Ahmad Salabi*
Abstrak
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu unsur yang harus dikelola untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai dengan efktif apabila dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga turut serta memperlancar pelaksanaan
proses belajar-mengajar. Namun kenyataannya, masalah sarana dan prasarana pendidikan yang
dihadapi madrasah sangat beragam, mulai dari alokasi dana yang terbatas sampai dengan
kurangnya perawatan sarana dan prasarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan yang meliputi pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan,
inventarisasi maupun penghapusan berfungsi mengatur dan menjaga sarana dan prasarana
pendidikan agar dapat memberi manfaat yang maksimal dalam proses pendidikan Madrasah
Negeri Model di Kabupaten Banjar.
dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan atau tujuan tertentu.4 Dalam konteks sarana
wajib memiliki sarana yang meliputi pendidikan, manajemen sarana dan prasara-
perabot, peralatan pendidikan, media na pendidikan dapat didefinisikan sebagai
pendidikan, buku dan sumber belajar proses kerjasama pendayagunaan semua
lainnya, bahan pakai habis serta perlengka- sarana dan prasarana pendidikan secara
pan lain yang diperlukan untuk menunjang efektif dan efisien.5 Manajemen sarana dan
proses pembelajaran yang teratur dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
berkelanjutan. Kemudian pada ayat (2) menjaga sarana dan prasarana pendidikan
dinyatakan setiap satuan pendidikan wajib agar dapat memberikan kontribusi secara
memiliki prasarana yang meliputi lahan, optimal dan berarti dalam jalannya proses
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan.6 Secara sederhana manajemen
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata sarana dan prasarana pendidikan mencakup
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratori- kegiatan-kegiatan pengadaan, pendistribusi-
um, ruang bengkel kerja, ruang unit an, pemakaian dan pemeliharaan, inventari-
produksi, ruang laboratorium, ruang kantin, sasi dan penghapusan sarana dan prasarana
instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, pendidikan.7
tempat beribadah, tempat bermain, tempat Manajemen sarana dan prasarana
berkreasi, dan ruangan/tempat lain yang tidak berjalan dengan maksimal tanpa
diperlukan untuk menunjang proses didukung oleh kinerja kepemimpinan
pembelajaran yang teratur dan berkelanju- seorang Kepala Sekolah/Madrasah yang
tan.3 maksimal, karena ia merupakan motor
Namun banyak permasalahan penggerak bagi sumber daya sekolah/
sarana dan prasarana pendidikan yang madrasah terutama guru, karyawan, dan
dihadapi sekolah antara lain, sarana dan siswa. Begitu besarnya peranan Kepala
prasarana penunjang pendidikan belum Sekolah/Madrasah dalam proses pencapaian
sepenuhnya berada dalam kondisi yang tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan
memadai, hal ini dapat dilihat misalnya bahwa sukses tidaknya inovasi pendidikan
sarana belajar seperti peralatan, bahan dan dan kegiatan sekolah/madrasah sebagian
prabot yang rusak, dan prasarana pendidikan besar ditentukan oleh kualitas kepemimpi-
yang kondisinya tidak sesuai dengan nan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah/
standar. Kondisi yang demikian selain akan Madrasah. Karena seorang Kepala
berpengaruh kepada ketidaklayakan dan Sekolah/Madrasah harus memiliki dimensi
ketidaknyamanan pada proses belajar- kompetensi manajerial seperti yang
mengajar, juga akan berdampak pada disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendi-
keengganan orangtua yang menyekolahkan dikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
anaknya ke sekolah-sekolah tersebut, karena tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah,
terkadang orangtua siswa menilai kualitas telah ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi
suatu pendidikan sekolah dengan melihat kompetensi yang dimiliki oleh Kepala
sarana dan prasarananya, sekolah yang Sekolah/Madrasah, yaitu; kompetensi kepri-
memiliki gedung yang besar, peralatan dan badian, kompetensi manajerial, kompetensi
perlengkapan belajar yang lengkap,
seringkali dipandang sebagai sekolah yang Muhaimin. dkk. Manajemen Pendidikan:
4
yang berada di bawah naungan Kementerian Banjar, Data Jumlah Madrasah Negeri di Kabupaten
Banjar, Tahun 2013.
11
Deny, Banjar Paling Tidak Wajar, (Harian 14
Wahidmurni, Cara Mudah Menulis
Banjarmasin Post, Edisi Cetak, Kamis, 22 Desember
Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan,
2011), h. 1 dan 6.
12
Wawancara dengan Agus Hidayat, Kepala Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Skripsi, Tesis,
Bidang Aset, Badan Pengelola Keuangan dan Aset dan Disertasi), (Malang: Universitas Negeri Malang
Daerah Kabupaten Banjar. (UM PRESS), 2008), h.23-24.
dengan sarana dan prasarana, yaitu Kepala penting guna menunjang proses belajar-
Madrasah, Kepala Tata Usaha, Bendahara, mengajar barulah usulan tersebut diterima.
tenaga pendidik dan kependidikan. MIN Melihat hasil penelitian dimana
Model Tambak Sirang Gambut tidak dalam menentukan pengadaan dilakukan
memiliki Wakil Kepala Madrasah Bidang dengan mengadakan rapat terlebih dahulu,
Sarana dan Prasarana Pendidikan, oleh maka hal ini sesuai dengan teori yang
karena itu tugas dan wewenang diserahkan menyebutkan bahwa pengadaan sarana dan
pada Kepala Tata Usaha. Dalam rapat prasarana harus melalui perencanaan yang
dibahas mengenai sarana dan prasarana yang hati-hati, sehingga semua pengadaan sesuai
diperlukan dalam tahun berjalan dan untuk dengan kebutuhan sarana dan prasarana
tahun yang akan datang. Pada MIN Model madrasah. Perencanaan pengadaan sarana
Tambak Sirang Gambut pengadaan dan prasarana pendidikan merupakan suatu
diutamakan pada keperluan yang memang proses pemikiran, dimana hasilnya akan
benar-benar diprioritaskan/diutamakan kare- menetapkan program pengadaan fasilitas
na MIN Model Tambak Sirang Gambut madrasah baik yang berbentuk sarana
memiliki keterbatasan dana. maupun prasarana pendidikan dimasa yanga
Begitu juga dengan MTsN Model akan datang guna mencapai tujuan
Martapura dalam menentukan pengadaan pendidikan.
kebutuhan terlebih dahulu diadakan rapat Kementerian Agama sebagai salah
dengan unsur yang terkait, rapat dilakukan satu instansi vertikal menerbitkan Peraturan
bertahap, tahap pertama dilakukan oleh Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
pihak yang terkait langsung sebagai 1 Tahun 2012 tentang perubahan ketiga atas
pelaksana pengadaan sarana dan prasarana peraturan menteri agama nomor 2 tahun
pendidikan seperti Kepala Madrasah, Wakil 2006 tentang mekanisme pelayanan
Kepala Madrasah Bidang Sarana dan pembayaran atas beban anggaran
Prasarana, Kepala Tata Usaha dan pendapatan dan belanja daerah di lingku-
bendahara pengeluaran. Kemudian pada ngan depertemen agama yang menya-takan
rapat lanjutan selain pihak yang disebutkan bahwa PPK di lingkungan MAN, MTsN dan
tadi juga dilibatkan para wali kelas dan MIN dijabat oleh Kepala Tata Usaha atau
dewan guru yang kemudian membahas Guru Negeri dan pejabat atau staf yang
mengenai rumusan hasil rapat pendahuluan ditunjuk sebagai PPK harus memiliki
yang dilakukan sebelumnya yang sekaligus sertifikat keahlian pengadaan barang dan
juga meminta masukan dari wali kelas dan jasa.
para dewan guru untuk mengajukan usulan Pada ketiga madrasah yang menjadi
pengadaan karena mereka merupakan ujung objek penelitian diketahui bahwa MTsN
tombak pelaksanaan belajar-mengajar yang Model Martapura memiliki PPK dan Pejabat
mengerti bagaimana situasi pada saat proses Pengadaan, yang menjabat sebagai PPK
belajar-mengajar berlangsung. adalah Kepala madrasah sendiri sedangkan
Lebih lanjut di MTsN Model yang menjabat sebagai pejabat pengadaan
Martapura dalam menentukan skala prioritas adalah salah satu pegawai di madrasah itu.
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Baik PPK maupun pejabat pengadaan
dilakukan dengan cara menanyakan kepada memiliki sertifikat keahlian pengadaan
guru yang mengajukan usul, bagaimana barang dan jasa pemerintah. MIN Model
kondisi sarana yang lama, apakah sarana Martapura dan MIN Model Tambak Sirang
yang diusulkan tersebut bisa digantikan Gambut juga memiliki PPK yang dijabat
dengan sarana lain yang sudah ada, ataukah oleh Kepala Madrasah sendiri, namun PPK
sarana dan prasarana tersebut benar-benar di kedua madrasah ini tidak memiliki
mendesak, penting bagi proses belajar- sertifikat keahlian pengadaan barang dan
mengajar dan tidak bisa digantikan dengan jasa pemerintah. Dan yang menjabat sebagai
sarana lain yang sudah ada. Bila diketahui pejabat pengadaan bersal dari instansi di luar
sarana lama benar-benar sudah tidak bisa madrasah.
dipakai lagi, dan kegunaannya sangat
Jika melihat pada peraturan yang untuk dana pengadaan sarana dan prasarana
disebutkan sebelumnya dikatakan bahwa pendidikan sebesar hanya 11%, sedangkan
PPK dan Pejabat Pengadaan harus memiliki pada BOS tidak dianggarkan dana untuk
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pengadaan, hanya dianggarkan untuk
dan PPK di lingkungan MAN, MTsN dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidi-
MIN dijabat oleh Kepala Tata Usaha atau kan. Dan pada MTsN Model Martapura 70%
Guru Negeri dan pejabat atau staf. Maka dana DIPA untuk belanja pegawai,
terjadi ketidak sesuaian antara peraturan sedangkan untuk anggaran pengadaan sarana
dengan pelaksanaan di lapangan. Mengenai dan prasarana pendidikan tidak ada, hanya
hal ini dalam Konsolidasi Peraturan Presiden dibebankan pada dana BOS yang terdiri dari
Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya belanja modal peralatan/mesin dan belanja
yang dibuat oleh Lembaga Pengembangan modal fisik lainnya sebesar 15,4%.
dan Konsultasi Nasional (LPKN) disebutkan Kurangnya dana yang dimiliki
bahwa bila tidak ada personil yang tidak mengakibatkan pihak madrasah terkadang
memenuhi persyaratan tersebut maka PPK mengupayakan sendiri pengadaan dana
boleh dijabat oleh Pengguna Anggaran atau dengan mengajukan proposal ke pemerintah
Kuasa Pengguna Anggaran, dalam hal ini daerah atau pemerintah provinsi dengan
Kepala Madrasah walaupun tanpa memiliki difasilitasi oleh komite madrasah ataupun
sertifikat keahlian pengadaan barang dan meminta bantuan kepada orangtua siswa
jasa. Dengan ini jelaslah bahwa tiga melalui komite madrasah. dari hasil
madrasah yang menjadi objek penelitian ini sumbangan orangtua siswa ini sangat besar
tidak melanggar peraturan tentang manfaatnya dalam mendukung perkembang-
pengadaan barang dan jasa walaupun an dan melengkapi sarana dan prasarana
alangkah lebih baik jika seharusnya pendidikan yang tidak dianggarkan pada
PA/KPA tidak merangkap sebagai PPK dan dana pemerintah (DIPA dan BOS).
PPK sendiri memiliki sertifikat keahlian Dari uraian di atas dapat diketahui
pengadaan barang/jasa. bahwa tahap pengadaan sarana dan
Ketiga madrasah yang dijadikan prasarana pendidikan merupakan tahap yang
objek dalam penelitian ini dalam hal paling berat dan penuh perjuangan dari
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan pihak madrasah, khususnya mengenai
memiliki dana yang bersumber dari pengadaan dana. Hal ini disebabkan
pemerintah maupun yang bersumber dari terbatasnya dana DIPA dan BOS untuk
upaya madrasah sendiri, dana yang pengembangan sarana dan prasarana
bersumber dari pemerintah terdiri dari dana pendidikan di madrasah, baik pada tahun
DIPA dan BOS, sedangkan dana yang berjalan maupun pada tahun yang akan
berasal dari upaya madrasah terdiri dari datang. Padahal pengadaan sarana dan
sumbangan orangtua siswa atau bantuan dari prasarana pendidikan sangat penting untuk
pemerintah daerah/provinsi. menunjang proses belajar-mengajar di
Dana DIPA madrasah lebih banyak madrasah. Permasalahan dana ini terjadi
dialokasikan untuk gaji dan tunjangan pada ketiga madrasah yang dijadikan objek
tenaga pendidik dan kependidikan. Pada penelitian ini, sehingga pihak madrasah
MIN Model Martapura 72% dana DIPA mengupayakan sendiri bantuan dana, salah
digunakan untuk gaji dan tunjangan satunya adalah dengan melibatkan orangtua
sedangkan alokasi anggaran untuk siswa.
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi
tidak ada, hanya dianggarkan pada dana karena tugas tenaga pendidik dan
BOS, yaitu sebesar 23% yang terdiri dari kependidikan sudah cukup berat untuk
belanja modal dan pengadaan alat tulis menyelenggarakan proses belajar-mengajar,
kantor. Pada MIN Model Tambak Sirang namun masih harus ditambah lagi bebannya
Gambut 60% lebih dari dana DIPA dengan mengupayakan pencarian dana untuk
madrasah dibayarkan untuk gaji pegawai pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
baik yang berstatus PNS maupun honorer,
pada kursi dan meja, pembersihan tower Dalam hal penggunaan sarana dan
untuk bak air secara berkala, melakukan prasarana pendidikan di MIN Model
service printer, mesin tik, mesin genset dan Martapura para dewan guru memaksimalkan
sebagainya, hal ini dilakukan untuk penggunaan sarana pembelajaran yang ada
menekan anggaran pengadaan di madrasah dan mereka sangat antusias menggunakan
dikarenakan terbatasnya dana yang dimiliki beberapa media pembelajaran yang dimiliki
oleh pihak madrasah. Pemeliharaan ringan madrasah, hanya saja media pembelajaran
dilakukan pada saat terjadi kerusakan kecil yang dimiliki madrasah mempunyai jumlah
pada sarana dan prasarana pendidikan di yang terbatas sehingga guru menggunakan-
madrasah seperti rehab ringan gedung nya secara bergantian. Begitu pula pada
madrasah, pengecetan gedung madrasah, MIN Model Tambak Sirang Gambut, media
perbaikan instalasi listrik dan lain pembelajaran seperti LCD proyektor hanya
sebagainya. Sedangkan untuk pemeliharaan ada satu buah yang bisa digunakan sehingga
berat biasanya dilakukan setelah diterimanya guru bergantian dalam menggunakannya.
bantuan dari proposal permohonan bantuan Sedangkan pada MTsN Model Martapura
dana maupun ada proyek dari Kementerian pada umumnya guru juga memaksimalkan
Agama. penggunaan sarana dan prasarana pembela-
Sementa itu, sumber dana yang jaran yang dimiliki, terutama media
digunakan untuk melakukan pemeliharaan pembelajaran yang membantu guru untuk
sarana dan prasrana pendidikan pada ketiga menyampaikan materi pembelajaran kepada
madrasah negeri model ini berasal dari dana siswa, hanya saja guru yang menggunakan
BOS, pada MIN Model Martapura dana media pembelajaran elektronik kebanyakan
BOS yang digunakan untuk pemeliharaan adalah guru-guru muda yang menguasai
sebesar 16,5%, pada MIN Model Tambak informasi teknologi, sedangkan guru-guru
Sirang Gambut dana BOS yang digunakan senior sebagian masih menggunakan media
untuk pemeliharaan mencapai 20% dan pada pembelajaran klasik seperti white board dan
MTsN Model Martapura dana BOS yang buku pelajaran. Dari penelitian ini diketahui
digunakan untuk pemeliharaan sebesar bahwa sebagaian besar guru pada MIN
12,6% dari total jumlah dana BOS. Model di Kabupaten Banjar sudah memaksi-
Anggaran ini masih dirasakan kurang karena malkan penggunaan sarana dan prasarana
sarana dan prasarana yang ada membutuh- pendidikan yang ada di madrasah-nya guna
kan dana yang lebih besar dalam menunjang proses belajar-mengajar.
pemeliharaannya. Lebih lanjut disebut yang Pada prinsipnya, pemeliharaan
bertanggungjawab apabila barang inventaris sehari-hari ketiga madrasah ini sama, yaitu
madrasah mengalami kerusakan, maka yang bila di ruang kelas dilakukan oleh siswa
bertanggungjawab untuk memperbaiki secara bergantian dengan jadwal yang telah
kerusakan tersebut adalah pihak madrasah ditentukan, untuk halaman, ruang kelas
sendiri, baik diperbaiki sendiri dengan kepala sekolah, ruang kantor, ruang guru
peralatan seadanya, maupun dengan dan ruang laboratorium, dilakukan oleh
mendatangkan ahlinya. petugas khusus, demikian juga untuk
Sudah sewajarnya sarana prasarana pengecekan pemakaian aliran listrik,
pendidikan yang dipakai untuk kepentingan membuka dan menutup ruang kantor dan
madrasah apabila terjadi kerusakan menjadi kelas. Pemeliharaan sehari-hari ini hendak-
tanggungjawab madrasah, namun semua nya lebih ditingkatkan guna tercipta
personil madrasah dari tenaga pendidik, madrasah yang bersih, rapi dan indah.
