Anda di halaman 1dari 23

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG

TERJADI DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK


INDONESIA

NAMA : MUHAMMAD MILDA ACHSYANUDIN

NO : 17

KELAS : XII MIPA 4

MAPEL : PKKn

SMAN 1 BANDONGAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “ PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG TERJADI DI


NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ” ini disusun guna memenuhi ujian praktik.

Makalah ini disusun oleh :

Nama Siswa : Muhammad Milda Achsyanudin

No Absen : 17

Mata Pelajaran : PPKn

Kelas : XII MIPA 4

Tahun Pelajaran : 2021/2022

Dinyatakan telah diperiksa dan disetujui oleh guru mata pelajaran PPKn SMA Negeri 1
Bandongan. Selanjutnya makalah ini dapat memenuhi tugas guna ujian praktek mapel PPKn

Magelang

Guru Mata Pelajaran PPKn

Drs.Budi Gutomo

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya dengan
suritauladan-Nya yang baik.

Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan
tentang PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG TERJADI DI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, semua inidirangkum dalam makalah ini , agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat.

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materiyang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada
inti pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
YANG TERJADI DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Akhirnya, kami
penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada
saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
anda semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Magelang, Januari 2022

Muhammad Milda Achsyanudin

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................................

Halaman Pengesahan.......................................................................................................... ii

Kata Pengantar.................................................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................................................ iii

BAB. I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1


1.2 Tujuan Permasalahan..................................................................................................... 2
1.3 Identifikasi Masalah....................................................................................................... 2
BAB. II NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA........................................... 3
2.1 Sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia............................................................... 3
2.2 Bentuk Negara, Bentuk Pemerintahan,Sistem Pemerintahan Negara Indonesia........... 4
2.3 Hubungan Antara Hak Asasi Manusia Dengan Pemerintahan Negara Indonesia......... 6

BAB. III HAM DAN KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA...................... 7

3.1 Sejarah Hak Asasi Manusi Di Indonesia....................................................................... 7

3.2 Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Asasi Manusia................................................. 8

3.3 Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia.............................................................. 9

BAB. IV UPAYA PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN HAM........................ 11

4.1 Upaya Pemerintah Dalam Menegakkan Hak Asasi Manusia........................................ 11

4.2 Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia................................................... 13

BAB. IV PENUTUP............................................................................................................ 16

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 16

5.2 Saran.............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak
jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM
pada dirinyasendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM
seorang individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) adalah setiap perbuatan, tindakan


individu atau sekelompok orang, termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja, atau karena kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan mencabut Hak Asasi Manusia individu atau sekelompok orang yang
dijamin oleh Undang-Undang dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku. Begitupun menurut UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi membatasi dan atau mencabut HAM seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak didapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaiaan hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Pelanggaran HAM ini merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik


dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap
hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya. .

Diantara hak manusia yang ada dalam UU No. 26 Tahun 2000 ialah hak untuk
hidup, tidak disiksa, pikiran dan hati nurani, hak beragama, tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak-hak lainnya,
dengan berkembangnya dinamika hukum dan perpolitikan,khususnya di Indonesia,
sering terjadi pelanggaran HAM khususnya terkait kejahatan kemanusiaan, dan
beberapa kasus yang terjadi di Indonesia dapat dikatakan sebagai kasus kejahatan
kemanusiaan, namun pemerintah seolah tidak mengakuinya sebagai kejahatan
kemanusiaan atau mungkin memang bukan kasus kejahatan kemanusiaan, lantas
mengapa KOMNAS HAM menyebutkan beberapa kasus tersebut kedalam jenis

2
kejatan kemanusiaan, selain daripada itu kasus- kasus tersebut ada yang terlihat
sebagai kasus pembunuhan pidana biasa akan tetapi beberapa pihak mengklaim kasus
tersebut masuk kedalam kejahatan kemanusiaan yang bentuknya dalam bentuk
pembunuhan.

Setelah reformasi tahun 1998, Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai


upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring
dengankemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita.
Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Negara Kesatuan Republik Indonesia”,untuk memberikan informasi
tentang apa itu pelanggaran HAM.

B. TUJUAN PERMASALAHAN

Tujuan dari mengangkat materi ini tentang penegakkan hak asasi manusia di
Indonesia yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana penegakkan HAM di Indonesia.

