Anda di halaman 1dari 13

BAB V

INOVASI PELAYANAN UNTUK LANSIA

A. DINAMIKA KELOMPOK

Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan kelompok yang terdiri dari dua/lebih


individu yang mempunyai hubungan psikologis dengan jelas antara anggota
satu dengan lainnya serta berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika
Kelompok terdiri dari kata dinamika dan kelompok. Kata dinamika berasal
dari kata dinamis yang artinya bergerak dan kata kelompok yang berarti
sekumpulan orang yang berkumpul dan berinteraksi serta mempunyai tujuan
bersama.

Anggota-anggota kelompok diikat oleh satu aturan baik dalam


pembicaraan maupun petrilaku (interaksi) tentang sesuatu yang nampaknya
berharga (tujuan). Dengan interaksi timbul pengaruh secara timbal balik
antara satu individu dengan individu yang lain atau individu dengan
kelompok secara keseluruhan.

Dinamika Kelompok ini dipandang sebagai teknik berhubungan antar


manusia, dengan maksud agar kualitas hubungan individu dalam kelompok
tersebut dapat mengarah kepada perubahan tingkah laku yang positif. Hal itu
dilakukan melalui pendekatan andragogi dimana peserta yang lebih
berpartisipasi aktif dalam suatu program pelatihan ( diklat).

Dalam pelaksanaannya dinamika kelompok ini lebih banyak memberikan


kesempatan kepada peserta untuk mengalami atau melakukan kegiatan untuk
memecahakan suatu permasalahan yang bersifat rekreatif, selanjutnya proses
tersebut didalam suatu diklat diganti dengan materi yang disesuaiak dengan
diklat yang akan dilaksanakan.
 Fungsi Dinamika Kelompok

Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:

1. Membuat kelompok kerjasama saling menguntungkan dalam hal


mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan pekerjaan.
3. Memecahkan masalah pekerjaan yang membutuhkan solusi masalah serta
mengurangi beban pekerjaan yang terlampau besar hingga selesai lebih
cepat, efisien dan efektif. Salah satunya dengan membagi pekerjaan yang
besar menyesuaikan bagian kelompoknya pada masing-masing (sesuai
keahlian).
4. Menciptakan iklim yang demokratis didalam kehidupan bermasyarakat
dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi,
serta mempunyai peran yang sma di dalam masyarakat.

 Jenis Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang menjalankan interaksi sosial dan ada pembagian tugas, struktur
serta norma yang ada.

a. Kelompok Primer

Ialah kelompok sosial yang didalamnya ada interaksi sosial yang anggotanya
saling mengenal satu sama lain secara dekat, dan berhubungan erat ddalam
kehidupan. Sedangkan meurut Goerge Homans kelompok primer adalah sejumlah
orang yang beberapa orang sering berkomunikasi dengan yang lain, sehingga tiap-
tiap orang bisa berkomunikasi secara langusng (bertatap muka) tanpa melewati
perantara. Contphnya : Keluarga, kawan sepermainan, RT, kelompok agama, dll.
b. Kelompok Sekunder

Bila interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, serta sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi umumnya bersifat objektif. Contohnya:
perhimpinan serikat kerja, partai politik dan lainya.

c. Kelompok Formal

Pada kelompok tersebut ditandai dengan adanya Anggaran Dasar atau peraturan,
Anggaran Rumah Tamgga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Contohnya dari kelompok tersebut merupakan seluruh perkumpulan yang
mempunyai AD/ART.

d. Kelompok Informal

Ialah kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, kebutuhan seseorang, daya
tarik. Keanggotaan keolompok umumnya tidak teratur serta keanggotaannya
ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu serta kelompok. Terjadi
pembagian tugas yang jelas namun bersifat infirmal dan hanya berdasarkan
kekeluargaan serta simpati. Cotohnya: kelompok arisan.

