Anda di halaman 1dari 21

II.

Radiasi dan Radioaktivitas

menjelaskan pengertian radionuklida dan


berbagai bentuk radiasi, radioaktivitas,
dan menghitung peluruhan radioaktivitas;
Satuan Radioaktivitas

Besaran untuk menyatakan aktivitas suatu radionuklida


disebut radioaktivitas, dan dinyatakan dengan satuan
yang disebut becquerel disingkat Bq. Satuan Bq
didefinisikan sebagai satu disintegrasi per sekon (dps).
Dalam sistem satuan yang lama digunakan satuan curie
disingkat Ci.
1 Ci = 3,7 x 1010 dps = 3,7 x 1010 Bq = 37 GBq

109 Bq = 106 KBq = 103 MBq = 1 GBq

swasono r tamat
Waktu Paruh

Peluruhan radioaktif kecuali dinyatakan dengan


tetapan peluruhan (λ), juga dapat dinyatakan
dengan besaran yang disebut waktu paruh, yaitu
waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida
untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal separuh
dari semula. Hubungan waktu paruh dengan
tetapan peluruhan ialah :
t½ = 0,693 / λ

1). Jenis radiasi 2). energi radiasi yang dipancarkan


dan 3). waktu paruh (atau tetapan peluruhan) adalah
ciri khas masing-masing radionuklida.
swasono r tamat
Laju Peluruhan

Laju peluruhan radioaktif mengikuti kinetika reaksi


orde pertama, yaitu berkurangnya jumlah radionuklida
per satuan waktu adalah fungsi dari jumlah radio-
nuklida itu sendiri :
- dN/dt = λ N
Dalam hal ini λ ialah tetapan peluruhan. Persamaan ini
diselesaikan menjadi:
Nt = N0 e – λ t
N0 = jumlah radionuklida pada saat t = 0
Nt = Jumlah radionuklida pada saat t = t
swasono r tamat
Laju peluruhan radionuklida biasa dinyatakan secara
karakteristik dengan suatu tetapan yang disebut waktu
paruh dan diberi lambang t ½ atau T ½ .
Nt /No
Waktu paruh suatu radionuklida
100 adalah waktu yang diperlukan agar
jumlah radionuklida tersebut men-
jadi setengah dari jumlahnya semula

50
N t = N o / 2 = No . e -  t
e -t = ½ atau
-T½ = ln ½
T½ t T½ = ln 2/ = 0.693/
Nt/No vs t pada kertas grafik linier.
swasono r tamat
Bila hubungan diatas diplot pada kertas grafik semi-
log maka berbentuk garis lurus, sebagai berikut :

Nt /No ln Nt / No = -  t
100
ln Nt = -  t + ln No
log Nt = - 0,434  t + log No
50

T½ t

swasono r tamat
. Peluruhan Beruntun, Keseimbangan Radioaktif
Peluruhan beruntun terjadi bila suatu radionuklida A
meluruh menjadi radionuklida anak B, yang meluruh
lebih lanjut menjadi C. Apabila C juga radioaktif maka
peluruhan akan beruntun lebih lanjut hingga menjadi
nuklida yang stabil.
λA λB
A B C
Laju peluruhan induk A ialah:
- dNA /dt = λANA
Jumlah induk A pada saat t ialah:
NAt = NA0 e – λt
Sementara itu laju pertumbuhan B ialah:
dNB /dt = λANA - λBNB
Bila pada t = 0 hanya ada radionuklida A, maka jumlah
radionuklida B pada saat t ialah:

λA
NB t = ------------ x NAo (e - λAt - e - λBt)
(λB - λA)

Peluruhan beruntun ini dapat mencapai


keseimbangan, apabila λA < λB .
Keseimbangan ini disebut keseimbangan
radioaktif yaitu bila laju pertumbuhan
radionuklida anak B sama dengan peluruhan
induk A.
T½ A > T½ B

swasono r tamat
Macam Peluruhan
A. Nuklida dengan N/Z > N/Z stabil,
peluruhan -

Inti atom tidak stabil karena mengandung terlalu


banyak neutron dibandingkan dengan protonnya.
Untuk menstabilkan dirinya, sebuah neutron (n)
berubah menjadi proton (p+), diikuti dengan
pelepasan elektron dari inti atom dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya, disebut partikel -
n p+ + -
35 35
S Cl + -
16 17

swasono r tamat
swasono r tamat
B. Nuklida dengan N/Z < N/Z stabil
Nuklida ini tidak stabil karena intinya mengandung
terlalu banyak proton dibandingkan dengan
neutronnya. Untuk menstabilkan dirinya, sebuah
proton akan berubah menjadi neutron dan dengan
demikian menaikkan harga N/Z nya mendekati
harga N/Z stabil. Perubahan tersebut dapat melalui
dua cara, yaitu
-- melalui peluruhan +, atau
-- melalui peristiwa tangkapan elektron (EC).

