Anda di halaman 1dari 21

JAMU HERBAL SEBAGAI SUMBER IDE

PENCIPTAAN MOTIF BATIK UNTUK


BUSANA CASUAL

PROPOSAL TUGAS AKHIR KARYA


Untukmemenuhisebagianpersyaratan
mencapaiderajat Sarjana Terapan D-4
Program Studi Desain Mode Batik
JurusanKriya

OLEH :

RIKA PUSPITA JAWI


NIM. 18154110

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2021
PERSETUJUAN

JAMU HERBAL SEBAGAI SUMBER IDE


PENCIPTAAN MOTIF BATIK UNTUK
BUSANA CASUAL

OLEH :

RIKA PUSPITA JAWI


NIM. 18154110

Telah disetujui sebagai Proposal Tugas Akhir Karya


Pada tanggal 4 Januari 2021

Ketua Program Studi

Aan Sudarwanto, S.Sn., M.Sn.


NIP. 197110231998031001
Pembimbing yang disetujui

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................1


HALAMAN
PERSETUJUAN 2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Ide/Gagasan Penciptaan...............................................................6
C. Tujuan Penciptaan..........................................................................................7
D. Manfaat Penciptaan........................................................................................7
a. Bagi Mahasiswa...........................................................................................7
b. Bagi Dunia Pendidikan...............................................................................7
c. Bagi Masyarakat.........................................................................................8
E. Batasan Penciptaan.........................................................................................8
F. Tinjauan Sumber Penciptaan (Orisinalitas karya).....................................9
G. Landasan Penciptaan....................................................................................14
H. Metode Penciptaan........................................................................................16
I. Sistematika Penulisan...................................................................................18
J. Jadwal Pelaksanaan TA...............................................................................18
K. Daftar Acuan.................................................................................................19

3
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara megabiodiversityyang kaya akan


tanaman obat. Dari 40.000 jenis tanaman yang ada di dunia. Indonesia
memiliki 30.000 jenis, dengan 940 diantaranya merupakan tanaman jenis
obat. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah
pada tahun 2010, hanya 20-22% jenis tanaman obat saja yang telah
dibudidayakan, sedangkan sisanya tumbuh bebas di hutan(Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia 2010).

Sejak jaman dahulu bangsa Indonesia sudah menggunakan tanaman


sebagai obat. Obat herbal tersebut lebih dikenal dengan sebutan jamu. Jamu
di kalangan kraton selain digunakan untuk tujuan pengobatan juga sebagai
sarana kecantikan. Bahan dasar jamu yang melimpah merupakan anugerah
Allah Yang Maha Kuasa. Di sisilain, anugerah tersebut merupakan tantangan
bangsa Indonesia untuk mengembangkan obat herbal yang memiliki beberapa
manfaat(Juliantina Rachmawaty 2016).

Meskipun memiliki manfaat yang luas, namun tanaman herbal yang


merupakan salah satu kekayaan Indonesia ini sudah mulai dilupakan. Yang
menyebabkan hal tersebut yaitu perkembangan jaman yang menghadirkan
banyak obat-obatan kimia dan kurangnya informasi tentang tanaman herbal
Indonesia (Hadi 2014).

Selain kurangnya pemahaman terhadap tanaman obat, masyarakat


cenderung memilih obat kimia sebagai solusi pengobatan utama untuk
mengobati penyakit yang ada di masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh
Selly Dharmawijaya Mantra, yang menyatakan bahwa kalau meminum obat-
obatan dari tanaman yang diracik dengan benar dan tepat, akan memberikan
khasiat yang sama dengan obat-obatan kimiawi. Berdasarkan penelitian para
ahli, menyebutkan bahwa dampak samping yang negative relative kecil
disbanding obat kimiawi (Riana 2015).

4
Era globalisasi membawa dampak perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknoligi. Perkembangan tersebut membawa kemajuan yang pesat di
bidang industri baik yang berkaitan dengan aspek produksi pangan, sandang,
papan, transportasi, serta bidang-bidang lainnya. Perkembangan di produksi
pangan ditandai dengan banyaknya industri makanan dan minuman instan
baik skala besar maupun kecil. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak
langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan
yang dikonsumsinya (Kholifah, Nurrohmah, and Purwiningsih 2020).

Minuman bubuk instan dapat dibuat secara mudah hanya dengan


menambahkan air, kemudian diaduk dan siap untuk dinikmati. Pada minuman
serbuk instan, komposisi gizi minuman instan ini sering tidak dicantumkan
dalam label sehingga konsumen tidak bisa mengetahui unsur gizi yang ada di
dalamnya dan berapa jumlahnya (Afrianti 2013).

Bahan tambahan pangan (BTP) yang banyak digunakan oleh produsen


minuman adalah pecita rasa, pemanis buatan, pengawet, dan pewarna. Dari
sekian banyak pemanis buatan yang ada, umumnya industry minuman lebih
menyukai penggunaan sakarin, siklamat, aspartame, dan asesulfam-K, karena
harganya murah dan tingkat kemanisannya yang tinggi(Astawan M 2012).

Kebiasaan mengkonsumsi makanan seperti goreng-gorengan,


makanan pedas, dan juga minuman yang dingin seperti es. Karena biasanya
hal yang instan itu tidak terlalu baik untuk kesehatan tubuh. Apalagi soft
drinkdan minuman bersoda sangat membawa dampak buruk bagi kesehatan
tonsillitis, lebih baik dihindari atau boleh mengonsumsinya tapi tidak terlalu
sering. Karena bila terlalu sering akan terjadi luka pada tonsillitis, yang lebih
parahnya lagi tonsillitis akan menjadi terinfeksi dan bila ini terjadi biasanya
dilakukan harus dioperasi (Safitri, F, Yunianta, dan Purwantiningrum 2013).

Menurut WHO (World Health Organization), pola penyakit THT di


berbagai Negara berbeda-beda. Di Islamabad, Pakistan selama 10 tahun
(Januari 1998 – Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati

5
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai
yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita (Arsyad 2013).

Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di


Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevelensi tonsillitis kronik
tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Berdasarkan data dari
rekam medis di Puskesmas Bayat Kabupaten Klaten, diketahui jumlah
penderita tonsillitis sebanyak 56 orang pada tahun 2013. Data bulan Januari
sampai bulan April 2014 tercatat 21 anak penderita tonsillitis. Diketahui pula
bahwa penderita tonsillitis mengalami panas tinggi dengan suhu 39’C, nyeri
waktu menelan dan nafsu makan menurun(Saifudin, A., Rahayu, A., Teruna
2011).

Tonsititis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada


tonsil platina yang menetap. Tonsillitis adalah infeksi akut, rekuren atau
kronik pada tonsil atau faringtonsil, yang dapat disebabkan oleh berbagai
virus seperti Strepcoccus Beta, Hemolitikus, streptococcus viridans,
streptococcus pyogene, virus influenza, sitomegalovirus, adenovirus dan oleh
bakteri utama yaitu Bakteri Strepcoccus Golongan A Beta Hemolitik
(Widagdo 2012).

Tonsillitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua


penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi
antibiotik pada penderita tonsillitis akut akan mengubah mikroflora pada
tonsil, struktur pada kripte tonsil, dan adanya infeksi virus atau bakteri
golongan Streptococcus menjadi faktor penyebab terjadinya tonsillitis kronis
(Dias et al. 2009; Kurien et al. 2013).

B. Rumusan Ide/Gagasan Penciptaan

Berdasarkan latar belakang yang menjelaskan tentang Jamu Herbal


Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Batik Untuk Busana Casual,

6
memunculkan pertanyan yang perlu dibahas dalam penciptaan karya. Oleh
karna itu, dapat dirumuskan gagasan penciptaan sebagai berikut:

1. Bagaimana menciptakan desain motif batik kreasi baru dengan ide


dasar jamu herbal?
2. Bagaimana menciptakan desain busana casual?
3. Bagaimana mengaplikasikan desain motif batik dengan ide jamu herbal
pada busana casual?
C. Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan yang dipaparkan dari pembuatan Tugas Akhir Karya


ini adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan desain motif batik tulis dengan sumber ide jamu herbal
2. Menciptakan karya batik tulis dengan sumber ide jamu herbal pada
busana casual
3. Mengaplikasikan Teknik batik yang digunakan dalam pembuatan motif
batik tulis dengan sumber ide jamu herbal untuk busana casual
D. Manfaat Penciptaan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil cipta karya busana
casual yang motif utamanya diambil dari jamu herbal dengan Teknik batik
tulis antara lain:

a. Bagi Mahasiswa
1. Menjadikan sebuah pengalaman baru dalam menciptakan sebuah
karya batik tulis dengan motif jamu herbal
2. Dapatmenguasai Teknik dalam pembuatan karya batik tulis dan juga
mengembangkan gagasan/ide dalam keterampilan dengan
mewujudkan sebuah desain batik motif jamu herbal yang akan di
terapkan dalam busana casual.
b. Bagi Dunia Pendidikan
1. Mengembangkan dan membangun sebuah kreativitas agar dapat
menciptakan karya seni yang kreatif dan inovatif

