Oleh:
a. Latar Belakang
Membicarakan dunia olahraga memerlukan kejujuran dan keterbukaan.
Semangat nasionalisme sangat diperlukan untuk gagasan pembangunan bangsa.
Selain agama, olahraga adalah satu-satunya benang merah yang mengikat warga
masyarakat dan menumbuhkan semangat patriotisme, serta melawan primordialisme
dan desain jahat berbagai kekuatan separatis. Kita semua tentu masih ingat
pengalaman menonton liputan televisi Asian Games 2018 lalu. Ketika Jonathan
Christy misalnya, meraih satu emas dalam cabang bulutangkis tunggal putra, atau
pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang meraih medali
olimpiade Tokyo 2021, kita spontan berseru “Ya, kita berhasil!” Pengalaman kecil
tersebut menunjukkan betapa ada hubungan emosional yang kuat di antara para
penggemar dengan olahraga.
Olahraga, apa pun jenis atau cabangnya, pada hakikatnya membantu
meningkatkan kualitas diri seperti disiplin, tekad, kerja tim, dan hasrat untuk
kebugaran dalam jiwa suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri, setelah revolusi industry
4.0, hidup kita menjadi jauh lebih tidak aktif daripada pendahulu kita, berkat berbagai
kenyamanan yang dibawa oleh kemajuan teknologi. Banyak dari pencapaian ilmiah
yang kita terima begitu saja, telah membuat hidup kita jauh lebih mudah sehingga
mengurangi tingkat aktivitas fisik kita. Namun, begitu kita menyukai dan
menjalankan aktivitas berolahraga secara teratur, kebajikan-kebajikan seperti: kerja
tim, etika, komitmen, dan sportivitas menjadi kualitas yang melekat seumur hidup
dan olaraga mengajarkan itu.
Billie Jean King, mantan petenis nomor satu Amerika Serikat pernah berkata
begini, ‘Olahraga mengajari Anda karakter. Ia mengajari Anda bermain sesuai aturan.
Ia mengajari Anda untuk mengetahui bagaimana rasanya menang dan kalah. Singkat
kata, olahraga mengajari Anda tentang kehidupan.”
Masyarakat Indonesia mengenal dan mencintai begitu banyak cabang olahraga.
Cabang-cabang olahraga seperti sepakbola, bulutangkis, tinju dan pencak silat sangat
populer di masyarakat kita. Sekarang, tugas kita selanjutnya adalah bagaimana
menjadikan olahraga itu sebagai wahana untuk semakin memperkuat rasa
Muhammad Ramli Buhari 1
nasionalisme atau patriotisme, meningkatkan solidaritas sosial dan semangat inkusif
di masyarakat.
Lebih dari itu, kita dapat belajar dari pengalaman negara Nairobi, Afrika,
misalnya, Mathare Youth Sports Association (MYSA) telah menggunakan program
sepak bola remaja di daerah kumuh untuk membawa perubahan dan harapan dalam
kehidupan banyak anak miskin di daerah kumuh. MYSA juga memanfaatkan sepak
bola sebagai cara untuk mengatasi masalah seperti anak putus sekolah, dan maraknya
penyalahgunaan narkoba di daerah kumuh. Negara Nairobi, memanfaatkan olahraga
terutama atlet berprestasi, sebagai agen yang menginspirasi dan mempromosikan cara
hidup yang benar. Termasuk memotivasi kaum muda menghindari narkoba, dan
meyemangati anak-anak miskin untuk terus berlajar dan berjuang supaya keluar dari
masalah kemiskinan.
Dari pengalaman Nairobi, kita juga dapat mengambil hikmah. Artinya,
pemerintah dan seluruh elemen masyarakat mesti mulai bergerak untuk memilih
cabang-cabang olahraga tertentu sebagai pemikat anak-anak muda supaya semakin
mencintai sekolah dan pembelajaran. Upaya tersebut sangat bernilai strategis untuk
meningkatkan keunggulan bangsa. Sebab, bukan mustahil dengan menekuni cabang
olahraga tertentu, kaum muda Indonesia bisa mengukir prestasi yang mengharumkan
nama bangsa di ajang kompetisi internasional. Selain itu, ketika kaum muda
bertumbuh menjadi altet profesional, secara individual kaum muda Indonesia
berpeluang meraup penghasilan besar.
Lebih dari itu, dengan mencintai sekolah dan menjalani pendidikan akademis
yang lengkap, generasi muda Indonesia akan mendapat peluang lebih besar untuk
berkompetisi di dunia kerja, dan bisa mengembangkan wirausaha yang
menguntungkan. Jadi, tak dapat diragukan lagi, kita harus memajukan dunia olahraga
kita. Sebab, baik langsung maupun tak langsung, olahraga adalah alat yang sangat
efektif untuk membangun karakter dan keunggulan bangsa kita.
b. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana membangun karakter bangsa melalui olahraga?
2. Bagaimana fenomena olahraga dalam lingkaran politik dan kekuasaan?
Muhammad Ramli Buhari 2
3. Bagaimana kontribusi olahraga pada pembangunan ekonomi?
4. Bagaimana fenomena sosial dan kultural dalam olahraga
c. Tujuan
Tulisan dalam makalah ini bertujuan untuk menelaah dan memberikan analisis
terkait:
1. Membangun karakter bangsa melalui olahraga
2. Fenomena olahraga dalam lingkaran politik dan kekuasaan
3. Kontribusi olahraga pada pembangunan ekonomi
4. Fenomena sosial dan kultural dalam olahraga
a. Konsep Karakter
Karakter menggambarkan etika atau suatu sistem personal dari nilai-nilai,
yang penting bagi eksistensi personal seseorang dan dalam hubungannya
dengan orang lain. Menurut Cole (2004), karakter terdiri atas dimensi intelektual
dan dimensi perilaku. Dalam konsep tersebut terdapat nilai inti dan sistem
kepercayaan, serta perilaku atau aksi yang menyokong sistem inti. Dimensi
intelektual dari karakter menyangkut etika, yaitu suatu sistem nilai (apa yang
penting atau kritis) dan moral (apa yang baik atau benar), yang berkaitan dengan
tanggungjawab pribadi dan sosial, sedangkan dimensi perilaku adalah suatu cara
pandang hidup yang memperlihatkan aksi yang konsisten dan terus menerus
dengan kualitas dimensi intelektual.
Menempatkan karakter sebagai bagian dari proses edukasi berarti
mengadopsi pembentukan karakter sebagai outcome proses belajar. Saat
karakter dijadikan outcome proses belajar, karakter menjadi suatu hasil atau
produk dari proses edukasi. Menurut Ngara (2001), beberapa outcome karakter
yang mungkin dicapai adalah kepekaan sosial, kepekaan terhadap identitas
kultural, apresiasi terhadap pandangan atau pendapat yang berbeda, semangat
melayani, dan nilai-nilai spiritual.
Meskipun selalu ada perdebataan mengenai apa nilai yang membentuk
karakter seseorang, tampaknya ada beberapa sifat yang universal. Institute for
Global Ethics tahun 1996 melakukan survei yang melibatkan 250 partisipan,
mewakili 40 negara dan dari agama yang berbeda-beda. Survei menemukan
bahwa kebenaran, tanggung jawab, kebebasan, dan penghormatan pada kehidupan
diperhatikan sebagai nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks olahraga, pertandingan tidak akan bisa dimainkan jika tidak ada
ekspektasi mendasar bahwa partisipan akan mengikuti aturan-aturan dalam
olahraga tersebut.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Olahraga menyediakan lingkungan sosial, yang secara kultural
memungkinkan untuk memperoleh nilai-nilai dan perilaku positif. Hal ini
mengimplikasikan bahwa hal-hal positif yang dipelajari dalam olahraga dapat
ditransfer ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini olahraga menjadi agen
perkembangan sosial, yang memungkinkan pelaku-pelakunya menumbuhkan
sikap dan perilaku positif.
b. Rekomendasi
Pembentukan karakter merupakan proses yang panjang, holistik, yang
terutama dipengaruhi oleh variabel kontekstual sepanjang kehidupan seseorang.
Jika olahraga menjadi bagian dari kehidupan seseorang dan pengalaman dalam
olahraga akan mempengaruhi pembentukan karakternya, diharapkan yang muncul
adalah karakter positif.