2. Untuk mengetahui sejauh mana HAM di Indonesia itu ditegakkan.

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Sesuai dengan judul makalah ini “Pelanggaran Hak Asasi Manusia” , maka
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1.Apa pengertian pelanggaran HAM ?

3.Apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM?

4.Bagaimana upaya pemerintah dalam penegakan HAM?

5.Apa saja macam-macam perlindungan terhadap korban pelanggaran HAM?

6.Apa penyebab terjadinya pelanggaran HAM

3
BAB II
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A. SEJARAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 merupakan awal


berdirinya NKRI. Negara Indonesia di proklamasikan oleh para pendiri bangsa
sebagai negara kesatuan. Negara Indonesia terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar
dengan bermacam adat, suku, keyakinaan serta budaya. Itu sebagai tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulatan, adil, dan makmur.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bentuk


negara yang dipakai oleh Indonesia adalah negara kesatuan dengan bentuk republik.
Bentuk negara tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.

“Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik”.


NKRI adalah negara kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah, provinsi,
kabupaten/kota. Itu sesuai dengan UUD 1945, Pasal 18 ayat (1).

”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.

Bentuk pemerintahan NKRI adalah republik. Sehingga negara diselenggarakan


berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara demokratis, yang
dibentuk melalui pemilihan umum (Pemilu). Itu terkandung dalam UUD 1945 pasal 1
ayat (2).

”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang


Dasar”.
Kedaulatan di tangan rakyat, artinya Indonesia menganut sistem demokrasi dalam
menjalankan pemerintahannya. Dalam negara demokrasi kekuasaan tertinggi berada
di tangan rakyat.
Nilai-nilai persatuan dan kesatuan merupakan jiwa lahirnya NKRI. Karena menyadari
tentang keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam

4
kehidupan bangsa Indonesia secara jelas dapat dipahami dari dasar negara Pancasila
dan konstitusi negara, UUD 1945.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, terjadi peristiwa Rengasdengklok, dimana para
pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta untuk menjauhkan keduannya dari
pengaruh jepang dan tetap memproklamirkan kemerdekaannya. Kemudian terjadilah
peristiwa proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir.Soekarno, Jalan
Pegangsaan Timur, No 56. Menindaklanjuti peristiwa proklamasi tersebut, pada
tanggal 18Agustus disahkan UUD 1945 yang menandai terbentuknya NKRI dibawah
pimpinan Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta

B. BENTUK NEGARA, BENTUK PEMERINTAHAN, DAN


SISTEM PEMERINTAHAN

1.Bentuk Negara Indonesia

Menurut Konstitusi, Negara Indonesia menganut bentuk Negara Kesatuan.


Istilah lain dari Negara Kesatuan ini adalah Eenheidstaat. Pada sebuah negara
kesatuan, kedaulatan negara tersebut bersifat tunggal dan di dalamnya tidak terdapat
negara bagian.

Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi. Sementara


wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang
dipilih oleh pemerintah pusat. Republik Indonesia dalam riwayatnya juga pernah
menganut bentuk negara berupa Federasi yang dikenal dengan sebutan Republik
Indonesia Serikat (RIS) atau yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Verenigde
Staten Van Indonesie.

Namun, bentuk negara Republik Indonesia Serikat tidak berlangsung lama. Hal ini
karena bentuk Negara Federasi memang tidak cocok dengan kondisi Bangsa
Indonesia dengan latar belakang yang sangat beragam.

2.Bentuk Pemerintahan Indonesia

Negara Kesatuan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
negara kesatuan dengan sistem sentralisasi dan negara kesatuan dengan sistem

5
desentralisasi. Menurut Pasal 18 UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan sistem
desentralisasi.

Desentralisasi adalah sistem dimana daerah-daerah diberikan kesempatan dan


kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yang dinamakan
dengan daerah otonom (otonomi daerah). Dalam hal ini pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya di luar bidang pemerintahan yang oleh undang-
undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

3.Sistem Pemerintahan Indonesia

Sistem Pemerintahan negara Indonesia adalah sistem presidensial. Sistem


presidensial adalah sistem negara yang dipimpin oleh seorang presiden sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Masa jabatan Presiden adalah
5 tahun dalam 1 periode.
Dalam menjalankan pemerintahannya, presiden dibantu oleh para menteri yang
dipilih. Presiden mempunyai hak untuk mengangkat dan memberhentikan para
menteri. Para menteri atau biasa disebut sebagai kabinet bertanggung jawab terhadap
presiden. Dalam menjalankan pemerintahannya, presiden diawasi oleh parlemen yaitu
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

C. HUBUNGAN ANTARA HAK ASASI MANUSIA DENGAN


PEMERINTAH NEGARA INDONESIA

Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarki tatanan norma hukum yang
berpuncak pada konstitusi. Supremasi konstitusi tersebut merupakan konsekuensi dari
konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi
adalah wujud perjanjian sosial tertinggi. Negara dalam merealisasikan hak asas warga
negaranya sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,karena jika
negara ataupun masyarakat ada yang melanggar hak asasi maka ada sesuatu kekuatan
yang nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk menuntut terhadap pelanggaran

6
hak asasi tersebut, yaitu sanksi yang tegas yang ada dalam peraturan perundang-
undangan yang telah disepakati bersama. Dalam Pembukaan maupun Batang Tubuh
Undang-undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan adanya prinsip demokrasi dan
pengakuan serta perlindungan hak asasi manusia merupakan bukti bahwa negara
Indonesia menganut prinsip negara hukum. Begitu juga adanya pengakuan dan
perlindungan atas hak asasi manusia atau hak asasi warga negara oleh Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bahwa negara Indonesia menganut negara
hukum dan demokratis, sebab secara sosio-legal dan sosio-kultural adanya konstitusi
itu merupakan konsekuensi dari penerimaan prinsip negara hukum dan demokrasi.

Antara Hak Asasi Manusia dan Demokrasi memiliki hubugan yang erat. HAM tidak
mungkineksis di suatu Negara yang bersifat totaliter (tidak demokratis)

7
BAB III
HAK ASASI MANUSIA DAN KASUS PELANGGARAN HAM DI
INDONESIA

A. SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Periode 1908-1945
Budi Utomo yang terbentuk pada tahun 1908, merupakan salah satu wujud nyata
tentang kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat kepada masyarakat umum.
Selain itu, dengan lahirnya organisasi Budi Utomo, masyarakat mulai berpikir tentang
hak untuk turut serta secara langsung ke dalam pemerintahan. Tujuan dari konsep hak
asasi manusia yang dihadirkan dalam organisasi Budi Utomo yaitu hak negara
Indonesia untuk merdeka, dan hak menentukan nasib negaranya sendiri.

Dengan lahirnya berbagai organisasi yang menyuarakan tentang hak asasi manusia,
timbul beberapa perdebatan. Salah satu yang paling mencolok yaitu pendapat
Supomo. Ia mengatakan, bahwa rakyat Indonesia sudah bersatu dengan negaranya.
Jadi, tidak perlu lagi melindungi masyarakat dari negaranya. Dengan kata lain, hak
asasi manusia di Indonesia bukan bertujuan untuk melindungi keadilan antar individu,
melainkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, negara
Indonesia menjamin hak-hak dasar masyarakatnya, yang dilindungi oleh UUD 1945
Pasal 28, yang intinya masyarakat memiliki hak untuk berserikat. berkumpul, dan
meyampaikan pendapatnya.

Periode 1945-1950
Pada periode ini, hal yang diperdebatkan mengenai HAM masih mencakup tentang
hak untuk merdeka, hak untuk berorganisasi dalam politik, dan hak untuk
berpendapat di parlemen.

Periode 1950-1959
Pada massa ini, perkembangan tentang hak asasi manusia dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan Indonesia yang berubah. Pada periode ini, sistem politik Indonesia
dipengaruhi oleh sistem liberalisme dan parlementer, dengan diberlakukannya UUDS
sejak 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959.

8
Periode 1959-1966
Sejak diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, oleh Presiden Soekarno, sistem
pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin. Hal ini berdampak kepada sistem politik
yang berada di bawah kendali Presiden sepenuhnya. Oleh karena itu, kebebasan untuk
berpendapatm berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan
sangat dibatasi.

Periode 1966 – 1998


Kejadian pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966, membawa Indonesia
pada masa kelam. Pada masa ini, hak asasi manusia diaggap sebagai produk
pemikiran dari Barat (asing). Fokus utama pada periode ini adalah pembangunan
untuk Indonesia, namun hak asasi manusia dianggap sebagai penghambat untuk
pembangunan. Namun, beberapa masyarakat umum menganggap bahwa hak asasi
manusia merupakan sebuah hal yang luas dan terbuka. Titik puncak tentang
perlindungan HAM pada periode ini yaitu dengan turunnya Soeharto sebagai
Presiden ditahun 1998.

B. PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN HAM DI


INDONESIA

A. FAKTOR INTERNAL PELANGGARAN HAM


Penyebab pelanggaran HAM yang didasarkan pada kondisi pelaku hingga
kemudian melakukan pelanggaran HAM disebut juga faktor internal penyebab
pelanggaran HAM. Faktor-faktor internal penyebab pelanggaran HAM yaitu
sebagai berikut:

1. Sikap egois
Sikap egois yang dimiliki pelaku pelanggar HAM memiliki potensi menyebabkan
terjadinya kasus pelanggaran HAM. Sikap egois pada pelaku pelanggaran HAM
membuat ia merasa kepentingannya adalah yang utama, sehingga ia melanggar
HAM orang lain untuk memenuhi kepentingannya.

2. Tingkat kesadaran HAM yang rendah

9
Banyak orang yang tidak terlalu memperhatikan perlindungan HAM dan
menganggap pelanggaran HAM adalah hal yang biasa selama kepentingannya
tercapai. Perilaku ini mendorong terjadinya pelanggaran HAM.

3. Kondisi psikologis pelanggar HAM


Faktor internal penyebab pelanggaran HAM sangat berkaitan dengan kondisi
psikologis pelaku pelanggar HAM. Kondisi psikologis yang tidak stabil dan
kondisi psikologis tertentu lainnya dapat menjadi penyebab pelanggaran HAM.

4. Tingginya perilaku intoleransi


Penyebab pelanggaran HAM seperti intolerasi dapat mengancam stabilitas
nasional. Sikap tidak toleransi pada suatu ras, suku, dan agama tertentu berisiko
mengakibatkan pelanggaran HAM seperti diskriminasi hingga pelanggaran HAM
berat.

5. Rasa ingin balas dendam


Rasa ingin balas dendam menjadi penyebab pelanggaran HAM dan berbagai
tindak kriminal. Dendam membuat seseorang rela melakukan tindak kriminal
seperti penganiayaan dan pembunuhan, yang merupakan salah satu contoh
pelanggaran HAM.

6. Kurangnya rasa empati


Penyebab pelanggaran HAM salah satunya yaitu kurangnya rasa empati pada
pelaku. Nilai-nilai HAM sangat berkaitan dengan rasa kemanusiaan. Ketika
seseorang tidak memiliki rasa empati dan kemanusiaan, ia berisiko melakukan
pelanggaran HAM.

B. FAKTOR EKSTERNAL PELANGGARAN HAM


Penyebab pelanggaran HAM yang berdasar pada kondisi dan situasi negara dan
lingkungan sekitar secara umum disebut juga faktor eksternal penyebab
pelanggaran HAM. Faktor eksternal penyebab pelanggaran HAM yaitu sebagai
berikut:

1. Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan kekuasaan dari pihak pemerintah atau penguasa berisiko besar
menjadi penyebab pelanggaran HAM. Contoh kasus pelanggaran HAM yang
disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power salah satunya
yaitu korupsi, genosida, dan penghilangan orang oleh pemerintah.

10
2. Sistem hukum yang tidak berjalan
Faktor eksternal penyebab pelanggaran HAM juga meliputi sistem hukum yang
lemah dan tidak berjalan. Tidak tegasnya penegakan hukum terhadap para
pelanggar HAM merupakan penyebab pelanggaran HAM makin banyak terjadi.
Sebab, tidak ada penanganan cepat dan tepat dalam pelanggaran HAM.

3. Struktur politik dan sosial


Penyebab pelanggaran HAM selanjutnya yaitu adanya kesenjangan politik dan
sosial pada sebuah negara. Contoh kesenjangan politik dan sosial pada sebuah
negara yaitu tata kelola pemerintahan yang salah dan terkesan abai dengan segala
hal yang terjadi di masyarakat.