7
2. Memotivasiatau mendorong pembaca agar tertarik dengan batik tulis
yang diambil dari ide motif jamu herbal yang diterapkan dalam
sebuah busana casual.
3. Menciptakan keberagaman motif serta jenis busana dan
meningkatkan kualitas batik Indonesia di ISI Surakarta.
c. Bagi Masyarakat
1. Mampu memotivasi pada generasi-generasi muda untuk menambah
suatu wawasan tentang tanaman herbal serta dapat mengembangkan
batik tulis yang ditetapkan dalam bentuk fashion.
2. Menghargai dan mencintai warisan budaya Indonesia yaitu batik
E. Batasan Penciptaan

Batasan penciptaan yaitu pembahasan lebih fokus pada permasalahan


dalam proses penciptaan karya maupun penulisan pengantar karya, yang
bertujuan untuk membahas permasalahan yang diangkat sebagai tema karya
tugas akhir. Adapun batasan penciptaan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Batasan Objek
Penciptaan karya ini mengangkat motif jamu herbal, dimana jamu
herbal termasuk salah satu spesies tanaman warisan budaya leluhur dari
nenek moyang yang harus di lestarikan dan dibudidayakan. Dalam
penciptaan karya ini penulis memilih motif jamu herbal yang diolah
menjadialternatif desain motif batik tulis yang kemudian akan di terapkan
pada busana casual. Bentuk dari motif jamu herbal tersebut diwujudkan
dalam motif batik dengan metode eksperimen, perenungan, dan
pembentukan (struktur seni). Metode ini digunakan dalam penciptaan
motif batik adalah untuk memperoleh bentuk desain dengan karya
busana.

2. Batasan Teknik
Pembuatan karya menggunakan berbagai Teknik pembuatan untuk
menunjang keindahan karya seni serta ketelitian dalam bekerja untuk
menghasilkan suatu karya yang berbobot. Untuk itu dalam penciptaan

8
karya seni batik tulis dengan sumber ide jamu herbal akan diwujudkan
menjadi busana casual. Penulis menggunakan teknik batik tulis dan alat
canting untuk menggoreskan malam pada kain. teknik pewarnaan yang
digunakan adalah teknik celup menggunakan pewarna alami untuk
menghasilkan warna yang diinginkan. Kain batik juga akan melewati
teknik jahit untuk perancangan busana casual.

3. Batasan Material
Dalam pembuatan sebuah karya, bahan menjadi penunjang utama untuk
merealisasikan sebuah karya. Bahan merupakan komponen utama dalam
mewujudkan sebuah karya, dimana bahan dapat menunjang keberhasilan
pembuatan karya. Bahan utama yang digunakan penulis dalam
pembuatan karya ini adalah bahan primisima yang digunakan penulis
untuk kain batik. Dan beberapa kain tambahan sebagai bahan dalam
pembuatan karya busana casual. Bahan yang digunakan untuk membatik
menggunakan malam sebagai perintang warna, malam memiliki
karakteristik yang ulet dan tidak mudah retak, sehingga memberikan
hasil batikan yang bagus. Bahan pewarnaan yang digunakan penulis yaitu
menggunakan bahan alami. Perwujudan karya ini akan melalui beberapa
tahapan seperti kendala, kelebihan dan kekurangan yang akan di jelaskan
pada deskripsi penulisan karya tugas akhir.

4. Batasan Bentuk
Batasan bentuk penciptaan karya merupakan busana casual yang
potongannya dibuat tidak begitu rumit dan terlihat simple serta ringan.
Penciptaan ini bersumber dari ide jamu herbal yang akan diwujudkan
dengan metode eksperimen, perenungan, dan pembentukan (struktur
seni).

5. Batasan Karya
Penulis akan membuat 3 - 4 batik tulis yang akan diwujudkan kedalam
busana casual. Jamu herbal yang akan dijadikan motif utama.

9
F. Tinjauan Sumber Penciptaan (Orisinalitas karya)

Sumber penciptaan karya Tugas Akhir ini memiliki beberapa tinjauan


antara lain:

1. Tinjauan Pusaka
Proses penciptaan seni yang berjudul “Jamu Herbal Sebagai
Sumber Ide Penciptaan Motif Batik Untuk Busana Casual” adalah
mencari acuan tulisan dengan gambar dengan studi pustaka untuk
mendapat referensi pengetahuan yang luas agar dapat menggali dan
mengetahui konsep pencipta karya seni. Proses yang dilakukan dalam
tinjauan penciptaan dengan dilakukannya penelusuran sumber infomasi
dalam jurnal, buku, laporan penulisan dan sumber pendukung lainnya.
Tinjauan pustaka juga berfungsi sebagai tinjauan bahwa karya yang
dibuat merupakan karya original, bukan replika atau plagiat, dan lain
sebagainya.

Buku karangan Dharsono Sony Kartikayang berjudul Kreasi


Artistik Penjumpaan Tradisi Modern Dalam Paradigma Kekaryaan Seni.
Buku ini berisi tentang berbagai persoalan yang dirancang untuk mampu
memahami, menjelaskna dan mampu mengaplikasikan konsep kreasi
artistik dalam penciptaan karya seni. Buku ini sebagai bahan dasar
berpijak menciptakan Karya Tugas Akhir.

Buku karangan Anindito Prasetyo, M.Sc yang berjudul Batik


Karya Agung Warisan Budaya Dunia. Buku ini berisi beberapa kajian
tentang batik. Dimulai dari sejarah batik, perkembangan batik diberbagai
tempat, dan kebesaran busana batik dalam upacara adat. Buku ini
membantu membahas mengenai batik kreasi

Buku karangan Indriya R. Dani yang berjudul Cantik Bergaya


Dengan Batik dan Tenun. Buku ini berisi tentang desain busana yang
menjadikan batik dan tenun sebagai bahan utamanya. Buku ini

10
membantu untuk membuat busana yang menjadikan batik sebagai bahan
utamanya.

Buku karangan Reni Kusumawardhani yang berjudul How to Wear


Batik. Buku ini berisi tentang motif, filosofi dan sejarah batik. Selain itu
pengaruh warna batik pada kulit, pengaruh warna batik dengan harga
batik, bagaimana menyesuaikan dengan bentuk tubuh, dan tips
menggunakan batik untuk busana kerja. Di dalam buku ini membantu
untuk menambah pengetahuan penulis tentang bantuk sehingga dapat
mengapresiasikan batik dalam busana dengan lebih baik lagi.

Buku laporan Tugas Akhir Kekaryaan karangan Maria Gurnita


yang berjudul Bullying Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Batik Pada
Busana Futuristik. Diterbitkan oleh ISI Surakarta. Buku laporan Tugas
Akhir ini menceritakan tentang Bullying sebagai motif batik tulis pada
busana futuristic.

Buku laporan Tugas Akhir Kekaryaan karangan Kristanti yang


berjudul Topeng Surakarta Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif batik
Pada Busana Casual Wanita. Diterbitkan oleh ISI Surakarta. Buku
laporan Tugas Akhir ini menceritakan tentang topeng sebagai motif batik
tulis busana casual wanita.

Jurnal karangan Cahyono Gustinov Hadi dan Christine


Wonoseputri, S.T., MASD, yang berjudul Museum Tanaman Herbal
Indonesia di Solo. Jurnal ini menceritakan tentang sebuah museum yang
berisi tentang tanaman herbal Indonesia, bentuk bangunan yang memiliki
simbol tersendiri, dan menciptakan museum yang menarik pengunjung
yang tidak hanya melihat tetapi juga menarik pengunjung ikut merasakan
cerita sebuah sejarah tanaman herbal.

Jurnal karangan Ernie H. Purwaningsih, yang berjudul Jamu Obat


Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia.
Jurnal ini berisi tentang pemanfaatan jamu di Indonesia tidak konsisten

11
dan dapat mengalami pasang surut, tergantung siapa pemegang kebijakan
sehingga beberapa jamu lebih mudah dipatenkan di negara lain.

Jurnal karangan M.Imam Fajrul Falah yang berjudul Pesona


Museum Batik Indonesia di Pekalongan. Jurnal ini berisi tentang fungsi
utama dari museum, yang isinya dalah pelestarian, edukasi, dan
kepariwisataan.

2. Tinjauan Visual
Upaya dalam proses penciptaan karya seni jamu herbal sebagai
sumber ide penciptaan motif batik busana casual perlu dilakukan
beberapa tinjauan visual. Tinjauan visual penciptaan merupakan salah
satu cara mencari data berupa karya/gambar yang dapat memberikan
inspirasi kepada penulis. Adapun tinjauan visual yang berkaitan dengan
tema Tugas Akhir kekaryaan ini ditemui melalui berbagai sumber antara
lain: buku, majalah, surat kabar, internet, observasi lapangan, dan sumber
lain yang digunakan sebagai dasar berpijak dalam mengembangkan
desain motif batik kreasi baru. Adapun sumber visual yang berhasil
didapatkan sebagai berikut.

Gambar 1 Motif Batik Pasuruhan


Sumber:https://disbudparkabupatenpasuruan.blogspot.com/
2014/11/batik-pasuruan.html

12
Gambar 2 Batik Motif Daun Mbako
Sumber: https://shopee.co.id/Kain-Batik-Motif-Daun-Mbako-
i.36833621.1805118991

Gambar 3 Busana Casual


Sumber: https://pin.it/74SzmFG

Gambar 4 Busana Casual


Sumber : https://pin.it/5SIPfJ2

13
Gambar 5 Busana Casual
Sumber : https://pin.it/2MPjQX7

G. Landasan Penciptaan

Landasan pencipta berisi tentang komponen dalam menciptakan karya


seni sebagai landasan berkarya. Komponen tersebut dibagi menjadi tiga
bagian yaitu tema, bentuk dan isi.

1. Subject Matter (tema)


Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman
dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi
batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap
harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat
sensitivitasnya.

Subject matter sebagai stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan


oleh objek. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya
subject matter, yaitu inti pokok persoalan yang dihasilkan sebagai akibat
adanya pengolahan objek (baik objek alam atau objek image) yang
terjadi dalam ide seorang seniman dan pengalaman pribadinya.

Capaian bentuk didalam karya, diperlukan beberapa ketentuan


dasar yang disebut azas desain: repetisi (pengulangan), harmoni

14
(selaras), kontras (bernada), gradasi (pengulangan dengan
penambahan/pengurangan) dan semua ketentuan itu masih
mempertimbangkan adanya kesatuan (unity) dan keseimbangan (balance)
dalam teknik pengorganisasian unsur-unsur tersebut.

Subject matter merupakan bentuk phikis dalam ide sang seniman,


artinya bentuk yang belum dituangkan dalam media atau belum lahir
sebagai bentuk fisik. Maka dapat dikatakan pula bahwa seni adalah
pengejawantahan dari dunia ide sang seniman.

2. Bentuk (form)
Bentuk merupakan organisasi atau kesatuan atau komposisi dari
unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk: pertama visual
form, yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kesatuan dari
unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special form, yaitu
bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-
nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap
tanggapan kesadaran emosionalnya.

Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai kongkritisasi


dari subject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya yang
merupakan susunan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang
terorganisir dari kekuatan proses imajinasi seseorang penghayat akan
menjadi sebuah bobot karya atau arti (isi) sebuah karya seni atau disebut
makna.

3. Isi atau makna


Isi atau arti sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang
penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanyak terletak pada dari
penghayat. Bentuk hanya cukup dihayati secara indrawi tetapi isi atau arti
dihayati dengan mata batin seorang penghayat secara komtemplasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter
seorang penghayat. Seorang seniman pencipta adalah penghayat yang

15
pertama yang punya bentuk psikis dalam dunia idenya yang berhak atas
karyanya dalam mengubah atau menambah.

Bentuk psikis seorang seniman pencipta merupakan bentuk yang


disebut subject matter yang setiap saat dapat dibabarkan. Sedangkan
seniman penghayat adalah penghayat yang punya bentuk psikis yang
dihasilkan dari proses hayati oleh dunia idenya yang juga merupakan
hasil proses imajinasi atau proses kreativitas. Sehingga kesimpulannya
bahwa bentuk fisik adalah milik seniman pencipta sedangkan bentuk
psikis atau isi milik seniman penghayat.

H. Metode Penciptaan

Penciptaan karya seni batik untuk busana casual dewasa sebagai


Tugas Akhir ini penulis menagkat sumber ide jamu herbal. Melalui sumber
ide tersebut penulis mendapatkan inspirasi untuk menciptakan busana casual.
Sesuai dengan bentuk penelitian penciptaan dan jenis sumber data yang
diperguanakn terdapat karya yang dirancang, maka diperlukan langkah-
langkah atau metode penelitian penciptaan.

Penelitian penciptaan memanfaatkan sumber data etik yaitu sumber


data hasil pengumpulan data hasil pustaka, yang dilakukan dengan kajian
pustaka, buku ilmiah, diklat ilmiah, artikel ilmiah, dan makalah ilmiah.

Pemanfatan data emik maupun etik, merupakan data yang


dipergunakan seniman dalam proses kreatif artistik, meliputi eksperimen,
perenungan, dan pembentukan (struktur seni).

1. Eksperimen
Eksperimen merupakan langkah kegiatan yang dilakukan seniman
atau desainer dalam melakukan langkah proses artistik (penciptaan, yaitu
mencoba beberapa alternatif bahan yang sesuai dan cocok dengan
ekspresi cipta seni yang akan di rancang, mencoba beberapa alternatif
Teknik individu yang cocok dengan ekspresi dalam cipta seni yang akan
di rancang, mencoba beberapa alternatif alat yang cocok dengan ekspresi

16
dalam cipta seni yang akan dirancang, dan pemilihan konsep visual
(tatasusunan).

Eksperimen akan menghasilkan kualitas dalam pemilihan bahan,


Teknik, alat dan konsep tatasusunan yang akan digunakan seniman dalam
memvisualisasikan rancangan karyanya.

2. Perenungan
Perenungan merupakan penggambaran batin sang seniman dalam
mencari simbol (metafora). Perenungan dilakukan untuk mencari serta
menemukan simbol-simbol (bahasa metafora) yang akan menjadi ikon
dalam proses kreatif artestik dalam penciptaan karya seni. Dalam
perenungan seniman atau desainer akan menemukan simbol atau
metafora, simbol itu akan digunakan sebagai bahasa ekspresinya, dan
kemudian akan digunakan sebagai motif pokok (utama), motif
pendukung dan motif isian.

Motif pokok (utama) akan menjadi centre of interest dan yang akan
menjadi idiom komunikasi yang dibabarkan lewat media dan menjadi
ekspresi personalnya. Motif utama merupakan idiom metafora yang
memberikan informasi filosofis yang sifatnya sangat individu. Namun
idiom metafora akan mengundang tafsir, dan multi tafsih dalam hayati.
Ada kalanya idiom metafora bukan merupakan hasil perenungan tetapi
merupakan hasil tafsir alam yang sudah mengalami proses imajinasi,
kadangkala idiom metafora merupakan simbol atau motif yang dipinjam
idiom tradisi atau artefak-artefak yang dipilih sebagai simbol
pembabaran atau simbol ekspresi. Namun ada kalanya indiom metafora
merupakan bahasa tanda yang sudah menjadi kesepakatan komunitasnya.
Sajian metafora dalam seni merupakan idiom yang hadir sebagai
komunikasi antara seniman dan penghayatnya, walaupun sifatnya sangat
personal, dan mengundang tafsir.

17
Metafora (simbol) sebagai ekspresi personal yang terikan oleh
prinsip dan azas tatasusun serta pembentukan karya penciptaan seni dan
perancangan karya desain dalam estetika bentuk yang dihadirkan.

3. Pembentukan
Pembentukan merupakan rancangan tatasusun datau komposisi
yang dirancang untuk mendapatkan bentuk atau struktur karya. Struktur
merupakan komposisi yang akan selalu berkaitan dengan kualitas unsur
sebagai ikon seni yang dirancang, prinsip tatasusun (harmonis, kontras,
irama (repetisi), gradasi) yang dirancang, azas tatasusun meliputi
keseimbangan (formal/informal balance dan unity) yang dirancang untuk
mencapai satu kesatuan (unity). Tatasusunan tersebut akan menghasilkan
dinamika (lembut, sedang dan kuat) dan dinamika tersebut akan
menghasilkan suasana tertentu atau kesan tertentu.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan karya dengan judul “Jamu Herbal Sebagai Sumber Ide


Penciptaan Motif Batik Untuk Busana Casual” terdiri dari beberapa bagain
penyusunan. Bagian dengan susuan secara berurutan serta terbuka karena
kemungkinan besar dapat dilakukan pengurangan atau penambahan pada
bagian-bagiannya. Adapun bagian-bagian dalam penyusunan laporan karya
adalah sebagai berikut:

Halaman Sampul, Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Daftar Isi,


Daftar Gambar, Daftar Table Daftar Lampiran, Kertas Kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang, Rumusan


Ide/Gagasan Penciptaan, Tujuan Penciptaan, Manfaat Penciptaan,
Batasan Penciptaan, Tinjauan Sumber Penciptaan, Landasan
Penciptaan, Metode Penciptaan, Sistematika Penulisan.

BAB 2 PEMBAHASAN

18
Pembahasan berisi tinjauan topik dan tema jamu herbal dan busana
antara lain pengertian jamu herbal, tujuan jamu herbal, fungsi jamu
herbal, manfaat jamu herbal, tinjauan jamu herbal sebagai elemen
busana, serta tinjauan busana casual.

BAB 3 PROSES PENCIPTAAN KARYA

Berisi tentang proses penciptaan batik tulis yang terdiri dari sketsa
alternatif dan desain terpilih, pembahasan tentang proses kerja yang
terdiri dari beberapa tahapan antara lain gambar kerja, proses
pembuatan karya batik tulis dan busana, prototipe yang berisi foto
karya busana casual, deskripsi karya.

BAB 4 DESKRIPSI KARYA

Bab ini membahas tentang judul karya, alat dan bahan proses
pengerjaan batik dan busana, serta deskripsi karya yang di rancang
dan kalkulasi biaya.

BAB 5 PENUTUP

Berisi tentang penutup yaitu kesimpulan, saran dan daftar pustaka,


glosarium dan lampiran.

J. Jadwal Pelaksanaan TA

Jadwal Perencanaan Pelaksanaan TA


No Kegiatan Apri
Desember Januari Februari Maret Mei Juni Juli
l
1. Penyusunan
Laporan TA
2. Pengajuan
proposal
3. Bimbingan
laporan

19
4. Pembuatan Karya
batik
5. Pembuatan karya
busana
6. Penyelesaian
laporan TA
7. Ujian kelayakan
8. Revisi karya dan
persiapan
pendadaran
9. Ujian pendadaran

20
K. Daftar Acuan

Afrianti, Leni Herliana. 2013. “Teknologi Pengawetan Pangan.” Alfabeta.


Arsyad, A. 2013. “Media Pembelajaran.” PT. Raja Grafindo Persada.
Astawan M, Kasih AL. 2012. PT Gramedia Khasiat Warna-Warni Makanan.
Jakarta.
Dias, Eliane Pedra, Monica Lage da Rocha, Maria Odete de Oliveira
Carvalho, and Lidia Maria da Fonte de Amorim. 2009. “Detection of
Epstein-Barr Virus in Recurrent Tonsillitis.” Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology 75(1): 30–34.
Hadi, Cahyo Gustinov. 2014. “Museum Tanaman Herbal Indonesia Di
Solo.” eDimensi Arsitektur Petra II(Vol 2, No 1 (2014)): 257–61.
Juliantina Rachmawaty, Farida. 2016. “SEMINAR NASIONAL OBAT
HERBAL INDONESIA.” SEMNAS-OHI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. “Riset Kesehatan Dasar.”
Kholifah, Nur, Siti Nurrohmah, and Riski Purwiningsih. 2020. “Eksistensi
Motif Batik Klasik Pada Generasi Z.” 8(2): 141–44.
Kurien, Mary et al. 2013. “Fine Needle Aspiration in Chronic Tonsillitis:
Reliable and Valid Diagnostic Test.” Journal of Laryngology and
Otology 117(12): 973–75.
Riana. 2015. “Pengetahuan Masyarakat Tentang Tanaman Obat Masih
Kurang.”
Safitri, F, Yunianta, dan Purwantiningrum, I. 2013. “Jurnal Pangan Dan
Agroindustri.” Universitas Brawijaya.
Saifudin, A., Rahayu, A., Teruna, H. Y. 2011. Graha Ilmu Standarisasi
Bahan Obat Alam. Yogyakarta.
Widagdo. 2012. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam.
ed. Sagung Seto. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai