Anda di halaman 1dari 15

PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SIDOARJO

YANG MENGALAMI OVER CAPACITY (KELEBIHAN KAPASITAS) BERKAITAN DENGAN HAK


MENDAPATKAN MAKANAN DAN KESEHATAN

Elyna Amelia Dewi

(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
elynadewi@mhs.unesa.ac.id

Dr. Pudji Astuti,S.H.,M.H


(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
pudjiastuti@unesa.ac.id

Gelar Ali Ahmad, S.H.,M.H.


(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
gelaraliahmad@gmail.com

Abstrak
Over Capacity merupakan permasalahan yang banyak terjadi di Lembaga Pemasyarakatan yang ada di
Indonesia. Salah satunya di lembaga pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo. over capacity akan berpengaruh terhadap
pemenuhan hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, hak tersebut berkaitan dengan hak mendapatkan makanan dan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,ketika
hak-hak narapidana tidak terpenuhi karena tingginya tingkat over capacity berdampak kepada pemenuhan hak-hak
narapidana seperti halnya kebutuhan makanan, pemberian makanan yang tidak cukup jumlah dan kualitasnya dapat
menimbulkan gangguan kesehatan seperti kurang gizi sehingga dapat dengan mudah terserang penyakit. Kebersihan
lingkungan sekitar lembaga pemasyarakatan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan karena banyaknya jumlah
narapidana yang akan mengakibatkan kumuhnya lingkungan yang di huni narapidana tersebut,ruang gerak yang terbatas
antara sesama narapidana sehingga sangat sulit untuk beristirahat maupun melakukan aktivitas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak-hak narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo yang mengalami over capacity berkaitan dengan hak mendapatkan makanan dan
kesehatan dan juga untuk mengetahui apa saja upaya dalam pemenuhan hak-hak narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo yang mengalami over capacity berkaitan dengan hak mendapatkan makanan dan
kesehatan. Jenis penelitian ini yaitu penelitian yuridis sosiologis, Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yang
akan digunakan adalah wawancara dan dokumentasi,Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,sedangkan untuk
teknik analisis data pada kualitatif yakni menggunakan reduksi data,penyajian data dan juga penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Sidoarjo yang mengalami over capacity berkaitan dengan hak mendapatkan makanan dan kesehatan tidak sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI Tahun 2004 dan penyelenggaraan
pelayanan makanan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : M.Hh-01.Pk.07.02 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara. Upaya yang dilakukan Lembaga
Pemsayarakatan kelas II A Sidoarjo sendiri adalah mencukupkan anggaran yang sudah ada dalam memenuhi hak
mendapatkan makanan dan pelayanan kesehatan bagi narapidana yang jumlahnya mengalami over capacity di Lembaga
Pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo.

Kata kunci : Pemenuhan, Hak, Narapidana, Makanan, Kesehatan, Over Capacity

1
Abstract

Over Capacity is a problem that often occurs in Correctional Institutions in Indonesia. One of them is in the
Class II A Correctional Institution in Sidoarjo. over capacity will affect the fulfillment of prisoners 'rights at the
Penitentiary, these rights are related to the right to obtain food and health services in accordance with Law Number 12 of
1995 concerning Correctional Services, when prisoners' rights are not met because of the high level of over capacity
impacts on fulfillment prisoners' rights as well as food needs, giving food that is not sufficient in number and quality can
lead to health problems such as malnutrition so that they can easily get diseases. The cleanliness of the environment
around prisons that can affect health because of the large number of prisoners that will result in the collapse of the
environment inhabited by inmates, limited movement space between fellow inmates so it is very difficult to rest and carry
out activities.
The purpose of this study was to find out how the fulfillment of prisoners' rights in the Class II A Sidoarjo
Penitentiary Institution experienced over capacity related to the right to get food and health and also to find out what
efforts in fulfilling the rights of prisoners in Class II A Sidoarjo Penitentiary over capacity is related to the right to get food
and health. The type of this research is juridical sociological research. Data collection techniques in this study that will be
used are interviews and documentation. This study uses a qualitative approach, while for data analysis techniques in
qualitative, namely using data reduction, data presentation and also conclusion drawing.
The results showed that the fulfillment of prisoners' rights at the Class II A Sidoarjo Penitentiary that
experienced over capacity relating to the right to get food and health was not in accordance with the Nutrition Adequacy
Rate (AKG) by National Food and Nutrition Widya Karya, LIPI in 2004 and food service delivery was not in accordance
with the Regulation of the Minister of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia Number: M.Hh-01.Pk.07.02
of 2009 concerning Guidelines for the Implementation of Food for Prisoners in Corrections and State Detention Centers.
The effort made by the Sidoarjo Class II A Correctional Institution itself is to provide the existing budget in fulfilling the
right to get food and health services for prisoners whose numbers experience over capacity at the Class II A Penitentiary
Institution in Sidoarjo

Keywords: Fulfillment, Rights, Prisoners, Food, Health,Over Capacity.

PENDAHULUAN ditunjukan dengan tinta warna merah pada tabel 1.1


Masalah yang terjadi di dalam Lembaga diatas.
Pemasyarakatan saat ini sangat bervarisasi dan memiliki Data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
kompleksitas masalahnya sendiri-sendiri. Lembaga (ditjenpas) salah satu lembaga pemasyarakatan yang
Pemasyarakatan di Indonesia memiliki tingkat mengalami over capacity sangat tinggi di urutan ketiga
permasalahan yang cukup tinggi sehingga perlu perhatian adalah Lembaga Pemasyaratan Kelas II A Sidoarjo.
lebih dari berbagai pihak. Kapasitas tahanan dan napi yang menghuni lembaga
Sebagai sebuah contoh, persoalan over capacity pemasyarakatan II A Sidoarjo yang seharusnya
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. over capacity berkapasitas 350 tahanan dan napi pada kenyataannya di
merupakan permasalahan yang banyak terjadi di huni hingga 1.068 tahanan dan napi,hal ini tentu saja
Lembaga Pemasyarakatan yang ada di indonesia. Hingga melebihi batas maksimal hingga 205%, jumlah tahanan
saat ini tingkat over capacity masih cukup tinggi dewasa laki-laki 559 orang dan tahanan dewasa
mengingat tingginya tingkat kejahatan yang dilakukan perempuan 23 orang,tahanan anak laki – laki 5
oleh oknum masyarakat tertentu. anak,tahanan anak perempuan 0 anak,dan juga napi
Data dari Ditjenpas (Direktorat Jenderal dewasa laki-laki 463 orang dan napi dewasa perempuan
Pemasyarakatan) tersebut menerangkan bahwasannya 36 orang,napi anak laki-laki 4 anak,napi anak perempuan
hampir 90% lembaga pemasyarakatan di Jawa Timur 0 anak.
mengalami over capacity yang cukup tinggi. Hal ini