swasono r tamat
Peluruhan  +
Pada nuklida ini sebuah proton (p+) berubah menjadi
neutron dengan melepaskan sebuah partikel +
(positron). Sifat dan massa positron sama dengan
elektron (negatron), namun umur positron tidak
lama, dan bermuatan positif. Dengan segera energi
kinetik positron hilang dan sebuah positron akan
tertarik oleh sebuah elektron yang terdekat dan
keduanya mengadakan reaksi, dan seluruh massa
nya diubah menjadi dua sinar- masing2 511 keV dan
arahnya berlawanan.
+ p+ n + +
22 22
Na Ne + +
11 10
swasono r tamat
Tangkapan elektron (EC)

Pada nuklida ini proton berubah menjadi neutron dengan


cara menangkap elektron (e-) dari kulit K atau L, disertai
dengan pelepasan sinar X.
p+ + e- n + X
Lowongan elektron pada kulit K atau L yang terjadi akan
segera diisi oleh elektron dengan tingkat energi yang lebih
tinggi, dan lowongan baru akibat pengisian kulit K atau L
itu, akan diisi oleh elektron yang berasal dari tingkat
energi yang lebih tinggi lagi, dan demikian seterusnya
sampai konfigurasi elektron dalam susunan stabil.

swasono r tamat
e
sinar-X3
e
sinar-X2
e
sinar-X1

Penataan kembali ini menimbulkan deret pancaran


sinar X atau sinar pendar (fluorescence) tergantung
pada panjang gelombang yang dipancarkan.

swasono r tamat
C. Nuklida dengan Z  83, peluruhan 
Ketidakstabilan inti atom pada daerah ini terutama
karena inti atom menjadi terlalu besar dan bukan karena
perbandingan N:Z. Untuk menstabilkan dirinya, inti
akan melepaskan partikel yang terdiri dari 2 proton dan
2 neutron, disebut partikel alpha (). Partikel  tidak
lain adalah inti helium 42He2+. Sebagai akibat peluruhan
ini, akan dihasilkan inti baru dengan nomor atom
berkurang dua dari inti asal dan nomor massanya
berkurang empat.
226 222
Ra Rn + 
88 86

swasono r tamat
D. Peluruhan 
Setelah inti memancarkan partikel - ,+,  atau
setelah tangkapan elektron (EC), inti atom tersebut
akan berada dalam keadaan tereksitasi (excited state).
Inti tereksitasi ini akan segera kembali ke keadaan
dasarnya yang stabil dengan jalan melepaskan
radiasi elektromagnetik, sinar .
Sinar  dipandang sebagai paket catu energi yang
disebut foton  . Massa dan muatan suatu inti yang
memancarkan sinar- tidak berubah, dan demikian
pula unsurnya tidak berubah.
60m 60
27
Co → 27Co + 

swasono r tamat
60m 60
27
Co → 27Co + 
60 60
Co → Ni + - + 
27 28

60m
------------------------ 27Co (10,4 min)
 (0,059 MeV)
60
------------------------ Co (5,26 y)
27

- (0,318 MeV)
-------------------------
1 (1,17 MeV)
-------------------------
2 (1,33 MeV)
60
-------------------------- Ni (stabil)
28 swasono r tamat
Dua isomer keduanya radioaktif

60Co simbol, nomor massa


10.47 m 5.271 y waktu paruh
IT 58. - .318 cara peluruhan, energi
- 1.6  1332.5 MeV untuk  dan 
 1332.5 1173.2 keV untuk 

60  2.0 tampang lintang (barn)


aktivasi dengan
neutron termal

swasono r tamat
Umur rerata suatu keadaan tereksitasi pada umumnya
sangat singkat, yaitu 10-9 - 10-13 detik. Namun ada waktu
paruh transisi yang dapat diukur.
Inti-inti radionuklida yang sama tetapi berbeda tingkat
energinya (misalnya di tingkat dasar dan tingkat eksitasi
pertama) disebut isomer inti atau mesomerik. Transisi
antara kedua isomer inti tersebut dinamakan transisi
isomerik. Inti yang masih ada dalam keadaan tereksitasi
diberi tanda m di belakang nomor massanya yang
berarti metastabil.
99Mo 99mTc 99(g)Tc

t½ =66 jam t½ =6,04 jam

swasono r tamat
Kelimpahan Isotop

Kelimpahan isotop 35Cl di alam adalah 75,77% dan


kelimpahan isotop 37Cl adalah 24,23%, yang bila
dirata-rata akan menghasilkan nomor atom 35,5,
sehingga dalam perhitungan reaksi kimia seolah-
olah di alam ini hanya ada satu isotop Cl dengan
berat molekul 35,5.

Meningkatnya konsentrasi suatu isotop dalam


campuran isotop sering disebut sebagai isotop
diperkaya. Perkayaan isotop ini dapat mencapai
tingkat 93-95% sebagaimana dilakukan pada isotop
235U yang digunakan dalam reaktor nuklir beberapa

tahun yang lalu (sisanya adalah 238U dan 236U).


swasono r tamat
swasono r tamat

Anda mungkin juga menyukai