swasono r tamat
Waktu Paruh
50
N t = N o / 2 = No . e - t
e -t = ½ atau
-T½ = ln ½
T½ t T½ = ln 2/ = 0.693/
Nt/No vs t pada kertas grafik linier.
swasono r tamat
Bila hubungan diatas diplot pada kertas grafik semi-
log maka berbentuk garis lurus, sebagai berikut :
Nt /No ln Nt / No = - t
100
ln Nt = - t + ln No
log Nt = - 0,434 t + log No
50
T½ t
swasono r tamat
. Peluruhan Beruntun, Keseimbangan Radioaktif
Peluruhan beruntun terjadi bila suatu radionuklida A
meluruh menjadi radionuklida anak B, yang meluruh
lebih lanjut menjadi C. Apabila C juga radioaktif maka
peluruhan akan beruntun lebih lanjut hingga menjadi
nuklida yang stabil.
λA λB
A B C
Laju peluruhan induk A ialah:
- dNA /dt = λANA
Jumlah induk A pada saat t ialah:
NAt = NA0 e – λt
Sementara itu laju pertumbuhan B ialah:
dNB /dt = λANA - λBNB
Bila pada t = 0 hanya ada radionuklida A, maka jumlah
radionuklida B pada saat t ialah:
λA
NB t = ------------ x NAo (e - λAt - e - λBt)
(λB - λA)
swasono r tamat
Macam Peluruhan
A. Nuklida dengan N/Z > N/Z stabil,
peluruhan -
swasono r tamat
swasono r tamat
B. Nuklida dengan N/Z < N/Z stabil
Nuklida ini tidak stabil karena intinya mengandung
terlalu banyak proton dibandingkan dengan
neutronnya. Untuk menstabilkan dirinya, sebuah
proton akan berubah menjadi neutron dan dengan
demikian menaikkan harga N/Z nya mendekati
harga N/Z stabil. Perubahan tersebut dapat melalui
dua cara, yaitu
-- melalui peluruhan +, atau
-- melalui peristiwa tangkapan elektron (EC).
swasono r tamat
Peluruhan +
Pada nuklida ini sebuah proton (p+) berubah menjadi
neutron dengan melepaskan sebuah partikel +
(positron). Sifat dan massa positron sama dengan
elektron (negatron), namun umur positron tidak
lama, dan bermuatan positif. Dengan segera energi
kinetik positron hilang dan sebuah positron akan
tertarik oleh sebuah elektron yang terdekat dan
keduanya mengadakan reaksi, dan seluruh massa
nya diubah menjadi dua sinar- masing2 511 keV dan
arahnya berlawanan.
+ p+ n + +
22 22
Na Ne + +
11 10
swasono r tamat
Tangkapan elektron (EC)
swasono r tamat
e
sinar-X3
e
sinar-X2
e
sinar-X1
swasono r tamat
C. Nuklida dengan Z 83, peluruhan
Ketidakstabilan inti atom pada daerah ini terutama
karena inti atom menjadi terlalu besar dan bukan karena
perbandingan N:Z. Untuk menstabilkan dirinya, inti
akan melepaskan partikel yang terdiri dari 2 proton dan
2 neutron, disebut partikel alpha (). Partikel tidak
lain adalah inti helium 42He2+. Sebagai akibat peluruhan
ini, akan dihasilkan inti baru dengan nomor atom
berkurang dua dari inti asal dan nomor massanya
berkurang empat.
226 222
Ra Rn +
88 86
swasono r tamat
D. Peluruhan
Setelah inti memancarkan partikel - ,+, atau
setelah tangkapan elektron (EC), inti atom tersebut
akan berada dalam keadaan tereksitasi (excited state).
Inti tereksitasi ini akan segera kembali ke keadaan
dasarnya yang stabil dengan jalan melepaskan
radiasi elektromagnetik, sinar .
Sinar dipandang sebagai paket catu energi yang
disebut foton . Massa dan muatan suatu inti yang
memancarkan sinar- tidak berubah, dan demikian
pula unsurnya tidak berubah.
60m 60
27
Co → 27Co +
swasono r tamat
60m 60
27
Co → 27Co +
60 60
Co → Ni + - +
27 28
60m
------------------------ 27Co (10,4 min)
(0,059 MeV)
60
------------------------ Co (5,26 y)
27
- (0,318 MeV)
-------------------------
1 (1,17 MeV)
-------------------------
2 (1,33 MeV)
60
-------------------------- Ni (stabil)
28 swasono r tamat
Dua isomer keduanya radioaktif
swasono r tamat
Umur rerata suatu keadaan tereksitasi pada umumnya
sangat singkat, yaitu 10-9 - 10-13 detik. Namun ada waktu
paruh transisi yang dapat diukur.
Inti-inti radionuklida yang sama tetapi berbeda tingkat
energinya (misalnya di tingkat dasar dan tingkat eksitasi
pertama) disebut isomer inti atau mesomerik. Transisi
antara kedua isomer inti tersebut dinamakan transisi
isomerik. Inti yang masih ada dalam keadaan tereksitasi
diberi tanda m di belakang nomor massanya yang
berarti metastabil.
99Mo 99mTc 99(g)Tc
swasono r tamat
Kelimpahan Isotop