Hadir sebagai nara sumber, Kementerian Koperasi dan UKM, Asdep Pembiayaan Non
Bank dan Perpajakan, Ir. Suprapto, M. Sc, bersama Kepala Dinas Perdakum Ponorogo, Addin
Andanawarih. Kegiatan dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Ponorogo Dr. H. Soedjarno serta
diikuti perwakilan dari Kejaksaan Negeri, BPPKAD, Bappeda Litbang, Bagian Administrasi
Pemerintah Umum, Bagian Administrasi Perekonomian, Bagian Hukum, Bagian Kesejahteraan
Rakyat, Inspektorat dan beberapa dinas yang terkait.
Wakil Bupati Ponorogo, Dr. H. Sujarno saat ditemui usai acara mengungkapkan Dana
Bergulir sendiri merupakan upaya Pemkab Ponorogo dalam memberikan pembiayaan bagi
pelaku usaha mikro dan kecil. Namun berdasarkan pengalaman yang lalu dana bergulir tersebut
mandeg, dikarenakan belum dikelola secara tepat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. “Pembentukan BLUD DB ini merupakan sesuatu yang baru, karena di Kabupaten
Ponorogo baru berdiri BLUD Pelayanan Kesehatan pada tahun 2014, yaitu RSUD dan
Puskesmas. Ke depan kami ingin fokus memberikan solusi pembiayaan bagi masyarakat kecil
dengan mendirikan BLUD-DB tersebut,” ujarnya
Lebih lanjut, Dia menegaskan, upaya yang harus dilakukan adalah membuat peraturan
bupati, dan ke depannya dapat juga diupayakan untuk menjadi Peraturan Daerah. Setelah
sebelumnya terlebih dahulu mempelajari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
melakukan studi banding kepada BLUD yang telah melaksanakan Best Practice
Sementara itu, Kementerian Koperasi dan UKM, Asdep Pembiayaan Non Bank dan
Perpajakan, Ir. Suprapto, M. Sc menyampaikan, Sejak tahun 2000 – 2007 Kemenkop dan UKM
telah menggelontorkan dana bagi sekitar 12.000 koperasi dengan nilai sebesar 1,4 triliyun. Di
satu sisi koperasi dan UKM sangat merasakan manfaat dari dana tersebut, namun dari sisi lain
pengelolaan keuangan dana bergulir ini menjadi permasalahan tersendiri, sehingga terbitlah
Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.O5/2008 yang mengamanatkan kepada
Kementerian/Lembaga tidak boleh mengelola dana bergulir secara langsung melainkan harus
melalui Badan Layanan Umum (BLU). “Hal tersebut-lah yang menjadi alasan utama berdirinya
LPDB-KUMKM,” pungkasnya.