Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan


1.1.1. Maksud :
Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami proses pencelupan kapas
dengan zat warna belerang menggunakan metode exhaust variasi reduktor Na 2S dan
NaCl
1.1.2. Tujuan :
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pencelupan kapas
dengan zat warna belerang, diantaranya :
- Elektrolit
- Pembangkit warna (oksidasi)
- Proses pencucian
- Kondisi proses ( suhu, waktu )
- Perbandingan larutan

BAB II

DASAR TEORI

2.1. kapas

a) Kapas
Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam tiap-tiap buah
terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat tanaman berbunga dan
merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari epidermis atau selaput luar biji. Sel
membesar sampai diameter maksimum dan kemudian sel yang berbentuk silinder tersebut
tumbuh mencapai panjang maksimum dalam waktu 17-25 hari setelah bunga kapas
membuka. Pada saat itu serat merupakan sel ytang sangat panjang dengan dinding tipis
yang menutup protoplasma dan inti.

Dinding yang asli disebut dinding primer dan dinding yang menebal pada waktu
pendewassan disebut dinding sekunder. Pertumbuhan dinding sekunder tersebut
berlangsung sampai hari ke 45 sampai hari ke 75 atau 1-2 hari sebelum buah terbuka
Struktur serat kapas

G
ambar Struktur Selulosa Serat Kapas

Sifat Fisika

a.Warna : warna kapas tidak betul-betul putih, sedikit cream. Akan semakin tue setelah
berumur 2-5 tahun.

b. Kekuatan : dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat. Kekuatan serat pada
umunya menurun ketika basah, akan tetapi sebaliknya kekuatan kapas dalam keedaan
basah makin tinggi.

c. Mullur : mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa
alam, klira-kira dua kali mulur rami. Sutera dan wol memiliki mulur yang lebih tinggi dari
kapas.

d. Keliatan ( toughness ) : ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk


menerima kerja, dan merupakan sifat yang penting untuk serat-serat tekstil terutama yang
digunakan sebagai tekstil untuk keperluan industri.

e.Kekakuan ( stiffness ) : dapat didefinisikan sebagai daya tahan terhadap perubahan


bentuk, untuk tekstil biasanya dinyatakan sebagau perbandingan antara kekuatan serat
putus dengan serat putus.

f. Moisture Regain : serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air dan air
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap sifat-sifat serat.

g. Berat jenis : berat jenis serat kapas 1,50-1,56.

h. Indeks bias : indeks bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias
melintang sumbu serat 1,53.
Sifat-sifat Kimia

Oleh karena sebagian besar serat kapas tersusun oleh selulosa maka sifat-sifat kimia
kapas adalah sifat-sifat kimia selulosa. Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi
penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat oksidasi atau
penghidrolisasi menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan

2.2. Zat warna belerang

Zat warna belerang merupakan suatu zat warna yang mengandung unsur belerang di dalam
molekulnya baik sebagai chromofornya maupun gugusan lain yang berguna dalam
pencelupannya. Zat warna ini tidak larut dalam air dan dapat dipakai untuk mencelup
serat-serat selulosa. Selain itu juga dipakai untuk mencelup serat wol. Beberapa diantaranya
dapat larut dalam air dan ada juga dalam pemakaiannya seperti cara pencelupan dengan zat
warna bejana. Golongan terakhir ini sering disebut zat warna bejana belerang.
Nama dagang zat warna belerang adalah :
 Sulphur (RRC)
 Hydrosol(Hoechst– Casella)
 Thional(I.C.I)
 Immedial(Hoechst –Casella)
 Solanen(Francolor)
 Hydron(Casella)

2.2.1. Sifat-sifat

Sifat Umum Zat Warna Belerang

Sifat umum zat warna belerang dapat diuraikan sebagai berikut:


