No Nama TTD
Pendamping,
dr Siti Suwarni
NIP. 19840806201007204
1
Topik : Atresia Ani
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
Deskripsi : Laki-laki,44 tahun, keluhan benjolan di skrotum kiri sejak 1 hari SMRS, benjolan sebesar telur angsa dan benjolan tidak
dapat dimasukkan kembali. Disertai nyeri perut serta adanya mual dan muntah.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata
Bahan bahasan:
TinjauanPustaka Riset Kasus Audit
2
Data pasien : Nama: Tn.M Nomor Registrasi :
2. Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Tidak ada
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang pernah menderita serupa dengan pasien
3
5. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
1. Sjamjuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004. h. 671, 901 ± 908
2. Khan AH, Hussain M, Khalid IU, Pasha HK. Posterosagittal anorectoplasty in anorektal malformation. Multhan: Nishtar J Medical 1(1).
2009. p. 14-18
Hasil Pembelajaran:
Subjective
Bayi lahir spontan di puskesmas dengan diagnosis ibu G6P5A2H3 bayi lahir inpartu. Bayi langsung menangis kuat. kulit kemerahan dan
gerak aktif, tonus otot baik. Berat badan lahir 3200 gr., PB 47 cm, Lk 36 cm, LD 36 cm. Ditemukan kelainan kongenital (+). Atresia Ani
4
total
Objective
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital:
Nadi : 1400 kali/menit, reguler, kuat angkat
Frekuensi Nafas :28 kali/menit
Suhu : 36,40C
Kepala/leher : konjungtiva anemis (-), sklera ikteik (-)
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen : Inspeksi: Flat, sikatrik (-); Palpasi: soepl, nyeri tekan (-), organomegali (-), Perkusi: timpani, Auskultasi: Bising usus
sedikit meningkat.
Ekstremitas : dalam batas normal
Anus : Tidak ada lobang anus
VI. DIAGNOSIS
BCB+SMK+Post partus spontan dengan Atresia Ani
5
VII. TERAPI
IVFD D10% 8 tpm
Injeksi vit K
Injeksi Hb0
Injeksi ampiciin 2x150 mg
Injeksi amikasin 2x25mg
Termoregulasi
Puasa
OGT dekompresi
Cek DL
Assesment
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley, 1996). Ada juga yang menyebutkan
bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, 2001).
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih
jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai
peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau
kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka
6
menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan
fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistuls genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik.Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau tiga bulan. Berkaitan dengan sindrom down. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik.Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
7
12 minggu atau tiga bulan. Berkaitan dengan sindrom down. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
1. Penatalaksanaan Medis
a. Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau plastik anorektal posterosagital.
b. Colostomi sementara
8
Plan
Diagnosis : Atresia Ani
a. Pengobatan : Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau plastik
anorektal posterosagital.
b. Colostomi sementara
Pada pasien ini dilakukan
9
Pendidikan :Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya serta diberikan penjelasan atresia ani dan perawatan post operasi
Konsultasi : Pasien perlu dikonsultasikan ke spesialis bedah untuk mendapat terapi lebih lanjut.
10
11