning dan mengkilat, asap lebih tajam
baik, dan produk yang dihasilkan lebih kering. (Suryaningrum dan Muljanah, 2009) ikan asap yang
Pengasapan dengan lemari pengasapan tidak diolah menggunakan lemari pengasapan warnanya
terpengaruh oleh angin karena dapur api tertutup dan lebih cerah, teksturnya lebih kering, bauh asap lebih
diberi vantilasi udara, pengasapan dapat diatur tajam dan tampilan lebih baik. Selain itu, pengasapan
dengan membuka dan menutup (dumper) pada dengan menggunakan lemari pengasapan
cerobong asap. membutuhkan waktu 2−3 jam hingga ikan matang
sempurna.

37
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Volume 14, Nomor 2, Desember 2019

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Ibrahim N, Sulistijowati R, Mile L. 2014. Uji Mutu
Ikan Cakalang Asap dari Unit Pengolahan
1. Kesimpulan Ikan di Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmiah
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Perikanan dan Kelautan: 2(1).
sebagai berikut. Irawan, 1997, Pengawetan dan Pengolahan Ikan,
a. Tahap pengasapan ikan dengan alat konvensional CV. Aneka, Solo.
dan lemari pengasapan di Desa Daruba Pantai. Kusmajadi, S., Lilis S., dan Balqis B. 2011.
Secara umum sama. Proses pembuatan ikan asap Keempukan Dan Akseptabilitas Daging Ayam
meliputi ikan dibelah, dibuang isang dan isi perut, Pada Berbagai Temperatur Dan Lama
dicuci, dijepit dengan bambu, dicuci kembali, Pengasapan. Jurnal Ilmu Ternak. 11(1).
disiangi, diasap dan diolesi minyak. Maryono, Sudding, Rahmawati. 2013. Pembuatan
b. Membutuhkan bahan bakar lebih banyak (30 kg) dan analisa mutu briket arang tempurung
dibndingkan dengan menggunakan lemari kelapa ditinjau dari kadar kanji. Jurnal
pengasapan (15 kg), selain itu, waktu pengasapan Chemica. 14 : 74-83.
dengan menggunakan konvensional lebih lama Nawawi, Zamanhuri, Napitupulu, Syuhada, 2008,
(4−8 jam dibandingan dengan menggunakan Kajian Karakteristrik Perpindahan Panas pada
lemari pengasapan (2−3 jam). Ruang Sistem Pengering/Pengasapan dengan
2. Saran Energi Panas dari Bahan Bakar Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, Polimesin. 9(9) : 532-544.
maka disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan Nyoman, S, dkk. 2007. Perikanan. SIC. Surabaya.
untuk melihat berapa lama waktu penyimpanan SNI 2725.1 2009. Standar Nasional Indonesia
produk ikan asap tentang Ikan Asap. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Rorano, M dan Nur, R.M. 2019. Sanitasi dan Higiene
Pengolahan Ikan Tuna dan Cakalang Asap
Adawyah. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan., DiTanah Tinggi Desa Gotalamo Kabupaten
Prinsip Pengasapan. Bumi Aksara, Jakarta. Pulau Morotai. Jurnal Aksara Publik. 3(2):
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan 134-141.
Ikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Sudarmaji S, Hariyono B, dan Suhardi. 2003. Analisa
Afrianto E, Liviawaty E, 1991. Pengawetan dan Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Pengolahan Ikan. Kanisius: Yogyakarta. Yogyakarta. 171 hlm.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2013 Standar Swastawati F., Surti T., Agustini T.W., Riyadi P.H.
Nasional Indonesia 2725: 2013 Tentang Ikan 2013. Karakteristik Ikan berbeda. Jurnal
Asap dengan Pengasapan Panas. Jakarta. Aplikasi Teknologi Pangan. 2(3): 126-132.
Danial M, M Tawil, Wahidah. 2012. Upaya Utomo, B.S., Wibowo S., dan Widianti T.N. (2012).
Mempertahankan dan Meningkatkan Nilai Asap Cair, Cara membuat dan aplikasinya
Gizi dan Nilai Organoleptis Pangan Hasil Laut pada pengolahan ikan asap.
melalui Teknologi Pengolahan Ikan. Jurnal Wardana, 2008, Bahan Bakar dan Teknologi
Sainsmat. 61(8) : 1064-1070. Pembakaran, PT. Danar Wijaya, Brawijaya
Ghozali, Thomas, Muchatadi D, Yaroh. 2004. University Prees, Universitas Brawijaya
Peningkatan Daya Tahan Simpan Ikan 6(1). Malang.
Bandung. Warsidi, E. 2009. Bagaimana Mengolah dan
Heruwati ES. 2002. Pengolahan Ikan secara Mengawetkan Ikan. Mitra Utama. Bekasi.
Tradisional: Prospek dan peluang Wibowo S,. 2000. Industri Pangasapan Ikan. Penebar
Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian, Seadaya. Jakarta.
21(2). 92-99. Yusra, Efendi Y. 2010. Dasar-Dasar Teknologi Hasil
Husen A, dan Ruslan A. Daeng. 2018. Pengaruh Perikanan. Bung Hatta University Press.
Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Ikan Padang.
Cakalang Asap (Katsuwonus pelamis). Jurnal
AGRIKAN 11(2), E-ISSN 2598-8298/P-ISSN
1979- 6072.

38

Anda mungkin juga menyukai