1.     Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai kromofor
dan gugusan samping yang berguna dalam proses pencelupan.
2.    Struktur molekulnya sangat kompleks dan zat warna belerang tidak larut dalam air, karena
itu diperlukan reduktor dalam suasana alkali untuk melarutkannya.
3.    Murah harganya dan mudah pemakaiannya.
4.    Ketahanan luntur warna terhadap terhadap pencucian baik, sedangkan terhadap sinar cukup.
5.    Tidak tahan terhadap klor
6.    Warnanya agak suram. Umumnya zat warna semula akan terbentuk setelah dilakukan proses
oksidasi dengan udara atau semua jenis oksidator kecuali oksidator yang mengandung klor
seperti kaporit dan natrium hipoklorit.
7.    Pereduksi kuat akan menguraikan ikatan sulfida. Jenis pereduksi yang sering digunakan
adalah natrium sulfida dan natrium hidrosulfit.
8.    Zat warna belerang dalam bentuk tereduksi mempunyai sifat seperti zat warna direk, yang
penyerapannya meningkat dengan penambahan elektrolit.
9.  Cara penyimpanan zat warna belerang dalam bejana tertutup, terhindar dari sinar matahari
langsung dan dalam kondisi kering. Meskipun tindakan pencegahan ini dilakukan, zat warna
belerang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang tidak terbatas karena selama
penyimpanan tersebut besar kemungkinan terjadi kemunduran yang berangsur-angsur.

 Sifat Kimia Zat Warna Belerang

1.   Larut dalam natrium sulfida, etilena kloridin, asam sulfat.


2.    Sifat-sifat pewarnaannya dipengaruhi oleh asam sulfat dan natrium sulfida.
3.    Kebanyakan zat warna belerang bersifat koloid, mudah terjadi penggumpalan oleh elektrolit.

 Sifat Fisika Zat Warna Belerang

1.     Partikel-partikel akan bermuatan negatif.


2.    Kebanyakan zat warna belerang yang diperdagangkan biasanya amorf.
3.    Zat warna belerang termasuk polimer tingkat tinggi dan usaha untuk menentukan berat
molekulnya belum berhasil dengan baik.

2.3. Mekanisme Pencelupan

Untuk memperoleh hasil celupan dengan ketahanan luntur yang baik, maka perlu
adanya ikatan yang kuat antara zat warna dan serat. Serat kapas bersifat hidrofil karena
banyak mengandung gugus –OH. Dalam  proses pencelupan, gugus –OH tersebut
memegang peranan penting terhadap ikatan serat dengan  zat warna. Zat warna belerang
mengandung gugus belerang (S) yang apabila direduksi (misalnya dengan pereduksi natrium
sulfida (Na2S)) akan memutuskan rantai belerang dan memecahkan molekul menjadi
komponen yang lebih sederhana yang larut dalam suasana alkali dan substantif terhadap
serat selulosa. Terbentuknya tiolat yang mengandung gugus SNa akan terserap oleh serat
dan akan mudah teroksidasi membentuk zat warna yang mengendap didalam serat dan
memberikan ketahanan luntur yang sangat baik dalam pencucian.
Mekanisme pencelupan zat warna belerang terdiri dari empat tahap, yaitu  sebagai berikut:
1. Pereduksian
` Merupakan tahap perubahan zat warna belerang yang tidak larut menjadi larut dalam
air (leuko) dan mempunyai afinitas terhadap selulosa (kapas). Proses reduksi selalu
dilakukan dalam medium alkali, sebagian karena zat pereduksi tidak stabil dalam pH
asam dan sebagian gugus asam tiol bereaksi dengan alkali untuk memberikan bentuk
tiolat anionik lebih larut. Penggunaan natrium sulfida akan melarutkan zat warna
belerang sehingga terjadi difusi zat warna ke dalam larutan.
Zat utama yang dapat dipakai untuk melarutkan adalah larutan natrium sulfida (Swafel
Natrium = SN), dengan atau tanpa tambahan natrium karbonat.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
Na2CO3
D – S – S – D + 2H                 2D – S – Na + H2O + CO2
2. Pencelupan
Merupakan tahap pencelupan serat selulosa (kapas) dengan senyawa garam leuko. 
Difusi zat warna dapat terjadi selama masih dalam bentuk garam leuko. Ini berarti bahwa
bila pembentukan leukonya sempurna/baik, maka difusi zat warnanya akan baik dan
meningkatkan ketahanan luntur warnanya. Bentuk zat warna yang telah tereduksi
tersebut mempunyai afinitas terhadap serat selulosa, sehingga dapat mencelupnya.
3. Membangkitkan warna (oksidasi)
Reaksi kimia tiolat (yang larut dalam air) dapat kembali berubah menjadi disulfida
(tidak larut dalam air) dengan adanya reaksi oksidasi. Pada reaksi oksidasi terjadi fiksasi
zat warna karena zat warna yang berubah kembali menjadi tidak larut dalam air akan
mengendap di dalam serat. Tidak semua zat warna belerang mudah dioksidasi oleh udara
sehingga membutuhkan zat pengoksidasi untuk mempercepat reaksi oksidasi.
Zat warna dalam bentuk tereduksi yang telah berada di dalam serat tersebut harus
dirubah kembali menjadi bentuk semula yang mempunyai ukuran molekul yang
besar, sehingga tidak dapat keluar kembali.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
CO2
2D – S – Na + On              D – S – S – D + Na2CO3
4. Pencucian dan pengeringan
Untuk menghilangkan pigmen-pigmen zat warna belerang yang menempel pada
permukaan serat.
2.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh
Faktor utama yang berpengaruh pada pencelupan dengan zat warna belerang adalah
suhu, elektrolit dan perbandingan larutan. Penyerapan zat warna belerang kurang baik,
terutama untuk warna tua. Oleh karena itu penggunaan perbandingan larutan celup yang kecil
pada pencelupan warna tua sangat dianjurkan. Jalan lain ialah dengan menggunakan
kembali sisa larutan celup dengan penambahan 1/2 - 3/4 jumlah zat warna mula-mula.
Pengaruh suhu dan penambahan elektrolit tidak berbeda, seperti pada pencelupan
dengan zat warna direk. Zat warna tersebut akan mempunyai daya serap yang tinggi dengan
penambahan elektrolit dan suhu yang tinggi.
Kadang-kadang di dalam larutan celup timbul endapan belerang yang dapat menyebabkan
pegangan bahan menjadi kasar dan bahkan dapat menurunkan
kekuatan bahan. Celupan dengan zat warna belerang sering menyebabkan ” bronzing”.
Hal tersebut disebabkan beberapa kemungkinan antara lain karena penggunaan zat warna
yang berlebihan, kena sinar matahari langsung pada waktu dicelup, kurang bersih dan tidak
segera dilakukan pencucian atau kekurangan natrium sulfida dalam larutan celup. Untuk
mengatasinya bahan dapat dicuci dengan larutan natrium sulfida.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan bahan :

Alat Bahan

Gelas kimia 500 ml ( 4 buah ) Contoh uji kain kapas ( 4 buah )


Gelas ukur Zat warna Belerang
Batang pengaduk NaCl
Termometer Na2S
Kompor Na2CO3

3.2. Diagram alir

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan zat warna belerang


( pembuatan leuco zat warna )

persiapan larutan celup

Proses pencelupan

Pembangkitan warna

Prosses pencucian

Kerataaan

Evaluasi

Ketuaan

3.3.Resep dan fungsi zat :

3.3.1. Resep

Resep Pencelupan
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
ZW Belerang (% owf) 1 1 1 1
Zat pembasah (mL/L) 1 1 1 1
Na2S (g/L) 2 2 2 4
Na2CO3 (g/L) 2 2 2 2
NaCl (g/L) 0 20 40 40
Vlot (1:x) 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20

Resep Pencucian
Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
Sabun (g/L) 1 1 1 1
Na2CO3 (g/L) 1 1 1 1
Suhu (ºC) 80 80 80 80
Waktu (menit) 15 15 15 15
Vlot (1:x) 1 : 20 1 : 20 1 : 20 1 : 20
3.3.2. Fungsi zat :
 Na2S : sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna belerang menjadi asam leuco
 Na2CO3 : Untuk merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam yang larut
 Pembasah : Untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan
 NaCl : untuk mendorong penyerapan zat warna
 H2O2 : Untuk mengoksidasi garam leuco zat warna belerang agar kembali ke
bentuk semula yang tidak larut.
 Sabun : Untuk proses pencucian setelah proses pencelupan guna menghilangkan
warna belerang yang menemel dipermukaan serat hasil celup.
3.4. Skema proses
Leuco Zat Warna belerang
Na2S
Na 2 CO 3 70-900 C
Pembasah NaCl

300 C 400C

10 40 70 90 menit

Anda mungkin juga menyukai