Anda di halaman 1dari 7

Nama : Daya Wulandari

NIM 062050442831
Kelas : 3EGT
Dosen : Dr. RD. Kusumanto, ST., MM.

UAS Manjemen dan Ekonomi Energi

1. Jelaskan syarat utama agar sukses dalam manajemen energy (Bobot: 5)

Jawab:

Syarat utama manajemen energi yang efektif harus didasarkan pada tujuan yang dimaksudkan dan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan harus dijelaskan secara rinci.

2. Haruskah suatu industri memiliki kebijakan energi? Jelaskan (Bobot: 5)

Jawab:

Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha Industri yang
berkedudukan di Indonesia. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang di tetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (“PP No. 24/2009”), maka
pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 05/M-
IND/PER/2/2014 tentang Tata Cara Dalam Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin
Perluasan Kawasan Industri (“Permenperin No. 5/2014”) untuk mengatur pemberian izin usaha
kawasan industri (“IU Kawasan Industri”) dan izin perluasan kawasan industri (“IP Kawasan
Industri”). Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Permenperin No. 5/2014, pengertian dari kawasan
industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri
(“Kawasan Industri”). Sedangkan, perusahaan kawasan industri (“Perusahaan Kawasan
Industri”) adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan
Industri.
Maka ntuk menerapkan batas-batas program manajemen energi dalam industri, perlu ditentukan
secara akurat jenis dan jumlah energi yang digunakan pada setiap tingkat proses manufaktur.
Oleh karena itu diperlukan prosedur pencatatan penggunaan energi yang sistematis dan
berkelanjutan. Pengumpulan data selanjutnya diikuti dengan menganalisis dan mendefinisikan
kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan disebut audit energy. Sehingga kebijakan
energi suatu industri sangat diperlukan.

3. a. Apa tujuan audit energy dan Mengapa perlu melakukan benchmartk konsumsi energy.
(Bobot: 5)
Jawab:

Tujuan utama Audit Energi adalah menentukan cara untuk mengurangi konsumsi energi per unit
produk atau menurunkan biaya operasi. Audit Energi menyediakan "tolok ukur" (reference point)
untuk mengelola energi dalam organisasi dan juga memberikan dasar untuk merencanakan
penggunaan energi yang lebih efektif ke seluruh organisasi. Kenapa Anda harus
melakukan benchmarking? benchmark adalah suatu cara yang sangat sistematis atau suatu upaya
penilaian performa pada layanan, produk atau proses perusahaan dengan membandingkannya
dengan layanan, proses, atau produk dari kompetitor lain yang dinilai lebih baik dari perusahaan
tersebut. Sehingga dengan ada benchmark konsumsi energy ini kita bisa membandingkan apakah
sudah sesuai dengan kebutuhan, tetapi masih tetap sedikit membutuhkan adaptasi, menyesuaikan
keberhasilan mereka ke dalam budaya organisasi Anda akan mendapat manfaat yang begitu
nyata. Jadi, sangatlah penting untuk kita melihat apa yang dilakukan telah terbaik.

b. Sebutkan dan jelaskan upaya apa yang dapat dilakukan pada Konservasi dan efisiensi energi
di sektor industri, Transportasi dan Peralatan Rumah Tangga (Bobot: 20)

Jawab:

Konservasi dan Efisiensi di Sektro Industri

Upaya Fuel switching di sektor industri diarahkan pada:


 Optimalisasi penggunaan batubara, gas bumi dan bahan bakar nabati sebagai pengganti
BBM
 Teknologi Frequency drive (VFD) memberikan penghematan energy yang cukup
signifikan pada motor-motor penggerak.
 Penggunaan capacitor bank menghasilkan faktor daya yang lebih baik pada sistem
ketengalistrikan sehingga lebih menghemat energi listrik.

Konservasi dan Efisiensi di Sektro Transportasi


Kebutuhan energi pada sektor transportasi masih didominasi oleh:
 BBM dengan pangsa 96%
 EBT (Biodiesel) dengan pangsa tahun 2018 :12,5%, 2021: 18%
 Gas atau BBG; 0,1% (Jakarta, surabaya, Palembang, dan Medan)
 Listrik untuk kereta Rel Listrik (KRL) sebesar 0,04%
Laju peningkatan kebutuhan energi tertinggi disektor transportasi terjadi pada:
 Angkutan kereta
 Pesawat udara dan
 Laut
Laju pertumbuhan rata-rata sebesar 5-9% per tahun. Sedangkan untuk angkutan jalan raya hanya
rata-rata 1-5% per tahun.

Upaya yang harus dilakukan.


 Mengganti BBM dengan BBN, BBG dan Listrik
Peningkatan efisiensi disektro transportasi melalui
 Kendaraan hemat energi
 Perpindahan moda
 Perbaikan infrastruktur transportasi
 Manajemen lalu lintas
Teknologi kendaraan bermotor bertahan bakar BBM masih sulit digantikan oleh teknologi bahan
bakar alternatif.
BBN seperti Biodiesel dan Bioethanol lebih menjadi bahan bakar campuran BBM

Konservasi dan Efisiensi di Sektor Rumah Tangga

Upaya Teknologi Pencahayaan:


 Lampu fluroscent lamp (FL) dengan ballast magnetik dan elektrik
 Compact Fluorescent lamp (CFL) dan LED
 Lampu CFL mempunyai konsumsi energy- lebih rendah sekitar 25-50% dari lampu pijar
 Lampu LED mempunyai konsumsi 80% lebih rendah dari lampu pijar
 AC>>AC Split standar:
o >AC split inverter
 TV>>>CRT Liquid Crystal Display (LCD) dan refrigerator non inverter yang boros
o >TV LED dan refrigerator inverter (hemat energi).
4. Dampak ekonomi yang diakibatkan dari pandemi COVID-19 bisa dirasakan mulai dari fenomena
panic buying, penurunan indeks harga saham, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
(USD), dan penurunan kegiatan industri manufaktur yang pada akhirnya berimbas pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dampak pandemi COVID-19 dapat dilihat dari dua sudut
pandang ekonomi, yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kondisi
pandemi COVID- 19 akan mengurangi sektor konsumsi, kegiatan perjalanan dan transportasi,
serta peningkatan biaya transportasi dan perdagangan. Sedangkan dari sisi penawaran,
kemungkinan besar terjadi kontraksi produktivitas pekerja, penurunan investasi dan kegiatan
pendanaan, serta terganggunya rantai pasokan global (global value chain).

Total konsumsi energi final pada tahun 2018 sebesar 875 juta SBM (Setara Barel Minyak).
Pangsa konsumsi energi final per jenis masih didominasi oleh BBM sebesar 39% (bensin,
minyak tanah,minyak bakar, avtur, avgas, minyak solar, dan minyak diesel). Dan konsumsi
energy per sector masing-masing: 38% (industry), 15% (rumah tangga), 40% (Transfortasi), 5%
(komersial), 2% (sektor lainnya), pangsa pasar minyak bumi pada tahun 2020 menurun
dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan penyediaan energi saat ini masih didominasi oleh
energi fosil minyak bumi 569 juta SBM, diikuti batu bara 483 juta SBM, gas 288 juta SBM,
Biomassa 68 juta SBM, air 40 juta SBM, BBN 28 juta SBM, dan Panas Bumi 26 Juta SBM.
a. Apa yang menyebabkan batubara merupakan pangsa penyediaan energi primer kedua
setelah minyak bumi. Jelaskan (Bobot: 20)
b. Dampak pandemic covid-19 menyebabkan penurunan pangsa pasar minyak bumi, namun
demikian ketergantungan penggunaan bahan bakar minyak masih sangat tinggi. Jelaskan
mengapa dan solusi apa yang dapat sdra berikan. (Bobot: 20)
Jawab

a. Batubara merupakan pangsa penyediaan energi primer kedua setelah minyak bumi karena
dalam sisi lingkungan, Ketika dibakar, batu bara melepaskan sulfur dalam bentuk gas
belerang dioksidan (SO2). Batu bara juga menghasilkan partikel katbon hitam dalam jumlah
banyak. Ini sebabnya batu bara merupakan bahan bakar yang paling kotor. Pembakaran batu
bara selama satu abad terakhir telah menyebabkan bumi menjadi lebih panas. Kondisi ini,
pemanasan global, membuat perubahan iklim yang mengganggu stabilitas alam. Bagi
makhluk hidup khususnya manusia, partikel hasil pembakaran batu bara dapat masuk ke
paru-paru dan menyebabkan penyakit pernapasan. Masalah lainnya, pembangkit listrik yang
menggunakan batu bara sebagai sumber energi, menghasilkan zat radioaktif 100 kali lebih
banyak daripada pembangkit listrik tenaga nuklir. Limbah padat batu bara juga beracun
sehingga harus dibuang ke tempat khusus.
Selain itu juga, karena efek Covid-19 menyebabkan turunnya produktivitas pada industry,
Penurunan aktivitas di sektor industri selanjutnya akan menurunkan konsumsi batubara.

b. Berdasarkan pemahaman mengenai dampak Covid-19 terhadap kondisi industri minyak dan
gas bumi secara global, dan permasalahan yang telah berkembang dalam industri minyak dan
gas bumi di Indonesia sebagai dampak dari hal yang sama, saya mengusulkan beberapa
rekomendasi kebijakan sebagai di bawah ini. Sisi hulu (upstream)
 Mulai fokuskan kegiatan produksi pada lapangan-lapangan yang bernilai
“ekonomis” saja dalam kondisi harga minyak yang sangat rendah sekarang.
Walaupun tindakan ini akan berdampak pada berkurangnya target-target produksi
seperti yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam RPJMN, APBN, maupun
Rencana Kerja Perusahaan), namun tindakan ini secara ekonomi dapat dibenarkan,
mempertimbangkan pula bahwa pada kurun waktu yang sama sedang terjadi
penurunan permintaan BBM yang sangat besar di dalam negeri.
 Proyek-proyek eksplorasi dan penyiapan fasilitas produksi dapat dipertimbangkan
untuk ditunda dahulu, mengingat rantai pasok (supply chain) dari kegiatan-
kegiatan ini sedang mengalami gangguan yang menghambat pencapaian target-
target delivery proyek.
 Mengambil manfaat dari rendahnya harga minyak dunia, bangun “strategic
reserves” di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumur-
sumur lapangan tua yang telah tidak berproduksi sebagai storage untuk minyak
mentah (crude oil) yang diimpor. Tanki yang berada di kilang atau depo, atau
fasilitas lain di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menampung stok menampung
BBM yang digunakan guna memperpanjang reserves BBM di Indonesia.
Pembangunan strategic reserves ini bertujuan untuk meningkatkan energy security
Indonesia (Nugroho, 2018b).
Sisi hilir (downstream)

 Operasi kilang minyak dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan BBM yang
menurun. Bila perlu, beberapa kilang, khususnya yang tidak efisien, dihentikan
kegiatan operasinya untuk sementara, dimanfaatkan untuk pemeliharaan
(maintenance).
 Kegiatan untuk mendukung Major Project Pembangunan dan Pengembangan
Kilang dalam RPJMN 2020-2024 tetap dilakukan, namun dibatasi pada penyiapan
berbagai macam agreement yang dibutuhkan, negosiasi, dsb., dan menunda dulu
kegiatan procurement & construction.
 Melakukan hitung-ulang keekonomian Major Project Pembangunan Energi
Terbarukan Green Fuel Berbasis Kelapa Sawit dalam RPJMN 2020-2024. Harga
jual BBM
 Harga jual BBM sebaiknya tidak diturunkan. Ini dengan pertimbangan permintaan
yang anjlok telah ikut menurunkan pendapatan minyak (baik terhadap perusahaan,
maupun bagian Pemerintah) sementara sejumlah dana tetap diperlukan untuk
membiayai overhead dari kegiatan produksi dan pengilangan yang mengalami
penurunan. Diskon dapat diberikan kepada konsumen kecil seperti pengemudi ojol
maupun pelaku industri kecil. Pertimbangkan pula bahwa, jika terjadi surplus dari
penjualan BBM, dapat disumbangkan kepada Pemerintah, karena pada kurun
pandemi Covid-19 Pemerintah membutuhkan dana sangat besar khususnya untuk
program Jaringan Pengaman Sosial (Social Safet Net). Sangat dibutuhkan
transparansi dan komunikasi yang baik dalam pembuatan kebijakan publik
mengenai harga BBM ini.

5. Indikator ketahanan energi (energy security) digambarkan antara lain meliputi bagaimana
ketersediaan (availability), kemudahan mendapatkannya (accessibility), keterjangkuan
harganya (affordability), serta tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptability). Secara
umum ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen bauran energi (energy mix) serta
keberlanjutan (sustainability) dari sistem penyediaan- permintaan energi yang ada. Sebagai
hasil dari pertumbuhan ekonomi yang telah berlangsung beberapa dekade, pertambahan
penduduk (termasuk migrasi dari desa-desa ke kota), serta perubahan gaya hidup
masyarakat. Jelaskan masing-masing indicator tersebut. (Bobot: 25)

Jawab

Ketahanan Energi Indonesia dinilai berdasarkan 4A, yaitu:


a. Availability menggunakan 8 indikator, yakni :
 Cadangan BBM dan LPG,
 Cadangan Penyangga Energi (CPE),
 Impor BBM dan LPG,
 Impor minyak bumi,
 Domestic Market Obligation (DMO) gas dan batubara,
 Pencapaian bauran energi,
 Cadangan dan sumber daya migas dan
 Cadangan dan sumber daya batubara.

b. Accessibility berkaitan dengan infrastruktur energi yang memudahkan akses


masyarakat dalam menggunakan energi. Aspek ini memiliki 5 indikator, yakni:
 Penyediaan BBM dan LPG,
 Penyediaan tenaga listrik,
 Pelayanan listrik,
 Penyediaan gas bumi, dan
 Pelayanan distribusi gas bumi.
c. Affordability memiliki 4 indikator, yakni:
 Produktivitas energi,
 Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)/Liquified Petroleum Gas (LPG),
 Harga listrik dan
 Harga gas bumi.

d. Acceptability memiliki 3 indikator, yakni:


 Efisiensi energi,
 Peranan energi baru terbarukan (EBT) dan
 Emisi gas rumah kaca (GRK).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai