Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

Oleh:

LUTFIANA DWI PRASTIWI


NIM. 211304022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Utama, 2020).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005 dalam Utama, 2020).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998 dalam Utama, 2020).

B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi. (Sholihah, 2019).

C. Klasifikasi
1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10 cm.
Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bias diperpanjang proksimal atau
distal.
Kekurangan : Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih
sering terjadi rupture uteri spontan.
b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan: Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik, Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali
untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, Perdarahan tidak
begitu banyak, Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan : Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak. Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal).
b. Sayatan melintang ( Transversal).
c. Sayatan huruf T ( T insicion ).

D. Indikasi dan Kontraindikasi


Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
(Dystasias). Seperti Fetal distress, His lemah / melemah, Janin dalam posisi sungsang
atau melintang, Bayi besar ( BBL 2 4,2 kg), Plasenta previa, Kalainan letak,
Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul),
Rupture uteri mengancam, Hydrocephalus, Primi muda atau tua, Partus dengan
komplikasi, Panggul sempit, Problema plasenta.

Sectio Caesarea tidak boleh dikerjakan (Kontraindikasi) bila ada keadaan berikut
ini:
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan
hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi
berbahaya yang tidak diperlukan.
2. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilias untuk caesarea
extraeritoneal tidak tersedia.
3. Kalau dokter bedah tidak berpengalaman, bila keadaannya tidak menguntungkan
bagi pembedahan atau bila tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

E. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

F. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan per1salinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea,
bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia
service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan
tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan
baikakan menimbulkan resiko infeksi.

G. Pathway
H. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan.

I. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat
setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan
dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap
tersedia dirumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk semua ibu meliputi :
1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokea.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesa yang adekuat.
5. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio Caesarea,
misalnya kondisi medis deperti diabetes.
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada koontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan
dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
9. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna
memastikan penyembuhn total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan
memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya. (Shoihah, 2019).
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawattan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
a. Identitas umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, sumber informasi, diterima dari, dan cara
dating.
b. Riwayat perawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan klien postpartum adalah nyeri seprti
ditusuk-tusuk, panas, perih, mules, dan sakit pada jahitan perineum .
2) Riwayat penyakit sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat trauma, ppenyebab, gejala timbul tiba-
tiiba/perlahan, lokasi, obat yang diiminum, dan cara penanggulangan. .
3) Riwayat penyakit keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita keluarga baik penyakit kronis,
keturunan, maupun menular.
4) Riwayat seksualitas/reproduksi
Kebanyakan klien enggann diajak untuk berhubungan dengan pasangan.
Frekuensi untuk melakukan hubungan juga berkurang, karena pasien
masih merasakan sakit pda area bekas operasi.
 Usia menarche, siklus haid, lama haid, haid terakhir.
 Masalah dalam mentruasi, apakah ibu pernah pap smear.
 Penggunankontrasepsi sebelumnya (IUD, suntik, implant, oral)
 Riwayat reproduksi
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian factor emosional, perilaku, dan social pada masa pascapartum
memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga
terhadap dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi, respons mereka
terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan perawattan pascapartum
dan faktor-faktor yang memengaruhi pengembanan tanggung jawabb menjadi
orang tua baru. Perawat juga mengkaji pengetaahuan dan kemampuan ibu
yang terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan
pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri dan gambaran dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tannda vital
Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari pasca
partum karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu
tubuh 38ºC mungkin disebabkan oleh dehidrasi atau karena awitan laktasi
dalam 2 sampaii 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas angka
ini pada 24 jam pertama dapat menandakann adanya infeksi.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama
kehamilam. Wanita pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostik
karena diuresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume
cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan
tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukkan
hipertensii akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejanng eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10
hari pascaparum. Nadi dan tekanan darah diukur setiap 4 sampai 8 jam,
kecuali jika ada penyimpangan dari nilai normal sehingga perlu diukur
lebih sering
2) Pernafasan
Klien post operasi Secticaesarea terjadi peningkatan pernafasan, lihat
adannya tarikan dinding dada, frekuensi pernapasan, irama nafas serta
kedalaman bernapas.
3) Kepala dan muka
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidaknya hiperpigmentasi pada
wajah ibu (cloasmagravidanum), amati warna dari keadaan rambut, kaji
kerontokan dan kebersiihan rambut, kaji pembengkakan pada muka.
4) Mata
Amati ada atau tidaknya peradangan pada kelopak mata, kesimetrisan
kanan dan kiri, amati keadaan konjungtiva (konjungtivitis atau anemis),
sclera (ikterik atau indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar),
pupil (isokor kanan dan kiri (normal), reflek pupil terhadap cahaya miosis
atau mengecil, ada atau tidaknya nyeri tekan atau peningkatan tekanan
intraokuler pada kedua bola mata.
5) Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat di tengah, kaji adanya masa abnormal
dalam hidung dan adanya skret, kaji adanya nyeri tekan pada hidung.
6) Telinga
Amati kesimetrisan, warna dengan daerah sekitar, ada atau tidaknya luka,
kebersihan telinga amati ada tidaknya serumen dan otitis media
7) Mulut
Amati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, sianosis atauu tidak, pembengkakan, lesi, amati adanya
stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, warna dan
kebersihan gigi.
8) Leher
Amati adanya luka, kesimetrisan dan masa abnormal, kaji adanya distensi
vena jugularis, dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
9) Paru-paru
Kesimetrisan bentuk/postur dada, gerakann nafas (frekuensi irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan/pengggunaan otot- otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan, kaji
pergerrakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus apakah normal
kanan dan kiri, perkusi (normalnya berbunyi sonor), kaji bunyi (normalnya
kanan dan kiri terdengar vesiikuler).
10) Cardiovaskuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta peningkatan
tekanan darah.
11) Payudara
Pengkajian payudara selama masa pascapartum meliputu inspeksi ukuran,
bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi apakah ada nyeri
tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama
pascapartum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali skresi
kolostrum yang banyak. Pada ibu menyusui, saat ASI mulai diproduksi,
payudara menjadi lebih besar, keras, dan hangat dan mungkin terasa
berbenjol-benjol atau bernodul. Wanita sering mengalami
ketidaknyamanandengan awitan awal laktasi. Pada wanita yang tidak
menyusui, perubahan ini kurang menonjol dan menghilang dalam
beberapa hari. Banyak wanita mengalami pembengkakan nyata seiring
dengan awitan menyusui. Payudara menjadi lebih besar dan teraba keras
dan tegang, dengan kulit tegang dan mengkilap serta terlihatnya
pembesaran vena berwarna biru. Payudara dapat terasa sangat nyeri dan
teraba panas saat disentuh.
12) Abdomen
Apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa, lingkar
abdomen, bising usus, tampak linea nigra attau alba, striae livida atau
albican, terdapat bekas luka operasi Sectiocaesarea. Mengkaji luka jahitan
post Sectiocaesarea yang meliputi kondisi luka (melintang atau membujur,
kering atau basah, adanya nanah atau tidak), dan mengkaji kondisi jahitan
(jahitan menutup atau tidak, terdapat tanda-tanda infeksi serta warna
kemerahan pada sekitar area jahitan luka post Sectiocaesarea atau tidak).
13) Ekstermitas bawah
Pengkajian pascapartum pada ekstermitas bawah meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises. Suhu dan pembengkakan
dirasakan dengan palpasi. Tanda-tanda tromboflebitis adalah bengkak
unilateral, kemerahan, panas, dan nyeri tekan, biasanya terjadi pada betis.
Trombosis pada vena femoralis menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada
bagiian distal pahha dan daerah popliteal. Tanda homan, muncunya nyeri
betis saat gerakan dorsofleksi
14) Genetalia
Melihat kebersihan dari genetalia pasien, adanya lesi atau nodul dan
mengkaji keadaan lochea. Lochea yang berbau menunjukkan tanda-tanda
resiiko infeksi.
e. Nutrisi
Ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari , pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup , mengonsumsi kapsul vitamin A 9200.000) unit, agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui asinya. Makanan bergizii
terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan buahh. Konsumsi sayur hijau seperti
bayam, sawi, kol dan sayur hijau lainnya menjadi sumber makanan bergizi.
Untuk lauk pauk dapat memilih daging ayamm, ikan, telur, dan sejenisnya.
f. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eliminasi. Pada klien post
SC biasanya 2-3 hari mengalami kesulitan buang air besar (konstipasi) hal ini
dikarenakan ketakutan akan rasa sakit pada daerah sekitar post operasi, takut
jahitan terbuka karena menngejan.
g. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darahh engkap,
hematokrit atau haemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah
persalinan. Karena banyaknya adaptasi fisiologis saat wanita kembali ke
keadaan sebelum hamil, nilai darah berubah setelah melahirkan. Dengan rata-
rata kehilangan darah 400-500 ml, penurunan 1g kadar haemoglobin atau 30%
nilai hemmatokrit masih dalam kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang
lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi, atau
anemia prenatal. Selama 10 hari pertama pascapartum, jumlah sel darah putih
dapat meningkat sampai 20.000/mm3 sebelum akhirnya kembali ke nilai
normal. Karena komponen selular lekosit iini mirip denngan komponen
selular selama infeksi, peningkatan ini dapat menutupi proses infeksi kecuali
jika jumlah sel darahh putih lebih tinggi dari jumlah fisiologis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
b. Nausea b.d efek agen farmakologis
c. Resiko Infeksi d.d adanya prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
Observasi: Observasi:
efektif b.d Penurunan keperawatan 3x24 jam
 Periksa sirkulasi perifer  Mengetahui keadaan umum
konsentrasi diharapkan perfusi perifer
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau pasien
meningkat bengkak pada ekstremitas  Mencegah terjadinya
hemoglobin
Kriteria hasil: Terapeutik kerusakan perifer
Definisi:
1. Warna kulit tidak pucat  Lakukan hidrasi Terapeutik
Penurunan sirkulasi Edukasi  Memperbaik sirkulasi
2. Tidak ada edema  Anjurkan untuk melakukan perawatan perifer
darah pada level
perifer kulit yang tepat Edukasi
kapiler yang dapat  Anjurkan program diet untuk  Mencegah infeksi
3. Lemas berkurang
mengganggu memperbaiki sirkulasi  Memperbaiki sirkulasi
4. CRT < 3 detik  Informasikan tanda dan gejala darurat  Mencegah komplikasi
metabolisme tubuh
5. Akral teraba hangat yang harus dilaporkan

6. Konjungtiva ananemis

2. Nausea b.d efek agen Setelah dilakukan Manajemen Mual Manajemen Mual
farmakologis tindakan keperawatan Observasi Observasi
 Identifikasi antiemetic untuk mencegah  Mengetahui cara mencegah
Definisi: 3x24 jam diharapkan mual (kecuali mual pada kehamilan) mual
Perasaan tidak tingkat nausea menurun.  Monitor mual (mis, frekuensi, durasi,  Untuk mengetahui
dan tingkat keparahan) karakteristik mual
nyaman pada bagian Kriteria hasil:
 Monitor asupan nutrisi dan kalori  Meningkatkan asupan
belakang tenggorok 1. Nafsu Makan kalori pasien
atau lambung yang meningkat Terapeutik: 1 Terapeutik:
dapat mengakibatkan 2. Keluhan mual  Berikan makanan dalam jumlah kecil  Meningkatkan asupan
dan menarik kalori pasien
muntah menurun  Berikan makanan hangat, cairan  Meningkatkan nafsu makan
3. Perasaan ingin muntah bening, tidak berbau dan tidak pasien
berwarna, jika perlu Edukasi
menurun
Edukasi  Mengurangi perasaan mual
4. Sensasi Panas  Anjurkan istirahat dan tidur yang  Mengurangi perasaan mual
menurun cukup  Meniningkatkan asupan
 Anjurkan sring membersihakn mulut, kalori
kecuali jika merangsang mual  Mengalihkan perasaan
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat mual
dan rendh lemak Kolaborasi
 Ajarkan penggunaan teknik  Menurunkan dorongan
nonfarmakologis untuk mengatasi mual mual.
(mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
perlu
3. Resiko Infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
adanya prosedur keperawatan 3x24 jam Observasi: Observasi:
 Monitor tanda gejala infeksi lokal dan  Menari tahu tanda gejala
invasif glukosa derajat infeksi sistemik infeksi
menurun. Terapeutik Terapeutik
Kriteria Hasil:  Batasi jumlah pengunjung  Mengurangi resiko infeksi
 Berikan perawatan kulit pada daerah  Menurunkan jumlah patogen
1. Nyeri menurun
edema padaluka
2. Kemerahan menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak  Menurunkan resiko infeksi
3. Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien  Mengurangi resikoinfeksi
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien Edukasi
berisiko tinggi  Meningkatkan pengetahuan
Edukasi tanda dan gejala infeksi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Meningkatkan asupan tubuh
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
Kolaborasi  Meningkatkan imun tubuh
 Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Sholihah, Devi Widia Ira Saputri (2019) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sc (Sectio
Caesarea) Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Siti Walidah Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. Tugas Akhir (D3) thesis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Utama, Rizqo Aditya (2020) Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Involusi Uterus Pada Ibu
Post Sectio Caesarea Di Rsia Restu Bunda Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Skripsi. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. R DENGAN
POST NATAL CARE (PNC) di RSUD Dr. SOEDONO

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Suami
Nama : Tn. H
Umur : 39 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : D3/IRT Pekerjaan : SMA/Pedagang
Alamat : Jln. Branjangan RT/RW 029/028 Gang 3B Kab. Madiun
No Reg : 6-83-39-55
Tgl MRS : 01 November 2021 / 23.00 WIB
Tgl Pengkajian : 02 November 2021 / 06.30 WIB
Diagnosa Medis: Post Partum dengan SC
2. Riwayat Keperawatan
Klien mengeluh badan terasa panas, mual dan lemas.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan bahwa pada trimester 1 tidak ada keluhan, trimester 2 tidak
ada keluhan dan pada trimester 3 ibu mengatakan sering merasa pusing.
4. Riwayat Persalinan Sekarang
Klien melahirkan pada tanggal 01/11/2021 pada pukul 22.15 dengan SC dan
anak berjenis kelamin laki-laki.
5. Riwayat Obstetri
Klien mengatakan bahwa ia pertama haid pada usia 13 Tahun dengan siklus 30
hari, klien mengatakan terkadang merasa nyeri saat hadi (Desminorea). HPHT
klien adalah 20/01/2021 dengan HPL adalah 27/10/2021. Status Obstetri P3A0 Post
partum.

6. Riwayat Pernikahan
Klien mengatakan bahwa ia sudah menikah 3 kali. Lama pernikahan dengan
suami pertama yaitu 9 bulan (meninggal) dan dikaruniai seorang anak laki-laki
yang saat ini sudah berusia 11 tahun. Lama pernikahan dengan suami kedua yaitu 3
tahun kemudian bercerai dan dikaruniai anak perempuan yang saat ini berusia 7
tahun. Lama pernikahan dengan suami ketiga yaitu 3 tahun hingga saat ini dan
dikaruniai anak laki-laki yang baru saja dilahirkan.
7. Riwayat KB
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menggunakan KB. Namun saat ini
klien mengatakan akan menggunakan KB suntik 3 bulan setelah melahirkan.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB yang lalu
Kehamilan Persalinan Keadaan
Hidup Mati

Penyebab
Penolong

No
Tindakan
Spontan
Penyulit

Operasi

Ket
Suami

Umur

Umur

Umur

Jenis
Jenis

1 1 38 mggTidak ada Ya Tidak adaTidak ada Bidan 11 th L - - - -


2 2 39 mggTidak ada Ya Tidak adaTidak ada Bidan 7 th P - - - -
3 3 39 mggPEB+KPP - SC SC Dokter 1 hari L - - - -

9. Riwayat Kesehatan Terdahulu


a. Penyakit masa kanak-kanak
Klien mengatakan dari kecil sudah mendapat imunisasi lengkap.
b. Penyakit Kronis
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sejak kecil.
c. Penyakit sebelumnya, Prosedur Operasi
Klien mengatakn tidak pernah menjalani operasi.
d. Infeksi Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seksual
e. Riwayat dan perawatan Anemia
Klien mengatakan tidak pernah terindikasi mengalami anemia.
f. Fungsi Vesika Urinaria dan Bowel
Klien mengatakan ketika hamil besar lebih sering untuk BAK menjadi 4-5 kali
sehari dan mengalami kesulitan BAB.
g. Merokok
Klien mengatakan bahwa ia tidak merokok.
h. Kontak dengan hewan Peliharaan
Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki hewan peliharaan.
i. Alergi dan Sensitivitas Obat
Klien tidak memiliki alergi atau sensitivitas terhadap obat yang diberikan.
j. Pekerjaan yang berhubungan dengan penyakit
Klien mengatakan bahwa ia tidak bekerja dan hanya mengurus rumah tangga.
k. Riwayat Kesehatan Pasangan
Klien mengatakan bahwa suaminya yang sekarang tidak memiliki penyakit
menular seksual atau penyakit kronis. Sesekali suaminya merokok namun tidak
minum alkohol.
10. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa ia tinggal dilingkungan yang tidak padat penduduk,
bersih dan jauh dari keramaian.
11. Pemeriksaan Fisik
Klien datang ke Ruangan dengan kesadaran Composmentis (GCS 15).
Pengukuran Tanda-tanda vital sebagai berikut:
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36 oC
RR : 20 x/menit
BB : 65 Kg
TB : 161 cm
12. Pemeriksaan Per-sistem
a. Sistem Reproduksi
Payudara
Kesimetrisan : Payudara simetris kanan dan kiri
Kebersihan : Payudara tampak bersih
Warna : Tidak ada hiperpigmentasi di area aerola
Bentuk papilla mamae : Menonjol
Kolostrum : Keluar
Kondisi putting : Baik, tidak ada luka dan benjolan

