Anda di halaman 1dari 3

Oleh : Andri Priyanto

Strategi Kebudayaan dalam Menghadapi Masalah Pendidikan dan Gender

Pendidikan yang bermutu membangun rasa percaya diri baik pada anak perempuan maupun

lakilaki, dan membantu mereka mengembangkan potensi diri. Dalam masyarakat yang adil, anak

perempuan maupun laki-laki memiliki hak yang sama, namun kadang-kadang hak-hak anak

perempuan terhadap pelayanan pendidikan terabaikan. Padahal, pentingnya perempuan yang

berpendikan dalam pembangunan masyakarat sudah tidak disangkal lagi.

Perempuan yang berpendidikan lebih mampu membuat keluarganya lebih sehat dan

memberikan pendidikan yang lebih bermutu pada anaknya, Selain itu perempuan berpendidikan

lebih memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sebaliknya, perempuan

yang pendidikannya kurang akan lebih rentan terhadap tindak kekerasan (fisik maupun non

fisik), dan memiliki tingkat kesehatan dan ekonomi yang cenderung lebih rendah.

Seringkali secara tidak sengaja, guru membedakan murid perempuan dan laki-laki karena

guru berpendapat bahwa murid perlu diperlakukan secara khusus menurut peran yang didasarkan

pada jenis kelamin. Padahal asumsi tentang peran perempuan dan laki-laki yang dipegang oleh

guru bisa mengakibatkan ketidakadilan dalam memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi

murid laki dan perempuan. Tentu saja penting menghargai perbedaan antara anak perempuan dan

laki, asal pembedaan itu tidak mengakibatkan pembatasan terhadap kesempatan anak perempuan

maupun laki dalam mengembangkan potensi mereka

analisis :
Pendidikan merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh masyarakat dikarenakan

sekarang ini pendidikan merupak suatu tolak ukur untuk melihat derajat seorang individu.

Terkadang juga pendidikan dijadikan sebagai pengukur pola kesejahteraan di masyarakat yang

bisa dibilang tidak sedikitnya yang menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Selai digunakan

untuk tolak ukur derajat seseorang di masyarakat, pendidikan juga digunakan sebagai suatu

system yang dapat membangun percayadiri dari seseorang. Seperti halnya dalam kasus diatas

bahwa pendidikan ynag bermutu dapat meningkatkan percaya diri dari seseorang baik itu laki-

laki maupun perempuan dan membantu mereka dalam mengembangangkan potensi mereka.

Tetapi terkadang terdapat perbedaan hak-hak antara perempuan dan laki-laki yang

merugikan salah satu pihak, disini yang lebih dirugikan adalah hak-hak perempuan yang banyak

terabaikan. Hal tersebut diakibatkan dari system kebudayaan yang beranggapan bahwa

perempuan lebih baik didapur dari pada mengenyam pendidikan tinggi-tinggi karena orang tua

beranggapan bahwa perempuan tidak bisa apa-apa dan akhir-akhirnya akan berada didapur juga.

Padahal potensi perempuan yag berpendidikan itu sangatlah penting dan tidak diragukan lagi

dimasyarakat. Dalam kenyataannya apabila perempuan berpendidikan tinggi maka ia akan dapat

ikut dalam mengangkat derajat hidup keluarganya kelak dengan ia bekerja berbekal potensi yang

ia punya tersebut.

Dari kasus diatas juga didapat bahwa seringkali guru membedakan murid perempuan dan

laki-laki karena guru berpendapat bahwa murid perlu diperlakukan secara khusus menurut peran

yang didasarkan pada jenis kelamin. Disini dapat dilihat bahwa lelaki lebh dipandang

mempunyai peran yang penting dimasyarakat dan permpuan hanya dijadikan sebagai ekor dari

laki-laki. Padahal asumsi tentang peran perempuan dan laki-laki yang dipegang oleh guru bisa

mengakibatkan ketidakadilan dalam memberikan layanan pendidikan bagi mereka. Tentu saja
penting menghargai perbedaan antara anak perempuan dan laki, asal pembedaan itu tidak

mengakibatkan pembatasan terhadap kesempatan anak perempuan maupun laki dalam

mengembangkan potensi mereka. Disinilah peran dari strategi kebudayaan itu berlangsung.

Strategi kebudayaan dapat menengahi kasus-kasus yag berhubungan dengan budaya. Dapat

dijelaskan dari deskripsi kasus diatas perbedaan cara pandang perempuan berpendidian jaman

dulu dengan jaman sekarang ini. Dapat kita lihat kenyataannya sekarang ini banyak sekali

perempuan yang berada ditempat-tempat tertinggi dalam masyarakat misalnya perempuan

menjadi presiden. Hal tersebut tidak terlepas dari reolusi yang diciptakan oleh kaum perempuan

dengan dibentuknya suatu era yang dinamakan era emansipasi wanita, yang meminta

penyetaraan kedudukan antara perempuan dengan laki-laki.

Dalam hal tersebut tidak ada suatu kebijakan yang mengatur dan memutuskan bahwa

perempuan boleh menyetarakan diri dengan laki-laki atau perempuan boleh mempunyai

pendidikan setiggi mngkin, tetapi hal tersebut terjadi diakibatkan adanya sutau strategi

kebudayaan yang berjalan sesuai dengan perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat

tersebut.inilah ang membuktikan bahwa strategi kebudayaan merupakan cara pemecahan

masalah yang melebihi suatu kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai