Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA

Defisit Perawatan Diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1.Definisi

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia


dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya .
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari – hari secara mandiri. Tidak ada keinginan
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah
tidakmampumelakukanataumenyelesaikanaktivitasperawatandiri (PPNI,
2016).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).
2.Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri


adalah :

a. kelelahan fisik dan,

b. penurunan kesadaran.

Sedangkan Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri


adalah :

a. Faktor presdiposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan


perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiw dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012:147 - 148).
b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar,
2012: 148). Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah &
Iskandar, 2012:148).
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal higiene adalah
1) Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misanya,
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5) Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
6) Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo
dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
1. Jenis

Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :


a.Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: Berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: Makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


sendiri.
d. Defisit perawatan diri: Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


eliminasi sendiri (Nurjannah, 2004:79)

2. Rentang respon

Adaptif Maladaptif

Pola Kadang Tidak


perawatan perawatan melakukan
diri diri kadang perawatan
seimbang tidak diri

Gambar 1.
Rentang Respon Defisit Perawatan Diri Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

5.Proses terjadinya masalah

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi


akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting ( buang air besar
[BAB]atau buang air kecil [BAK])secara mandiri (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154).
Sedangkan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah :

a. kelelahan fisik dan,

b. penurunan kesadaran.

Sedangkan Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri


adalah :
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan


perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012:147 - 148).

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah &
Iskandar, 2012: 148).
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah &
Iskandar, 2012:148).
1) Body image : gambaran individu terhadap dirinya
sangatmempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial : pada anak – anak selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi peruabahan
personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan : pengetahuan personal hygiene sangat penting
akrena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misanya, pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya : disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan orang : ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
sabun, shampoo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis : pada keadaan tertentu/ sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

6.Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
a. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil


potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan alat
tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskkan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
b. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
meggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman.
c. Eliminasi

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam


mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil
(Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150).
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) Penampilan tidak rapi


b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif

2) Manarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

c. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarangan


tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
(Mukhripah & Iskandar, 2012:150).
7. Akibat

Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan


kesehatan. Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa
bermacam – macam. Akibat dari defisit perawat diri adalah sebagai
berikut:

a. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan


macam penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek
atau frambosa, dan borok).
b. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit
yang masuk ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan.
Disamping itu kuku yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan
sebagai penyakit cacing pita, cacing tambang, dan penyakit perut.
c. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi
berlubang, bau mulut, dan penyakit gusi
d. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena
hygiene BAB/BAK sembarangan) (Wahit Iqbal, dkk.,2015:159).

Sedangkan menurut (tarwoto dan wartonah, 2010:117) akibatnya adalah:


a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik
pada kuku.
b. Dampak psikososial

Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan


kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

1. Mekanismekoping

a. Regresi

b. Penyangkalan

c. Isolasi sosial, menarik diri

d. Intelektualisasi (Mukhripah & Iskandar, 2012:153).

Sedangkan menurut (Stuart & Sundeen, 2000) didalam didalam (Herdman


Ade, 2011:153-154) mekanisme koping menurut penggolongannya dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukund fungsi integrasi, pertumbuhan,


belajar mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan pera
watn diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

2. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade,


2011:154) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri

b. Membimbing dan menolong klien perawatan diri

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

d. BHSP (bina hubungan saling percaya)


10. Pohon masalah
Gangguan pemeliharaan
Effect
kesehatan (BAB/BAK,mandi,
makan minum)

Defisit perawatan diri


Core problem

Menurunnya motivasi dalam


Causa perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2 : Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

(Sumber : Keliat, 2006)

11. Diagnosa keperawatan


Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,
BAB/BAK (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:155).

a. Rencana Asuhan Keperawatan


Defisit perawatan diri merupakan core probem atau diagnosa utama
dalam pohon masalah di atas, berikut ini adalah rencana asuhan
keperawatan dari defisit perawatan diri menurut (Kelliat,2006)
Dioagnosa Perencanaan Intervensi
keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasai

Defisit TUM: Ekspresi wajah Bina hubungan saling


perawatan bersahabat, menunjukkan percaya dengan prinsip
Pasien dapat memelihara
diri rasa

kesehatan diri secara senang, klien bersedia komunikasi terapeutik


mandiri TUK: berjabat tangan, klien 1. Sapa klien dengan
1.Klien dapat membina bersedia menyebutkan ramah baik verbal
hubungan saling nama, ada kontak mata, maupun nonverbal
percaya klien bersedia
duduk 2. Perkenalkan diri
berdampingan dengan dengan sopan
perawat, klien bersedia 3. Tanyakan nama
mengutarakan masalah lengkap klien dan
yang dihadapinya nama panggilan
4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Jujur dan menepati
janji
6. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien
apa adanya
Beri perhatian pada
pemenuhan kebutuhan
dasar klien

2.Mengidentifikasi Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan


kebersihan diri klien. dirinya klien tentang
kebersihan diri dan
tandanya
2. Beri kesempatan klien
untuk menjawab
pertanyan
Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
menawab pertanyaan.

3.Menjelaskan Klien dapat memahami 1. Menjelaskan


pentingnya kebersihan pentinya kebersihan diri pentingnya kebersihan

diri diri
2. Meminta klien
menjelaskan kembali
pentingnya kebersihan
diri
3. Diskusikan dengan
klien tentang tentang
kebersihan diri
4. Beri penguatan positif
atasjawabannya

4.menjelaskan peralatan Klien dapat menyebutkan 1. Menjelaskan alat yang


yang digunakan dan dapat dibutuhkan dan cara
untuk menjaga mendemonstrasikan membersihkan
kebersihan diri dan dengan alat kebersihan diri
cara melakukan
2. Memperagakan cara
kebersihan diri
membrsihkan
diri dan

mempergunakan

alat untuk
membersihkan
diri

3. Meminta klien untuk


memperagakan ulang
alat dan cara
kebersihan diri
4. Beri pujian positif
terhadap
klien
5.Menjelaskan cara makan Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan cara
yang benar cara makan yang benar makan yang benar
2. Beri kesempatan klien
untuk bertanya dan
mendemonstrasi kan
cara benar
3. Memberikan

pujian positif
terhadap klien
6.Menjelasakan cara Klien dapat mengerti 1. Menjelaskan cara
mandi yang benar cara mandi yang benar mandi yang benar
2. Beri kesempatan
klien untuk bertanya
dan mendemonstrasi
kan cara yang benar
3. Memberi pujian
positif terhdap klien
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri

A. PROSES KEPERAWATAN
1) KondisiPasien
Tn. A mengalamidefisitperawatandiri, klienselalu BAB dan BAK di
sembarangtepatdantidakmau di ajakke WC ataukekamarmandi.
Klienjugatidakmembersihkandiri/ceboksetelah BAB dan BAK.
1) Data Subjektif
a) Klienmengatakantidakmau BAB dan BAK di kamarmandi
b) Klienmengatakantidakmengerticara BAB dan BAK di
kamarmandi.
2) Data Objektif
a) Klientidakmaudiajak BAB dan BAK di kamarmandi.
b) Klientidakmebersihkandirisetalah BAB dan BAK
2) DiagnosaKeperawatan
DefisitPerawatanDiri
3) TujuanKhusus
1) Melakukankebersihandirisendirisecaramandiri
2) Melakukanberhiasatauberdandansecarabaik.
3) Melakuknakandenganbaik.
4) Tindakankeperawatan
1) Melatihpasiensecaraperawatankebersihandengancara
a) Menjelaskanpentingnyamenjagakebersihandiri
b) Menjelaskanaat-aatuntukenjagakebersihan
c) Menjelaskancara-caramelakukankebersihandiri
d) Melatihpasienmempraktikkancaramenjagakebersihandiri

2) Melatihpasienmakansecaramandiridengancara
a) Menjelaskancaramempersiapkanmakan
b) Menjelaskancaramakan yang tertib
c) Menjeaskancaramerapikanperalatanmakansetelahmakan
d) Mempraktikkancaramakan yang baik.

