SECTIO CAESAREA
Oleh:
A. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Utama, 2020).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005 dalam Utama, 2020).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998 dalam Utama, 2020).
B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi. (Sholihah, 2019).
C. Klasifikasi
1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10 cm.
Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan bias diperpanjang proksimal atau
distal.
Kekurangan : Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih
sering terjadi rupture uteri spontan.
b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan: Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik, Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali
untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, Perdarahan tidak
begitu banyak, Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Kekurangan : Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak. Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
c. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
2. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal).
b. Sayatan melintang ( Transversal).
c. Sayatan huruf T ( T insicion ).
Sectio Caesarea tidak boleh dikerjakan (Kontraindikasi) bila ada keadaan berikut
ini:
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan
hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi
berbahaya yang tidak diperlukan.
2. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilias untuk caesarea
extraeritoneal tidak tersedia.
3. Kalau dokter bedah tidak berpengalaman, bila keadaannya tidak menguntungkan
bagi pembedahan atau bila tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.
E. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
F. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan per1salinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea,
bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia
service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan
tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi.
Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan
baikakan menimbulkan resiko infeksi.
G. Pathway
H. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan.
I. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat
setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan
dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap
tersedia dirumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk semua ibu meliputi :
1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokea.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesa yang adekuat.
5. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio Caesarea,
misalnya kondisi medis deperti diabetes.
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada koontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan
dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
9. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna
memastikan penyembuhn total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan
memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya. (Shoihah, 2019).
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawattan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
a. Identitas umum
Identitas umum meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, alamat,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, sumber informasi, diterima dari, dan cara
dating.
b. Riwayat perawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan klien postpartum adalah nyeri seprti
ditusuk-tusuk, panas, perih, mules, dan sakit pada jahitan perineum .
2) Riwayat penyakit sekarang
Kapan timbul masalah, riwayat trauma, ppenyebab, gejala timbul tiba-
tiiba/perlahan, lokasi, obat yang diiminum, dan cara penanggulangan. .
3) Riwayat penyakit keluarga
Meliputi penyakit yang pernah diderita keluarga baik penyakit kronis,
keturunan, maupun menular.
4) Riwayat seksualitas/reproduksi
Kebanyakan klien enggann diajak untuk berhubungan dengan pasangan.
Frekuensi untuk melakukan hubungan juga berkurang, karena pasien
masih merasakan sakit pda area bekas operasi.
Usia menarche, siklus haid, lama haid, haid terakhir.
Masalah dalam mentruasi, apakah ibu pernah pap smear.
Penggunankontrasepsi sebelumnya (IUD, suntik, implant, oral)
Riwayat reproduksi
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian factor emosional, perilaku, dan social pada masa pascapartum
memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga
terhadap dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi, respons mereka
terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan perawattan pascapartum
dan faktor-faktor yang memengaruhi pengembanan tanggung jawabb menjadi
orang tua baru. Perawat juga mengkaji pengetaahuan dan kemampuan ibu
yang terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan
pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri dan gambaran dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tannda vital
Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari pasca
partum karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu
tubuh 38ºC mungkin disebabkan oleh dehidrasi atau karena awitan laktasi
dalam 2 sampaii 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas angka
ini pada 24 jam pertama dapat menandakann adanya infeksi.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama
kehamilam. Wanita pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostik
karena diuresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume
cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan
tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukkan
hipertensii akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejanng eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10
hari pascaparum. Nadi dan tekanan darah diukur setiap 4 sampai 8 jam,
kecuali jika ada penyimpangan dari nilai normal sehingga perlu diukur
lebih sering
2) Pernafasan
Klien post operasi Secticaesarea terjadi peningkatan pernafasan, lihat
adannya tarikan dinding dada, frekuensi pernapasan, irama nafas serta
kedalaman bernapas.
3) Kepala dan muka
Amati kesimetrisan muka, amati ada atau tidaknya hiperpigmentasi pada
wajah ibu (cloasmagravidanum), amati warna dari keadaan rambut, kaji
kerontokan dan kebersiihan rambut, kaji pembengkakan pada muka.
4) Mata
Amati ada atau tidaknya peradangan pada kelopak mata, kesimetrisan
kanan dan kiri, amati keadaan konjungtiva (konjungtivitis atau anemis),
sclera (ikterik atau indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar),
pupil (isokor kanan dan kiri (normal), reflek pupil terhadap cahaya miosis
atau mengecil, ada atau tidaknya nyeri tekan atau peningkatan tekanan
intraokuler pada kedua bola mata.
5) Hidung
Amati keadaan septum apakah tepat di tengah, kaji adanya masa abnormal
dalam hidung dan adanya skret, kaji adanya nyeri tekan pada hidung.
6) Telinga
Amati kesimetrisan, warna dengan daerah sekitar, ada atau tidaknya luka,
kebersihan telinga amati ada tidaknya serumen dan otitis media
7) Mulut
Amati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna,
kesimetrisan, sianosis atauu tidak, pembengkakan, lesi, amati adanya
stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, warna dan
kebersihan gigi.
8) Leher
Amati adanya luka, kesimetrisan dan masa abnormal, kaji adanya distensi
vena jugularis, dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
9) Paru-paru
Kesimetrisan bentuk/postur dada, gerakann nafas (frekuensi irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan/pengggunaan otot- otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/penonjolan, kaji
pergerrakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus apakah normal
kanan dan kiri, perkusi (normalnya berbunyi sonor), kaji bunyi (normalnya
kanan dan kiri terdengar vesiikuler).
10) Cardiovaskuler
Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta peningkatan
tekanan darah.
11) Payudara
Pengkajian payudara selama masa pascapartum meliputu inspeksi ukuran,
bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi apakah ada nyeri
tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama
pascapartum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali skresi
kolostrum yang banyak. Pada ibu menyusui, saat ASI mulai diproduksi,
payudara menjadi lebih besar, keras, dan hangat dan mungkin terasa
berbenjol-benjol atau bernodul. Wanita sering mengalami
ketidaknyamanandengan awitan awal laktasi. Pada wanita yang tidak
menyusui, perubahan ini kurang menonjol dan menghilang dalam
beberapa hari. Banyak wanita mengalami pembengkakan nyata seiring
dengan awitan menyusui. Payudara menjadi lebih besar dan teraba keras
dan tegang, dengan kulit tegang dan mengkilap serta terlihatnya
pembesaran vena berwarna biru. Payudara dapat terasa sangat nyeri dan
teraba panas saat disentuh.
12) Abdomen
Apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa, lingkar
abdomen, bising usus, tampak linea nigra attau alba, striae livida atau
albican, terdapat bekas luka operasi Sectiocaesarea. Mengkaji luka jahitan
post Sectiocaesarea yang meliputi kondisi luka (melintang atau membujur,
kering atau basah, adanya nanah atau tidak), dan mengkaji kondisi jahitan
(jahitan menutup atau tidak, terdapat tanda-tanda infeksi serta warna
kemerahan pada sekitar area jahitan luka post Sectiocaesarea atau tidak).
13) Ekstermitas bawah
Pengkajian pascapartum pada ekstermitas bawah meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises. Suhu dan pembengkakan
dirasakan dengan palpasi. Tanda-tanda tromboflebitis adalah bengkak
unilateral, kemerahan, panas, dan nyeri tekan, biasanya terjadi pada betis.
Trombosis pada vena femoralis menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada
bagiian distal pahha dan daerah popliteal. Tanda homan, muncunya nyeri
betis saat gerakan dorsofleksi
14) Genetalia
Melihat kebersihan dari genetalia pasien, adanya lesi atau nodul dan
mengkaji keadaan lochea. Lochea yang berbau menunjukkan tanda-tanda
resiiko infeksi.
e. Nutrisi
Ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari , pil
zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup , mengonsumsi kapsul vitamin A 9200.000) unit, agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui asinya. Makanan bergizii
terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan buahh. Konsumsi sayur hijau seperti
bayam, sawi, kol dan sayur hijau lainnya menjadi sumber makanan bergizi.
Untuk lauk pauk dapat memilih daging ayamm, ikan, telur, dan sejenisnya.
f. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eliminasi. Pada klien post
SC biasanya 2-3 hari mengalami kesulitan buang air besar (konstipasi) hal ini
dikarenakan ketakutan akan rasa sakit pada daerah sekitar post operasi, takut
jahitan terbuka karena menngejan.
g. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darahh engkap,
hematokrit atau haemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah
persalinan. Karena banyaknya adaptasi fisiologis saat wanita kembali ke
keadaan sebelum hamil, nilai darah berubah setelah melahirkan. Dengan rata-
rata kehilangan darah 400-500 ml, penurunan 1g kadar haemoglobin atau 30%
nilai hemmatokrit masih dalam kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang
lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi, atau
anemia prenatal. Selama 10 hari pertama pascapartum, jumlah sel darah putih
dapat meningkat sampai 20.000/mm3 sebelum akhirnya kembali ke nilai
normal. Karena komponen selular lekosit iini mirip denngan komponen
selular selama infeksi, peningkatan ini dapat menutupi proses infeksi kecuali
jika jumlah sel darahh putih lebih tinggi dari jumlah fisiologis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
b. Nausea b.d efek agen farmakologis
c. Resiko Infeksi d.d adanya prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
Observasi: Observasi:
efektif b.d Penurunan keperawatan 3x24 jam
Periksa sirkulasi perifer Mengetahui keadaan umum
konsentrasi diharapkan perfusi perifer
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau pasien
meningkat bengkak pada ekstremitas Mencegah terjadinya
hemoglobin
Kriteria hasil: Terapeutik kerusakan perifer
Definisi:
1. Warna kulit tidak pucat Lakukan hidrasi Terapeutik
Penurunan sirkulasi Edukasi Memperbaik sirkulasi
2. Tidak ada edema Anjurkan untuk melakukan perawatan perifer
darah pada level
perifer kulit yang tepat Edukasi
kapiler yang dapat Anjurkan program diet untuk Mencegah infeksi
3. Lemas berkurang
mengganggu memperbaiki sirkulasi Memperbaiki sirkulasi
4. CRT < 3 detik Informasikan tanda dan gejala darurat Mencegah komplikasi
metabolisme tubuh
5. Akral teraba hangat yang harus dilaporkan
6. Konjungtiva ananemis
2. Nausea b.d efek agen Setelah dilakukan Manajemen Mual Manajemen Mual
farmakologis tindakan keperawatan Observasi Observasi
Identifikasi antiemetic untuk mencegah Mengetahui cara mencegah
Definisi: 3x24 jam diharapkan mual (kecuali mual pada kehamilan) mual
Perasaan tidak tingkat nausea menurun. Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, Untuk mengetahui
dan tingkat keparahan) karakteristik mual
nyaman pada bagian Kriteria hasil:
Monitor asupan nutrisi dan kalori Meningkatkan asupan
belakang tenggorok 1. Nafsu Makan kalori pasien
atau lambung yang meningkat Terapeutik: 1 Terapeutik:
dapat mengakibatkan 2. Keluhan mual Berikan makanan dalam jumlah kecil Meningkatkan asupan
dan menarik kalori pasien
muntah menurun Berikan makanan hangat, cairan Meningkatkan nafsu makan
3. Perasaan ingin muntah bening, tidak berbau dan tidak pasien
berwarna, jika perlu Edukasi
menurun
Edukasi Mengurangi perasaan mual
4. Sensasi Panas Anjurkan istirahat dan tidur yang Mengurangi perasaan mual
menurun cukup Meniningkatkan asupan
Anjurkan sring membersihakn mulut, kalori
kecuali jika merangsang mual Mengalihkan perasaan
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat mual
dan rendh lemak Kolaborasi
Ajarkan penggunaan teknik Menurunkan dorongan
nonfarmakologis untuk mengatasi mual mual.
(mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
perlu
3. Resiko Infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
adanya prosedur keperawatan 3x24 jam Observasi: Observasi:
Monitor tanda gejala infeksi lokal dan Menari tahu tanda gejala
invasif glukosa derajat infeksi sistemik infeksi
menurun. Terapeutik Terapeutik
Kriteria Hasil: Batasi jumlah pengunjung Mengurangi resiko infeksi
Berikan perawatan kulit pada daerah Menurunkan jumlah patogen
1. Nyeri menurun
edema padaluka
2. Kemerahan menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak Menurunkan resiko infeksi
3. Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien Mengurangi resikoinfeksi
Pertahankan teknik aseptik pada pasien Edukasi
berisiko tinggi Meningkatkan pengetahuan
Edukasi tanda dan gejala infeksi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi Meningkatkan asupan tubuh
Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
Kolaborasi Meningkatkan imun tubuh
Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Sholihah, Devi Widia Ira Saputri (2019) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Sc (Sectio
Caesarea) Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Siti Walidah Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. Tugas Akhir (D3) thesis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Utama, Rizqo Aditya (2020) Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Involusi Uterus Pada Ibu
Post Sectio Caesarea Di Rsia Restu Bunda Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Skripsi. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. R DENGAN
POST NATAL CARE (PNC) di RSUD Dr. SOEDONO
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Suami
Nama : Tn. H
Umur : 39 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : D3/IRT Pekerjaan : SMA/Pedagang
Alamat : Jln. Branjangan RT/RW 029/028 Gang 3B Kab. Madiun
No Reg : 6-83-39-55
Tgl MRS : 01 November 2021 / 23.00 WIB
Tgl Pengkajian : 02 November 2021 / 06.30 WIB
Diagnosa Medis: Post Partum dengan SC
2. Riwayat Keperawatan
Klien mengeluh badan terasa panas, mual dan lemas.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan bahwa pada trimester 1 tidak ada keluhan, trimester 2 tidak
ada keluhan dan pada trimester 3 ibu mengatakan sering merasa pusing.
