Makalah Pelanggaran Ham
Makalah Pelanggaran Ham
NO : 17
MAPEL : PKKn
SMAN 1 BANDONGAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
No Absen : 17
Dinyatakan telah diperiksa dan disetujui oleh guru mata pelajaran PPKn SMA Negeri 1
Bandongan. Selanjutnya makalah ini dapat memenuhi tugas guna ujian praktek mapel PPKn
Magelang
Drs.Budi Gutomo
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya dengan
suritauladan-Nya yang baik.
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan
tentang PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG TERJADI DI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, semua inidirangkum dalam makalah ini , agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materiyang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada
inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
YANG TERJADI DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Akhirnya, kami
penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada
saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
anda semua. Terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................
Halaman Pengesahan.......................................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
BAB. I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
BAB. IV PENUTUP............................................................................................................ 16
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 16
5.2 Saran.............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinyasendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM
seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.
Diantara hak manusia yang ada dalam UU No. 26 Tahun 2000 ialah hak untuk
hidup, tidak disiksa, pikiran dan hati nurani, hak beragama, tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak-hak lainnya,
dengan berkembangnya dinamika hukum dan perpolitikan,khususnya di Indonesia,
sering terjadi pelanggaran HAM khususnya terkait kejahatan kemanusiaan, dan
beberapa kasus yang terjadi di Indonesia dapat dikatakan sebagai kasus kejahatan
kemanusiaan, namun pemerintah seolah tidak mengakuinya sebagai kejahatan
kemanusiaan atau mungkin memang bukan kasus kejahatan kemanusiaan, lantas
mengapa KOMNAS HAM menyebutkan beberapa kasus tersebut kedalam jenis
2
kejatan kemanusiaan, selain daripada itu kasus- kasus tersebut ada yang terlihat
sebagai kasus pembunuhan pidana biasa akan tetapi beberapa pihak mengklaim kasus
tersebut masuk kedalam kejahatan kemanusiaan yang bentuknya dalam bentuk
pembunuhan.
B. TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang penegakkan hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
3
BAB II
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.
4
kehidupan bangsa Indonesia secara jelas dapat dipahami dari dasar negara Pancasila
dan konstitusi negara, UUD 1945.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi peristiwa Rengasdengklok, dimana para
pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta untuk menjauhkan keduannya dari
pengaruh jepang dan tetap memproklamirkan kemerdekaannya. Kemudian terjadilah
peristiwa proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir.Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur, No 56. Menindaklanjuti peristiwa proklamasi tersebut, pada
tanggal 18Agustus disahkan UUD 1945 yang menandai terbentuknya NKRI dibawah
pimpinan Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta
Namun, bentuk negara Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Hal ini
karena bentuk Negara Federasi memang tidak cocok dengan kondisi Bangsa
Indonesia dengan latar belakang yang sangat beragam.
Negara Kesatuan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
negara kesatuan dengan sistem sentralisasi dan negara kesatuan dengan sistem
5
desentralisasi. Menurut Pasal 18 UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan sistem
desentralisasi.
Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarki tatanan norma hukum yang
berpuncak pada konstitusi. Supremasi konstitusi tersebut merupakan konsekuensi dari
konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi
adalah wujud perjanjian sosial tertinggi. Negara dalam merealisasikan hak asas warga
negaranya sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,karena jika
negara ataupun masyarakat ada yang melanggar hak asasi maka ada sesuatu kekuatan
yang nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk menuntut terhadap pelanggaran
6
hak asasi tersebut, yaitu sanksi yang tegas yang ada dalam peraturan perundang-
undangan yang telah disepakati bersama. Dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh
Undang-undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan adanya prinsip demokrasi dan
pengakuan serta perlindungan hak asasi manusia merupakan bukti bahwa negara
Indonesia menganut prinsip negara hukum. Begitu juga adanya pengakuan dan
perlindungan atas hak asasi manusia atau hak asasi warga negara oleh Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bahwa negara Indonesia menganut negara
hukum dan demokratis, sebab secara sosio-legal dan sosio-kultural adanya konstitusi
itu merupakan konsekuensi dari penerimaan prinsip negara hukum dan demokrasi.
Antara Hak Asasi Manusia dan Demokrasi memiliki hubugan yang erat. HAM tidak
mungkineksis di suatu Negara yang bersifat totaliter (tidak demokratis)
7
BAB III
HAK ASASI MANUSIA DAN KASUS PELANGGARAN HAM DI
INDONESIA
Periode 1908-1945
Budi Utomo yang terbentuk pada tahun 1908, merupakan salah satu wujud nyata
tentang kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat kepada masyarakat umum.
Selain itu, dengan lahirnya organisasi Budi Utomo, masyarakat mulai berpikir tentang
hak untuk turut serta secara langsung ke dalam pemerintahan. Tujuan dari konsep hak
asasi manusia yang dihadirkan dalam organisasi Budi Utomo yaitu hak negara
Indonesia untuk merdeka, dan hak menentukan nasib negaranya sendiri.
Dengan lahirnya berbagai organisasi yang menyuarakan tentang hak asasi manusia,
timbul beberapa perdebatan. Salah satu yang paling mencolok yaitu pendapat
Supomo. Ia mengatakan, bahwa rakyat Indonesia sudah bersatu dengan negaranya.
Jadi, tidak perlu lagi melindungi masyarakat dari negaranya. Dengan kata lain, hak
asasi manusia di Indonesia bukan bertujuan untuk melindungi keadilan antar individu,
melainkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, negara
Indonesia menjamin hak-hak dasar masyarakatnya, yang dilindungi oleh UUD 1945
Pasal 28, yang intinya masyarakat memiliki hak untuk berserikat. berkumpul, dan
meyampaikan pendapatnya.
Periode 1945-1950
Pada periode ini, hal yang diperdebatkan mengenai HAM masih mencakup tentang
hak untuk merdeka, hak untuk berorganisasi dalam politik, dan hak untuk
berpendapat di parlemen.
Periode 1950-1959
Pada massa ini, perkembangan tentang hak asasi manusia dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan Indonesia yang berubah. Pada periode ini, sistem politik Indonesia
dipengaruhi oleh sistem liberalisme dan parlementer, dengan diberlakukannya UUDS
sejak 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959.
8
Periode 1959-1966
Sejak diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, oleh Presiden Soekarno, sistem
pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin. Hal ini berdampak kepada sistem politik
yang berada di bawah kendali Presiden sepenuhnya. Oleh karena itu, kebebasan untuk
berpendapatm berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan
sangat dibatasi.
1. Sikap egois
Sikap egois yang dimiliki pelaku pelanggar HAM memiliki potensi menyebabkan
terjadinya kasus pelanggaran HAM. Sikap egois pada pelaku pelanggaran HAM
membuat ia merasa kepentingannya adalah yang utama, sehingga ia melanggar
HAM orang lain untuk memenuhi kepentingannya.
9
Banyak orang yang tidak terlalu memperhatikan perlindungan HAM dan
menganggap pelanggaran HAM adalah hal yang biasa selama kepentingannya
tercapai. Perilaku ini mendorong terjadinya pelanggaran HAM.
1. Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan kekuasaan dari pihak pemerintah atau penguasa berisiko besar
menjadi penyebab pelanggaran HAM. Contoh kasus pelanggaran HAM yang
disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power salah satunya
yaitu korupsi, genosida, dan penghilangan orang oleh pemerintah.
10
2. Sistem hukum yang tidak berjalan
Faktor eksternal penyebab pelanggaran HAM juga meliputi sistem hukum yang
lemah dan tidak berjalan. Tidak tegasnya penegakan hukum terhadap para
pelanggar HAM merupakan penyebab pelanggaran HAM makin banyak terjadi.
Sebab, tidak ada penanganan cepat dan tepat dalam pelanggaran HAM.
4. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi merupakan sumber dari semua sumber penyebab terjadinya
tindak kriminal, termasuk pelanggaran HAM. Kesenjangan ekonomi yang tinggi
berisiko menyebabkan pelaku melakukan pelanggaran HAM seperti perampokan,
perampasan, pencurian, dan pembunuhan.
6. Penyalahgunaan teknologi
Komputerisasi besar-besaran melahirkan dampak negatif seperti penyalahgunaan
teknologi berupa tindak kejahatan seperti pembobolan dompet elektronik,
pembobolan data pribadi dan masyarakat, dan perundungan.
11
serta puluhan lainnya luka. Tragedi Semanggi menunjuk kepada 2 kejadian protes
masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa MPR yang
mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi
Semanggi I terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi
Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal
dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan
tewasnya seorang mahasiswa dan 11 orang lainnya di seluruh Jakarta serta
menyebabkan 217 korban luka-luka.
2. KASUS MARSINAH
Marsinah adalah seorang aktifis dan buruh pabrik pada masa orde baru,
bekerja pada PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik
dan kemudian ditemukan terbunupada 8 Mei 1993, setelah menghilang selama tiga
hari. Mayatnya ditemukan di hutan yang berada di dusun Jegong, desa Wilangan
dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Kasus Marsinah terjadi pada tanggal 3-4
Mei 1993 dan termasuk salah satu kasus HAM yang terberat. Peristiwa ini berawal
dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka menuntun
kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah
aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di
kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan.
12
4. KASUS PEMBUNUHAN MUNIR
Munir Said Thalib, S.H. adalah seorang aktivis HAM yang banyak menangani
kasus-kasus HAM lain. Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.
Pada saat menumpangi Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju
Amsterdam pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan cara diracuni
menggunakan arsen. Kasus pembunuhan Munir menjadi salah satu kasus HAM yang
masih belum bisa diselesaikan. Bahkan beberapa saksi tidak memberi keterangan
yang jelas. Kasus Munir akhirnya ditutup beberapa tahun berselang.
13
BAB VI
Upaya penegakan HAM merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan
membuat HAM semakin dihormati dan diakui oleh seluruh elemen masyarakat dan
pemerintah.Hak asasi manusia pada prinsipnya enggak bisa dicabut dan terus melekat
dalam diri manusia. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM :
Komisi Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui
Kepres Nomor 50 tahun 1993.Lembaga ini bertugas untuk meneliti, memberikan
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM.Seluruh masyarakat yang merasa hak
asasinya dilanggar diperkenankan untuk melakukan pengaduan kepada Komnas
HAM.
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan
HAM. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan
lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia seperti Komnas HAM dan Pengadilan
HAM.
14
Mengutip dari situs resmi Komnas HAM, acuan intrumen-instrumen yang berkaitan
dengan HAM di antaranya adalah:
15
Dalam hal ini Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan kasus
pelanggaran berat HAM Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II (kasus TSS)
melalui jalur non-yudisial atau rekonsiliasi. Empat orang mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi menjadi korban tewas saat itu, yaitu Teddy Mardani, Sigit Prasetya,
Engkus Kusnadi dan Bernardus Realino Norma Irawan atau Wawan.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) Imdadun Rahmat
mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan sikap politik pemerintah saat
ini.
"Pilihan politik pemerintah saat ini kan jalur non-yudisial atau rekonsiliasi.
Pemerintah maunya kan seperti itu. Untuk penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu
ya menempuh jalur non-yudisial," ujar Imdadun, seusai rapat koordinasi penyelesaian
kasus pelanggaran berat HAM masa lalu dengan Menteri Koordinator bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin
(30/1/2017).
Imdadun mengaku sulit untuk memaksakan penyelesaian kasus TSS melalui jalur
pengadilan HAM ad hoc.
Selain karena pilihan politik pemerintah, selama ini pihak Kejaksaan Agung juga
tidak bisa bekerja sama dalam menindaklanjuti hasil penyelidikan Komnas HAM
2. KASUS MARSINAH
Pembunuhan Marsinah diawali oleh aksi demo para Pekerja Pt. CPS yang dipimpin
oleh Marsinah dan rekan - rekannya mengenai kenaikan upah gaji sesuai surat edaran
Gubernur Jawa Timur pada saat itu. Aksi yang mereka gelar membuat para petinggi
perusahaan panas, memang hasil dari aksi demo mereka berbuahkan hasil, namun
menyebabkan Marsinah dan para teman – temannya yang memimpin demo terpaksa
dipanggil ke Kodim.
Setelah kejadian itu, tiba – tiba Marsinah hilang tanpa kabar, dan kemudian
ditemukan tewas setelah 3 hari menghilang pada 8 Mei 1993 di di hutan di dusun
Jegong, desa Wilangan dalam keadaan mendapat penyiksaan berat dan kemaluannya
yang ditembak. Akhirnya para aparatur negara meringkus 8 para petinggi Pt. CPS,
dan ditahan dengan vonis hukuman berkisar 4 sampai 17 tahun, dimana yang menjadi
terdakwa adalah Yudi Susanto.
Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, para terdakwa dibebaskan dari segala
dakwaan ( bebas murni ). Keputusan Mahkamah Agung RI ini menimbulkan banyak
kecaman dan ketidakpuasan dari berbagai kalangan.
16
Hingga saat ini pelaku pelanggaran HAM Marsinah masih misterius dan masih belum
dikupas tuntas seperti kasus yang dialami Munir.
Sarjiyo alias Sawad, terdakwa dalam kasus bom Bali divonis hukuman seumur
hidup oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar, Kamis (29/1). Dia
dinyatakan bersalah karena menyetujui dan turut melaksanakan peledakan bom
pada 12 Oktober 2002. Terdakwa yang juga memiliki nama alias Zainal Abidin ini
juga menyatakan kesediaan untuk meracik bahan kimia sebagaimana permintaan
Amrozi.Atas dasar inilah hakim menganggap, Sawad bukan sekedar membantu
proses peledakan tetapi juga dianggap turut serta merencanakan aksi.
17
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Purwoprandjono, ditangkap dengan
dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan
kesaksian mengarah padanya.Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis
bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini ditinjau ulang, serta 3 hakim yang
memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.
Kerusuhan Tanjung Priok di tahun 1984 terjadi akibat aksi sebagian penduduk yang
memprotes tindakan pihak militer yang menangkap sejumlah tokoh masyarakat yang
dianggap melakukan aksi anarkis terhadap anggota militer yang tidak menghormati
masjid. Demonstrasi yang berlanjut rusuh tersebut terjadi karena pihak militer
menggunakan senjata untuk menertibkan para demonstran yang juga kian tidak
terkontrol setelah membakar sejumlah bangunan dan melukai serta membunuh
sejumlah warga etnis lain.
18
BAB VI
PENUTUP
A.KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengankiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satuhal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
oranglain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusiayang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harusdihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM
baik yang dilakukan olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.
B.SARAN
19
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan pula
HAM kita dilanggar dan diijak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kit
harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://digilib.uinsgd.ac.id/
2. https://kids.grid.id
3.http://www.scribd.com/doc/177956322/Makalah-Tentang-Kasus-Pelanggaran-
Ham-Di-Indonesia brainly.co.id
4.https://amp.kompas.com/nasional/read/2017/01/30/22270351/pemerintah-putuskan-
penyelesaian-kasus-trisakti-dan-semanggi-melalui-jalur-rekonsiliasi
5.https://nasional.tempo.co/read/39021/terdakwa-bom-bali-divonis-seumur-hidup
6.https://www.academia.edu/41369869/Makalah_Hak_Asasi_Manusia_HAM_
7.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Marsinah
8.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hak_asasi_manusia
9.https://www.suara.com/news/2020/12/04/225231/bentuk-negara-indonesia-dan-
sistem- pemerintahannya
20