2
Jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan yang Tata cara pelaksanaan hak-hak narapidana diatur
sangat tinggi akan berpengaruh terhadap maksimalnya dalam PP nomor 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata
pemenuhan hak-hak bagi para narapidana yang ada di cara pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
dalam lembaga pemasyarakatan . yang memuat mengenai bagaimana tata cara dan
Kondisi seperti ini pada kenyataannya telah pelaksanaannya secara jelas dan rinci.
berdampak pada pemenuhan hak-hak narapidana, Dewasa ini dalam hal pemenuhan hak-hak
ketidakberaturan penempatan, pemisahan, dan pelayanan narapidana perlu perhatian yang cukup tinggi dari
lainnya. berbagai pihak karena pemenuhan hak narapidana ini
Pemenuhan hak-hak narapidana sebenarnya sudah sangat penting mengingat kaitannya dengan hak asasi
di atur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 manusia sehingga hak-hak narapidana didapatkan secara
Tentang Pemasyarakatan,aturan ini dimaksudkan untuk maksimal sesuai undang-undang yang berlaku.
menjamin hak narapidana,karena pada hakikatnya Pemenuhan hak-hak narapidana di Lembaga
narapidana adalah insan dan sumber daya manusia yang Pemasyarakatan yang mengalami over capacity yang
memiliki hak untuk hidup layak yang dibina dalam suatu cukup tinggi juga perlu mendapat perhatian khusus
sistem pembinaan yang terpadu. mengingat kapasitas seharusnya tidak sesuai dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang kenyataan di lapangan. Menurut Direktur Jenderal
Pemasyarakatan disebutkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan (PAS) Kementerian Hukum dan HAM
Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah Sri Puguh Budi Utami menyatakan bahwa kapasitas
tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia sudah over
Anak Didik Pemasyarakatan. Sedangkan yang dimaksud capacity. Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan di seluruh
dengan Narapidana adalah Terpidana yang menjalani Indonesia adalah kurang dari 125 ribu, tepatnya 124.973.
pidana hilang kemerdekaan di LAPAS, sementara yang Namun saat ini terisi sampai nyaris 250 ribu orang.
dimaksud dengan Terpidana adalah seseorang yang Jumlah narapidana yang over capacity mengakibatkan
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah tidak kondusifnya kondisi Lembaga Pemasyarakatan
memperoleh kekuatan hukum tetap. (Pasal 1 ayat 3) sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan proses
Tujuan utama didirikannya lembaga pembinaan narapidana.
pemasyarakatan adalah membentuk narapidana agar Over Capacity di lembaga pemasyarakatan akan
menjadi manusia seutuhnya yang menyadari berdampak kepada pemenuhan hak-hak narapidana yang
kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi ada di lembaga pemasyarakatan seperti halnya kebutuhan
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh makanan, pemberian makanan yang tidak cukup jumlah
lingkungan masyarakat serta menjadi warga Negara yang dan kualitasnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan
baik dan bertanggungjawab. (Jwhartanto, seperti kurang gizi sehingga dapat dengan mudah
http://eprints.ums.ac.id/28530/2/01_BAB_I.pdf, akses 27 terserang penyakit bahkan lebih lanjut dapat
maret 2019). menyebabkan kematian. Kebersihan lingkungan sekitar
Penempatan narapidana di lembaga pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan yang dapat berpengaruh
adalah sebagai bentuk pembinaan yang bukan berarti terhadap kesehatan karena banyaknya jumlah narapidana
mengabaikan hak-hak mereka sebagai narapidana. yang akan mengakibatkan kumuhnya lingkungan yang di
Hak-hak narapidana sendiri di atur dalam Pasal 14 huni narapidana tersebut,ruang gerak yang terbatas antara
Undang–undang Republik Indonesia nomor 12 tahun sesama narapidana sehingga sangat sulit untuk
1995 tentang Pemasyarakatan. beristirahat maupun melakukan aktivitas.

3
Lembaga Bantuan Hukum selanjutnya disingkat 4 sehat 5 sempurna. Menurut kepala Bimkeswat
menjadu (LBH) Masyarakat mencatat, pada 2016 (bimbingan kemasyarakatan dan perawatan) bapak Rudi
sekurang-kurangnya terdapat 120 kematian di Lembaga Kristiawan, Anggaran untuk pemberian makanan kepada
Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan (Rutan), dan narapidana di lembaga pemasyarakatan II A sidoarjo
Ruang Tahanan Polri. Meskipun jumlah kasus tersebut hanya untuk sekitar 800 narapidana saja,padahal
menurun pada 2017 menjadi 83 kasus, akan tetapi kenyataannya ada 1068 narapidana yang berada di
permasalahan kematian dalam penjara masih menjadi Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Sidoarjo. Ketika
momok. Peneliti LBH Masyarakat Albert Wirya angka over capacity cukup tinggi yang berbanding sangat
mengatakan, penyakit menjadi penyebab kematian jauh dengan kapasitas seharusnya lalu bagaimanakah
terbanyak di penjara, sejumlah 47,5% kasus di 2016. dengan pemenuhan hak narapidana yang termasuk dalam
Kemudian, pada 2017 meningkat jadi 60,25%. Albert over capacity tersebut.
menyebutkan, LBH Masyarakat melihat rendahnya Narapidana memang merupakan seseorang yang
sanitasi, kurangnya sirkulasi udara, dan minimnya asupan telah melanggar HAM orang lain, namun
nutrisi juga berkontribusi pada penurunan kondisi bukan berarti HAM yang melekat pada dirinya
kesehatan tahanan. Kondisi penjara Indonesia yang over dengan serta merta hilang dan dia boleh
crowded akut menjadi salah satu akar masalah banyaknya diperlakukan semena-mena oleh pihak lain dalam
penghuni penjara yang menderita sejumlah penyakit, menebus semua perbuatan jahatnya.(Rusmilati wulandari,
seperti gangguan pernapasan dan pencernaan Https://www.Academia.Edu/19633114/PERLINDUNGA
sebelum meninggal. N_HAM_BAGI_NARAPIDANA_DI_INDONESIA,
Penyebab kedua terbanyak setelah penyakit akses 27 maret 2019).
adalah upaya bunuh diri. Setidaknya ada 43 kasus bunuh Uraian permasalah diatas, membuat peneliti tertarik
diri selama dua tahun. Permasalahan bunuh diri sangat untuk melakukan penelitian tentang PEMENUHAN
kompleks dan harus dilihat dalam banyak aspek, salah HAK-HAK NARAPIDANA DI LEMBAGA
satunya adalah kesehatan jiwa. Lapas, Rutan, dan Polri PEMASYARAKATAN KELAS II A SIDOARJO
seharusnya memastikan layanan kesehatan yang YANG MENGALAMI OVER CAPACITY
komprehensif, bukan hanya kesehatan fisik melainkan BERKAITAN DENGAN HAK MENDAPATKAN
jugajiwa.(https://www.alinea.id/nasional/kematian-narapi MAKANAN DAN KESEHATAN.
dana-tinggi-ombudsman-perlu-investigasi-b1UyZ9btf.
Akses 11 april 2019) METODE
Angka over capacity yang cukup tinggi di Lembaga Metode penelitian bertujuan untuk
Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dikhawatirkan mempelajari satu atau beberapa gejala, dengan
berpengaruh dalam pemenuhan hak-hak narapidana yang jalan menganalisanya dan dengan mengadakan
berada di Lembaga Pemsyarakatan Kelas II A Sidoarjo. pencarian yang mendalam terhadap fakta tersebut, untuk
Dewasa ini tujuan pembinaan narapidana cukup banyak kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
menghadapi hambatan dan berimplikasi pada kurang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
optimalnya pemenuhan hak narapidana. Permasalahan fakta tersebut.
mendasar yang tampak riil adalah adanya over capacity Adapun Metode Penelitian yang digunakan Jenis
narapidana di lembaga pemasyarakatan. Seperti halnya di penelitian ini yaitu penelitian yuridis sosiologis
Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo,narapidana Pendekatan yuridis sosiologis adalah
mengeluhkan sempitnya ruang gerak didalam sel dan mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum
juga menu makanan yang seadanya bahkan jauh dari kata sebagai institusi sosial yang riil dan