4. Riwayat Persalinan Sekarang
Klien melahirkan pada tanggal 01/11/2021 pada pukul 22.15 dengan SC dan
anak berjenis kelamin laki-laki.
5. Riwayat Obstetri
Klien mengatakan bahwa ia pertama haid pada usia 13 Tahun dengan siklus 30
hari, klien mengatakan terkadang merasa nyeri saat hadi (Desminorea). HPHT
klien adalah 20/01/2021 dengan HPL adalah 27/10/2021. Status Obstetri P3A0 Post
partum.
6. Riwayat Pernikahan
Klien mengatakan bahwa ia sudah menikah 3 kali. Lama pernikahan dengan
suami pertama yaitu 9 bulan (meninggal) dan dikaruniai seorang anak laki-laki
yang saat ini sudah berusia 11 tahun. Lama pernikahan dengan suami kedua yaitu 3
tahun kemudian bercerai dan dikaruniai anak perempuan yang saat ini berusia 7
tahun. Lama pernikahan dengan suami ketiga yaitu 3 tahun hingga saat ini dan
dikaruniai anak laki-laki yang baru saja dilahirkan.
7. Riwayat KB
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menggunakan KB. Namun saat ini
klien mengatakan akan menggunakan KB suntik 3 bulan setelah melahirkan.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB yang lalu
Kehamilan Persalinan Keadaan
Hidup Mati
Penyebab
Penolong
No
Tindakan
Spontan
Penyulit
Operasi
Ket
Suami
Umur
Umur
Umur
Jenis
Jenis
Abdomen
Inspeksi :
Simetris/tidak simetris : Abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran
Striae gravidarum : Tidak ada
Luka bekas operasi (SC) : Ada
Genetalia :
Inspeksi :
Rambut pubis : Rambut pubis tampak pendek dan bersih
Kebersihan : Vagina tampak bersih dan tidak ada keputihan
Odema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran (darah, cairan, lendir) : Tampak keluar darah merah dari vagina
Adakah tanda-tanda infeksi (REEDA) : Tidak ada
Palpasi : Tidak ada benjolan di area vagina
Lokhea : Tampak merah cerah dengan volume sedang
b. Sistem Pernafasan
Pernapasan 20 x/menit, ekspansi paru simetris, tidak ada suara napas tambahan. Pasien
mengatakan tidak merasa sesak napas.
Hidung
Inspeksi:
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada polip, mukosa hidung
lembab.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat
Leher
Inspeksi : Warna : Tidak ada memar
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan posisi
trakea simetris.
Faring
Inspeksi :
Tidak ada kemerahan, tidak ada oedem
Area dada
Inspeksi:
Pola napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, pergerakan dinding dada
simetris, waktu inspirasi ekspirasi 1:2
Palpasi:
Tida ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada dinding thorax, tidak ada bengkak
Auskultasi :
Suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan
d. Persyarafan
Reflek tendon : baik
Reflek patella : baik
e. Perkemihan-Eliminasi Urin
Anamnesa
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. Pasien mengatakan BAK hanya 4-5
x/hari.
Genetalia eksterna
Inspeksi : Tidak ada odema, ada kemerahan,
Pengeluaran per vagina (cairan): perdarahan dari vagina.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan terdapat nyeri tekan diarea jahitan luka
i. Persepsi Sensori
1) Pendengaran
Anamnesa : Pasien mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan pada telinga, keluhan
penurunan pendengaran dan tidak memakai alat bantu dengar
Inspeksi
Warna telinga : Normal
Ukuran telinga : Normal
Kesimetrisan telinga : Simetris kanan dan kiri
Serumen yang dikeluarkan telinga : Tidak berlebihan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada mastoid
Tidak ada oedem
2) Penglihatan
Anamnesa : Pasien mengatakan tidak ada nyeri di mata. Pasien tidak mengalami
penurunan tajam penglihatan. Pasien mengatakan mata tidak pernah berkunang-
kunang, kabur, penglihatan ganda, mata berair, dan gatal.
Inspeksi
Kesimetrisan mata : Simetris kanan dan kiri
Bentuk mata : Normal
Oedem palpebra, Lesi Papelbra : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis
Sklera (warna) : Tidak ikterik
Gerakan bola mata : Normal
DO:
Konjungtiva anemis
Mukosa bibir pucat
CRT >3 detik
Akral teraba dingin
HB : 10,7 g/dl
E:
Pasien mengatakan sudah memahmi tanda dan gejala terjadinya infeksi
Pasien mengatakan mau meningkatkan asupan cairan.
R:
Tetap lanjutkan intervensi secara mandiri