 Ciri Dinamika Kelompok

Kelompok bisa dinamakan kelompok sisoal, jika mempunyai ciri-ciri sepeti


bibawah ini:

1. Mempunyai motif yang sama antara individu satu dengan lainnya.


(menyebabkan intraksi/kerjasama sebagai pencapaian tujuan yang sama)
2. Ada akibat-akibat iteraksi yang berlainan antara individu satu dengan yang
lain (akibat yang ditimbulkan tergantung rasa serta kecakapan individu
yang terlambat)
3. Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok dan penugasan
yang jelas dsan teradiri dari peran serta kedudukan pada masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkag laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi pada suatu kegiatan anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama.

 Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok

Pada proses dinamika kelompok ada faktor yang bisa menghambat ataupun
memperlancar proses tersebut yang ada berupa kelebihan ataupun kekurangan
pada kelompok tersebut.

a. Kelebihan Kelompok

1. Adanya keterbukaan antar anggota kelompok untuk menerima dan


memberi informasi serta pendapat anggota yang lainnya.
2. Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan
kepentingan kelompoknya dengan menekan
kepentingan pribadi
3. Mempunyai kemampuan anggota kelompok untuk
mendahulukan kepentingan kelompok dengan
melakukan tekanan
4. Kemampuan secara emosional dalam
mengungkapkan kaidah dan telah disepakati
kelompok.

b. Kekurangan Kelompok

Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan


karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan
yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.

 Proses Dalam Dinamika Kelompok

Bekerja dalam kelompok memang bukan satu-satunya cara untuk dapat


bekerja secara efektif. Bagi orang tertentu terkadang tidak memerlukan
kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun adakalanya suatu
pekerjaan karena sifatnya justru lebih baik bila diselesaikan melalui
kerjasama. Ada beberapa pertimbangan aseseorang bekerja sendiri untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pertimbangan tersebut antara lain : sifat pekerjaan yang lebif efektif


bila diselesaikan sendiri, waktu yang mendesak, tanggung jawab dan sumber
yang terbatas. Sedangkan seseorang memilih bekerja dalam kelompok dengan
pertimbangan adanya manfaat yang bias diambil apabila pekerjaan tersebut
diselesaikan secara berkelompok yaitu :

1. Resiko pekerjaan ditanggung bersama


2. Sumber yang didapat lebih banyak
3. Terjadi proses belajar dari angota kelompok
4. Kelemahan individu teratasi oleh kelompok
5. Kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dapat lebih
baik.

Agar tujuan bersama dapat tercapai maka kelompok tersebut harus


bekerja secara efektif. Kelompok yang efektif adalah kelompok yang dapat
memecahkan masalah secara bersama atau dapat mewujudkan suatu sasaran
yang disetujui bersama.

 Kegiatan Dalam Dinamika Kelompok

Ada lima bahasan yang dilakukan dalam Dinamika Kelompok yaitu :

1. Pengenalan diri sendiri

Pengenalan diri sendiri berarti mengetahui dan memahami diri sendiri ,


baik secara potensi yang dimiliknya maupun cara-cara memberdayakan dan
mengembangkan potensi tersebut serta memahami kekurangan dan
kelemahan diri.

Pengenalan diri sendiri adalah suatu langkah awal untuk dapat menjadi
individu yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai
mahkluk sosial kita sangat membutuhkan agar diri kita dapat diterima,
disenangi dan dibutuhkan oleh kelompok dan lingkungannya. Untuk itu setiap
individu dituntut agar selalu menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok.

2. Pengenalan Orang Lain

Apabila dalam usaha pengenalan diri sendiri kita lebih banyak mencari
tahu kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri, maka dalam
proses pengenalan orang lain lebih banyak berusaha untuk mengenali sisi
positifnya agar dapat memanfaatkan kemampuan kita dengan sebaik-baiknya,
sehingga tidak mengganggu dalam menyesuaikan diri dengan kelompok.

Usaha untuk mengenal orang lain dapat dilakukan dengan


memperhatikan perilaku, gaya dan gerak-gerik serta penampilan dari setiap
aktifitas. Selain itru dapat pula dilakukan dengan mencari informasi tentang
orang tersebut dari orang-orang yang cukup mengenalnya.