Abdomen
Inspeksi :
Simetris/tidak simetris : Abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran
Striae gravidarum : Tidak ada
Luka bekas operasi (SC) : Ada

Genetalia :
Inspeksi :
Rambut pubis : Rambut pubis tampak pendek dan bersih
Kebersihan : Vagina tampak bersih dan tidak ada keputihan
Odema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran (darah, cairan, lendir) : Tampak keluar darah merah dari vagina
Adakah tanda-tanda infeksi (REEDA) : Tidak ada
Palpasi : Tidak ada benjolan di area vagina
Lokhea : Tampak merah cerah dengan volume sedang

b. Sistem Pernafasan
Pernapasan 20 x/menit, ekspansi paru simetris, tidak ada suara napas tambahan. Pasien
mengatakan tidak merasa sesak napas.
Hidung
Inspeksi:
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada polip, mukosa hidung
lembab.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat
Leher
Inspeksi : Warna : Tidak ada memar
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan posisi
trakea simetris.
Faring
Inspeksi :
Tidak ada kemerahan, tidak ada oedem
Area dada
Inspeksi:
Pola napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, pergerakan dinding dada
simetris, waktu inspirasi ekspirasi 1:2
Palpasi:
Tida ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada dinding thorax, tidak ada bengkak
Auskultasi :
Suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan

c. Cardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa: Pasien mengatakan tidak ada nyeri dada, sesak, namun merasa lemas.
Wajah
Inspeksi : Tampak pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada
I : Iktus cordis tampak pada ICS 6 Sinistra
P : Batas-batas jantung berada di luar batas normal
P : Iktus cordis terasa pada ICS 6 Sinistra
A: Katup jantung terdengar jelas dalam batas normal (Lup-dup)
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : Tidak ada sianosis, tidak ada edema
Palpasi : CRT > 3 detik, suhu akral dingin
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Tidak ada sianosis
Palpasi : Tidak ada pitting edema
Genetalia eksterna
Inspeksi : Tidak ada Chadwick

d. Persyarafan
Reflek tendon : baik
Reflek patella : baik

e. Perkemihan-Eliminasi Urin
Anamnesa
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. Pasien mengatakan BAK hanya 4-5
x/hari.
Genetalia eksterna
Inspeksi : Tidak ada odema, ada kemerahan,
Pengeluaran per vagina (cairan): perdarahan dari vagina.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan terdapat nyeri tekan diarea jahitan luka

f. Sistem Pencernaan-Eliminasi Feses


Anamnesa
Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan hanya menghabiskan setengah porsi
makan. Pasien mengatakan belum BAB sejak 2 hari yang lalu.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, tidak ada lesi/luka, tidak ada karies gigi dan gigi tampak
bersih, gusi tidak berdarah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut dan massa
g. Sistem Mueskoloskeletal & Integumen
Anamnese : Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan pada bagian punggung, tangan
dan kaki.
Postur : Postur tubuh pasien normal
h. Sisten Endokrin
Anamnesa :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti penyakit gondok ataupun pembengkakan
kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Inspeksi: Rambut tampak tebal, merata dan tidak ada kerontokan
Leher :
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan

i. Persepsi Sensori
1) Pendengaran
Anamnesa : Pasien mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan pada telinga, keluhan
penurunan pendengaran dan tidak memakai alat bantu dengar
Inspeksi
Warna telinga : Normal
Ukuran telinga : Normal
Kesimetrisan telinga : Simetris kanan dan kiri
Serumen yang dikeluarkan telinga : Tidak berlebihan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada mastoid
Tidak ada oedem
2) Penglihatan
Anamnesa : Pasien mengatakan tidak ada nyeri di mata. Pasien tidak mengalami
penurunan tajam penglihatan. Pasien mengatakan mata tidak pernah berkunang-
kunang, kabur, penglihatan ganda, mata berair, dan gatal.
Inspeksi
Kesimetrisan mata : Simetris kanan dan kiri
Bentuk mata : Normal
Oedem palpebra, Lesi Papelbra : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis
Sklera (warna) : Tidak ikterik
Gerakan bola mata : Normal

13. Konsep Diri


2. Citra Tubuh :
Pasien mengatakan bahwa ia tidak merasa ada yang berubah meskipun telah melahirkan.
3. Ideal Diri :
Pasien mengatakan ia sudah berperilaku sesuai dengan yang seharusnya ia lakukan.
4. Harga Diri :
Pasien merasa senang dengan kehadiran anak ketiganya saat ini.
5. Peran Diri :
Pasien mengatakan ia merasa sangat senang karena diberikan karunia berupa anak lagi.
6. Identitas Diri :
Pasien mengatakan ia sadar akan perannya sebagai seorang ibu

14. Persepsi Tata Laksana Hidup Sehat


1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat :
Pasien mengatakan selama hamil ia menjaga pola makannya dengan makan-makanan
yang sehat seperti buah dan sayur-sayuran. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia
minum susu untuk ibu hamil agar anaknya bisa tumbuh dengan sehat.
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan:
Pasien mengatakan ia selalu memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan.
3. Kebiasaan sehari-hari :
Pasien mengatakan mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali, sikat gigi 2x/hari, memotong
kuku seminggu sekali
15. Nilai dan Kepercayaan Spiritual
Pasien mengatakan beragama Islam, sholat 5 waktu, puasa dan melakukan kewajiban-
kewajiban yang lain sebagai seorang muslim.
16. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan lebih banyak diam ketika ada yang mengganggu pikirannya.
17. Hubungan Peran
Pasien mengatakan ia berbagi peran dengan suami untuk mengasuh anaknya.
18. Istirahat Tidur
Klien mengatakan bahwa ia tidur pada malam hari pada pukul 23.00 dan
terbangun pada pukul 05.00. Pada siang hari, klien mengatakan bahwa terkadang
tidur pada pukul 11.00 sekitar 1-2 jam.
19. Psikososial
Klien mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan saudara, mantan
suami dan suaminya yang sekarang serta petugas medis yang memberikan
perawatan.
20. Terapi Medis
RL IUFD 1000/24 jam
Oxytosin 4 amp inj
Tramadol 3x1 amp inj
Ondancentron 3x1 amp inj

21. Pemeriksaan Penunjang


 Hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Acuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7 g/dl 13,4 - 17,7
Hitung leukosit 8,99 103/ul 4,3 - 10,3
Trombosit 268 10 /ul
3
142 - 424
Hematocrit 32,1 % 40 - 47
Hitung eritrosit 3,74 10 /ul
6
4,0 - 5,5
MCV 85,9 fL 80 - 93
MCH 28,5 Pg 27 - 31
MCHC 33,2 g/dl 32 - 36
Eosinofil 1,0 % 0-3
Basofil 0,8 % 0-1
Neutrofil 74,8 % 50 - 62
Limfosit 18,9 % 25 - 40
Monosit 4,4 % 3-7
NLR (Neutrofil Limfosit 4,0
Rasio)
ALC (Absolut Limfosit 1699
Count)
KIMIA KLINIK
Albumin 3,07 g/dl 3,8 – 5,0
SGOT 16 U/L 8 – 31
SGPT 19 U/L 6 - 40
BUN 8,5 Mg/dl 10 - 20
Creatinin 0,64 Mg/dl 0,6 - 1,1
GDS 237 Mg/dl < 140
Natrium darah 133 Mmol/l 136 - 145
Kalium darah 3,94 Mmol/l 3,5 - 5,1
Chloride Darah 107 Mmol/l 97 - 111
URINALISIS
Urine lengkap
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
PH 6,0 4,6 – 8,0
Protein Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
FAAL KOAGULASI
PPT:
Pasien 11,0 Detik Beda dengan
kontrol <2
detik
Kontrol 11,9 Detik
INR 1,02
APPT:
Pasien 27,3 Detik Beda dengan
kontrol <7
detik
Kontrol 27,60 Detik
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
B. ANALISA DATA & DIAGNOSA
Nama Pasien : Ny. R
No RM : 6-83-39-55
Dx. Medis : Post partum dengan SC
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
02/11/21 DS: Penurunan Perfusi perifer
 Pasien mengatakan badannya terasa konsentrasi tidak efektif
lemas hemoglobin

DO:
 Konjungtiva anemis
 Mukosa bibir pucat
 CRT >3 detik
 Akral teraba dingin
 HB : 10,7 g/dl

02/11/21 DS: Efek agen Nausea


 Pasien mengatakan mual namun tidak farmakologis
muntah
 Pasien mengatakan nafsu makan
menurun dan hanya menghabiskan
setengah porsi makan
DO:
 Pasien dilakukan operasi SC tadi
malam
 Pasien tampak pucat dan tidak nafsu
makan
 Porsi makan hanya habis setengah

02/11/21 DS: - Ditandai dengan Risiko infeksi


DO: adanya prosedur
 Adanya perdarahan, kemerahan pada invasif
area luka SC dan sensasi panas pada
tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Nausea b.d efek agen farmakologis
3. Risiko infeksi ditandai dengan adanya prosedur invasif
D. INTERVENSI
No Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
efektif b.d Penurunan keperawatan 3x24 jam Observasi: Observasi:
konsentrasi hemoglobin diharapkan perfusi perifer  Periksa sirkulasi perifer  Mengetahui keadaan umum
Definisi: meningkat  Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau pasien
Penurunan sirkulasi Kriteria hasil: bengkak pada ekstremitas  Mencegah terjadinya
darah pada level kapiler 1. Warna kulit tidak pucat Terapeutik kerusakan perifer
yang dapat mengganggu 2. Tidak ada edema perifer Terapeutik
 Lakukan hidrasi
metabolisme tubuh 3. Lemas berkurang Edukasi  Memperbaik sirkulasi perifer
4. CRT < 3 detik  Anjurkan untuk melakukan perawatan Edukasi
5. Akral teraba hangat kulit yang tepat  Mencegah infeksi
6. Konjungtiva ananemis  Anjurkan program diet untuk memperbaiki  Memperbaiki sirkulasi
sirkulasi  Mencegah komplikasi
 Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
2. Nausea b.d efek agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual Manajemen Mual
farmakologis keperawatan 3x24 jam Observasi Observasi
Definisi: diharapkan tingkat nausea  Identifikasi antiemetic untuk mencegah  Mengetahui cara mencegah
Perasaan tidak nyaman menurun. mual (kecuali mual pada kehamilan) mual
pada bagian belakang Kriteria hasil:  Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan  Untuk mengetahui
tenggorok atau lambung 5. Nafsu Makan meningkat tingkat keparahan) karakteristik mual
yang dapat 6. Keluhan mual menurun
 Monitor asupan nutrisi dan kalori  Meningkatkan asupan kalori
mengakibatkan muntah 7. Perasaan ingin muntah
Terapeutik: pasien
menurun
 Berikan makanan dalam jumlah kecil dan Terapeutik:
8. Sensasi Panas menurun
menarik  Meningkatkan asupan kalori
 Berikan makanan hangat, cairan bening, pasien
tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu  Meningkatkan nafsu makan
Edukasi pasien
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup Edukasi
 Anjurkan sring membersihakn mulut,  Mengurangi perasaan mual
kecuali jika merangsang mual  Mengurangi perasaan mual
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan  Meniningkatkan asupan kalori
rendh lemak  Mengalihkan perasaan mual
 Ajarkan penggunaan teknik Kolaborasi
nonfarmakologis untuk mengatasi mual  Menurunkan dorongan mual.
(mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
perlu
3. Resiko Infeksi d.d
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
adanya prosedur invasif keperawatan 3x24 jam Observasi: Observasi:
Definisi: glukosa derajat infeksi  Monitor tanda gejala infeksi lokal dan  Menari tahu tanda gejala
Berisiko mengalami menurun. sistemik infeksi
peningkatan terserang Kriteria Hasil: Terapeutik Terapeutik
organisme patogenik. 4. Nyeri menurun  Batasi jumlah pengunjung  Mengurangi resiko infeksi
5. Kemerahan menurun
 Berikan perawatan kulit pada daerah  Menurunkan jumlah patogen
6. Bengkak menurun
edema padaluka
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak  Menurunkan resiko infeksi
dengan pasien dan lingkungan pasien  Mengurangi resikoinfeksi
 Pertahankan teknik aseptik pada pasien Edukasi
berisiko tinggi  Meningkatkan pengetahuan
Edukasi tanda dan gejala infeksi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Meningkatkan asupan tubuh
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
Kolaborasi  Meningkatkan imun tubuh
 Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
E. IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. R
No RM : 6-83-39-55
Dx. Medis : Post partum dengan SC
NO Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi/Respon Klien TTD
1 Perfusi perifer 02 November  Periksa sirkulasi perifer  Pasien mengatakan sudah
tidak efektif b.d 2021  Monitor panas, kemerahan, nyeri, memahami tanda dan gejala
Penurunan 07.00 WIB atau bengkak pada ekstremitas darurat yang harus dilaporkan
konsentrasi  Pasien mengatakan masih
 Lakukan hidrasi
hemoglobin mengatakan panas
 Anjurkan untuk melakukan
perawatan kulit yang tepat
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
 Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
2 Nausea b.d efek 02 November  Identifikasi antiemetic untuk  Pasien mengatakan mual sering
agen farmakologis 2021 mencegah mual (kecuali mual muncul
07.30 WIB pada kehamilan)  Pasien mampu makan sering
 Monitor mual (mis, frekuensi, dalam jumlah kecil
durasi, dan tingkat keparahan)  Pasien mengatakan istirahat
 Monitor asupan nutrisi dan kalori tidurnya cukup
 Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
 Berikan makanan hangat, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
 Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
 Anjurkan sring membersihakn
mulut, kecuali jika merangsang
mual
 Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendh lemak
 Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi
mual (mis. Biofeedback,
hypnosis, relaksasi, terapi music,
akupresur)
 Kolaborasi pemberian antiemetic,
jika perlu
3 Resiko Infeksi d.d 02 November  Monitor tanda gejala infeksi lokal  Pasien mengatakan sudah
adanya prosedur 2021 dan sistemik memahmi tanda dan gejala
invasif 08.00 WIB  Batasi jumlah pengunjung terjadinya infeksi
 Berikan perawatan kulit pada  Pasien mengatakan mau
daerah edema meningkatkan asupan cairan.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
 Kolaborasi pemberian imunisasi,
Jika perl
F. EVALUASI
Nama Pasien : Ny. R
No RM : 6-83-39-55
Dx. Medis : Post partum dengan SC
NO TGL/JAM DIAGNOSA PERKEMBANGAN (SOAPIER)
1 3 November 2021 Perfusi perifer tidak S:
08.00 WIB efektif b.d penurunan  Pasien mengatakan badannya terasa lemas
konsentrasi O:
hemoglobin  Konjungtiva tampak merah muda
 Mukosa bibir pucat,
 CRT 3 detik
A:
Masalah perfusi perifer tidak efektif belum teratasi
P:
 Periksa sirkulasi perifer
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
 Lakukan hidrasi
 Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat
 Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
I:
 Memeriksa sirkulasi perifer
 Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
 Melakukan hidrasi
 Menganjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat
 Menganjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
E:
 Pasien mengatakan sudah memahami tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan
 Pasien mengatakan masih mengatakan panas
R:
 Intervensi dilanjutkan dan tidak ada perubahan
2 3 November 2021 Nausea b.d efek agen S:
08.30 WIB farmakologis  Pasien mengatakan mual namun tidak muntah
 Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan hanya menyisakan
seperempat porsi makanan.
O:
 Pasien Post SC Hari ke-2
 Pasien tampak lebih segar
 Porsi makan tampak menyisakan seperempat porsi
A:
Masalah nausea belum teratasi
P:
1) Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
2) Monitor asupan nutrisi dan kalori
3) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4) Berikan makanan hangat, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
5) Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
I:
1) Memonitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
2) Memonitor asupan nutrisi dan kalori
3) Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4) Memberikan makanan hangat, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
5) Mengolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
E:
 Pasien mengatakan mual sering muncul
 Pasien mampu makan sering dalam jumlah kecil
 Pasien mengatakan istirahat tidurnya cukup
R:
Intervensi dilanjutkan dan tidak ada perubahan
3 3 November 2021 Risiko infeksi ditandai S: -
09.00 WIB dengan adanya O:
perdarahan  Perdarahan minimal,
 Kemerahan pada area luka SC dan sensai panas pada tubuh
A:
Masalah risiko infeksi tidak terjadi
P:
1) Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Berikan perawatan kulit pada daerah edema
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
I:
1) Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Berikan perawatan kulit pada daerah edema
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

E:
 Pasien mengatakan sudah memahmi tanda dan gejala terjadinya infeksi
 Pasien mengatakan mau meningkatkan asupan cairan.
R:
 Tetap lanjutkan intervensi secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai