Anda di halaman 1dari 3

Perempuan Pejuang Kemerdekaan

Indonesia memiliki pahlawan nasional, baik pahlawan di era penjajahan Belanda dan
Jepang, pahlawan revolusi serta pahlawan di era setelah proklamasi. Berkat jasa-jasa para
pahlawan tersebut, Indonesia bisa merdeka dan menjadi bangsa yang besar dan lebih baik
lagi seperti sekarang. Sebelum kita lanjut, pahlawan nasional itu apa sih?
Jadi, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau
seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah
Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang
semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan kemerdekaan.
Untuk mempertahankan bangsa, mereka rela mengorbankan semua yang mereka punya
termasuk jiwa dan raganya.

Pastinya kamu sudah tahu kapan kita memperingati hari pahlawan. Ya, pada tanggal 10
November. Tidak hanya pria, pahlawan nasional juga banyak terdiri dari wanita yang ikut
serta memperjuangkan bangsa Indonesia. Wanita-wanita hebat ini berasal dari berbagai
penjuru tanah air. Siapa sajakah wanita-wanita hebat itu? Yuk kita lihat

1. Cut Nyak Dien dari Aceh


Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh dan wafat pada usia 60
tahun pada tanggal 6 November 1908 di Sumedang, Jawa barat dan dimakamkan di
Gunung Puyuh, Sumedang. Cut Nyak Dien adalah pahlawan pertama wanita yang melawan
Belanda pada masa Perang Aceh.

2. Cut Nyak Meutia dari Aceh


Cut Nyak Meutia lahir pada tanggal 15 Februari 1870 di Aceh dan wafat pada usia 40 tahun
pada tanggal 24 Oktober 1910. Cut Nyak Meutia adalah salah seorang pahlawan nasional
Indonesia dari Aceh yang bergerilya melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial
Belanda. Pada tahun 1901, Cut Nyak Meutia mulai berjuang mengangkat senjata melawan
Belanda di Aceh Utara.

3. Raden Ajeng Kartini dari Jepara, Jawa Tengah


Raden Ajeng Kartini atau yang biasa kita kenal dengan R.A Kartini lahir pada tanggal 21
April 1879 di Jepara dan wafat pada usia 25 tahun pada tanggal 17 September 1904 di
kabupaten Rembang. Kartini berjuang untuk menyamakan hak antara kaum wanita dengan
kaum laki – laki, salah satunya dalam hal pendidikan. Ia berusaha mengajarkan cara
membaca dan menulis bagi kaum wanita dari usia anak – anak hingga dewasa. Meskipun
banyak yang menentang usahanya, R.A. Kartini tidak pernah patah semangat. Oleh karena
itu Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Pribumi-Nusantara.

4. Martha Christina Tiahahu dari Maluku


Martha Christina Tiahahu adalah seorang gadis yang lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di
Hindia Belanda dan wafat pada usia 18 tahun pada tanggal 2 Januari 1818 di Laut Banda.
Martha Christina Tiahahu adalah seorang remaja putri yang terjun ke dalam dunia perang
pada usia yang masih muda, dan ia melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang
Pattimura pada tahun 1817.

5. Rohanna Kuddus dari Padang


Rohanna Kuddus lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang dan wafat pada
usia 88 tahun pada tanggal 17 Agustus 1972 di Jakarta. Rohanna Kuddus adalah seorang
wartawati pertama di Indonesia. Pada tahun 1911, Rohanna mendirikan sekolah Kerajinan
Amai Setia di Koto Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana
menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.

6. Raden Dewi Sartika dari Jawa Barat


Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Kec. Cicalengka dan wafat pada usia
63 tahun pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Dewi Sartika mendirikan Sakola
Isteri (Sekolah Perempuan) pada tanggal 16 Januari 1904 bagi para anak-anak perempuan
agar tidak dipandang rendah.

7. Nyi Ageng Serang dari Banten


Nyi Ageng Serang lahir pada tahun 1752 di Purwodadi dan wafat pada usia 86 tahun pada
tahun 1838 di Yogyakarta. Nyi Ageng Serang atau dikenal juga sebagai Raden Ayu Serang
memiliki nama kecil Raden Ajeng Retno Kursiah Edi. Setelah menikah, namanya menjadi
Bendoro Raden Ayu Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Nyi Ageng Serang berjuang melawan
penjajahan, membela martabat bangsa dan tanah airnya. Ia melihat rakyat dipaksa
mengikuti jejak dan perintah kaum penjajah, tanah rumah yang disayangi, dikuasai oleh
bangsa lain, hasil-hasil yang dikerjakan dengan tangan sendiri, dimiliki bangsa lain. Pada
awal Perang Diponegoro, 1825, Ageng Serang yang berusia 73 tahun memimpin pasukan
dengan tandu untuk membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

8. Rasuna Said dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat


Rasuna Said lahir pada tanggal 10 September 1910 di Danau Maninjau dan wafat pada usia
55 tahun pada tanggal 2 November 1965 di Jakarta. Rasuna Said menilai bahwa
perjuangan tidak hanya bisa dilakukan melalui jalur pendidikan, namun bisa juga melalui
perjuangan politik. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara
pria dan wanita.

9. Malahayati dari Aceh


Malahayati atau biasa di kenal juga dengan Keumalahayati lahir pada tahun 1550 di Aceh
Besar, Kesultanan Aceh dan wafat pada usia 65 tahun pada tahun 1615. Ia gugur saat
melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpim Laksamana Martim
Afonso De Castro. Laksamana Malahayati adalah jenderal pertama di dunia seorang wanita
yang menjadi panglima angkatan laut.

10. Opu Daeng Risadju dari Sulawesi Selatan


Opu Daeng Risadju yang mempunyai nama kecil Famajjah yang lahir pada 1880 Palopo dan
wafat pada usia 84 tahun pada tanggal 10 Februari 1964 di Palopo. Opu Daeng Risasju
berjuang melawan NICA pada masa revolusi dengan pemuda Indonesia ia melawan tentara
NICA pada 1946 di Sulawesi Selatan.

Itulah beberapa perjuangan para pahlawan wanita Indonesia, semoga kita semua bisa
mencontoh dan mengamalkan perjuangan para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa
ini.

Anda mungkin juga menyukai