Dalam kegiatan Dinamika Kelompok ini banyak memberikan


kesempatan kepada peserta untuk saling berinteraksi agar saling mengenal
dan terbuka sehungga akan mempercepat proses penyesuaian diri dan
menjadikan kelompok tersebut kelompok yang kondusif dalam mencapai
tujuan bersama.

3. Komunikasi

Komunikasi merupakan inti dari hubungan antar manusia dalam


kelompok. Proses komunikasi dapat berlangsung baik dan efektif apabila
terjadi pemahaman yang sama antar komunikator selaku pemberi pesan dan
komunikan selaku penerima pesan tentang ide atau informasi yang
disampaikan. Agar dapat efektif maka informasi yang akan disampaikan
harus memenuhi 5 C yaitu : Clear ( jelas), Complete (lengkap), Concise
(ringkas), Correct ( benar) dan Corteous (sopan).
4. Kerjasama Kelompok

Pada hakekatnya kerjasama merupakan landasan bagi keberadaan


kelompok. Kerjasama berlansung dalam semua proses kelompok dari awal
sampai akhir, dimana setiap anggota kelompok saling berinteraksi,
berkomunikasi dan berpartisipasi. Setiap individu memiliki peran dan
aktifitas sesuai dengan kemampuannya dalam rangka mencapai tujuan
bersama.

Kehidupan dalam suatu kelompok baik formal maupun non formal,


kelompok kecil maupun besar, kelompok profesi maupun sosial, jika tidak
didasarkan kerjasama antar anggota kelompoknya maka kelompok ini akan
menjadi mati atau bubar.

Usaha menciptakan kerjasama kelompok ini merupakan syarat guna


tercapainya tujuan kelompok. Dengan menyamakan persepsi serta berbekal
potensi dalam menyatu paduka kemampuan individi diharapkan kelompok
akan berjalan harmonis kearah sasaran yang ditentukan.

5. Norma (aturan) Kelompok

Norma kelompok adalah cara melihat atau memandang sesuatu yang


dimiliki oleh kelompok berupa sikap, nilai dan aturan permainan bersama.
Norma kelompok diperlukan agar dapat memberikan arah dan isi tentang
begaimana anggota kelompok berinteraksi dan berperilaku. Norma kelompok
ini tercipta adanya tujuan kelompok dapat berupa consensus, pedoman
ataupun peraturan.

Apapun bentuknya norma kelompok ini selalu ada di dalam kelompok,


karena norma ini akan mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok.
Kegiatan dalam dinamika kelompok ini bersifat umum yaitu berupa
permainan ataupun diskusi untuk memecahakan suatu permalahan.
Untuk menghindari kejenuhan peserta dalam mengikuti kegiatan lansia
maka, kita berikan permainan-permainan yang menarik namun mempunyai
refleksi ataupun filosofi bagaimana seharusnya proses dalam kelompok
tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

B. SARANA PRASARANA RAMAH LANSIA


Sarana dan prasarana ramah lansia pada dapat diadopsi dari perda masing masing
daerah

1. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR : 30/PRT/M/2006
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS
PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

2. KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN


NOMOR : KM 71 TAHUN 1999
tentang
AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG
SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN

3. SURAT EDARAN
Nomor : SE 11/HK 206/ Phb-97
TENTANG
PEMBERIAN REDUKSI KEPADA PARA LANJUT USIA
YANG BERUMUR 65 TAHUN KE ATAS DALAM
MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN

C. PERENCANAAN KEGIATAN PELAYANAN


Pelayanan dan Kebijakan Panti Werdha Terhadap Lansia

Pelayanan yang Diberikan Panti Werdha Merujuk pada Peraturan


Menteri Sosial No.19 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut
Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan,dan terpenuhinya
kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang diberikan dalam
panti, meliputi:
1) Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman,
nyaman,dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan lansia,
sehingga dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun masih
memungkinkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mudah, aman, dan
tidak sangat tergantung pada orang lain. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada
masalah hunian sebagai berikut: lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi
kamar mandi, keadaan kamar mandi yang kurang mendukung, penggunaan
tangga, permukaan lantai yang tidak rata, dan alur sirkulasi hunian terhadap
fasilitas lingkungan kurang menunjang. Tempat tinggal yang layak bagi lansia
adalah yang lapang atau barrier free. Hal ini sangat bermanfaat bagi lansia,
terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah, bahkan ketika mereka
harus menggunakan kursi roda. Kurniadi (2012) merinci karakterik rumah yang
ramah lansia, secara garis besar, terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata
atau licin, pencahayaan yang baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan
memungkinkan kursi roda dapat masuk, dan aman karena mereka kurang mampu
melindungi dirinya terhadap bahaya. Di negara-negara maju, pelayanan kelompok
lanjut usia dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan
perkampungan khusus. Adanya fasilitas tersebut ditujukan untuk memberi
lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia
(Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam panti pun seyogyanya memperhatikan
kebutuhan lansia tersebut.

2) Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi


kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol atas
rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter untuk
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita, untuk
menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan. Dengan demikian,
makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda dengan cara
mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak
dan nyaman dipakai. Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat fasilitas
kesehatan berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan pelayanan
kegawatdaruratan yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk, tersedia fasilitas
ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan pula fasilitas fisioterapi.

3) Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang


dan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun
orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai dengan minat,
bakat, dan potensi yang mereka miliki (Annubawati, 2014). Tidak hanya sekedar
mengisi waktu luang tetapi sesuatu yang menyenangkan, akan lebih baik jika
produktif; sehingga dapat berfungsi sebagai terapi masalah psikososial dan
emosional yang mungkin dialami oleh lansia. Demikian juga dengan kegiatan
rekreasi, seyogyanya tidak hanya menyenangkan tetapi merupakan kesempatan
untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak
terisolasi tetapi masih terhubung dengan lingkungan di sekitarnya.

4) Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah


emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lanjut Usia di Daerah DKI Jakarta, banyak lansia yang tinggal di
panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dari pergaulan dan kegiatan,
pasif, murung, mengalami emosi negatif, bermusuhan dengan sesama
penghuni panti, dan sebagainya. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut
kegiatan bimbingan mental dan keagamaan melalui kegiatan konseling dapat
membantu mereka. Sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk
mengatasi masalah relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosialnya.
Terkait dengan pelaksanaan bimbingan sosial di panti wedha, Tim Kajian
Bentuk Pelayanan Lansia di DKI Jakarta (2014) menemukan bahwa di panti
werdha ada kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama
dengan bimbingan psikologis; belum diarahkan untuk memfasilitasi interaksi
atau komunikasi antar penghuni panti sosial maupun dengan warga
masyarakat lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi penyebab atau
saling pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan psikologis,
sehingga memperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosial
lainnya akan membantu memecahkan masalah emosional dan psikologis juga.

5) Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia


meninggal. Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka panjang
(Long-Term Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan pemakaman pun
turut menjadi tanggung jawab panti, sesuai dengan agama yang dianutnya
masing-masingKebijakan dalam Pelayanan Lansia Menurut Undang-undang
nomor 13 tahun 1998 pasal 3 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa
upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi pelaksanaan
pelayanan bimbingan fisik, pelayanan bimbingan keagamaan/ mental
spiritual, pelayanan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan.

1) Pelayanan Bimbingan Fisik

Pelayanan bimbingan fisik merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan


untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut
usia agar kondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.
Pelayanan bimbingan fisik dapat berupa penyediaan menu makanan tambahan
sesuai dengan kalori yang dibutuhkan, kegiatan olahraga/ kebugaran yang
dilakukan setiap pagi.
2) Pelayanan Bimbingan Keagamaan/ Mental Spiritual
Pelayanan bimbingan keagamaan/ mental spiritual merupakan serangkaian
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan di ikuti dengan kegiatan
peningkatan iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama dapat
menjadi landasan perilaku seseorang apabila seseorang tersebut, mengerti,
merasakan membiasakan dan mengamalkan ajaran agama. Oleh karena itu
diperlukan adanya bimbingan keagamaan sehari hari untuk melakukan perintah
Allah dan menjauhi larangannya, menanamkan betapa pentingnya agama dalam
kehidupan dan mengerti tujuan dari agama tersebut.
3) Pelayanan Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi dengan
tanggungjawab. Menurut Mappiare (1982: 130) bimbingan sosial adalah upaya
untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan
mengatasi konflik konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di
bidang kerohanian, perawatan jasmani,pengisian waktu luang dan sebagainya.
Pelayanan bimbingan sosial diberikan dalam rangka menciptakan hubungan sosial
secara serasi dan harmonis diantara lanjut usia, petugas, pimpinan lembaga
dengan masyarakat. Petugas panti bersama pekerja sosial, relawan senantiasa
memberikan support (dorongan) secara rutin dan terus menerus, sehingga
diharapkan mereka dalam menghabiskan hari-hari tuanya di dalam panti
mendapatkan ketentraman, kebahagiaan lahir dan batin.
4) Pelayanan Bimbingan Keterampilan
Pelayanan bimbingan keterampilan diberikan untuk mengisi waktu luang,
meningkatkan produktivitas agar dapat menambah penghasilan, antara lain:
peternakan, pertanian, keterampilan memijat, membuat barang-barang kerajinan
dan lain-lain. Pelayanan keterampilan bagi lanjut usia potensial dimaksudkan
untuk memberi peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian,
kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.

D. EVALUASI PROGRAM UPSKILLING DAN RESKILLING


Didalam program upskilling dan resklilling terdapat bermacam macam yang
bisa diambil akan tetapi harus dikembalikan lagi pada tujuan utama yakni
mencetak lulusan SMK agar menjadi Lulusan siap pakai atau sebagai care giver
yang handal Caregiver yang ingin dihasilkan dari SMK. Titik tolak kita dalam
berbicara lulusan maka dikembalikan pada konsep SMK hadir untuk
menghasilkan kelompok SDM yang dibutuhkan oleh industry. Setidaknya dari
sini kita dapat membuat sebuat peta jalan bagaimana mencetak SDM yang
dibutuhkan industry. Satu kata kunci yang selalu di sampaikan para pengambil
kebijakan adalah industry membutuhkan SDM yang terampil. Konsep Terampil
d i j a barkan dalam konsep terlatih, terdidik, energik, berpengalaman, spesialisasi,
kemampuan kerja yang efektif efisein.

1. Terlatih
Bahwa cargiver yang hadir adalah mereka yang telah terlatih dengan baik
pada bidang caregiver
2. Terdidik
Bahwa selain memiliki keterampilan yang baik caregiver harus memiliki
kemampuan akal dan budi pekerti untuk menunjang keterampilannya.
3. Energik
Bahwa caregiver yang dihasilkan memiliki motivasi yang kuat dalam
melaksanakan tugas tugasnya,tentunya ini berkait dengan keuntungan
atau manfaat yang akan diperoleh oleh mereka.
4. Berpengalaman
Bahwa kemampuan seorang caregiver itu akan semakinmeningkat dengan
seberapa sering dia turun dilapangan melakukan pelayanan.
5. Spesialisasi
Bahwa kemampuan caregiver adalah kemampuan yang bersifat spesifik
pada pelayanan orang lanjut usia, maka dibutuhkan sebuah totalitas bagi
seorang caregiver dalam mendalami bidangnya.
6. Kemampuan Kerja Yang Efektif dan Efisien
Bahwa kemampuan bekerja secara efektif dan efisien akan membawa dampak
yang baik bagi dunia industry, hal ini akan dituntut dari kemampuan
seorang caregiver.
Maka dari itu program upskilling dan reskilling Guru Caregiver harusnya
dapat memberikan dampak signifikan dalam membentuk calon caregiver
dalam pendidikannya. Maka seorang guru setidaknya mendapatkan
pemahaman tersebut dalam usahanya mendidik anak didiknya.

Setidakn ada 3 hal yang bisa dilakukan.

1. Pendidikan yang berkualitas untuk para calon caregiver.


2. Penyesuaian kurikulum yang sesuai dengan kebutuha industry
3. Pelatihan yang dilakukan secara terus menerus mengikuti perkembangan
industry.

Anda mungkin juga menyukai