3) Mengajarkanpasienmelakukan BAB/BAK secaramandiri


a) Menjelaskantempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskancaramembersihkandirisetelah BAB/BAK
c) Menjelaskancaramembersihkantempat BAB/BAK

4) Membantupasienlatihanberhias
Latihanberhiaspadapriaberhiasharusdibedakandenganwanita.
Padapasienlaki-laki, latihanmeliputilatihanberpakaian,
menyisirrambutdanbercukursedangkanpadapasienperempuanlatihanme
liputilatihanberpakaian, menyisirrambutdanberdandan.

SP 1 pasien : Mendiskusikanpentingnyakebersihandiri, cara-cara


merawatdiridanmelatihpasiententangcara-caraperawatan
kebersihandiri.

a. Orientasi

1) Salam terapeutik
“Selamatpagi, perkenalkannamasaya A, sayamahasiswa yang dinas di
ruanganini “
“Boleh tau, namabapaksiapa? Senangnyadipanggilapa Pak?”
“Sayadinaspagi di ruanganinidari jam 7 pagisampaisiang, selama di
rumahsakitinisaya yang akanmerawatbapak B“

2) Evaluasi
“Dari tadi, sayalihatbapakmenggaruk-garukbadandansayajugamencium aroma
tidaksedap, bajubapakjugaterlihatkotor. Apakahbapaksudahmandi?”
3) Kontrak
“Bagaimanakalaukitaberbincang-bincangtentangkebersihandiri?
Waktunyakuranglebih 10 menitdantempatnyadisinisajayapak di kamarbapak.
b. Kerja
“Dalamsehariberapa kali bapak B mandi?”
Bapakbiasanyamenggunakansabunatautidakpadasaatmandidanapakahbapakmeng
gantibajusetelahmandi?”

“Menurutbapakapakegunaanmandi ?”

“Apaalasanbapaksehinggatidakbiasamerawatdiri ?”

“ Kira-kiratanda-tanda orang yang tidakmerawatdiridenganbaiksepertiapa?


badangatal, mulutbau, apalagi…?
kalaukitatidakteraturmenjagakebersihandirimasalahapamenurutbapak yang
bisamuncul ? betuladakudis, kutu.”

“Sebelumsayamengajarkanbapakbagaimanamandi yang benar,


sekarangsayaakanmemperkenalkanalat-alatnyaterlebihdahulu. Yang
pertamaadahandukgunanyauntukmengeringkanbadan, adasikatgigidan pasta
gigiuntukmembersihkangigibapak,
kemudianadasabunmandiuntukmembersihkanbadanbadan, laluada shampoo yang
digunakanuntukmembersihkanrambut, daniniadagayung yang
digunakanuntukmengambil air, pakaiangantibersih,
deodoransupayaketiakbapakwangi.”

“Bagaimanakalausekarangkitakekamarmandi,
untuksayaajarkanbagaimanacaramandi yang baikdanbenar.
Pertamakitaakanmembersihkangigiterlebihdahuluyapakdengansikatdan pasta
gigigosokseluruhgigibapak B mulaidaridepansampaibelakang, atasdanbawah.
Baguslalukumur-kumursampaibersihBagussekali,
sekarangbapakbukapakaiandantaruh di keranjangpaakaiankotor. Sekarangbapak
B siramseluruhtubuhbapak B termasukrambutlaluambil shampoo
gosokkanpadakepalabapak B sampaiberbusalalubilassampaibersih. Bagussekali.
Selanjutnyaambilsabun, gosokkan di seluruhtubuhsecarameratalalusiramdengan
air bersih. Setelahselesaimandibapakkeringkanbadandenganhanduk.
Bagussekaliselanjutnyabapakbisamengenakanpakaian yang
barudanmasihbersihjanganlupakancingbajunya. Nah sekarangbapak B
sudahrapidanbersih.”

c. Terminasi

Evaluasisubyektif

“Bagaimanaperasaanbapaksetelahmandidanmenggantipakaian ?”

EvaluasiObyektif

“Sekarangcobabapakjelaskankepadasayabagaimanacaramandi yang
baikdanbenar?”

- Kontrak
Topik: “Baikpaksekarangbincang-bincangnyasudahselesai,
bagaimanakalaubesok jam 8
sayakembalilagiuntukmengajarkanbapakuntukmakan yang baikdanbenat”

Tempat: “Kita lakukan di sinisajaya di kamarbapak”

Waktu: “Waktunyakuranglebih 10 menitsajayapak”

Rencanatindaklanjut

“Karna tadikitasudahbelajarbagaimanacaramandi yang


baikdanbenarsekaranglatihaninikitamasukkandalamjadwalkegiatanharianbapa
kya”

SP 2 pasien : Melatihpasienmakansendirisecaramandiri
(Menjelaskancaramempersiapkanmakan, menjelaskancaramakan yang tertib,
menjelaskanmerapikanmakansetelahmakan, praktikmakansesuaidengantahap
yang baik).

a. Orientasi

1) Salam terapeutik : “Selamatsiang Pak B”

2) Evaluasi : “Bapaktampakrapihhariini, bagaimanajadwalmandidan


dandannya?”

“Cobasayalihatjadwalhariannya, wahbanyakya, bagus…siangini


kitaakanlatihanbagaimanacaramakan yang baik.”
3) Kontrak : “Hari inikitaakanmembicarakantentangtahapanbagaimanacara
makan yang baikdanbenartujuannya agar bapakmampumakan
secaramandiridenganrapih”

- Topik

Melakukanmakan yang baik, makan yang tertib,


caramerapikanmakanansetelahmakan, tahapanmakan yang baik.

- Tempat

“Kita latihanlangsung di ruangmakanya.”

“mariitusudahdatangmakananya”

-Waktu

“Sesuaidengankesepakatankemarenkitamelakukanyakuranglebih 10
menit.”

b. Kerja

“Bagaimanakebiasaanmakanbapak B selamaini?

“Sebelummakankitaharusmencucitanganpakaisabun. Yamarikitapraktekkan!”

“Bagus.. sekarangkita duduk danambilmakanannya, sebelum di


santapkitaberdoadahulu. Silakanbapak yang memimpin”

“Mari kitamakan,
saatkitamakanharusmenyuapmakanansatupersatudanpelanpelanya,
ayosayurnya di makanpak”
“Setelahkitamakanjanganlupakitaberdoalagiyapak.Setelahitukitaletakan di
tempatcucianpiringyapak”

“yakitaakhiridengancucitangan”

“yabagus! Bapakhebat”

c. Terminasi

Evaluasisubjektif: “Bagaimanaperasaanbapak B setelahlatihanmakan


yang baik ?”
Evaluasiobjektif : “Cobabapakbisasebutkanapasaja yang sudahkita
pelajarihariini?” (cucitangan, duduk yang baik,
ambilmakanan, berdoa, makan yang baik, meletakan
ketempatcucianpiringlalucucitangan yang baik)
Kontrak

-Topik: “Baikpaksekarangbincangbincangnyasudahselesai, bagaimana


kalaubesok jam 8 sayakembalilagiuntuklatihankebersihan bak/bab?”

-Tempat: “Kita akanmelakukan di kamarbapak, bagaimanamenurutbapak ?”

- Waktu: “Waktunya 10 menitsajayapak”

Rencanatindaklanjut

“Sekarangmarikitamasukkankejadwalkegiatanharianbapak”
SP 3 pasien : Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, Menjelaskan cara membersihkan
diri setelah BAB/BAK, Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK)

a. Orientasi
1) Salam terapeutik : “Selamat pagi bapak B”
2) Evaluasi : “bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah sudah diisi jadwal
kegiatan hariannya?
3) Kontrak
Topik
“Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara bapak tau
bak dengan baik”
Tempat
“Kita lakukan disini saja ya, di kamar bapak”
Waktu
“Sesuai dengan kontrak kita kemarin, hari ini saya akan mengajarkan cara bab
dan bak yang baik dan benar waktunya kurang lebih 10 menit ya pak”
b. Kerja

“Bapak biasanya bab dan bak dimana pak? Benarya bapak, bab dan bak yang baik di
wc, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup. Jadi kita tidak boleh bab dan bak di
sembarang tempat yaa, nah sehabis bab dan bapak yang harus kita lakukan? Betul
sekali, setelah selesai bab dan bak kita harus membersihkan tinja atau air kencing
dengan menyiramnya, lalu bapak harus membersihkan area kemaluan dan anus, lalu
bapak perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc atau kamar mandi,
pastikan resleting celana tertutup rapi lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

c. Terminasi

Evaluasi subjektif: “Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan cara bab dan bak
yang baik ?”
Evaluasi objektif :“Coba sekarang bapak jelaskan ulang tentang cara bab dan bak
yang baik?

Kontrak

i. Topik

“Bapak besok pagi jam 8 kita akan bertemu lagi ya untuk membahas bagaimana cara
berhias yang baik dan benar ”

ii. Tempat
“Tempatnya di sini sajaya, di kamar bapak”
iii. Waktu
“Waktunya kurang lebih 10 menit saja”

Rencana tindak lanjut

“Bapak tadi kita sudah belajar bagaimana cara bab dan bak yang baik dan benar,
sekarang kita masukkan kegiatannya kejadwal kegiatan harian bapakya. ”
SP 4 Pasien : melatih pasien berhias

a. Orientasi
1) Salam terapeutik: “Selamat pagi, Pak.”
2) Evaluasi: “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah
mandi? Sudah di tandai jadwal harian belum?”
3) Kontrak: “Hari ini kita akan membicarakan dan berlatih tentang berhias
diri agar Pak B tampak ganteng dan rapih. Mari kita mendekat ke cermin
dan bawa alat alatnya (sisir, parfum, dan pencukur kumis) ya Pak.”
-Topik
Melakukan berhias diri supaya tampak ganteng dan rapi.
-Tempat
“Kita akan melakukan berhiasnya di kamar bapak apakah bapak setuju?”
-Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin kita akan melakukannya selama
10 menit ya Pak.”

b. Kerja

“Apa yang bapak lakukan setelah mandi? Apakah sudah ganti baju? Bagus sekali.
Nah sekarang kita belajar bersisir ya Pak, mari menghadap ke cermin, bagaimana
cara bersisir Pak? Saya tunjukkan ya Pak, lalu bapak praktikkan, lihat ke cermin, iya
betul Pak, bagus sekali...”

“Apakah bapak sudah bercukur? Berapa hari sekali bapak bercukur? Betul 2x
perminggu ya Pak.”

“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak kita rapihkan ya,
bagus...”

c. Terminasi
Evaluasi subjektif: “Bagaimana perasaan Pak B setelah berdandan?”
Evaluasi objektif: “Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi.”
Kontrak
- Topik : “Baik pak sekarang belajar berhiasnya sudah selesai. Bagaimana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk melihat sudah sejauh mana bapak dapat
melakukan jadwal kegiatannya."
- Tempat : “Kita akan bertemu di kamar bapak, bagaimana menurut bapak? Apakah
bapak setuju?”
- Waktu : “Waktunya 10 menit ya pak?"

Rencana tindak lanjut: "Sekarang mari kita masukan ke jasa harian Pak"
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:

Momedia.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai