Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung secara
cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular (WHO,2003).
Stroke merupakan urutan ketiga penyebab kematian setelah jantung dan
kanker di Amerika Serikat (Rikesdas, 2007). Prevalensi di Amerika tahun
2005 adalah 2,6%. Prevalensi meningkat sesuai kelompok usia yaitu 0,8%
pada usia 18-44 tahun, 2,7% pada usia 45-64 tahun dan 8,1% pada usia 65
tahun atau lebih tua. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang tidak jauh
berbeda yaitu pria 2,7% dan wanita 2,5% (Satyanegara, 2010).
Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Sekitar 80-85% merupakan stroke iskemik dan sisanya adalah
stroke hemoragik (Price & Wilson, 2006).
Penelitian lain yang dilakukan di Itali menyatakan bahwa 67,3- 82,6%
mengalami stroke iskemik, 9,9-19,6% mengalami intraserebral hemoragik,
1,6-4,0% subaraknoid hemoragik dan 1,2-1,7% tidak terdeteksi (Blackwell,
2011).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan, berdasarkan data dari
tahun 1991 hingga tahun 2007 (hasil Riset Kesehatan tahun 2007)
menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan
utama hampir di seluruh Rumah Sakit (RS) di Indonesia. Sementara data
Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) tahun 2009 menunjukkan
bahwa penyebab kematian utama di RS akibat stroke adalah sebesar 15%,
artinya 1 dari 7 kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan
mencapai 65% (DepKes, 2013).
Menurut Riset Kesehatan dasar 2009, prevalensi penyakit stroke non
hemoragik sebesar 0,09%, prevalensi tertinggi di kota Surakarta sebesar

1
0,75% (Dinkes Jateng, 2010).
Orang yang menderita stroke, biasanya mengalami banyak gangguan
fungsional, seperti gangguan motorik, psikologis atau perilaku, dimana gejala
yang paling khas adalah hemiparesis, kelemahan ekstremitas sesisi, hilang
sensasi wajah, kesulitan bicara dan kehilangan penglihatan sesisi (Irfan,
2010). Data 28 RS di Indonesia, pasien yang mengalami gangguan motorik
sekitar 90,5% (Misbach & Soertidewi, 2011).

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas KMB II serta mengetahui dan melatih kemampuan kelompok
mengenai asuhan keparawatan pada kasus musculoskeletal berdasarkan
EBP.
B. Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami Anatomi & Fisiologi
system saraf!
2) Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami konsep penyakit
Stroke!
3) Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami Asuhan keperawatan
stroke secara teoritis!
4) Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami Asuhan keperawatan
pada salah satu kasus Stroke !

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi fisiologi Sistem Saraf

Sistem syaraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang


bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem syaraf memungkinkan makhluk hidup
tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungan luar maupun dalam. Sistem syaraf terdiri dari jutaan sel syaraf
(neuron). Fungsi sel syaraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsang atau tanggapan.
Ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem syaraf untuk
menanggapi rangsangan, yaitu: 1) Reseptor, adalah alat penerima
rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor
adalah organ indra. 2) Penghantar impuls, dilakukan oleh syaraf itu
sendiri. Syaraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada
serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas.
Sel syaraf disebut neuron. 3) Efektor, adalah bagian yang menanggapi
rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang
paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (Sloane, 2012;

3
Pearce, 2007).
NEURON
Sistem syaraf terdiri atas sel-sel syaraf yang disebut neuron.
Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan
impuls (rangsangan). Satu sel syaraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan
akson.Badan sel syaraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
syaraf Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel syaraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.Dendrit adalah serabut sel syaraf pendek dan
bercabangcabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit
berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan
sel.Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel syaraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat
benang - benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus
oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak
dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin
tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu
jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu
pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma
yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak
dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier
dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan (Sloane, 2012; Pearce,
2007).

4
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel syaraf dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu sel syaraf sensori, sel syaraf motor, dan sel syaraf
intermediet (asosiasi). Sel syaraf sensori berfungsi menghantar impuls
dari reseptor ke sistem syaraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum
belakang (medula spinalis). Ujung akson dari syaraf sensori berhubungan
dengan syaraf asosiasi (intermediet). Sel syaraf motor berfungsi mengirim
impuls dari sistem syaraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel syaraf motor berada di
sistem syaraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan
akson syaraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Sel
syaraf intermediet disebut juga sel syaraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem syaraf pusat dan berfungsi menghubungkan
sel syaraf motor dengan sel syaraf sensori atau berhubungan dengan sel
syaraf lainnya yang ada di dalam sistem syaraf pusat. Sel syaraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel syaraf asosiasi
lainnya. Kelompok kelompok serabut syaraf, akson dan dendrit
bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat syaraf. Sedangkan
badan sel syaraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul syaraf
(Sloane, 2012; Pearce, 2007).
Secara umum sistem syaraf dibedakan menjadi dua yaitu sistem
syaraf pusat (SSP) dan sistem syaraf tepi (SST). Secara lebih lengkap,
kedua siste syaraf tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

5
A. Sistem syaraf pusat
Sistem syaraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis
yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral. Saudari sekalian,
marilah kita mulai membahas tentang bagian sistem syaraf pusat.
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga
tengkorak. Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh,
mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung.
Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak.

- Otak Besar (cerebrum)


Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh
yang disadari, yaitu berpikir, berbicara, melihat, bergerak,
mengingat, dan mendengar. Otak besar dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing
belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan
kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri,
sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian
tubuh sebelah kanan (Pearce, 2007).

6
- Otak kecil (cerebellum)
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya
dibawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu
lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih.
Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan
belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan
kegiatan. Dan pusat keseimbangan tubuh. Otak kecil dibagi tiga
daerah yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak
depan meliputi: Hipotalamus, merupakan pusat pengatur suhu,
selera makan, keseimbangan cairan tubuh, rasa haus, tingkah
laku, kegiatan reproduksi, meregulasi pituitari. Talamus,
merupakan pusat pengatur sensori, menerima semua rangsan
yang berasal dari sensorik cerebrum. Kelenjar pituitary, sebagai
sekresi hormon. Otak tengah dengan bagian atas merupakan
lobus optikus yang merupakan pusat refleks mata. Otak
belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla
oblongata. Medula oblongata berfungsi mengatur denyut jantung,
tekanan darah,mengatur pernapasan, sekresi ludah, menelan,
gerak peristaltic, batuk, dan bersin (Pearce, 2007).
- Batang otak
Batang otak merupakan struktur pada bagian posterior
(belakang) otak. Batang otak merupakan sebutan untuk kesatuan
dari tiga struktur yaitu medulla oblongata, pons dan
mesencephalon (otak tengah).
 Medula oblongata
Medula oblongata merupakan sumsum lanjutan atau
sumsum penghubung, terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung
neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan
dendrit. Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons

7
sampai medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini
berakhir pada area foramen magnum tengkorak. Pusat
medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian
fungsi seperti frekuensi jantung, tekanan darah, pernapasan,
batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal
syaraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla.
Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengatur reflex
fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu
tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari
(Pearce, 2007).
 Pons
Pons terletak di bagian atas dari batang otak, antara
medulla oblongata dan talamus, dan dalam banyak hal
bertindak sebagai penghubung antara kedua daerah. Pons
dibuat terutama dari “materi putih,” yang berbeda, baik
secara fungsional dan biologis, dari “abuabu” dari serebral
otak, dan umumnya berukuran cukup kecil, sekitar satu inci
(2,5 cm) di kebanyakan orang dewasa. Ukuran dan lokasi
membuat ide untuk mengendalikan dan mengarahkan banyak
sinyal syaraf, yang sebagian besar berhubungan dengan
wajah dan sistem pernapasan (Pearce, 2007).
Tiga fungsi utama dari pons adalah sebagai jalur untuk
mentransfer sinyal antara otak besar dan otak kecil;
membantu mengirimkan sinyal syaraf kranial keluar dari otak
dan ke wajah dan telinga; dan mengendalikan fungsi yang
tidak disadari seperti respirasi dan kesadaran. Meskipun pons
adalah bagian kecil dari otak itu adalah salah satu yang sangat
penting. Lokasi pons di batang otak, cocok untuk melakukan
sinyal masuk dan keluar, dan berfungsi sebagai titik asal bagi
banyak syaraf kranial yang penting. Kegiatan mengunyah,
menelan, bernapas, dan tidur menggunakan pons. Pons juga
memainkan peran dalam pendengaran, berfungsi sebagai titik

8
asal untuk empat dari dua belas syaraf kranial utama yaitu:
trigeminal yang abdusen, wajah, dan vestibulokoklear.
Karena berfungsi sebagai jalur untuk syaraf ini dan
membawa sinyal mereka ke korteks utama. Sebagian besar
sinyal ini berhubungan dengan fungsi wajah, termasuk
gerakan dan sensasi di mata dan telinga (Pearce, 2007).
- Otak tengah (Mesensefalon)
Otak tengah merupakan penghubung antara otak depan
dan otak belakang, bagian otak tengah yang berkembang adalah
lobus optikus yang berfungsi sebagai pusat refleksi pupil mata,
pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.

2. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)


Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas
tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi
menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan
dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut syaraf dan
lapisan dalam mengandung badan syaraf. Di dalam sumsum tulang
belakang terdapat syaraf sensorik, syaraf motorik, dan syaraf
penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak
dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak (Pearce, 2007).
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih.
Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini
biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-rata 42 cm.

9
Pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar syaraf spinal
besar yang mensuplai lengan dan tungkai. Tiga puluh satu pasang
(31) syaraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina
intervertebral. Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang
diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi
oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H. Batang atas dan
bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan
sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak
termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi
abu-abu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk
lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada
area toraks dan lumbal sistem syaraf perifer. Komisura abu-abu
menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla
spinalis. Setiap syaraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu
radiks ventral. Substansi putih korda yang terdiri dari akson
termielinisasi, dibagi menjadi funikulus anterior,posterior dan lateral.
Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus diberi nama
sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya (Pearce, 2007).

10
B. Sistem syaraf tepi
Sistem syaraf perifer (sistem syaraf tepi) meliputi seluruh
jaringan syaraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari syaraf cranial
dan syaraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis
dengan reseptor dan efektor. Sistem syaraf tepi terdiri dari jaringan
syaraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini
juga mencakup syaraf kranial yang berasal dari otak; syaraf spinal, yang
berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang
berhubungan
1) Syaraf Kranial
Syaraf ini terdiri atas 12 pasang yang muncul dari berbagai
bagian batang otak. Beberapa syaraf kranial tersusun dari serabut
sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan
serabut motorik. Syaraf Kranial terdiri atas beberapa syaraf berikut
ini.
- Syaraf Olfaktorius (CN I). Merupakan syaraf sensorik. Syaraf ini
berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut
sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui
traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori).
tempat persepsi indera penciuman berada.
- Syaraf Optik (CN II). Merupakan syaraf sensorik. Impuls dari
batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel akson yang
membentuk syaraf optik. Setiap syaraf optik keluar dari bola
mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui
foramen optic. Seluruh serabut memanjang saat traktus optic,
bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan
menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk
persepsi indera penglihatan.
- Syaraf Okulomotorius (CN III). Merupakan syaraf gabungan,
tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf motorik. Neuron motorik
berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot
bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot

11
yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada
mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot
(kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
- Syaraf Traklear (CN IV) adalah syaraf gabungan, tetapi sebagian
besar terdiri dari syaraf motorik dan merupakan syaraf terkecil
dalam syaraf cranial. Neuron motorik berasal dari langit-langit
otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola
mata. Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi
indera otot dari otot oblik superior ke otak.
- Syaraf Trigeminal (CN V).Syaraf cranial terbesar, merupakan
syaraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf sensorik.
Bagian ini membentuk syaraf sensorik utama pada wajah dan
rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons
dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan
sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini
bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi yaitu: 1) Cabang
optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata,
kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta
kepala. 2) Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah,
rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan palatum. 3) Cabang
mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir,
kulit rahang dan area temporal kulit kepala.
- Syaraf Abdusen (CN VI) merupakan syaraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari syaraf motorik. Neuron motorik
berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot
rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan
proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
- Syaraf Fasial (CN VII)merupakan syaraf gabungan. Neuron
motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot
ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.
Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap
pada dua pertiga bagian anterior lidah.

12
- H. Syaraf Vestibulokoklearis (CN VIII), hanya terdiri dari syaraf
sensorik dan memiliki dua divisi.Cabang koklear atau auditori
menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran
dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla,
ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada
thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus
temporal.Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan
dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang
diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam.
- Syaraf Glosofaringeal (CN IX), merupakan syaraf gabungan.
Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot
untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron
sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari
sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan
laring; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan
darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
- Syaraf Vagus (CN X), merupakan syaraf gabungan. Neuron
motorik berasal dari dalam medulla dan menginervasi hampir
semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa
informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan
visera abdomen ke medulla dan pons.
- Syaraf Aksesori Spinal (CN XI), merupakan syaraf gabungan,
tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik
berasal dari dua area: bagian cranial berawal dari medulla dan
menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal
muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot
trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik
membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh
syarafmotoric, misalnya otot laring, faring, trapezius, dan otot
sternokleidomastoid.
- Syaraf Hipoglosal (CN XII), termasuk syaraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari syaraf motorik. Neuron motorik

13
berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik
membawa informasi dari spindel otot di lidah (Pearce, 2007).
2) Syaraf Spinal

Syaraf spinal terdiri atas 31 pasang syaraf yang berawal


dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior).
Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung
membentuk satu syaraf spinal. Semua syaraf tersebut adalah syaraf
gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda
melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron
eferen. Syaraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia
kolumna bertebra tempat munculnya syaraf tersebut.
a. Syaraf serviks: 8 pasang, C1 – C8.
b. Syaraf toraks: 12 pasang, T1 – T12.
c. Syaraf lumbal: 5 pasang, L1 – L5.
d. Syaraf sacral: 5 pasang, S1 – S5.
e. Syaraf koksigis: 1 pasang
Setelah syaraf spinal meninggalkan korda melalui foramen
intervertebral, syaraf kemudian bercabang menjadi empat divisi
yaitu: cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral, dan cabang

14
viseral.Pleksus adalah jarring-jaring serabut syaraf yang terbentuk
dari ramus ventral seluruh syaraf spinal, kecuali TI dan TII yang
merupakan awal syaraf interkostal (Pearce, 2007).
3) Sistem Syaraf Otonom (SSO)
SSO merupakan sistem motorik eferen visceral. Sistem ini
menginervasi jantung; seluruh otot polos, seperti pada pembuluh
darah dan visera serta kelenjar-kelenjar. SSO tidak memiliki input
volunteer; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat
dalam hipotalamus, medulla dan korteks serebral serta pusat
tambahan pada formasi reticular batang otak. Serabut aferen
sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa kenyang
dan pesanpesan yang berkaitan dengan frekwensi jantung, tekanan
darah dan pernapasan, yang di bawa ke SSP di sepanjang jalur
yang sama dengan jalur serabut syaraf motorik viseral pada SSO.

15
Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi
parasimpatis. Sebagian besar organ yang diinervasi oleh SSO
menerima inervasi ganda dari syaraf yang berasal dari kedua divisi.
Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis
berbeda dan perannya antagonis.
a. Divisi Simpatis/Torakolumbal. Memiliki satu neuron
preganglionik pendek dan satu neuron postganglionic panjang.
Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral
substansi abu-abu dalam segemen toraks dan lumbal bagian
atas medulla spinalis. Fungsi syaraf ini terutama untuk memacu
kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah
menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain
mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata,
memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat
ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.
b. Divisi Para Simpatis/Kraniosakral. Memiliki neuron
preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang
terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan
sel neuron terletak dalam nuclei batang otak dan keluar melalui
CN III, VII, IX, X, dan syaraf XI, juga dalam substansi abu-abu
lateral pada segmen sacral kedua, ketiga dan keempat medulla
spinalis dan keluar melalui radiks ventral.Syaraf ini memiliki
fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan syaraf
simpatik. Syaraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain
menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata,
memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni.
Karena cara kerja kedua syaraf itu berlawanan, maka
mengakibatkan keadaan yang normal.

16
c. Neurotransmiter SSO. Asetilkolin dilepas oleh serabut
preganglionik simpatis dan serabut preganglionik parasimpatis
yang disebut serabut kolinergik. Norepinefrin dilepas oleh
serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut
adrenergic. Norepinefrin dan substansi yang berkaitan,
epinefrin juga dilepas oleh medulla adrenal (Pearce, 2007).

2.2 Konsep Penyakit Stroke


A. Definisi

Stroke, atau cedera serebravaskular (CVA). Adalah


kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah kebagian otak. (Brunner & suddarth, 2002). Stroke adalah
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan oleh
gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).
Menurut (Marilyn E,Doenges:2000) stroke/penyakit serebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional
maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah
otak. Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan
CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat
timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat
( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu.(Harsono, 1996). Stroke istilah awamnya
adalah pendarahan otak. Ini bisa terjadi bila aliran darah yang
mengaliri bagian otak terputus, sehingga menyebabkan hilangnya
fungsi bagian tubuh yang diatur oleh daerah otak yang terkena stroke.

B. Klasifikasi

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat


diklasifikasikan menjadi :
1) stroke hemoragik

17
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan
subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun
dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang
tidak terkontrol.
2) stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat
cukup lama atau bangun tidur.Tidak terjadi perdarahan,
kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh
karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya, yaitu :
- TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau
beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
- Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara
sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
- Stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini
biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
- Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau
permanent.

C. Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan salah satu dari empat


kejadian (Brunner & suddarth, 2002):

18
1) Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau
leher) Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak
yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur
atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48
jam setelah trombosis. Beberapa keadaan di bawah ini dapat
menyebabkan thrombosis otak:
- Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti
koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
trombosis.
 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
- Hyperkoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit


meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
- Arteritis( radang pada arteri )

- Emboli

19
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
 Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD).
 Myokard infark

 Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk


pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
 Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan - gumpalan pada endocardium.
2) Hemoragi serebral
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
3) Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
- Hipertensi yang parah.
- Cardiac Pulmonary Arrest
- Cardiac output turun akibat aritmia
4) Hipoksia Setempat

20
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
- Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahansubarachnoid.
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

Penyebab terjadinya stroke non hemoragik adalah :


1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah.Selain dari
endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena
arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena
timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya
diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.
2. Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,

21
terutama yang menuju ke otak.
3. Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan
stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit
lumen pembuluh darah ke otak.
4. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan.Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah
dan menahun.
Sedangkan faktor resiko pada stroke (Baughman, C Diane.dkk, 2000):
- Hipertensi merupakan faktor resiko utama.
- Penyakit kardiovaskuler (Embolisme serebral mungkin berasal dari
jantung).

D. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di


otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan
edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat

22
berkurang dalam beberapa jam atau kadang- kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan.
Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan
edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi
batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau
ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak
terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen- elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-
neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada
perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila

23
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan
kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan
terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin
2008).

E. Pathway

24
F. Manifestasi

Manifestasi stroke menurut (Prayogo Utomo, 2005) adalah sebagai


berikut :
1) Stroke sementara
- Tiba-tiba sakit kepala
- Pusing, bingung
- Pandangan mata kabur (kehilangan ketajaman penglihatan pada
satu atau dua mata.
- Kehilangan keseimbangan ,lemah.
- Rasa kebal/kesemutan pada satu sisi tubuh.

2) Strok ringan
- Beberapa atau semua dari gejala strok sementara
- Kelemahan /kelumpuhan tangan atau kaki
- Bicara tidak jelas

3) Stroke berat
- Semua/ beberapa dari segala strok sementara dan strok ringan.
- Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
- Kelemahan / kelumpuhan dari satu sisi tubuh.
- Sukar menelan
- Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan kotoran
- Kehilangan daya ingat / konsentrasi perubahan perilaku,
misalnya bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku
seperti anak kecil.

G. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran
darah serebral dan luasnya area cidera.
1) Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan
kejaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan

25
hemoglobia serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2) Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, da integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran
darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3) Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fbrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung protestik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah keotak dan selanjutnya mennurunkan aliran darah
serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten menghentikan trombus lokal. Selain itu, distritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

H. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Phase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
oksigenisasi dan sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-
30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan

26
vena serebral berkurang
2) Post phase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial

I. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
2) Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein
menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3) CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
posisinya secara pasti.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
4) MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan otak.Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

27
5) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
6) EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
- Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
- Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
- Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial.Keluhari perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi,
tidak responsif, dan konia.
- Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes

28
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.Pengkajian pemakaian
obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat pe8ulijc am cxnoo;/hLKa nyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
- Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
- Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan- keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara
per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan
dari klien.
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan

29
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri.Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori).Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya.Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang.Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik
steril.Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
5) B5 (Bowel)

30
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron
motor atas menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik
paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada
kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
7) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian.Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan.Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke


biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.

31
Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk pemantauan pemberian asuhan.
8) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
10) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung
dan kalkulasi.Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage
yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang
tidak begitu nyata.
11) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca)
didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
lancar.Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
12) Pengkajian Saraf Kranial

32
Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
saraf kranial I-X11.
- Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman.
- Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau
lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada Mien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
- Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada Satu sisi otot-otot okularis didapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang
sakit.
- Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
- Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
- Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan
kesulitan membuka mulut.
- Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
- Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
12) Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan

33
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena
UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi ng berlawanan
dari otak.
- Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia s(paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah
tanda yang lain.
- Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
- Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :

1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d O2 otak menurun

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d factor risiko : lembap

5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,


kerusakan sentral bicara

34
BAB IV

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian

A. Identitas Klien

Klien Nama : Tn. “R”

Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 05 Mei 1965

Jenis Kelamin : Laki- laki

Umur : 51 tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : Duda

Pendidikan : SMU

Pekerjaaan : Wiraswasta

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat :Jobor, Bumen, Kebumen

No. CM : 01. 77. 33.00

Tanggal Masuk RS : 01 Juni 2015

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik

Penanggung Jawab

Nama : Tn “R”

Umur : 51 tahun

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jobor, Bumen, Kebumen

Hubungan dengan klien : -

B. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri/kaku pada daerah pundak, skala 3 (ringan), nyeri
datang saat tidur miring kanan kiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri datang

35
terkadang.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan pasien ingin periksa jantung di RSUP Dr Sardjito (01
Juni 2016), karena ketika di rawat di RSUD Sudirman dianjurkan periksa
di RSUP Dr Sardjito, setelah sampai RSUP Dr Sardjito pasien tiba tiba
pusing dan pingsan lalu dibawa oleh satpam yang menolong ke UGD
RSUP Dr Sardjito, Setelah itu pasien diberikan penjelasan ia mengalami
penyumbatan darah pada otak, setelah itu pasien dibawa ke ruang Anggrek
2 untuk dilakukan perawatan rawat inap.
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan sebelum masuk rawat INAP RSUP DR SARDJITO 3


minggu yang lalu pernah di rawat di RSUD Sudirman karena penyakit
jantung, kurang lebih dirawat disana selama 5 hari. Pasien
memilikiriwayat penyakit hipertensi, diabetus melitus.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan didalam anggota


keluarga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus
(DM), Jantung, Stroke dan gangguan jiwa. Serta tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti AIDS, HIV, TBC.

C. Genogram

36
D. Pola Kebiasaan Pasien
1. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit Pasien mengatakan pasien biasanya makan tiga kali
sehari dengan porsi satu piring sedang berupa nasi, sayur, lauk dan
kadang-kadang buah. Minum teh dan air putih 8-10 gelas per hari, ±
1600–2000cc per hari. Tidak ada makanan pantangan.
Selama sakit Pasien mengatakan pasien makan makanan utama
tiga kali sehari sesuai dengan diit dari rumah sakit yaitu nasi, lauk, sayur
dan buah dan makan tambahan 2 kali pagi dan sore hari. Minum air putih
dan terkadang teh ± 8- 10 gelas/ hari volume ± 2000 cc. Pasien tidak ada
keluhan pada nafsu makan.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit Pasien mengatakan pasien BAB satu hari sekali
dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feces, dan tidak ada
lendir darah. BAK 7-9x per hari, ± 1400-1800 cc per hari, warna kuning
jernih dan bau khas urin. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
Selama sakit Pasien mengatakan pasien BAB satu kali sehari,
dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, dan tidak ada
lendir darah. BAK 6-7 kali sehari ± 1500 cc dengan mandiri.

3. Pola Aktivitas-Istirahat-Tidur

a. Sebelum sakit

- Aktivitas sehari-hari Pasien mengatakan aktifitas sehari- hari


dengan bekerja dan berkumpul dengan keluargannya.

- Keadaan pernafasan Pasien tidak mengalami sesak nafas ketika


melakukan aktivitas. Tidak ada batuk

- Keadaan kardiovaskuler Keluarga mengatakan pasien tidak ada


keluhan nyeri dada, dada berdebar-debar dan merasa cepat lelah
ketika beraktivitas maupun istirahat.

- Kebutuhan tidur Pasien mengatakan pasien biasa tidur malam ± 6-


7 jam dari pukul 20.00 – 05.00 WIB, tidur siang kadang ± 2 jam,
tidak ada gangguan tidur, sebelum tidur biasanya pasien berdoa.

37
- Kebutuhan istirahat Pasien mengatakan meluangkan waktunya
untuk beristirahat untuk berkumpul dengan temannya.

b. Selama sakit

- Penilaian kemampuan klien dalam beraktivitas selama sakit (beri


tanda √)
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Keterangan:

0 = Mandiri

1 = Dengan dibantu alat

2 = Dibantu orang lain

3 = Dibantu orang lain danalat

4 = Tergantung total Kesimpulan: Aktivitas pasien untuk makan


minum, toileting, berpakaian, mobilisasi, berpindah,
ambulasi/ROM dilakukan secara mandiri.

- Keadaan Pernapasan Pasien tidak mengalami kesulitan dalam


bernafas. Nafas spontan tanpa bantuan O2. RR = 21 kali/ menit.

- Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak berdebar- debar


dan nyeri di dada.

- Kebutuhan tidur Kebutuhan tidur pasien tercukupi. Pasien


mengatakan tidur malam pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul
05.00 WIB, kadang pasien terbangun jika ada perawat yang
memberikan terapi dimalam hari dan pasien bisa tidur kembali
sampai pukul 05.00 WIB. Pasien juga tidur siang selama ±3 jam

38
per hari.

- Kebutuhan Istirahat Pasien menggunakan waktu istirahatnya


untuk berbaring di tempat tidur.

4. Pola Kebersihan Diri

- Kulit

Sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya mandi dua kali


sehari pagi dan sore menggunakan sabun mandi, mandi di kamar
mandi, dilakukan dengan mandiri. Keadaan kulit bersih dan wangi.

Selama sakit Pasien mengatakan mandi secara mandiri 2 kali


sehari dipagi dan sore hari, pasien mandi di kamar mandi
menggunaakan air hangat dan sabun mandi secara mandiri. Kondisi
kulit pasien bersih.

- Rambut

Sebelum sakit Pasien mengatakan biasa keramas 2 kali


sehari, keramas menggunakan shampo, dilakukan mandiri. Keadaan
rambut bersih dan tidak ada ketombe.

Selama sakit Pasien mengatakan pasien kemarin sore


keramas, keadaan rambut bersih, wangi, tidak lengket .

- Telinga

Sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya membersihkan


telinga setiap terasa kotor dan setelah mandi serta menggunakan
cutton bud.

Selama sakit Pasien mengatakan mandiri dalam


membersihkan telinga. Telinga dibersihkan setiap hari bersamaan
saat mandi, keadaan telinga bersih.

- Mata

Sebelum sakit Pasien mengatakan pasien biasanya


membersihkan mata setiap mandi, wudhu dan cuci muka
menggunakan air bersih.

39
Selama sakit Pasien mengatakan membersihkan mata bersamaan
saat mandi menggunakan air bersih, keadaan mata bersih.

- Mulut

Sebelum sakit Pasien mengatakan biasa membersihkan mulut


dengan menggosok gigi dua kali sehari bersamaan dengan mandi
dan dilakukan mandiri.

Selama sakit Pasien mengatakan membersihkan gigi dan mulut


dengan menggosok gigi menggunakan pasta gigi dan sikat gigi
secara mandiri. Tidak ada gusi berdarah. Tidak terdapat bau mulut
serta gigi bewarna putih bersih.

- Payudara

Sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya membersihkan


payudara bersamaan dengan mandi menggunakan air bersih dan
sabun.

Selama sakit Pasien mengatakan membersihkan payudara


bersamaan dengan mandi. Keadaan payudara bersih.

- Genitalia

Sebelum sakit Pasien mengatakan pasien biasa membersihkan


genitalia saat mandi setelah BAK dan BAB menggunakan sabun
dan air bersih secara mandiri.

Selama sakit Pasien mengatakan dalam membersihkan


genitalia bersamaan dengan mandi dan setelah BAK dan BAB.
Kondisi genetalia bersih.
- Kuku/kaki
Sebelum sakit Pasien mengatakan biasanya memotong kuku
tangan dan kaki setiap satu minggu sekali secara mandiri.
Selama sakit Pasien mengatakan belum memotong kuku, kuku
tangan dan kaki pendek dan bersih.

5. Pola Reproduksi Seksual

Sebelum sakit Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada

40
sistem reproduksinnya Selama sakit Pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada sistem reproduksinya

E. Pemerikasan Fisik

1) Keadaan Umum: Baik.

2) Kesadaran : composmentis, GCS = E4V5M6

3) Antropometri : BB : 86 kg TB : 172 cm IMT : 29.07

4) Status gizi : gemuk (normal: 18,5-25 menurut WHO)

5) Tanda – tanda vital

- Tekanan darah : 140 ⁄ 90 mmHg.

- Frekuensi nadi : 81 x per menit

- Suhu : 36, 1 ◦C

- Respirasi : 21 x per menit

- Nyeri : skala ringan 3 (ringan : 1-3)

6) Pemeriksaan Cepalo Caudal


a. Kepala
- Bentuk dan Kulit Kepala Bentuk kepala mesocephalo, tidak ada
nyeri tekan pada kepala, tidak terlihat adanya bekas luka atau
jahitan, tidak ada benjolan.
- Rambut
Rambut pasien berwarna hitam, pertumbuhan merata, bersih,
pendek , tidak bau dan tidak mudah rontok.
- Kesan Wajah
Pasien agak lemas dan menahan nyeri, pasien agak bingung saat
ditanya penyakitnya.
- Mata
Bola mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjugtiva
anemis, sklera berwarna putih, bersih tidakk ada kotoran. Tidak
terdapat konjungtivitis, tidak mengalami kesulitan penglihatan
pada malam hari, tidak melihat obyek ganda. Fungsi penglihatan
normal, pasien teidak menggunakan kaca mata untuk melihat

41
atau membaca.
- Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret yang keluar dari kedua
telinga, tidak terdapat massa, daun telinga bersih, fungsi
pendengaran normal.
- Hidung
Hidung simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada
secret,pertumbuhan rambut hidung merata, fungsi pembau
normal.
- Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir terlihat lembab, bibir berwarna merah, tidak ada
stomatitis, tidak ada gangguan menelan dan mengunyah. fungsi
pengecap normal, tidak terdapat perdarahan dimulut.
b. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, bentuk leher simetris,
tidak terdapat massa, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
c. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk.
d. Sirkulasi
Arteri temporalis teraba lemah, arteri karotis teraba kuat. Arteri
femoralis teraba kuat, arteri radialis teraba kuat. Tidak terdapat
sianosis pada kuku. Nadi radialis teraba 81 x /menit.
e. Dada
Jantung
- Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV-V mid clavicula
sinistra
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis pada ICS 5 garis
mid clavikula sinistra.
- Perkusi

42
Terdengar suara pekak, intercosta 2 garis parasternal dektra,
intercosta 2 garis parasternal sinistra, sampai intercosta 4 garis
parasternal sinistra, dan intercosta 5 garis mid klavikula
sinistra.
- Auskultasi
Terdengar S1-S2 terpisah, regular.
Paru-paru
- Inspeksi
Simetris kanan dan kiri, pada saat inspirasi dan ekspirasi tidak
ada retraksi dinding dada kanan dan kiri, tidak ada otot bantu
nafas.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba seimbang kanan
dan kiri, teraba gerak dada kanan dan kiri simetris.
- Perkusi
Terdengar suara sonor.
- Auskultasi
Suara nafas vesikuler, RR= 21x/ menit perbandingan inspirasi
dan ekspirasi 1:2.

f. Payudara
- Inspeksi
Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada bekas luka.
- Palpasi
Tidak teraba massa secara patologis, tidak ada nyeri tekan.
g. Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang,tidak terdapat massa, tidak
ada luka.
h. Abdomen
- Inspeksi Terlihat simetris, tidak ada bekas luka, warna kulit
konsisten dengan yang lain, umbilikus bersih, perut buncit.
- Auskultasi Terdengar peristaltik usus ± 15x per menit di
kuadran 3.

43
- Perkusi Terdengar redup pada kuadran pertama bagian limfe,
pada kuadra kedua terdengar timpani pada bagian lambung,
pada kuadra ketiga dan keempat pada ileus terdengar redup.
- Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati di
kuadran 1 (kanan atas), dan tidak ada pembesaran limfa di
kuadran 2 (kiri atas) tidak terdapat asites. .
i. Panggul
Bentuk panggul android, tidak ada keluhan nyeri panggul.
j. Anus dan Rectum
Tidak ada kemerahan/ iritasi, tidak ada pembesaran
vena/hemoroid.
k. Genetalia
Pasien seorang laki-laki, tidak ada kelainan bentuk, genetalia
lengkap, tidak ada luka, scrotum lengkap, penis normal tidak ada
kelainan bentuk.
l. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan
jari, jumlah jari lengkap 10, tidak ada oedem, terpasang infuse
Nacl 0,9% pada tangan kiri 20 tpm sejak tanggal 01/06/ 2019.
Kekuatan otot tangan kanan 5 dan tangan kiri 5 5
Ekstremitas bawah Anggota gerak bawah lengkap, tidak ada
kelainan jari dan bentuk, tidak ada oedem, tidak ada bekas luka,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada varises, kapileri refill < 2 detik,
reflek patela positif. kekuatan otot kaki kanan 5 dan kaki kiri 5. 5
5

44
F. Pemeriksaaaan Nervus
No Nervus Hasil Pemeriksaan Interpretasi

1 Nervus Olfaktorius Pasien dapat membedakan bau minyak kayu putih Baik
dan parfum Baik 2 Nervus Optikus Pasien mampu
membedakan warna mampu membaca, ketajaman
mata kanan baik dan kiri baik, lapang pandang
mata kanan baik dan kiri tidak, pasien dapat
mengikuti gerakan tangan.
2 Nervus Optikus Pasien tidak mampu mengangkat kelopak mata atas, Baik
reaksi pupil kanan dan kiri terhadap cahaya baik,
ukuran pupil kanan dan kiri ± 3mm.
3 Nervus Okulomotori Gerakan bola mata menuju oblig superior baik, Baik
dapat membuka kemudian menutup matanya
kembali.
4 Nervus Tochlearis Pasien bisa menggerakkan rahang ke kanan dan ke kiri Baik
baik
5 Nervus Trigeminus Pasien mampu menggerakkan bola mata rektus Baik
rateralis.
6 Nervus Abdusen Pasien mampu untuk mengerutkan dahi, menutup Baik
mata, menyengir, memoncongkan bibir,
memperlihatkan gigi.
7 Nervus Facial Tidak ada gangguan fungsi pendengaran, pasien Baik
membuka mata ketika dipanggil.
8 Nervus Trigeminus Pasien bisa mereflekkan rasa muntah Baik

9 Nervus Vestibulokoklear Pasien bisa mereflekkan rasa muntah Baik

10 Nervus Vagus Pasien tidak mengalami gangguan menelan. Baik


11 Nervus Aksesorius Pasien dapat memfleksikan kepala ke bahu. Tetapi Tidak normal
nyeri
12 Nervus Hipoglosus Pasien bisa menjulurkan lidah keluar Baik

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 01 Juni 2019 Tabel
No Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Nilai Interpretasi
normal

1 Kimia Klinik 7.8% 4.0-6.5% Tinggi


HbATc
2 Diabetes Tinggi
Glukosa puasa 145 mg/dl 70-99mg/dl
3 Lemak
- Cholestrol total
175 mg/dl < 200 mg/dl
- Trigeserid < 150 mg/dl Rendah
180 mg/dl

45
- HDL cholestrol 34 mg/dl > 40mg/dl Tinggi
- LDL direct 121 mg/d < 100mg/dl Rendah
Tinggi

2) Pemeriksaan laboratorium
3) Pemeriksaan Radiologi: ( tanggal 01-06-2019 )
Kesan = pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal 3.
4) EKG: hasil EKG (01-06-2019) belum dibacakan hasil baru dikonsultasika

Scanning: ( tanggal 01 – 06- 2019 ) CT-scan Tanggal 01 – 06- 2019


Hasil: Infark capsula interna dextra, anthropy cerebry, edema cerebry,
tidak terdapat perdarahan.

H. Terapi medis yang didapat klien


Tabel Terapi medis klien (06/06/2019)
No Nama Obat Dosis Fungsi Rute
1 Infus Nacl 0,9% 20 tpm Terapi cairan IV
2 Mecobalamin 500 mcg/12 jam Vitamin syaraf IV
3 Citicolin 500mg/12 jam Vitamin otak IV
4 Flunarizin 2x 5 mg Mencegah migrain PO
5 Aspar K 2x1 Anti deuretik PO
6 Simvastatin 1x 10 mg Obat kolestrol PO
(stop 07/06/2016 )
7 Manitol 125 ml/ 6 jam Deuretik osmotik IV

46
II. Analisa Data
No DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS : -
DO:
a. TTV : Gangguan aliran Ketidakefektifan
arteri dan vena perfusi jaringan
TD : 140/90 mmHg cerebri
N : 81 x/ menit
R : 21 x/menit
S : 36,1 C
Nyeri : skala 3 (ringan)

b. Kesadaran: Composmentis

c. GCS : E4V5M6

d. HCTS : Infark capsula


interna dextra, anthropy
cerebry, edema cerebry,
tidak terdapat perdarahan.

2. DS: Pasien mengatakan nyeri/kaku Agen injury Nyeri akut


pada daerah pundak, skala 3 (ringan), biologis
nyeri datang saat tidur miring kanan
kiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri
datang terkadang
DO:

a. P : nyeri datang saat tidur miring


kanan kiri
b. Q : nyeri terasa cekot-cekot
c. R:nyeri/kaku pada daerah pundak

d. S : skala 3 (ringan)

e. T : nyeri datang terkadang

f. Pasien menahan nyaeri

3 DS : Pasien mengatakan sedikit Kurangnya Defisiensi


mengetahui tentang penyakitnya saat paparan informasi. pengetahuan
dokter memberikan penjelasan yaitu tentang penyakit
sumbatan pada daerah aliran darah
yang dikarenakan hipertensi, untuk
tanda gejala, komplikasi, serta
pencegahan pasien belum tahu
tentang penyakit yang dideritanya
saat ini.

DO :

47
a. Pasien agak bingung
b. Pasien bertanya tentang
penyakitnya

III. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

gangguan aliran arteri dan vena.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis.

3. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit yang berhubungan

dengan kurang paparan informasi.

48
IV. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Manajemen edema serebral
jaringan cerebral selam 3x24 jam diharapkan perfusi
berhubungan dengan jaringan dapat efektif yang ditandai
penyumbatan aliran arteri 1. Observasi keadaan umum dan tingkat
dengan kriteria hasil:
dan vena. NOC : Perfusi jaringan (serebral)
kesadaran pasien
No Indikator A T
1 Tekanan sistol dan 3 5 2. Monitor tanda-tanda vital
diastol dalam rentan
normal 90/60-120/80
3. Berikan edukasi jika adanya peningkatan
2 Tidak terjadi
peningkatan TIK 4 5 TIK (mual, muntah, pusing)
(mual, muntah, pusing)
4. Berikan obat diuretik osmotik
3 Tidak terjadi
penurunan tingkat 4 5
kesadaran dan keadaan
umum
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1 Keterangan :

1. Deviasi berat dari kisaran normal


2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen nyeri


keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
dengan agen injury berkurang dengan kreteria hasil : 1. Kaji nyeri secara komperhensif meliputi,lokasi,
biologis karakteristik durasi, frekuensi,.
NOC : Kontrol nyeri
INDIKATOR A T 2. Observasi non verbaldari ketidaknyamanan.
Mengenal kapan nyeri 3
3. Ajarkan teknik non farmakologi (nafas dalam)
5
terjadi 4. Berikan neuro protection
Menggunkan tindakan 3
5 tanpa analgetik
Melaporkan nyeri yang 4
5
terkonrol

KETERANGAN :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang kadangmenunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

2 Tingkat Nyeri

Indikator A T
Panjang episode nyeri 3 5
Ekspresi wajah 3 5

Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5: Tidak ada
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

3 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: pengajaran : proses penyakit
selama 3X tatap muka, pengetahuan
tentang penyakit yang bertambah dengan kreteria hasil : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang
berhubungan dengan kurang proses penyakit
NOC : pengetahuan : aktivitas yang
disarankan 2. Berikan kesempatan pasien untuk
paparan informasi no Indikator A T
bertanya
1 aktivitas yang 3
3. Edukasi ke pasien tentang stroke non
5 disarankan
2 tujuan aktivitas yang 3 hemoragik
5 disarankan
4. Evaluasi hasil tindakan pendidikan
3 tindakan pencegahan 3
kesehatan yang sudah dilakukan
5 yang disarankan
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Sistem syaraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem syaraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem syaraf terdiri dari jutaan sel syaraf (neuron). Fungsi sel syaraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Stroke, atau cedera serebravaskular (CVA). Adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. (Brunner &
suddarth, 2002). Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang
disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner &
Suddart:2002).

IV.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu: 1. Profesi
keperawatan Meningkatkan profesionalitas dalam bekerja, dan memperbaharui
pengetahuan tentang Stroke Non Hemoragik agar tindakan yang dilakukan
tidak hanya rutinitas. 2. Institusi pendidikan Stikes Wira Husada Yogyakarta
a. Dosen Prodi keperawatan Institusi pendidikan sebagai80penyelenggara
pendidikan, hendaknya menambah literatur tentang Stroke Non Hemoragik
seperti buku Ilmu Penyakit Syaraf (pengarang Mutaqqin), yang ada di
perpustakaan, dengan literatur yang masih tergolong terbitan baru, sehingga
peserta didik tidak kesulitan saat mencari literatur. b. Mahasiswa keperawatan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilam mahasiswa keperawatan yang
disesuaikan dengan perkembangan illmu dan teknologi terkini.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.jakarta: EGC
Marylan, Dongoes. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Prayogo Utomo. 2005. Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional
dan modern. Jakarta : PT RINEKA CIPTA
Price, Sylvia Anderson.2006.Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta : EGC

81

Anda mungkin juga menyukai