4. Masalah ekonomi
Masalah ekonomi merupakan sumber dari semua sumber penyebab terjadinya
tindak kriminal, termasuk pelanggaran HAM. Kesenjangan ekonomi yang tinggi
berisiko menyebabkan pelaku melakukan pelanggaran HAM seperti perampokan,
perampasan, pencurian, dan pembunuhan.

5. Kurangnya sosialisasi HAM


Sosialiasi mengenai pentingnya penegakan dan perlindungan HAM sangat
penting untuk mencegah pelanggaran HAM. Kurangya pemahaman akan HAM
berisiko membuat pelanggaran HAM ringan hingga berat semakin banyak terjadi.

6. Penyalahgunaan teknologi
Komputerisasi besar-besaran melahirkan dampak negatif seperti penyalahgunaan
teknologi berupa tindak kejahatan seperti pembobolan dompet elektronik,
pembobolan data pribadi dan masyarakat, dan perundungan.

C. KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

1. KASUS TRISAKTI dan SEMANGGI

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998,


terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya.
Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia

11
serta puluhan lainnya luka. Tragedi Semanggi menunjuk kepada 2 kejadian protes
masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa MPR yang
mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi
Semanggi I terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi
Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal
dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan
tewasnya seorang mahasiswa dan 11 orang lainnya di seluruh Jakarta serta
menyebabkan 217 korban luka-luka.

2. KASUS MARSINAH

Marsinah adalah seorang aktifis dan buruh pabrik pada masa orde baru,
bekerja pada PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik
dan kemudian ditemukan terbunupada 8 Mei 1993, setelah menghilang selama tiga
hari. Mayatnya ditemukan di hutan yang berada di dusun Jegong, desa Wilangan
dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat. Kasus Marsinah terjadi pada tanggal 3-4
Mei 1993 dan termasuk salah satu kasus HAM yang terberat. Peristiwa ini berawal
dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka menuntun
kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah
aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di
kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan.

3. KASUS BOM BALI

Pengeboman Bali 2002 adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang


terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di
Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan
terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, walaupun
jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman
pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil
yang juga bertempat di Bali pada tahun 2002. Peristiwa ini dianggap sebagai
peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.Peristiwa bom bali menjadi
salah satu aksi terorisme terbesar di Indonesia. Akibat peristiwa ini, sebanyak 202
orang meninggal dunia, mulai dari turis asing hingga warga lokal yang ada di sekitar
lokasi. Aksi bom bali ini juga banyak memicu tindakan terorisme di kemudian hari.

12
4. KASUS PEMBUNUHAN MUNIR

Munir Said Thalib, S.H. adalah seorang aktivis HAM yang banyak menangani
kasus-kasus HAM lain. Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.
Pada saat menumpangi Garuda Indonesia Penerbangan 974 dari Jakarta menuju
Amsterdam pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan cara diracuni
menggunakan arsen. Kasus pembunuhan Munir menjadi salah satu kasus HAM yang
masih belum bisa diselesaikan. Bahkan beberapa saksi tidak memberi keterangan
yang jelas. Kasus Munir akhirnya ditutup beberapa tahun berselang.

5. PERISTIWA TANJUNG PRIOK

Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 12


September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang mengakibatkan sejumlah
korban tewas dan luka-luka serta sejumlah gedung rusak terbakar. Dipicu oleh warga
sekitar yang melakukan demonstrasi pada pemerintah dan aparat yang hendak
melakukan pemindahan makam keramat Mbah Priok. Para warga yang menolak dan
marah kemudian melakukan unjuk rasa, hingga memicu bentrok antara warga dengan
anggota polisi dan TNI. Sedikitnya, 9 orang tewas terbakar dalam kerusuhan tersebut
dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat. Peristiwa ini pun menjadi salah satu contoh
pelanggaran HAM yang terjadi di Jakarta.

13
BAB VI

UPAYA PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN HAK ASASI


MANUSIA

A. UPAYA PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HAM

Upaya penegakan HAM merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan
membuat HAM semakin dihormati dan diakui oleh seluruh elemen masyarakat dan
pemerintah.Hak asasi manusia pada prinsipnya enggak bisa dicabut dan terus melekat
dalam diri manusia. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM :

1. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia

Komisi Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui
Kepres Nomor 50 tahun 1993.Lembaga ini bertugas untuk meneliti, memberikan
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM.Seluruh masyarakat yang merasa hak
asasinya dilanggar diperkenankan untuk melakukan pengaduan kepada Komnas
HAM.

Wewenang Komnas HAM meliputi:


 - Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM.
 - Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM.
 - Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM.
 - Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.
 - Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia
kepada pemerintah.

2. Pembentukan Instrumen HAM

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan
HAM. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan
lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia seperti Komnas HAM dan Pengadilan
HAM.

14
Mengutip dari situs resmi Komnas HAM, acuan intrumen-instrumen yang berkaitan
dengan HAM di antaranya adalah:

- UUD 1945 beserta amandemenya

- Tap MPR No. XVII/MPR/1998

- UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

- UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

- UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

- UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial

- Piagam PBB 1945

- Deklarasi Universal HAM 1948

- Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

- Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

3. Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000.


Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang
menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman.
Selain berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat,
Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutus pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia yang terjadi di luar batas teritorial wilayah
Indonesia.

B. PENYELESAIAN KASUS PELANGGARAN HAK ASASI


MANUSIA

1. KASUS TRISAKTI dan SEMANGGI

15
Dalam hal ini Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan kasus
pelanggaran berat HAM Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II (kasus TSS)
melalui jalur non-yudisial atau rekonsiliasi. Empat orang mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi menjadi korban tewas saat itu, yaitu Teddy Mardani, Sigit Prasetya,
Engkus Kusnadi dan Bernardus Realino Norma Irawan atau Wawan.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) Imdadun Rahmat
mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan sikap politik pemerintah saat
ini.

"Pilihan politik pemerintah saat ini kan jalur non-yudisial atau rekonsiliasi.
Pemerintah maunya kan seperti itu. Untuk penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu
ya menempuh jalur non-yudisial," ujar Imdadun, seusai rapat koordinasi penyelesaian
kasus pelanggaran berat HAM masa lalu dengan Menteri Koordinator bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin
(30/1/2017).

Imdadun mengaku sulit untuk memaksakan penyelesaian kasus TSS melalui jalur
pengadilan HAM ad hoc.

Selain karena pilihan politik pemerintah, selama ini pihak Kejaksaan Agung juga
tidak bisa bekerja sama dalam menindaklanjuti hasil penyelidikan Komnas HAM

2. KASUS MARSINAH

Pembunuhan Marsinah diawali oleh aksi demo para Pekerja Pt. CPS yang dipimpin
oleh Marsinah dan rekan - rekannya mengenai kenaikan upah gaji sesuai surat edaran
Gubernur Jawa Timur pada saat itu. Aksi yang mereka gelar membuat para petinggi
perusahaan panas, memang hasil dari aksi demo mereka berbuahkan hasil, namun
menyebabkan Marsinah dan para teman – temannya yang memimpin demo terpaksa
dipanggil ke Kodim.

Setelah kejadian itu, tiba – tiba Marsinah hilang tanpa kabar, dan kemudian
ditemukan tewas setelah 3 hari menghilang pada 8 Mei 1993 di di hutan di dusun
Jegong, desa Wilangan dalam keadaan mendapat penyiksaan berat dan kemaluannya
yang ditembak. Akhirnya para aparatur negara meringkus 8 para petinggi Pt. CPS,
dan ditahan dengan vonis hukuman berkisar 4 sampai 17 tahun, dimana yang menjadi
terdakwa adalah Yudi Susanto.

Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, para terdakwa dibebaskan dari segala
dakwaan ( bebas murni ). Keputusan Mahkamah Agung RI ini menimbulkan banyak
kecaman dan ketidakpuasan dari berbagai kalangan.

16
Hingga saat ini pelaku pelanggaran HAM Marsinah masih misterius dan masih belum
dikupas tuntas seperti kasus yang dialami Munir.

3. KASUS BOM BALI

Sarjiyo alias Sawad, terdakwa dalam kasus bom Bali divonis hukuman seumur
hidup oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Denpasar, Kamis (29/1). Dia
dinyatakan bersalah karena menyetujui dan turut melaksanakan peledakan bom
pada 12 Oktober 2002. Terdakwa yang juga memiliki nama alias Zainal Abidin ini
juga menyatakan kesediaan untuk meracik bahan kimia sebagaimana permintaan
Amrozi.Atas dasar inilah hakim menganggap, Sawad bukan sekedar membantu
proses peledakan tetapi juga dianggap turut serta merencanakan aksi.

Motivasi terdakwa, diwujudkan dalam kegiatan meracik bahan kimia di rumah


kontrakan Jalan P Menjangan yang kemudian dikirimkan Amrozi dari Lamongan.
Terbukti kemudian, bahan-bahan itulah yang menjadi komponen bom Bali.Dalam
vonis, hakim menyebutkan pertimbangan yang memberatkan adalah peristiwa itu
merupakan kejahatan yang luar biasa, dilakukan melalui jaringan tertutup dan
merusak citra bangsa Indonesia. Hal memberatkan lainnya, adalah hilangnya
ratusan nyawa dan harta benda. Adapun hal yang meringankan, terdakwa sopan dan
berterus terang. Dalam sidang di PN Denpasar, Saad alias Mat Ucang yang didakwa
menyembunyikan Mukhlas alias Ali Gufron saat dalam pelarian, dituntut hukuman
20 tahun penjara. Jaksa penuntut umum Banjarnahor menjeratnya dengan pasal 13
B Perpu RI no 1 tahun 2002.Adapun aksi yang dituduhkan kepada Saad adalah
ketika pihaknya menyembunyikan Ali Gufron di pabrik susu miliknya di di Lawean
Solo. Selain itu, menurut jaksa, Saad sempat bertemu dengan Gufron di Jakarta
setelah peledakan bom Bali.

4. KASUS PEMBUNUHAN MUNIR

Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun


hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa
Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik dalam
makanannya karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim
Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima
beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen
senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden SBY juga
membentuk tim investigasi independen, tetapi hasil penyelidikan tim tersebut tidak
pernah diterbitkan ke publik.

17
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Purwoprandjono, ditangkap dengan
dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan
kesaksian mengarah padanya.Namun, pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis
bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini ditinjau ulang, serta 3 hakim yang
memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.

5. KASUS TANJUNG PERIOK

Kerusuhan Tanjung Priok di tahun 1984 terjadi akibat aksi sebagian penduduk yang
memprotes tindakan pihak militer yang menangkap sejumlah tokoh masyarakat yang
dianggap melakukan aksi anarkis terhadap anggota militer yang tidak menghormati
masjid. Demonstrasi yang berlanjut rusuh tersebut  terjadi karena pihak militer
menggunakan senjata untuk menertibkan para demonstran yang juga kian tidak
terkontrol setelah membakar sejumlah bangunan dan melukai serta membunuh
sejumlah warga etnis lain.

Penyelesaian kerusuhan tersebut adalah dengan menangkap dan menghukum pihak


yang dianggap sebagai oknum militer pemicu kerusuhan yang menyebar pamflet anti
pemerintah kepada warga selain menggunakan senjata dalam menghentikan
demonstran. Namun, penyelesaian tersebut bukanlah solusi ideal karena masih
menyisahkan sejumlah misteri. Kerusuhan tersebut mengakibatkan jatuhnya kurang
lebih 700 korban dimana mayat-mayat demonstran umumnya diangkut dan
dimakamkan tanpa nisan dan sekitar 400 warga Tanjung Priok hilang atau terbunuh.    

18
BAB VI

PENUTUP

A.KESIMPULAN

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengankiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satuhal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM
oranglain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan
olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusiayang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harusdihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM
baik yang dilakukan olehseseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melaluihukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

B.SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan


HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga

19
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan pula
HAM kita dilanggar dan diijak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kit
harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang
lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://digilib.uinsgd.ac.id/

2. https://kids.grid.id

3.http://www.scribd.com/doc/177956322/Makalah-Tentang-Kasus-Pelanggaran-
Ham-Di-Indonesia brainly.co.id
4.https://amp.kompas.com/nasional/read/2017/01/30/22270351/pemerintah-putuskan-
penyelesaian-kasus-trisakti-dan-semanggi-melalui-jalur-rekonsiliasi
5.https://nasional.tempo.co/read/39021/terdakwa-bom-bali-divonis-seumur-hidup
6.https://www.academia.edu/41369869/Makalah_Hak_Asasi_Manusia_HAM_
7.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Marsinah
8.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hak_asasi_manusia
9.https://www.suara.com/news/2020/12/04/225231/bentuk-negara-indonesia-dan-
sistem- pemerintahannya

20

Anda mungkin juga menyukai