tenaga kependidikan dan siswa tetap harus Sedangkan kendala yang dihadapi
menjalankan kewajibannya untuk memeliha- dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana
ra semua sarana dan prasarana pendidikan dan prasarana pendidikan pada ketiga
yang dimiliki madrasah, minimal dengan madrasah ini diantaranya dari segi
menggunakan sarana pendidikan tersebut penggunaan, pada MIN Model Martapura
dengan hati-hati. dan MIN Model Tambak Sirang Gambut
kurangnya sarana seperti media
pembelajaran mengakibatkan tidak semua Tambak Sirang Gambut dean MTsN Model
guru bisa menggunakan beberapa media Martapura, semua objek dalam penelitian ini
pembelajaran yang ada sehingga digunakan sudah melakukan inventarisasi dengan tertib
secara bergantian, terbatasnya media dan sudah sesuai dengan ketentuan, yaitu
pembelajaran ini sedikit banyaknya dengan menggunakan SIMAK BMN dan
menghambat kinerja guru dalam proses semua barang inventaris sudah di input ke
belajar-mengajar. Oleh karena itu hendak- dalamnya. Hal ini sudah sesuai dengan
nya pihak madrasah lebih melengkapi peraturan Menteri Keuangan Dalam
fasilitas pembelajaran guna meningkatkan Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan
kualitas belajar-mengajar di madrasahnya. Nomor 120/PMK.06/2007 tanggal 27
Sedangkan pada MTsN Model Martapura September 2007 Tentang Penatausahaan
penggunaan sarana pendidikan berupa media Barang Milik Negara, disebutkan bahwa
pembelajaran didominasi oleh guru-guru pengertian dan maksud pembukuan BMN
muda, namun bukan berarti guru senior tidak adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan
menggunakannya, hanya sebagian guru BMN ke dalam Daftar Barang yang ada
senior yang menggunakannya dikarenakan pada Pengguna Barang dan Pengelola
beberapa orang guru senior masih belum Barang dengan maksud adalah agar semua
menguasai penggunaannya. Namun tidak BMN yang berada dalam penguasaan
ada salahnya bila diadakan pelatihan atau Pengguna Barang dan yang berada dalam
kursus untuk guru-guru yang belum mahir Pengelolaan Barang tercatat dengan baik.
menggunakan peralatan pembelajaran yang Hanya ada beberapa barang yang belum
bersifat elektronik dikarenakan kemajuan diinventarisir dikarenakan barang tersebut
teknologi menuntut guru untu mengikuti merupakan pengadaan baru.
perkembangannya. Dari segi pemeliharaan, Pihak-pihak yang terlibat dalam
kendala yang dihadapi pada MIN Model proses inventarisasi barang di MIN Model
Martapura adalah kurangnya pemahaman Martapura dan MTsN Model Martapura
tenaga pendidik dan kependidikan mengenai adalah Kepala Madrasah sebagai kuasa
perannya dalam pemeliharaan sarana dan pengguna barang inventaris, Wakil Kepala
prasarana pendidi-kan di madrasah, dalam Madrasah Bidang Sarana dan Prasarana
hal ini Kepala Madrasah sebagai seorang sebagai penanggungjawab barang inventaris,
manajer sangat berperan dalam menentukan Kepala Tata Usaha, operator SIMAK-BMN,
budaya organisasi di madrasahnya. Pada wali kelas dan pengelola ruangan sebagai
MIN Model Tambak Sirang Gambut penanggungjawab atas barang-barang inven-
anggaran pemeliharaan yang dimiliki tidak taris, apabila ada perubahan jumlah barang
sebanding dengan jumlah sarana dan maka wali kelas atau pengelola ruangan
prasarana yang akan dipelihara, oleh karena melaporkannya pada Wakil Kepala
itu sangat diperlukan skala prioritas dengan Madrasah Bidang Sarana dan Prasarana
melakukan pemeliharaan secara bertahap. agar bisa ditindak lanjuti dengan perubahan
Sedangkan pada MTsN Model Martapura DIR. Sedangkan pada MIN Model Tambak
kendala yang dihadapi juga mengenai Sirang Gambut pihak yang terlibat dalam
masalah keterbatas-an anggaran untuk penginventarisasian barang di madrasah
pemeliharaan, namun pihak madrasah dalam adalah Kepala Madrasah, Kepala Tata
hal ini melibatkan orangtua siswa dalam hal Usaha, Bendahara, operator SIMAK-BMN,
pemeliharaan bila memang pemeliharaan Wali kelas dan penanggungjawab ruangan.
tersebut bersifat mendesak. Pada Struktur MIN Model Tambak Sirang
Gambut tidak ada Wakil Kepala Madrasah
Bidang Sarana dan Prasarana karena
menurut Kepala Madrasah tidak ada
4. Penginventarisasian Sarana dan peraturan baku mengenai struktur organisasi
Prasarana Pendidikan di MIN, hal ini mengakibatkan semua tugas
Ketiga objek penelitian ini, yaitu penginventarisasian barang diserahkan
MIN Model Martapura, MIN Model kepada pihak Tata Usaha, sedangkan jumlah
karyawan pada bagian tata usaha hanya di ruangan dengan DIR karena adanya
sedikit dan banyak tugas lain yang harus beberapa kode barang yang rusak.
mereka lakukan seperti pembukuan, Pada MIN Model Tambak Sirang
pengarsipan, dan pelaporan. Untuk penggu- Gambut semua barang yang diinput dalam
naan beberapa aplikasi di madrasah seperti aplikasi SIMAK-BMN sudah memiliki kode
SIMAK-BMN dan aplikasi lainnya saja barang, hanya saja ada beberapa barang
pihak tata usaha masih melibatkan tenaga yang memiliki kode karena proses
guru sehingga juga mempengaruhi kinerja pengadministrasiannya belum selesai karena
guru, maka hendaknya hal ini perlu merupakan pengadaan baru. DIR juga
dievaluasi kembali. terdapat pada tiap-tiap ruangan, namun
Untuk kelengkapan berkas yang ketika dilakukan pencocokan antara jumlah
digunakan dalam penginventarisasian barang barang yang ada di DIR dengan jumlah
maka ketiga objek penelitian ini sudah barang yang ada di ruangan tidak sama pada
memenuhi prosedur. Diantara dokumen- beberapa ruangan, hal ini disebabkan karena
dokumen yang digunakan dalam proses tidak terkontrolnya perpindahan barang.
penginventarisasian barang adalah Daftar Bahkan kode inventaris barang juga
Inventaris Barang (DIB), Daftar Inventaris cendrung tertukar, kode inventaris yang
Ruangan (DIR) dan beberapa berita acara digunakan untuk meja ditempelkan pada
seperti berita acara serah terima barang, kursi dan begitu juga sebaliknya. Hal ini
berita acara pemeriksaan barang, berita perlu segera dievaluasi untuk ketertiban
acara penunjukan pengguna barang dan administrasi di madrasah.
sebagainya. Pada MTsN Model Martapura DIR
Dari hasil observasi yang dilakukan sudah terdapat disetiap ruangan dengan
maka semua objek penelitaian telah diberikan pigura dan setelah dilakukan
memenuhi standar kelengkapan sarana dan pengecekan antara keadaan barang
prasarana yang sesuai dengan Peraturan diruangan dengan DIR yang tertera sudah
Menteri Pendidikan Nasional Republik sesuai, hanya saja ada beberapa ruangan
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang yang barangnya tidak terdaftar dalam DIR
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah dikarenakan rusak dan direncanakan akan
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dilakukan penghapusan. Dalam hal ini
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah seharusnya pihak madrasah tetap
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah mencantumkan barang tersebut di dalam
Menengah Atas/Madrasah Aliyah DIR maupun DIB dikarenakan barang
(SMA/MA). tersebut hanya akan dihapuskan dan belum
Pada MIN Model Martapura unit dihapuskan, yang berarti barang tersebut
Indrasari DIR sudah terdapat pada tiap masih terdaftar dalam daftar inventaris.
ruangan, bahkan sudah dilengkapi dengan Dalam pelaksanaannya proses
bingkai, dan setiap barang di ruangan juga inventaris barang yang dilakukan pada MIN
memiliki kode inventaris barang yang Model Martapura, MIN Model Tambak
ditandai dengan cat filok ataupun stiker, Sirang Gambut dan MTsN Model Martapura
hanya saja ada beberapa barang yang stiker menemukan beberapa kendala, diantaranya
kode barangnya rusak sehingga peneliti sulit pada MIN Model Martapura terdapat
untuk menyesuaikannya dengan DIR yang beberapa barang inventaris milik madrasah
ada di ruangan. Sedangkan pada MIN Model yang dibawa oleh tenaga pendidik dan
unit Tanjung Rema pemberian kode barang tenaga kependidikan, padahal orang tersebut
inventaris juga menggunakan cat filok dan sudah dipindah tugaskan ke madrasah lain.
stiker, hanya saja DIR yang ada di tiap Dalam mengatasi masalah ini diperlukan
ruangan cukup dengan laminating, berbeda ketegasan dari pihak madrasah dengan
dengan DIR yang ada di unit Indarsari yang memenuhi prosedur yang berlaku, yaitu
sudah menggunakan bingkai. Pada MIN dengan mengirimkan surat pemberitahuan,
Model unit Tanjung Rema peneliti juga bila surat pemberitahuan tersebut masih
kesulitan mengidentifikasi beberapa barang tidak dihiraukan, pihak madrasah bisa
mengambil barang tersebut secara paksa. pelaksanaan inventarisnya cukup baik, tidak
Masalah lainnya adalah banyaknya stiker harus menunggu pelatihan. Sedangkan untuk
kode inventaris barang yang rusak ataupun mengatasi kekurangan tenaga pada pihak
hilang. Penggunaan stiker dalam pengkode- tata usaha alangkah lebih baiknya bila pihak
an barang inventaris memang boleh madrasah menambah tenaga seperti
dilakukan namun alangkah lebih baik jika mengangkat tenaga honorer untuk memban-
kode inventaris tersebut diganti dengan tu pihak tata usaha dan tidak melibatkan
media lain yang lebih tahan lama seperti cat tenaga pendidik karena dikhawatirkan akan
filok ataupun flat besi yang tidak mudah menganggu kinerjanya dalam proses belajar-
rusak, sehingga tidak perlu berkali-kali mengajar di kelas. Pengangkatan Wakil
menuliskan kode inventaris pada barang Kepala Madrasah Bidang Sarana dan
tersebut. Prasarana juga perlu dipertimbangkan untuk
Pada MIN Model Tambak Sirang mengurangi penumpukan tugas pada bagian
Gambut kendala yang dihadapi dalam proses Tata Usaha. Menganai masalah sambungan
inventaris barang yang ada di madrasah internet yang terputus sebaiknya dilakukan
adalah kurangnya pengetahuan mengenai penyambungan kembali sesegera mungkin,
prosedur inventarisasi barang yang ada di tentunya dengan mempertimbangkan
madrasah dikarenakan tidak pernah anggaran yang dimiliki madrasah.
mengikuti pelatihan atau penataran tentang Pada MTsN Model Martapura
inventaris barang, padahal pernah ada satu kendala yang dihadapi dalam proses
orang yang pernah mengikuti pelatihan inventarisasi barang di madrasahnya sering
mengenai inventaris barang, namun pihak hilangnya label kode inventaris barang.
yang bersangkutan sudah dipindah tugaskan Kedua, terkadang wali kelas atau kepala
ke madrasah lain. Masalah berikutnya ruangan tidak melaporkan apabila ada
adalah dalam struktur organisasi MIN Model perubahan KIR. Kemudian barang yang
Tambak Sirang Gambut tidak ada Wakil dibawa pulang ke rumah dipakai untuk
Kepala Madrasah Bidang Sarana dan keperluan pribadi dan tidak dipergunakan di
Prasarana sehingga pekerjaan inventaris sekolah seperti notebook. Dan masih ada
barang dilimpahkan atau menjadi barang yang digunakan dan dibawa pulang
tanggungjawab pihak Tata Usaha, sedang- tanpa ada berita acara pemakaian. Untuk
kan pihak Tata Usaha sendiri kekurangan mengatasi hal tersebut perlu segera
tenaga dalam, melaksanakan tugas rutinnya, dilakukan penertiban barang inventaris
akibatnya pihak madrasah juga melibatkan dengan melengkapi berkas administrasi
tenaga guru dalam proses inventarisasi baik seperti memperbaharui kode inventaris yang
dalam mengentry data ke aplikasi SIMAK- rusak pada beberapa barang, membuat berita
BMN maupun turun ke lapangan untuk acara pemakaian dan memberikan
melakukan pendataan barang inventaris. Dan peringatan kapada tenaga pendidik dan
masalah lainnya adalah sampai saat ini tenaga kependidikan yang membawa pulang
sambungan internet dan telepon pada MIN barang inventaris ke rumahnya untuk
Model Tambak Sirang Gambut masih putus, keperluan pribadi.
akibatnya untuk menginput data secara
online menggunakan modem yang pengisian 5. Penghapusan Sarana dan Prasara-
kuotanya terkadang menggunakan uang na Pendidikan
pribadi milik tenaga pendidik atau Prosedur penghapusan sarana dan
kependidikan, hal ini berdampak pada prasarana pendidikan harus mengikuti
terlambatnya proses pengentryan data ke peraturan perundang-undangan yang
aplikasi. Untuk mengatasi masalah berlaku. Untuk penghapusan barang
kurangnya pengetahuan tenaga pendidik inventaris yang tidak pernah dilakukan
maupun tenaga kependidikan mengenai secara resmi, hal ini disebabkan karena tidak
prosedur inventarisasi barang, maka perlu tahu prosedur penghapusan dan proses
dilakukan koordinasi dengan beberapa pihak penghapusan ini dianggap sangat rumit.
studi dengan madrasah lain yang Sehingga barang-barang yang rusak dihapus
sendiri oleh pihak madrasah dengan cara dilaksanakan tanpa kecuali, karena masing-
dibakar atau disimpan di dalam gudang, hal masing aspek memiliki peran yang sangat
ini dilakukan karena biaya pemeliharaan/ penting dalam menunjang ketersediaan
perbaikan untuk sarana dan prasarana sarana dan prasarana pendidikan bagi siswa.
pendidikan lebih mahal dan sudah tidak Kelima aspek tersebut memiliki
dapat dimanfaatkan lagi, apabila disimpan di peranan masing-masing yang tidak boleh
dalam gudang akan menggang-gu barang diabaikan satu sama lain. Jika kelima aspek
lain yang ada di dalam gudang, hal ini tersebut terlaksana dengan baik, maka
terjadi pada ketiga madrasah yang dijadikan diharapkan prestasi belajar siswa akan
objek dalam penelitian ini. Seharusnya meningkat karena ditunjang oleh
penghapusan saraana dan prasarana ini ketersediaan sarana dan prasarana belajar
mengikuti peraturan perunda-ng-undangan yang memadai.
yang berlaku sesuai dengan syarat-syarat
penghapusan. D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang Hasil penelitian tentang Pelaksanaan
telah diuraikan di atas dapat diketahui Manajemen Sarana dan Prasarana
bahwa dari ketiga madrasah negeri model di Pendidikan pada Madrasah Negeri Model di
Kabupaten Banjar yang menjadi objek Kabupaten Banjar masih mengalami
penelitian, belum ada satupun yang kendala, hal ini dapat dilihat dari beberapa
menerapkan manajemen sarana dan indikator sebagai berikut:
prasarana pendidikan sesuai dengan teori 1. Pengadaan sarana dan prasarana
manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada Madrasah Negeri Model
pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, di Kabupaten Banjar masih belum
dapat diketahui bahwa semua objek terlaksana dengan baik dikarenakan
penelitian belum maksimal dalam pelaksa- terbatasnya dana dari pemerintah;
naan manajemen sarana dan prasarana 2. Pendistribusian sarana dan prasarana
pendidikan pada semua aspek, yaitu aspek pendidikan pada Madrasah Negeri Model
pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan di Kabupaten Banjar tidak mendapatkan
pemeliharaan, inventarisasi dan penghapus- kendala yang berarti dalam pelaksanaan-
an. Apapun alasan pelanggaran manajemen nya;
sarana dan prasarana pendidikan tersebut, 3. Penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena prasarana pendidikan pada Madrasah
sarana dan prasarana pendidikan merupakan Negeri Model di Kabupaten Banjar masih
elemen yang sangat penting dalam belum terlaksana dengan baik dikarena-
menunjang prestasi belajar siswa. Untuk kan terbatasnya dana dari pemerintah;
menunjang prestasi belajar siswa seperti 4. Inventarisasi sarana dan prasarana
yang diharapkan, sarana dan prasarana pendidikan pada Madrasah Negeri di
pendidikan memegang peranan yang sangat Kabupaten Banjar belum sesuai dengan
penting. Walaupun siswa dapat membaca ketentuan penatausahaan barang milik
buku dan mendengarkan penjelasan dari negara;
guru, hal ini belum cukup untuk 5. Penghapusan sarana dan prasarana
mengantarkan siswa mencapai prestasi pendidikan pada Madrasah Negeri Model
belajar yang optimal. Oleh karena itu, sangat di Kabupaten Banjar tidak sesuai dengan
penting bagi madrasah untuk menjaga sarana peraturan perundang-undangan yang
pendidikan agar selalu tersedia pada saat berlaku.
dibutuhkan dalam kegiatan belajar-
mengajar. Cara untuk memenuhinya adalah
dengan melaksanakan dengan baik
manajemen sarana dan prasarana pendidikan
yang terdiri dari pengadaan, pendistribusian,
penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi
dan penghapus-an. Kelima aspek ini harus
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Deny. Banjar Paling Tidak Wajar. Harian Banjarmasin Post Edisi Cetak, Kamis 22
Desember 2011.
Enco Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2006.
Ibrahim Bafadal. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2004.
Imran Siregar. Efektifitas Penyelanggaraan Madrasah Model: Studi tentang MAN 2 Model
Padangsidempuan. Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan. tth.
Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjar, Data Jumlah Madrasah Negeri di Kabupaten
Banjar, Tahun 2013.
Lexy J. Moeleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2010.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Jakarta: 2007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Bandung: Citra Umbara, 2005.
Robert C. Bogdan & Sari K. Biklen. Quality Research for Education: An Introduction to Theory
and Methods. Boston: Allyn and Bacon. 1982.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang Manajemen Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang. 2003.
Wahidmurni. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan, Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Malang: Universitas Negeri
Malang, UM PRESS. 2008.