4
fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata”. 4. Bagaimana dengan penyimpanan
.
(Soerjono soekanto,1986:51) Pendekatan yuridis bahan makanan?
sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan 5. Bagaimana dengan porsi
memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan makanan apakah sesuai dengan
jalan terjun langsung ke obyeknya yaitu ketentuan yang ada?
mengetahui bagaimana pemenuhan hak narapidana di 6. Bagaimana dengan
lembaga pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo yang pendistribusian makanan kepada para
mengalami over capacity berkaitan dengan hak narapidana?
medapatkan makanan dan kesehatan. 7. Berapa kali pemberian makanan
untuk narapidana dalam sehari?
HASIL DAN PEMBAHASAN 8. Upaya apa yang dilakukan untuk
Hasil penelitian memenuhi kebutuhan makanan 1068
Hak mendapatkan makanan orang dengan anggaran hanya untuk
Pada tanggal 21 maret 2019 penulis melakukan 800 orang saja?
wawancara dengan Bapak Rudi Kristiawan selaku Kepala Sumber : Diolah sendiri
Bimkeswat mengenai over capacity yang tinggi di Menurut beliau untuk juru masak dilakukan oleh
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo,menurut narapidana sendiri yang telah ditunjuk sebagai juru masak
beliau Angka over capacity yang tinggi akan berpengaruh oleh petugas lembaga peamasyarakatn,narapidana tersebut
terhadap maksimalnya pemenuhan hak-hak narapidana. akan mengolah makanan untuk seluruh penghuni lembaga
Sebagai contoh anggaran makanan hanya untuk sekitar pemasyarakatan,tidak ada juru masak khusus yang
800 narapidana saja,padahal kenyataannya ada lebih dari memang berkompeten di bidangnya. Sedangkan untuk
1068 narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan menu makanan menurut beliau sesuai dengan acuan menu
kelas II A Sidoarjo. Dengan anggaran seperti itu mereka makanan 10 hari yang ada,ayam,daging,buah-buahan
mencoba memaksimalkan untuk pemberian makanan adalah salah satu lauk yang disebutkan oleh beliau yang
kepada seluruh narapidana. Peneliti mengajukan beberapa diberikan kepada narapidana.
pertanyaan kepada beliau mengenai pemenuhan hak Setiap hari narapidana akan di berikan makan sesuai
mendapatkan makanan pada tabel 3.2 dibawah ini: menu yang ada ditambah buah-buahan. Untuk pemilihan
bahan makanan sendiri beliau mengatakan dilakukan oleh
Tabel 3.2 yang bertugas di dapur itu sendiri.Dalam sehari porsi
Pertanyaan Untuk Pemenuhan Hak makanan yang diberikan kepada narapidana menurut
Mendapatkan Makanan beliau sudah cukup meskipun tidak harus sesuai dengan
kebutuhan kalori yang ada,tidak mungkin memenuhi
NO PERTANYAAN kalori yang sesuai dengan ketentuan yang seharusnya
1. Apakah ada juru masak disini? karena mengingat anggaran makanan hanya untuk 800
2. Apakah menu makanan sesuai orang sedangkan ada 1068 penghuni disana tentu tidak
dengan acuan menu makanan 10 hari akan sesuai dengan jumlah kalori yang ada,sehingga porsi
untuk tahanan dan narapidana? yang diberikan akan disesuaikan dengan anggaran
3. Bagaimana dengan pemilihan tersebut. Untuk pendistribusian makanan sendiri menurut
bahan makanan ? beliau ditempatkan di wadah untuk perorangan dan
dibagikan ke dalam sel-sel narapidana sesuai jumlah

5
narapidana yang ada di sel. Dalam sehari narapidana akan membeli makanan yang disediakan koperasi dan menurut
di berikan makan 3 kali sehari dengan jadwal makan pagi, beliau harganya juga cukup mahal karena harus membeli
makan siang dan makan sore. Tidak ada makan 3 x sehari karena jumlah nasi yang diberikan lembaga
malam,makanan untuk makan malam di alihkan ke makan pemasayarakatan sedikit.
sore. Sedangkan menurut bapak suwardi menu makanan
Upaya yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan yang diberikan jarang sekali berubah,beliau mengatakan
anggaran tersebut agar dicukupkan untuk seluruh bahwa perlu sekali mengganti menu makanan dan
narapidana dapat dengan mengganti menunya maupun menambah porsinya karena menu yang dihidangkan
kualitasnya bahan makanan nya. hanya tempe dan ikan asin yang paling sering diberikan,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kalaupun makan ayam,potongan ayam sangat kecil
oleh penulis di lembaga pemasyarakatan Kelas II A bahkan untuk makan saja kurang.
Sidoarjo yang mengalami over capacity dalam hal Untuk hidup sehat , setiap orang memerlukan zat gizi
pemenuhan hak untuk mendapatkan makanan masih yang cukup macam dan jumlahnya yaitu karbohidrat ,
sangat kurang hal ini dapat dilihat dari teori Angka protein,lemak vitamin dan mineral serta air. Untuk
Kecukupan Gizi ( AKG ) Widya Karya Nasional Pangan menentukan standar kecukupan gizi biasanya hampir
dan Gizi, LIPI Tahun 2004. Kurang layaknya pemberian disetiap negara memiliki angka kecukupan gizi.Untuk
makanan dan juga porsi makan yang sangat sedikit orang Indonesia Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) yang
dengan kualitas nasi yang tidak bagus tentu saja dapat digunakan adalah hasil Widya Karya Nasional Pangan dan
berpengaruh ke kesehatan karena tubuh tidak menerima Gizi, LIPI Tahun 2004 sebagai berikut :
gizi yang seharusnya dan juga kalori yang sesuai. Dari Angka Kecukupan Gizi Tahanan / Narapidana
hasil wawancara diatas, peneliti menemui fakta baru Angka kecukupan gizi tahanan / narapidana tidak
bahwasannya kualitas dan kuantitas pemberian makanan berbeda dengan angka kecukupan gizi untuk orang
di lembaga pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo Indonesia pada umumnya, berdasarkan komposisi umur
cukup buruk, salah satu mantan narapidana yakni bapak dan jenis kelamin tahanan / narapidana adalah 2350 kilo
topan menyatakan bahwa ketika beliau berada disana kalori. Secara garis besar kecukupan gizi tahanan /
pemberian makanan untuk narapidana jumlahnya sangat narapidana dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
sedikit apalagi lauk makanan yang diberikan beliau 1.Tahanan / narapidana anak dan remaja umur 10-18
mengatakan ukurannya hanya seukuran separuh jari tahun
tangan,selain itu lauk pauk lebih sering hanya sayur saja Kecukupan Energi rata-rata ( kilo kalori )
tidak hanya itu nasi yang diberikan juga memiliki kualitas No Umur Laki-laki Wanita
yang tidak begitu baik karena masih banyak sekali kerikil 1 10 – 12 tahun 2050 2050
di nasi yang dihidangkan. Ketika narapidana bangun 2 13 – 15 tahun 2400 2350
terlalu siang mereka juga akan kehabisan lauk untuk 3 16 – 18 tahun 2600 2200
dimakan karena akan menjadi rebutan lauk yang 2. Tahanan / narapidana dewasa umur di atas 18
dihidangkan. tahun
Selain itu peneliti juga mewancarai narapidana di Kecukupan Energi rata-rata ( kilo kalori )
lembaga pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo yakni No Umur Laki-laki Wanita
bapak ucup, beliau mengatakan bahwa pemberian 1 19 – 29 tahun 2550 1900
makanan sangat minim karena lauk yang diberikan sangat 2 30 – 49 tahun 2350 1800
sedikit dan kurang layak, selain itu kualitas nasi juga 3 50 – 64 tahun 2250 1750.
berwarna kecoklatan sehingga beliau lebih sering

6
(Pedoman Standarisasi dan Penetapan Gizi Makanan 6. Tidak adanya ahli gizi yang mampu
Narapidana dan Tahanan tahun 2004) menilai makanan yang disajikan bergizi atau
tidak.
Berdasarkan wawancara dengan Ahli Gizi Sedangkan untuk juru masak ataupun ahli gizi juga
menyatakan bahwasannya untuk ukuran nasi separuh tidak ada di lembaga pemasyarakatan,hanya narapidana
porsi biasa dengan lauk tempe dan sayur sawi hanya yang ditunjuk petugas lembaga pemasyarakatan secara
mendapatkan kalori sekitar 1000 kalori saja sedangkan berkelompok dan bergiliran untuk melakukan segala
narapidana laki-laki membutuhkan 2550 kalori dan kegiatan mengolah bahan makanan hingga
perempuan membutuhkan 1900 kalori. pendistribusian. Kebersihan sarana dan prasarana juga
Dari acuan diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan belum efektif sehingga belum terjamin kebersihan
kalori yang baik dapat dilihat dari standart Angka makanan yang akan di hidangkan.
Kecukupan Gizi ( AKG ) yang digunakan adalah hasil Merujuk pada Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,dimana di Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo yang M.Hh-01.Pk.07.02 Tahun 2009 Tentang Pedoman
pemenuhan hak mendapatkan makanan sangat minim Penyelenggaraan Makanan Bagi Warga Binaan
tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan kalori yang Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Dan
seharusnya. Rumah Tahanan Negara menyatakan bahwasannya
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan pada Tenaga Yang Diperlukan Untuk Penyelenggaran
tempat pembuatan makanan dan membandingkan dengan Makanan. Tenaga Pelaksana adalah petugas dapur yang
Pedoman Penyelenggaraan Makanan di Lembaga dibantu WBP dan tahanan, yaitu pemuka kerja dan
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara yang telah tamping dapur.
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dan peneliti 1. Petugas dapur idealnya berlatar belakang
menemukan keadaan bahwa : pendidikan tata boga atau berpengalaman dibidang
1. Kondisi dapur kurang bersih yang masih banyak tersebut;
bekas kulit telur yang pecah dan tidak dibersihkan. 2. Petugas dapur bertanggung jawab terhadap
2. Tidak ada lemari pendingin untuk menyimpan pengolahan bahan makanan mulai dari persiapan
bahan makanan. Mereka menyimpan bahan makanan bahan makanan sampai dengan pendistribusian;
di ruangan tanpa alas dibiarkan tergeletak dilantai. 3. Pemuka dan tamping bertugas membantu
3. Penulis menemukan tabel yang di gantung di proses pelaksanaan penyelenggaraan makanan;
tembok,tabel berikut merupakan siklus makanan 4. Idealnya pengelolaan penyelenggaraan
selama 10 hari yang ada di Lembaga makanan di Lapas/Rutan melibatkan ahli gizi (D3
Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo. Gizi) yang bertugas sebagai supervisor, mengawasi
4. Namun pada saat peneliti datang kesana menu dan mengendalikan penyelenggaraan makanan di
yang akan di hidangkan tidak sama dengan jadwal Lapas/Rutan, mulai dari perencanaan sampai dengan
pemberian makanan pada hari itu. pendistribusian makanan.
5. Tidak adanya juru masak melainkan makanan 5. Rasio juru masak dengan WBP dan tahanan
tersebut dimasak sendiri oleh narapidana yang adalah 1: 75 -100 orang. Minimal juru masak
ditunjuk oleh pegawai lembaga pemasyarakatan berjumlah 5 ( lima ) orang
tersebut. 6. Dalam pelaksanaan tugasnya juru masak
melakukan kegiatan:
a. Mempersiapkan / meracik bahan makanan

7
b. Memasak / mengolah makanan gigi dan dibantu oleh 3 perawat,tidak ada Analis lab,
c. Mendistribusikan Asisten apoteker, Ahli madya gizi, Sanitarian dan
d. Memperhatikan Kebersihan sarana dan Psikolog di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo.
prasarana. Terkait pengecekan kesehatan menurut Bapak Rudi
Berdasarkan data diatas peneliti mendapatkan Kristiawan selaku kepala Bimkeswat, pengecekan
keadaan dimana pemenuhan hak atas makanan yang layak kesehatan dilakukan hanya saat narapidana pertama kali
di lembaga pemasayrakatan Kelas IIA Sidoarjo belum masuk ke lembaga pemasyarkatan,setelah itu tidak
terpenuhi secara baik. Hal tersebut di buktikan dengan : dilakukan pengecekan kesehatan lagi. Namun obat-obatan
1. Menu makanan tidak sesuai dengan siklus yang tersedia hanya seadanya kebanyakan obat-obatan
makanan 10 hari yang telah di tetapkan. yang ada disana hanya untuk pusing,
2. Porsi makanan sedikit sehingga narapidana demam,meriang,gatal saja. Menurut beliau untuk
lebih banyak yang membeli makanan di koperasi kebutuhan ruangan kesehatan di lembaga pemasyarkatan
lembaga pemasyarkatan . disediakan unit pelayanan kesehatan/ poliklinik, agar
3. Kualitas nasi yang buruk sehingga narapidana narapidana dapat melakukan pencegahan terhadap
banyak mengeluhkan akan banyaknya batu penyakitnya, pengobatan, dan pemulihan kesehatan.
kerikil,ataupun nasi yang berwarna kecoklatan. Untuk ruang tunggu pengobatan hanya ada didepan klinik
4. Tidak adanya juru masak sehingga membuat beberapa kursi untuk narapidana menunggu giliran
petugas lapas menunjuk narpaidana untuk memasak diperiksa oleh dokter disana.
masakan untuk seluruh narapidana. Jam kerja dokter umum dan gigi dimulai dari hari
5. Kebersihan tempat pengolahan bahan makanan senin hingga sabtu untuk jam pelayanan kesehatan sebagai
juga kurang bersih karena tidak ada tempat berikut:
penyimpanan bahan makanan maupun freezer. Senin-Kamis : 07.30-14.30
Narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan Jumat : 07.00-11.00
tidak perlu mendapatkan makanan yang benar-benar Sabtu : 07.30-12.30
lengkap seperti orang diluar Lembaga Namun ketika diluar jam pelayanan tersebut ada
pemasyarakatan,namun setidaknya pemenuhan hak narapidana yang mengalami sakit,petugas lembaga
mendapatkan makanan mereka sesuai dengan standart pemasyarkatan akan menghubungi dokter yang bertugas
kesehatan yang ada serta sesuai dengan kalori yang untuk ke lembaga pemasyarkatan melakukan pemeriksaan
dibutuhkan,karena pada dasarnya mengurangi kalori dan terhadap narapidana yang sakit.Sedangkan untuk
menu yang seharusnya akan semakin memperburuk narapidana yang mengalami sakit bisa datang ke klinik
keadaan di Lembaga pemasyarakatan karena jika lembaga pemasyarkatan untuk dilakukan pemeriksaan
narapidana mengalami sakit akan membuat lembaga oleh dokter disana namun narapidana harus mengantri
pemasyarakatan bekerja menjadi lebih keras lagi. terlebih dahulu untuk mendapatkan giliran diperiksa.
Saat peneliti berada disana peneliti menemukan fakta
Hak untuk kesehatan bahwa sangat banyak narapidana yang mengantri untuk
Peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak mendapatkan pengobatan namun hanya ada 1 dokter
Rudi Kristiawan selaku kepala Bimkeswat berkaitan umum yg melayani,sehingga mereka sudah terlihat lemas
dengan pelayanan kesehatan. ketika menunggu giliran mendapatkan pengobatan.
Pelayanan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan
Kelas II A Sidoarjo menurut beliau ada 2 dokter di klinik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo hanya
lembaga pemasyarkatan,yaitu dokter umum dan dokter terdapat 1 klinik saja yang mencakup seluruh kegiatan

8
pelayanan kesehatan,tidak ada laboratorium maupun Analis lab, Asisten apoteker, Ahli madya gizi, Sanitarian
klinik gigi,semuanya ada di 1 ruangan yang sama untuk dan Psikolog yang jumlahnya disesuaikan dengan
seluruh pelayanan kesehatan,tidak terdapat laboratorium kondisi.pada kenyataannya di Lembaga Pemasyarakatan
di klinik tersebut. Kelas IIA Sidoarjo dengan jumlah narapidananya
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kesehatan, sebanyak 1068 tidak sesuai dengan jumlah tenaga
seharusnya sebuah lembaga pemasyarakatan juga medisnya.
menyediakan ruang obat, laboratorium, dan klinik Jam kerja dokter umum dan gigi dimulai dari hari
gigi. Untuk klinik gigi seharusnya disediakan senin hingga sabtu untuk jam pelayanan kesehatan sebagai
karena berhubungan dengan Layanan kesehatan gigi. berikut:
Ruang laboratorium juga seharusnya disediakan berkaitan Senin-Kamis : 07.30-14.30
dengan pemeriksaan urine/darah rutin, BTA/Sputum, test Jumat : 07.00-11.00
narkoba dan rapid test HIV. Sabtu : 07.30-12.30
Terkait pengecekan kesehatan menurut Bapak Rudi Berdasarkan jam kerja dokter umum dan gigi yang
Kristiawan selaku kepala Bimkeswat, pengecekan hanya sampai maksimal pukul 14.30 dan tidak ada shift
kesehatan dilakukan hanya saat narapidana pertama kali jaga malam bagi dokter maupun tenaga kesehatan untuk
masuk ke lembaga pemasyarakatan,setelah itu tidak berjaga diklinik pada malam hari,sudah seharusnya
dilakukan pengecekan kesehatan lagi. adanya tenaga kesehatan yang berjaga saat malam hari
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun diklinik karena ketika narapidana mengalami sakit saat
1999 Tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak malam hari agar tidak harus menunggu keesokan harinya
Warga Binaan Pemasyarakatan, dalam Pasal 16 ayat (1) untuk mendapatkan penanganan kesehatan.
diatur bahwa “Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling Melihat keadaan tersebut seharusnya Over Capacity
sedikit 1 (satu) kali 1 (satu) bulan dan dicatat dalam kartu Narapidana tidak boleh berujung pada minimnya
kesehatan”. Namun hal tersebut sangat berbeda sekali pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
dengan apa yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas narapidana, kurangnya petugas kesehatan akan
IIA Sidoarjo,pengecekan kesehatan hanya di lakukan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yg ada. Jika
sekali saja saat narapidana pertama kali masuk kedalam kelebihan daya tampung tidak dapat teratasi, sebaiknya
lembaga pemasyarakatan. Padahal pengecekan kesehatan tidak mudah memberikan hukuman penjara bagi tindak
sangat penting dilakukan dalam upaya pencegahan pidana yang ringan, dapat diganti dengan denda maupun
penyakit berbahaya dan menular,ketika hal tersebut tidak menjadi tahanan luar untuk beberapa kasus ringan.
dilakukan akan beresiko meningkatkan penyakit dan
angka kematian di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Upaya dalam pemenuhan hak-hak narapidana di
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rudi lembaga pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo yang
Kristiawan selaku kepala Bimkeswat ada 2 dokter dan 3 mengalami Over Capacity berkaitan dengan hak
perawat untuk lebih dari 1000 narapidana di lembaga mendapatkan makanan dan kesehatan.
pemasyarakatan tersebut. Dokter tersebut merupakan 1 Berkaitan dengan upaya pemenuhan hak
dokter umum dan 1 dokter gigi. mendapatkan makanan dan pelayanan kesehatan peneliti
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM melakukan wawancara dengan bapak Rudi Kristiawan
Nomor M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang selaku kepala Bimkeswat,dalam pemenuhan hak
Pedoman Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan narapidana belum dapat berjalan sesuai dengan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia, tenaga peraturan yang berlaku dikarenakan beberapa faktor. Hal
kesehatan seharusnya terdiri atas Tenaga medis, Perawat, yang sama juga terjadi dalam pemenuhan hak-hak

9
narapidana di lembaga pemasyarakatan kelas II A penerapan hukum yang berepengaruh pada pemenuhan
Sidoarjo yang mengalami over capacity berkaitan dengan hak-hak narapidana. faktor-faktor tersebut adalah :
hak mendapatkan makanan dan kesehatan. Berdasarkan 1. Faktor hukum
data terkait jumlah narapidana yang ada di lembaga 2. Faktor penegak hukum
pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo dapat disimpulkan 3. Faktor sarana atau fasilitas
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana 4. Faktor masyarakat
pemenuhan hak-hak narapidana di lembaga 5. Faktor kebudayaan . (Soerjono Soekanto,2007:5)
pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo yang mengalami over Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan
capacity berkaitan dengan hak mendapatkan makanan dengan eratnya, oleh karena itu berkaitan dengan esensi
dan kesehatan adalah jumlah narapidana itu sendiri. dari keberhasilan pelaksanaan dalam pemenuhan hak-hak
Upaya pemenuhan hak untuk mendapatkan narapidana.
makanan pihak lembaga pemasyarakatan memberikan Pada elemen pertama, yang menentukan dapat
narapidana makanan 3 kali dalam sehari dengan jadwal berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau
makan pagi,siang dan sore hari. Untuk pemenuhan tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu
makanan dengan anggaran yang hanya untuk 800 orang sendiri.Menurut Soerjono Soekanto ukuran efektivitas
namun ada 1068 penghuni lembaga pemasyarakatan pada elemen pertama adalah :
sehingga anggaran tersebut harus dicukupkan untuk 1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang
seluruh penghuni lembaga pemasyarakatan,meskipun kehidupan tertentu sudah cukup sistematis.
tidak maksimal namun setidaknya masih terpenuhi. Tidak 2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang
ada upaya khusus yang dilakukan lembaga kehidupan tertentu sudah cukup sinkron, secara
pemasyarakatan sehingga mereka hanya membelanjakan hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan.
anggaran untuk 800 orang tersebut untuk dibagi 1068 3. Secara kualitatif dan kuantitatif
orang yang berada di dalam lembaga peraturan-peraturan yang mengatur
pemasyarakatan.Sedangkan untuk upaya dalam bidang-bidang kehidupan tertentu sudah
pemenuhan kesehatan,disediakan klinik untuk pelayanan mencukupi.
kesehatan di lapas tersebut dengan 2 dokter yakni dokter 4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah
umum dan dokter gigi dan 3 perawat yang membantu sesuai dengan persyaratan yuridis yang ada.
dalam proses pelayanan kesehatan bagi narapidana di (Soerjono Soekanto,1983:82)
lembaga pemasyarakatan. Juga di sediakan obat-obatan di Pada elemen kedua yang menentukan efektif atau
klinik tersebut sehingga ketika narapidana mengalami tidaknya kinerja hukum tertulis adalah aparat penegak
sakit dapat langsung ke klinik Lemgaba pemasyarakatan hukum. Dalam hubungan ini dikehendaki adanya aparatur
untuk mendapatkan pengobatan. yang handal sehingga aparat tersebut dapat melakukan
Untuk menentukan upaya apa yang dapat dilakukan tugasnya dengan baik. Kehandalan dalam kaitannya
dalam pemenuhan hak bagi narapidana, ada baiknya juga disini adalah meliputi keterampilan profesional dan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi mempunyai mental yang baik.
efektifitas suatu penerapan hukum yang berepengaruh Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang
pada pemenuhan hak-hak narapidana. berpengaruh terhadap efektivitas hukum tertulis yang
Menurut Soerjono Soekanto, tolak ukur dari pada berhubungan dengan pelaksanaan hak-hak narapidana
ketidakefektifan hukum,ada baiknya juga memperhatikan ditinjau dari segi aparat akan tergantung pada hal
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu berikut :

10
1.Sampai sejauh mana petugas terikat oleh 3. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan
peraturan-peraturan yang ada. baik, petugas atau aparat berwibawa serta fasilitas
2.Sampai batas mana petugas diperkenankan memberikan mencukupi.
kebijaksanaan. Elemen tersebut di atas memberikan pemahaman
3.Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh bahwa disiplin dan kepatuhan masyarakat tergantung dari
petugas kepada masyarakat. motivasi yang secara internal muncul.
4.Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan
penugasan-penugasan yang diberikan kepada petugas berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh pihak
sehingga memberikan batas-batas yang tegas pada lembaga pemasyarakatan terkait dengan hak
wewenangnya. mendapatkan makanan dan pelayanan kesehatan. Adapun
Pada elemen ketiga, tersedianya fasilitas yang upaya yang dapat dilakukan pihak lembaga
berwujud sarana dan prasarana bagi aparat pelaksana di pemasyarakatan dalam hal pemenuhan hak mendapatkan
dalam melakukan tugasnya. Sarana dan prasarana yang makanan sebenarnya tidak ada,mereka tidak melakukan
dimaksud adalah prasarana atau fasilitas yang digunakan upaya apapun kecuali hanya melakukan pemberian
sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum dalam makanan seperti biasa yakni narapidana di beri makanan
pelaksanaan hak-hak narapidana wanita. Sehubungan 3 kali dalam sehari dengan jadwal makan pagi,siang dan
dengan sarana dan prasarana yang dikatakan dengan sore hari. Untuk pemenuhan makanan dengan anggaran
istilah fasilitas ini, Soerjono Soekanto memprediksi yang hanya untuk 800 orang namun ada 1068 penghuni
patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari lapas sehingga anggaran tersebut harus dicukupkan untuk
prasarana, dimana prasarana tersebut harus secara jelas seluruh penghuni, lembaga pemasyarakatan meskipun
memang menjadi bagian yang memberikan kontribusi tidak maksimal namun setidaknya masih terpenuhi.
untuk kelancaran tugas-tugas aparat di tempat atau lokasi Berdasarkan faktor hukumnya,menurut Perhitungan
kerjanya. Adapun elemen-elemen tersebut adalah : Kebutuhan Bahan Makanan Lampiran Keputusan
1. Prasarana yang telah ada apakah telah terpelihara Menteri Hukum Dan Ham Nomor : M.Hh-01.Pk.07.02
dengan baik. Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan
2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga
memperhitungkan angka waktu pengadaannya. Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara, Bab II
3. Prasarana yang kurang perlu segera dilengkapi. Mekanisme Penyelenggaraan Makanan Di Lembaga
4. Prasarana yang rusak perlu segera diperbaiki. Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara. Perhitungan
5. Prasarana yang macet perlu segera dilancarkan Kebutuhan Bahan Makanan :
fungsinya. 1. Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah proses
6. Prasarana yang mengalami kemunduran fungsi penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan
perlu ditingkatkan lagi fungsinya. untuk pengadaan bahan makanan sesuai menu yang
ditetapkan dan jumlah WBP dan tahanan, dengan tujuan
Kemudian ada beberapa elemen pengukur efektivitas untuk tercapainya usulan dan kebutuhan bahan makanan
yang tergantung dari kondisi masyarakat, yaitu : untuk WBP dan tahanan selama satu tahun.
1. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan 2. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan makanan,
walaupun peraturan yang baik. sebagai berikut:
2. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi a. Menentukan jumlah WBP dan tahanan
peraturan walaupun peraturan sangat baik dan aparat b. Menentukan standar porsi tiap bahan makanan dalam
sudah sangat berwibawa. berat kotor

11
c. Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan 1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara
setiap siklus menu selama satu tahun pidana dilakukan oleh jaksa;
Contoh: 2. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
a. Jumlah rata-rata WBP dan tahanan per hari = 1.000 tersebut ayat (1) oleh Ketua Pengadilan yang
orang, bersangkutan berdasarkan undang-undang.
b. Standar porsi daging 0.050 Kg Sudah seharusnya dalam pemberian putusan
c. Satu siklus menu 10 hari , 3 kali pemakaian daging pengadilan ketika dapat dilakukan opsi pemidanaan
pada hari ke-3, 5, dan 8. lainnya selain hukuman kurungan yakni antara lain
Apabila dalam satu bulan terdiri dari 31 hari, maka hukuman kerja sosial dan denda agar lebih diberlakukan
pada hari ke-31 diberi sama dengan menu hari ketujuh. mengingat hal tersebut dapat menekan jumlah narapidana
Contoh kebutuhan daging dalam satu tahun adalah : yang masuk kedalam Lembaga Pemasyarakatan.
jumlah WBP dan tahanan x standar porsi x pemakaian Berdasarkan faktor penegak hukumnya, petugas di
dalam 1 tahun (365 hari) = 1000 orang x 0,050 Kg x ( 3 Lembaga Pemasyarakatan tidak melakukan upaya yang
X 3 X 12) = 1000 orang x 0,050 Kg x 108 kali = 5.400 cukup berarti dalam pemenuhan hak mendapatkan
Kg. makanan,mereka hanya mencukupkan anggaran yang
Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Bahan sudah diterima untuk di cukupan sesuai jumlah
Makanan Lampiran Keputusan Menteri Hukum Dan Ham narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan,sudah
Nomor : M.Hh-01.Pk.07.02 Tahun 2009 tentang seharusnya mereka melakukan upaya untuk membuat
Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi Warga Binaan perhitungan kebutuhan makanan yang baru untuk di
Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Dan berikan kepada pemerintah agar dapat terpenuhi secara
Rumah Tahanan Negara,anggaran yang ada harus sesuai baik kebutuhan makanan yang ada di Lembaga
dengan jumlah WBP yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo.
pemasyarakatan dalam prosedur pemenuhan makanan. Berdasarkan sarana/fasilitas yang ada di Lembaga
Namun di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo juga beum terpenuhi
anggaran untuk 800 orang harus diberikan kepada 1068 secara maksimal untuk kebutuhan pemenuhan hak
orang. Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan aturan mendapatkan makanan, kondisi dapur yang tidak bersih
yang berlaku dalam pemenuhan hak mendapatkan dan juga tidak ada lemari pendingin untuk penyimpanan
makanan bagi narapidana. Peraturan yang ada mengenai bahan makanan yang harus di letakkan di dalam lemari
bidang-bidang kehidupan tertentu belum sinkron dengan pendingin agar makanan lebih awet dan tahan lama juga
kenyataan yang ada dilapangan. agar tidak mudah membusuk.
Berdasarkan faktor hukumnya juga yang Berdasarkan faktor dari masyarakat, masih
menentukan narapidana masuk ke sebuah Lembaga banyaknya masyarakat yang masih saja melakukan
pemasyarakatan adalah putusan pengadilan. Menurut kejahatan walaupun sudah banyak peraturan yang sudah
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang baik namun ketika masyarakatnya sendiri tidak dapat
Kekuasaan Kehakiman, memandang perlu adanya mematuhinya yang terjadi adalah banyaknya tingkat
pengawasan dan pelaksanaan putusan pengadilan kejahatan sehingga mengakibatkan tingginya jumlah
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat (1) dan (2) tahanan dan narapidana yang ada di Lembaga
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pemasyarakatan.
Kekuasaan Kehakiman yang menentukan sebagai berikut Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa tidak ada
: upaya yang dilakukan oleh petugas Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo,mereka hanya

12
mencukupkan angggaran untuk 800 orang diberikan lain hukuman kerja sosial dan denda. Hal tersebut dapat
kepada 1068 orang,hal tersebut akan berpengaruh mengurangi jumlah narapidana yang semakin banyak di
terhadap porsi makanan yang diberikan,sesuai dengan lembaga pemasyarakatan.
pernyataan dari para narapidana dan mantan narapidana
yang ada di lembaga pemasyarakatan, bahwasannya PENUTUP
pemberian lauk makanan yang sangat sedikit dan tidak Simpulan
sesuai dengan kebutuhan kalori yang di butuhkan oleh 1. Pelaksanaan pemenuhan hak untuk mendapatkan
para narapidana,hal tersebut juga akan berpengaruh makanan oleh Lembaga Pemasyarakatan kelas II
terhadap kesehatan para narapidana yang ada di Lembaga A Sidoarjo yang mengalami Over Capacity tidak
Pemasyarakatan,ketika jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi ( AKG )
tidak sesuai dengan apa yang seharusnya akan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
mengkibatkan berbagai penyakit salah satunya seperti LIPI Tahun 2004 berdasarkan kalori yang
Sistem Kardiovaskular yang Kacau,Jika sampai kalori diterima para narapidana,hal ini dibuktikan
protein hilang atau bahkan berkurang di dalam tubuh dan dengan Kurang layaknya pemberian makanan
tidak segera ditangani, pembuluh darah dapat dan juga porsi makan yang sangat sedikit dengan
berkemungkinan besar menjadi lebih rapuh dan bahkan kualitas nasi yang tidak bagus. Selain itu
akibatnya dapat sangat fatal dan berakibat kematian. penyeenggaraan makanan tidak sesuai dengan
Pembuluh darah akan selalu bersih dari plak-plak Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
kolesterol jahat berkat protein, maka jika sampai Manusia Republik Indonesia Nomor :
kehilangan kalori ini, penyakit jantung adalah risikonya. M.Hh-01.Pk.07.02 Tahun 2009 Tentang
Intinya, risiko sakit jantung akan meningkat seiring Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi
dengan tidak terpenuhinya kalori tersebut. Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga
( www.hellosehat.com, Akses 4 April 2019). Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara
Sedangkan untuk upaya dalam pemenuhan hal ini di karenakan di lembaga pemasyarakatan
kesehatan,disediakan klinik untuk pelayanan kesehatan di tersebut tidak ada juru masak ataupun ahli gizi
lembaga pemasyarakatan tersebut dengan 2 dokter yakni ,hanya narapidana yang ditunjuk petugas
dokter umum dan dokter gigi dan 3 perawat yang lembaga pemasyarakatan secara berkelompok
membantu dalam proses pelayanan kesehatan bagi dan bergiliran untuk melakukan segala kegiatan
narapidana di lembaga pemasyarakatan. mengolah bahan makanan hingga
Seharusnya mengingat banyaknya narapidana yang pendistribusian. Kebersihan sarana dan prasarana
ada di lembaga pemasyarakatan tersebut dan hanya juga belum efektif sehingga belum terjamin
diberikan 1 dokter umum dan 1 dokter gigi saja tentu kebersihan makanan yang akan di hidangkan.
belum memadahi,penambahan tenaga medis untuk Namun pemberian makanan telah sesuai dengan
sementara sangat diperlukan mengingat banyaknya peraturan yakni tiga kali dalam sehari pada
narapidana yang sering mengalami sakit,hal tersebut dpat pagi,siang dan sore hari.
membantu dalam proses pembinaan narapidana agar Selain itu untuk pemenuhan hak mendapatkan
lebih maksimal lagi. pelayanan kesehatan bagi Narapidana tidak sesuai dengan
Saat ini mengingat tingginya angka over capacity Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
sudah seharusnya tidak mudah memasukkan orang ke syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
dalam Lembaga Pemasyarakatan,perlu adanya opsi Pemasyarakatan, dalam Pasal 16 ayat (1) hal ini
pemidanaan lainnya selain hukuman kurungan, antara dibuktikan dengan pengecekan kesehatan yang hanya

13
dilakukan 1 kali pada saat narapidana terdaftar di lembaga Pasal 14 Undang–undang Republik Indonesia
pemasyarakatan dan juga tidak sesuai dengan Peraturan nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Menteri Hukum dan HAM Nomor M. HH.02.UM.06.04 yang mana tercantum mengenai pemenuhan hak
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di mendapatkan makanan dan juga hak dalam
Lingkungan Kementrian Hukum dan HAM. Hal tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan.Ketika
dibuktikan dengan tenaga kesehatan yang hanya hak-hak narapidana yang seharusnya dipenuhi
terdiri dari 1 Dokter Umum, 1 dokter gigi dan 3 sesuai dengan ketentuan namun karena beberapa
Perawat dengan adanya over capacity atau jumlah hal membuat tidak terpenuhinya hak-hak tersebut
Narapidana yang melebihi daya tampung, dengan akan merampas hak yang seharusnya di terima
ketersediaan ruang yang belum memadai seperti belum oleh narapidana yang ada di lembaga
adanya laboratorium, dan klinik gigi serta persediaan obat pemasyarakatan.
yang kurang lengkap hal itu belum sesuai dengan Saran
peraturan yang ada. Namun dalam penyediaan ruangan Bagi Lembaga Pemasyarakatan sebaiknya Harus
klinik setidaknya sudah sesuai dengan peraturan menteri dilakukan penambahan menu yang layak dan sesuai
hukum dan ham nomor M.HH.02.UM.06.04 tahun 2011 kalori yang dibutuhkan sehingga narapidana terpenuhi
tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan di Lingkungan haknya dan meminimalisir terjadinya gangguan
Kementrian Hukum dan HAM. kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya kalori.
2. Upaya yang dilakukan oleh Lembaga Narapidana tidak harus mendapatkan makanan yang enak
Pemasyarakatan kelas II A Sidoarjo yang namun setidaknya kalorinya terpenuhi agar tidak
mengalami Over Capacity guna memenuhi hak mengakibatkan masalah baru yang akan merepotkan bagi
mendapatkan makanan dan pelayanan kesehatan Lembaga Pemasyarakatan. Kebersihan di dapur lembaga
bagi narapidana yakni dengan mencukupkan pemasyarakatan perlu lebih diperhatikan mengingat
anggaran yang ada dalam memenuhi hak bagi kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan para
narapidana yang jumlahnya mengalami Over narapidana yang ada di lembaga pemasyarakatan . Selain
Capacity. Lembaga Pemasyarakatan kelas II A itu perlu adanya penambahan ahli gizi untuk memantau
Sidoarjo belum melakukan upaya tertentu dalam kandungan kalori yang setidaknya cukup untuk
hal penambahan anggaran untuk memenuhi narapidana agar tidak mengalami kekurangan kalori.
kebutuhan makanan dan pelayanan kesehatan Perlu adanya pengecekan kesehatan secara rutin untuk
yang sesuai dengan jumlah narapidana yang ada. meminimalisir terjadinya gangguan kesehatan yang
Perlu adanya upaya dari Lembaga menular di dalam lapas dan untuk menjamin kesehatan
Pemasyarakatan untuk memberikan pemenuhan para narapidana yang ada di lapas. Selain itu perlu
hak kepada narapidana lebih baik setidaknya adanya dokter maupun tenaga kesehatan yang berjaga
meskipun narapidana tidak harus mendapatkan saat malam hari hal ini agar meminimalisir terjadinya
makanan yang enak namun kalorinya harus keadaan darurat saat narapidana mengalami sakit saat
terpenuhi karena hal tersebut akan berakibat malam hari. Adanya dokter psikologi juga sangat
kepada kesehatan narapidana. Tingginya tingkat diperlukan untuk narapidana yang mengalami depresi
over capacity di sebuah lembaga pemasyarakatan berat hal ini dapat meminimalisir tingkat bunuh diri oleh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan hak-hak narapidana yang diakibatkan oleh depresi. Penambahan
narapidana khususnya adalah hak untuk obat-obatan tertentu juga diperlukan untuk mengatasi
mendapatkan makanan dan pelayanan kesehatan. narapidana yang mengalami sakit tertentu sehingga
Hak hak narapidana sendiri tercantum dalam

14
penanganan kesehatan akan menjadi lebih baik bagi Soekanto,soerjono,2007, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Penerbit Raja Grafindo Persada.
Bagi Hakim sebaiknya tidak mudah memasukkan
Soekanto,Soerjono, 1983,Penegakan Hukum,Bandung :
orang ke dalam lembaga pemasyarakatan, perlu adanya Penerbit Bina cipta.
opsi pemidanaan lainnya selain hukuman kurungan, Surat Edaran (SE) Menteri Kehakiman No:
M.02-Um.01.06 Tahun 1989 tentang Petunjuk
antara lain hukuman kerja sosial dan denda. Hal tersebut
Pelaksanaan Biaya Bahan Makanan Bagi
dapat mengurangi jumlah narapidana yang semakin Napi/Tahanan Negara/Anak.
banyak di Lembaga Pemasyarakatan dan juga perlu Surat Edaran No.E.PP.02.05-02 Tanggal 20 September
2007 Direktur Jenderal Pemasyarakatan
adanya instrumen hukum yang memungkinkan lembaga
Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia
pemasyarakatan dapat menambah jumlah anggaran untuk No.E.PP.02.05-02 Tanggal 20 September 2007
tentang Peningkatan Pelayanan Makanan Bagi
pemenuhan hak bagi narapidana.
Penghuni Lapas/Rutan/Cabang Rutan
Syahruddin, Pemenuhan Hak Asasi Warga Binaan
DAFTAR PUSTAKA Pemasyarakatan Dalam Melakukan Hubungan
Biologis Suami Istri, Disertasi, Program Pasca
Amiruddin,2006,Pengantar Metode Penelitian Sarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,
Hukum,Jakarta: Penerbit PT Grafindo persada. Makasar, 2010.
Aswanto, Jaminan Perlindungan HAM dalam KUHAP Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
dan Bantuan Hukum Terhadap PenegakanHAM di Pemasyarakatan.
Indonesia, Disertasi, Makassar, Perpustakaan
FH-Unair, 1999. http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly

Dr.Sugeng Pujileksono,M.Si,2017,Sosiologi Penjara, http://www.putraprabu.wordpress.com,diakses pada


Malang : Penerbit Intrans Publishing. tanggal 25 maret 2019.

Hartanto,Jw,Pembinaan Moral Dan Spiritual Warga www.hellosehat.com,diakses pada tanggal 4 April 2019
Binaan Windari, Rusmilati,2013,Perlindungan Ham Bagi
Pemasyarakatan,2014,http://eprints.ums.ac.id/28530 Narapidana Di
/2/01_BAB_I.pdf,diakses pada tanggal 27 maret Indonesia,Https://www.Academia.Edu/19633114/
2019. Perlindungan_Ham_Bagi_Narapidana_Di_Indone
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA sia,Diakses Pada 27 Maret 2019.
(KUHP). Zainuddin Ali,2011,Metode Penelitian Hukum,Jakarta :
Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor Penerbit Sinar Grafika.
M.HH.02.UM.06.04 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelayanan Kesehatan Di Lingkungan Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia.
M. Marwan & Jimmy P, 2009, Kamus Hukum
( Dictionary of Law Complete Edition),
Surabaya : Penerbit Reality Publisher.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang
Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor:M.Hh-01.Pk.07.02
Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Makanan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Di
Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan
Negara.
Soekanto,soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum,
Jakarta: Penerbit :Universitas Indonesia Press.

15

Anda mungkin juga menyukai