Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

Z
DENGAN KASUS PENYAKIT KELOID
DI RUANG AD-DHUHA
RUMAH SAKIT HAJI MAKASSAR

NAMA : SARWIN SANTOSO


NIM : 2107101009
RUANGAN : AD-DHUHA

Preceptor lahan preceptor Institusi

…………………. ……………………

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan kasihnya Kepada Penulis sehingga penulisan Laporan yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien KELOID Di Rumah Sakit Haji Makassar, dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan asuhan


kepeeawatan dengan kasus KELOID ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dan
dukungan dalam penulisan banyak sekali pihak yang telah membantu penulis baik dalam
memberi motivasi, bimbingan materi, dan lain sebagainya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan asuhan keperawatan KELOID ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dan nantinya yang akan digunakan untuk perbaikan di masa mendatang
baik untuk pendidikan, pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan yang
professional.

Penulis

SARWIN SANTOSO
DAFTAR ISI
Daftar isi
Kata Pengantar
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR KELOID
1. Pengertian keloid
2. Patofisiologi
3. Etiologi
4. Panifestasi klinik
5. Komplikasi
6. Penatalasanaan
7. Anatomi fisiologi
8. Fisiologi penyembuh luka

BAB II KONSEP KEPERAWATAN


B. KONSEP KEPERAWATAN KELOID
1. Pengkajian
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi dan dokumentasi
BAB III ASKEP PENGKAJIAN PASIEN
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Rencana asuhan keperawatan
5. Implementasi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
Patofisiologi dan penyimpagan KDM
Daftar Pustaka
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KELOID


1. PENGERTIAN
Keloid adalah Tumor kulit adalah suatu benjolan yang dapat berbentuk dari
berbagai jenis sel-sel dalam kulit (sel-sel epidermis, melanosit). Tumor-tumor ini
dapat merupakan tumor jinak atau tumor ganas, dapat terletak dalam epidermis atau
menembus kedalam dermis dan jaringan subkutan .
Tumor Kulit adalah tumor yang terbentuk dari berbagai jenis sel seperti sel-sel
epidermis, dan melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak atau ganas,
dapat terletak dalam epidermis atau menembus ke dalam dermis dan jaringan
subkutan.
Keloid merupakan pertumbuhan berlebihan dari jaringan fibrosa, padat, biasanya
terbentuk setelah penyembuhan luka kulit. Jaringan ini meluas melampaui batas-batas
luka asli,tidak mengalami regresi spontan, dan cenderung tumbuh kembali sesudah
eksisi.

2. PATOFISIOLOGI
Keloid dapat dijelaskan sebagai suatu variasi dari penyembuhan luka. Pada suatu
luka, proses anabolik dan katabolik mencapai keseimbangan selama kurang lebih 6-8
minggu setelah suatu trauma. Pada stadium ini, kekuatan luka kurang lebih 30-40%
dibandingkan kulit sehat. Seiring dengan maturnya jaringan parut (skar), kekuatan
meregang dari skar juga bertambah sebagai akibat pertautan yang progresif dari serat
kolagen.
Pada saat itu, skar akan nampak hiperemis dan mungkin menebal, tepi penebalan
ini akan berkurang secara bertahap selama beberapa bulan sampai menjadi datar,
putih, lemas, dapat diregangkan sebagai suatu skar yang matur. Jika terjadi
ketidakseimbangan antara fase anabolik dan katabolik dari proses penyembuhan, lebih
banyak kolagen yang diproduksi dari yang dikeluarkan, dan skar bertumbuh dari
segala arah.
Skar sampai diatas permukaan kulit dan menjadi hiperemis.
Skar yang meluas ini akan timbul sebagai keloid dengan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : semua rangsang fibroplasia yang berkelanjutan (infeksi kronik,
benda asing dalam luka, tidak ada regangan setempat waktu penyembuhan, regangan
berlebihan pada pertautan luka), usia pertumbuhan, bakat, ras dan lokasi.

3. ETIOLOGI
Penyebab pasti tidak diketahui, tidak ada gen khusus yang diidentifikasi sebagai
penyebab berkembangnya suatu keloid, meskipun peningkatan prevalensi keloid
berhubungan dengan peningkatan pigmentasi kulit yang menunjukkan adanya
pengaruh genetik.Keloid dihubungkan secara genetik dengan HLA-B14, HLA-B21,
HLA-Bw16, HLA-Bw35, HLA-DR5, HLA-DQw3, dan golongan darah A.
Transmisi dilaporkan secara autosom dominan dan autosom resesif. Keloid dapat 
disebabkan oleh insisi bedah, luka, penyuntikan vaksinasi (BCG), luka bakar, bekas
jerawat, setelah cacar, gigitan serangga, pemakaian anting.

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda dari keloid adalah adanya benjolan kemerahan berbentuk kubah,
keras, tidak teratur, berbatas jelas, menonjol, pigmentasi, ukurannya jauh lebih besar
daripada lukanya sendiri, sifatnya melebar dan meninggi dengan terlihat adanya
teleangiectasis. Pada tahap awal benjolan terasa kenyal, gatal, dan nyeri bila disentuh
tetapi lama-kelamaan benjolan mengeras dan tidak terasa apa-apa. Perkembangan
keloid biasanya cepat, kira-kira dalam jangka waktu bulanan.
Pada pemeriksaan fisik perlu diketahui riwayat lesi, ciri-ciri lesi, serta frekuensi
tempat-tempat lesi. Pada keloid sebenarnya tidak perlu melakukan pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan darah karena hanya akan mempermahal biaya
pemeriksaan, tetapi cukup melakukan biopsi saja. Lokasi-lokasi munculnya keloid
antara lain adalah di pipi, telinga, leher, dan cenderung di dada bagian atas dan bahu.

5. KOMPLIKASI

a. Trauma pada keloid dapat menyebabkan erosi lesi dan menjadi sarang infeksi
bakteri.
b. Rekurens
c. Stress psikologik jika keloid sangat luas dan menimbulkan cacat.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konservatif
Keloid ditangani secara konservatif dengan penyuntikan sediaan kortikosteroid
intrakeloid yang diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai.
Penyuntikan ini biasanya dapat memperkecil keloid dan mengurangi iritasi.
Pengobatan baru untuk keloid juga termasuk penyuntikan interferon, verapamil,
bleomisin, asam retinoid, toksin botolinum intrakeloid.
b. Pembedahan
1. Krioterapi
Digunakan nitroge iquid yang mempengaruhi mikrovaskularisasi dan menyeba
bkan kerusakan sel melalui kristal intrasel yang mengakibatkan anoksia sel.
Penggunaan krioterapi tanpa modalitas tanpa modalitas terapi yang lain
menghasilkan resolusi tanpa rekurensi pada 51-74% pasien setelah 30 bulan
observasi.
2. Eksisi
Rekurensi dapat terjadi sekitar 45-100% pada pasien dengan terapi eksisi
tanpa modalitas terapi lain seperti radioterapi atau injeksi kortikosteroid post
eksisi.
3. Terapi laser
Dapat digunakan laser karbon dioksida, laser argon atau YAG laser. Dengan
laser karbon dioksida, lesi dapat terpotong dan terbakar dengan trauma
jaringan yang minimal.

7. ANATOMI FISIOLOGI

Kulit merupakan sistem organ tubuh yang paling luas. Kulit membangun sebuah
barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital. Kulit bersambung dengan
membran mukosa pada ostium eksterna sistem digestivus, respiratorius dan
urogenital. Kulit berfungsi untuk menjaga jaringan internal dari trauma, bahaya
radiasi sinar ultraviolet, temperatur yang ekstrim, toksin dan bakteri. Secara
mikroskopis, kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan lemak subkutan.
1. Epidermis
Merupakan bagian terluar kulit, terbagi menjadi 2 lapisan utama yaitu lapisan sel-
sel tidak berinti yang bertanduk (stratum korneum atau lapisan tanduk) dan
lapisan dalam yaitu stratum malphigi. Stratum malphigi ini merupakan asal sel-sel
permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum malphigi
dibagi menjadi lapisan sel basal (stratum germinativum), stratum spinosum dan
stratum granulosum. Secara berurutan 5 lapisan epidermis mulai dari bawah
sampai keatas yaitu stratum basale (germinativum), stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum. Ketebalan lapisan epidermis
bervariasi tergantung tipe kulit. Keratinisasi, maturasi dan migrasi pada sel kulit,
dimulai pada lapisan kulit yang paling dalam yaitu stratum basale. Sel ini
dikatakan sebagai keratinocit (sel kulit yang immatur), berperan dalam merubah
bentuk lapisan sel pada lapisan granular ke dalam lapisan sel yang sudah mati.
Stratum basale merupakan asal mula untuk diperlukan sebagai regenerasi pada
epidermis.
Dalam proses keratinocyt ini diproduksi sejumlah filaments (tonofilament) atau
tonofibril yang dibuat dari suatu protein yang disebut keratin dan keratohyalin
granule. Keratinocyt ditandai dengan akumulasi pada keratin yany disebut dengan
keratinisasi. Pada epidermis terdapat melanocytes yang membuat melanin dan
memberikan warna pada kulit. Fungsi lapisan epidermis adalah melindungi dari
masuknya bakteri, toksin, untuk keseimbangan cairan secara berlebihan.
2.  Dermis
Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong
dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Price dan Wilson,
1995). Lapisan dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu papillaris dan retikularis.
Lapisan papillaris dermis berada langsung di bawah epidermis, tersusun terutama
dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu
suatu komponen dari jaringan ikat. Lapisan retikularis terletak di bawah lapisan
papillaris dan juga memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastik.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut. Dermis sering disebut sebagai  ”kulit
sejati” . Lapisan dermis lebih tebal daripada lapisan epidermis. Fungsi dermis
secara keseluruhan adalah untuk keseimbangan cairan melalui pengaturan aliran
darah kulit, termoregulasi melalui pengontrolan aliran darah kulit dan juga
sebagai faktor pertumbuhan dan perbaikan dermal.
3. Lapisan Subkutaneus
Jaringan subkutan adalah merupakan lapisan lemak dan jaringan ikat yang banyak
terdapat pembuluh darah dan saraf. Pada lapisan ini penting untuk pengaturan
tempertur pada kulit. Lapisan ini dibuat dari kelompok jaringan adiposa (sel
lemak) yang dipisahkan ole sel fibrous septa. Sebagai bantalan jaringan yang lebih
dalam dan pada lapisan ini berfungsi sebagai pelindung tubuh terhadap dingin
serta tempat penyimpanan bahan bakar. Makan yang berlebih akan meningkatkan
penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
8. FISIOLOGI PENYEMBUH LUKA
Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua
cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai;
luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar; atau luka akibat tindakan
bedah.
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama :
1. Respons inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis, pelepasan
histamin dan mediator lain dari sel-sel. yang rusak, dan migrasi sel darah putih
(leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak tersebut.
2. Fase destruktif., Pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami devitalisasi
oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
3. Fase proliferatif: Yaitu pada saat pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh
jaringan ikat, menginfiltrasi luka.
4. Fase maturasi: Mencakup re-epitelisasi, konstraksi luka dan reorganisasi jaringan
ikat.
Peristiwa seluler dan biokimia utama di dalam setiap fase dijelaskan secara lebih
terinci pada, yang memperjelas implikasi praktis untuk penatalaksanaan luka pada
setiap tingkat.
Dalam kenyataannya, fase-fase penyembuhan tersebut saling tumpang-tindih dan
durasi dari setiap fase serta waktu untuk penyembuhan yang sempuma bergantung
pada beberapa faktor, termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum
pasien, dan adanya bantuan ataupun intervensi dari luar yang ditujukan dalam rangka
mendukung penyembuhan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN KELOID

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas diri klien
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini : keluhan utama, alasan MRS, dan perjalanan sakit saat
ini, upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Status kesehatan masa lalu : penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat,
alergi , riwayat penyakit keluarga, dan diagnosa medis & therapy.
3. Pola Kebutuhan Dasar Manusia
4. Pemeriksaan fisik
Pengkajian terhadap pasien keloid maligna dilakukan berdasarkan riwayat
pasien dan gejalanya. Pasien ditanya khususnya tentang gejala pruritus, nyeri tekan
dan rasa sakit yang bukanmerupakan ciri khas nevus yang benigna. Kepada pasien
juga ditanyakan mengenai perubahan yang terjadi pada nevus yang sudah ada
sebelumnya atau pertumbuhan lesi baru yuang berpigmen. Orang-orang yang
berisiko harus diperiksa dengan cermat.
Kaca pembesar dan pencahayaan yang baik diperlukan dalam melakukan
inspeksi kulit untuk menemukan iregularitas dan perubahan pada nevus. Tanda-
tanda yang menunjukkan perubahan malignan mencakup berikut ini :
a. Warna yang bervariasi
1) Warna yang dapat menunjukan keganasan pada lesi yang coklat atau hitam
adalah bayangan warna merah, putih dan biru; bayangan wana biru dianggap
lebih menkhawatirkan.
2) Daerah-daerah putih dalam lesi yang berpigmen perlu di curigai.
3) Sebagian keloid maligna tidak memiliki warna yang bervariasi tetapi
sebaliknya mempunyai warna yang seragam (hitam kebiruan, kelabu
kebiruan, merah kebiruan).
b. Tepi yang ireguler
Indentasi atau lekukan yang menyudut pada bagian tepi nevus harus dicatat.
c. Permukaan yang ireguler
1) Tonjolan permukaan yang tidak merata (topografi ireguler) dapat teraba atau
terlihat. Perubahan pada permukaan bisa licin hingga seperti sisik.
2) Sebagian keloid memiliki permukaan yang licin.
Lokasi keloid yang sering adalah kulit pada bagian punggung, tungkai
(khususnya wanita), antara jari-jari kaki dan pada kaki, muka, kulit kepala,
jari-jari tangan serta bagian dorsal tangan. Pada orang yang berkulit gelap,
keloid paling sering terdapat ditempat yang tidak begitu mengandung
pigmen seperti : telapak tangan, telapak kaki, daerah subungual dan
memebran mukosa.
Diameter nevus harus diukur karena umumnya keloid berukuran lebih
dari 6 mm. Lesi satelit (lesi yang terletak didekat nevus) harus di catat.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik ditandai dengan penampakan
kulit yang tidak bagus
2. Kurang pengatahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur insisi)


2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Intervensi
Pre Operasi
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik ditandai dengan penampakan
kulit yang tidak bagus
Tujuan :
Dalam 1x24 jam klien mampu mengataasi ketidaknyamanannya dan mampu
mengatasi kecemasannya. dengan kriteria hasil :
 Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
 Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
 Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
 Menggunakan obat topikal dengan tepat.
 Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Intervensi :
a. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri.
b. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
c. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
d. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
e. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
f. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
Kriteria Hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
h. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

4. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan, melaksanakan setiap tindakan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan sesuai dengan kondisi klien
5. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi di sesuaikan dengan kriteria hasil yang ingin dicapai :
1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyeri
2. Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
3. Mematuhi terapi yang diprogramkan
4. Pertahankan keadekuatan hidraasi dan lubrikasi kulit
5. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat
6. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
7. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
8. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
9. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Fatofisologi dan penyimpangan

(KDM)

Luka

Proses penyembuhan

Maturnya jaringan parut

Kekuatan meregang dari scar yang berlebihan

Pertautan yang proyektif dari serat kolagen

Skar Hiperemis

Menebal dan meluas

Keloid
Pre operasi
Kurang Informasi Tentang
Pronosis Penyakit
Gangguan Citra Tubuh

Kurang Pengetahuan

Post operasi

Prosedur insisi Luka terbuka

Nyeri
Terpapar benda asing

Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Hardman, T.H. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017. Ed. 10.
Jakarta: EGC

James, Berger, Elston & Neuhaus. 2016. Disease Of The Skin: Clinical Dermatologi. 12th Ed.
Philadephia: Elsevier

Lutfia, Dwi Rahayu. 2011. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : EGC.

Muttaqin, A & Sari, K. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integument Jakarta :
Selemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid
2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai