Anda di halaman 1dari 16

SOSIOLOGI HUKUM MENURUT PARA AHLI HUKUM PERSPEKTIF

MAZHAB HUKUM

Makalah Mata kuliah Sosiologi Hukum sebagai


syarat penilaian Tugas terstruktur ke 14 semester 1 Pascasarjana
Fakultas hukum Universitas Pamulang

Di susun oleh :
Akbarudin Noor, S,H.,
NIM : 211017400130

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


PASCASARJANA UNIVERSITAS PAMULANG
2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Yaitu timbulnya kebimbangan akan kebenaran dan keadilan (dalam arti


kesebandingan) dari hukum yang berlaku. Lagi pula timbul pendapat-pendapat yang
berisikan ketidakpuasaan terhadap hukum yang berlaku, oleh karena hukum tersebut
tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakat yang diaturnya. Ketidakpuasan tersebut
dapat dikembalikan pada beberapa faktor, antara lain ketegangan-ketegangan yang
timbul antara kepercayaan (khususnya agama) dan hukum yang sedang berlaku Hal ini
disebabkan karena tidak jarang peraturan-peraturan kepercayaan atau agama yang
dianut tidak sesuai dengan hukum yang berlaku, atau sebaliknya Dengan demikian,
maka timbul usaha-usaha untuk mengatasi kepincangan yang ada dengan jalan
mencari pengertian pengertian tentang dasar-dasar hukum yang berlaku untuk
disesuaikan dengan dasar-dasar agama

Timbul pula ketentangan antara hukum yang berlaku dengan filsafat, yang
disebabkan karena perbedaan antara dasar-dasar hukum yang berlaku dengan
pemikiran orang di bidang filsafat, kesangsian akan kebenaran serta keadilan (dalam
arti kesebandingan) dari hukum yang berlaku timbul pula, terlepas dari sistem suatu
agama maupun filsafat. Kesangsian terutama ditujukan terhadap nilai peraturan-
peraturan hukum yang berlaku. Artinya adalah isi dari peraturan-peraturan yang berlaku
tidak dianggap adil dan dianggap pula sebagai yang tak dapat digunakan sebagai
ukuran untuk menilai perilaku orang, dalam hal ini terdapat suatu ketentangan antara
peraturan peraturan hukum yang berlaku di masyarakat dengan pendirian mengenai
šisi peraturan-peraturan tersebut, Lagi pula perlu di catat bahwa setiap pemikiran
sistematis serhadap disiplin hukum senantiasa berhubungan dengan filsafat politik
(Pumuti Pavaka & Chidir Ali,198013 Dengan demikian maka filsafat hukum terutama
bertujuan untuk menjelaskan nilai- nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada dasar-
dasar filsafatiya. Hasil pemikiran para ahli filsafat hukum tersebut terhimpun dalam
berbagai mazhab atau aliran

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Memahami hasil pemikiran para ahli filsafat hukum dalam berbagai mazhab aliran?
2. Memahami hukum apa saja yang dibuat oleh umat manusia ?
3. Memahami hasil pemikiran para sosiologis antara lain:
a. Aristoteles
b. Hobbes
c. Spinoza
d. Montesquei
BAB II
PEMBAHASAN

Beberapa Tokub-Tokoh/ Aliran Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sosiologi


Hukum

Menurut Aristoteles, Hobbes. Spinoza. Montesquieu :


Aristoteles di jaman purba (385-322 SM) dan Montesquieu di jaman modern
(1689-1755) adalah yang hampir mendekati pada sosiologi hukum metodis.
Aristoteles mengemukakan keseluruhan masalah-masalah yang semestinya harus
di pecahkan: Montesquieu, yang di pengaruhi oleh "fisika social" dari Hobbes (1588-
1677) telah menghilangkan prasangka-prasangka kesusilaan pada telaahan
berdasarkan kepada pengamatan empiris secara sistematis

Dengan demikian.untuk memahami arti keadilan. Aristoteles terlebih dahulu


menggambarkan berbagai macam hukum positif, dalam hubungannya dengan
Nomos (tata tertib sosial yang benar-benar efisien) Philia (sociality atau solidaritas
social) dan kelompok kelompok tertentu (Kainoniai) sedangkan negara hanya
merupakan mahkotanyanya, dan untuk menemukan bentuk sebaik-baiknya dari
pemerintahan, Aristoteles memulai dengan menelaah semua tipe pemerintahan
yang benar-benar ada dalam hubungannya dengan struktur berbagai tipe
masyarakat (bahkan ia mengadakan penyelidikan perbandingan dari konstitusi
konstitusi di Yunani yang di antaranya hanya fragmen mengenai konstitusi Athena
yang sampai pada kita)

Menurut Aristoteles semua hukum, baik yang diselenggarakan oleh kemauan


manusia maupun diluar kemauan manusia (hingga boleh dikatakan "kodrat”
hanyalah semata-mata perumusan rasional dari tuntunan-tuntunan Nomos (ethica
Nic. 1129 dan seterusnya)
Hukum menurut Aristoteles adalah tuntutan-tuntutantan hukum yang ditetapkan
dalam rumus-rumus, adalah lebih abstrak, lebih statis dari Nomos yang konkret dan
dinamis, das dalam hal ini hukum cenderung ketinggalan dan selalu harus
menyesuaikan dirinya kepadanya, suatu fakta yang secara jelas-jelas mensugesti
masalah kenyataan social hukum. Tipe tipe itu sendiri dapat diselenggarakan sebagai
fungsi-fungsi di berbagai philia dan koinonia, karena Kenyataan hukum yang hidup
dapat menegaskan dirinya sendiri dalam milieu social, sosial milieu ini tersusun dari
bentuk-bentuk ikatan social dan dari kelompok-kelumpok khusus.

Antara Aristoteles dan Montesquie terdapat perkembangun di jaman modern ini dari
ilmu-ilmu eksperimental, mekanisme Descartes, dan usaha untuk membentuk suatu
"fisika social hukum”. yang khususnya dihubungkan dengan nama-nama Hobbes dan
Spinoza. Kita hanya secara singkat dapat membicarakan ahli ahli pikir ini, karena
mereka tidak ada sangkut-pautnya dengan sosiologi hukum, melainkan dengan suatu
filsata hukam masyarakat alami, yang berdasarkan penggunaan ilmu pesawat terhadap
fenomena sosial

Hobbes dan Spinoza memecah belah dan membongkar masyarakat, yang


dipersamakan dengan Negara, sampai kepada usur-unsur yang paling sederhana yang
menurut mereka adalah individu-individu yang terpencil yang ditempatkan ke dalam
“suatu Negara alam” yang hipontis Gerak-gerak mekanis atom-atoim disamakan
conatos sui tuendi et conservandi dari individu individu yang ada bersama dengan
"hukum alamnya” yang tidak dibedakan dari tenaga yang mereka miliki, Tetapi "clach"
yang dengan demikian terjadi yakni clachnya individu-individu atom dan tenaga tenaga
mekanis bersetentangan dengan kecendrungan mereka untuk mempertahankan diri
dari akal mereka yakni bermulakat untuk menggabungkan tenaga tenaga individualnya
menjadi suatu kekuatan yang berkuasa, yakni kekuasaan umum.Negara dan sementara
itu menciptakan suatu keseimbangan tenaga-tenaga dan menjamin ketertiban dan
perdamaian yang identik dengim hukum positif.

Dalam bukunnya esprit de Lois (1748) yang termasyhur. Montesquieu mencoba


mempersatukan warisan yang maha besar dari Aristoteles (ia hanya mengambil bagian
yang mengenai kelompok politik) dengan metode fisika sosial khususnya dalam bentuk
yang diberikan oleh Spinoza. Nama karyanya itu dua maknanya, yang berarti bahwa ia
bermaksud

(a) Mencari di bawah kulit peraturan-peraturan formal hukum unnuk mendapatkan


inspirasi serta hubunganya dengan bentuk pemerintahan, dan selanjutnya
dengan substruktur sosial yang dapat berubah-ubah dari kelompok yang
mendasarinya:

(b) untuk menyelenggarakan hukum-hukum sebagai hal-hal yang selalu ada


dengan sewajarnya (hubungan-hubungan yang perlu yang berasal dari sifat-sifa
hal-hal yang sewajarnya") yang akan menerangkan terjadinya berbagai tipe-tipe
politik juridis karena sifat ketergantungan pada fenommena sosial lainnya
(khususnya dengan ekologi sosial yang menyelidiki dan menelaah volume
sesuatu masyarakat, bentuk dan bangun tanahnya, sifat-sifat khas geografinya,
dan lain-lainnya, dalam hubungannya dengan padat penduduk.

Tiga bentuk pokok pemerintahan (Republic Monarki, Despotism) akhirnya pertikaian


pertikaian antara bentuk dan asas pemerintahan, Montesquei membatasi lapangan
penyelidikan dengan cara yang betul-betul tidak dapat diterima. Tetapi karena petunjuk
petunjuk tidak menyebabkan adanya perbedaan antara makna-makna moral, maka
Montesquieu, dalam usahanya membatasi objek sosiologi hukum terpaksa
menyandarkan diri pada ukuran lainnya dalam karyanya itu, hukum muncul karma
diselenggarakan oleh pembuat undang-undang, yang ditetapkan terlebih dahulu dari
atas dalam rumusan-urmusan yang kaku pendeknya, dan diperintahkan oleh Negara.

Dalam hal ini ia jauh lebih kurang dari Aristoteles: ketidaktahuan tentang masalah
masalah mikro sosiologi, pemutusan perhatiannya kepada sosiologi hukum genetis
yang semata-mata dipakainya di lapangan politik, dan selain itu, semata-mata kepada
struktur struktur Negara terorganisasi, jelek sekali akihatnya hagi hasil-hasil
penyelidikannya Montesquien ia tidak menghindarkan dirinya dari pengejaran suatu
tujuan yang praktiis, yakni pembenaran liberalisme, individualistis, Maka kita akan
menyadari bahwa meskipun kemajuan methodologis yang dicapainya, namun dengan
tertibnya esprit des lois itu sama sekali tidak berarti bahwa telah tersusun pada suatu
sosiologi hukum.

A HASIL PEMIKIRAN PARA AHLI FILSAFAT HUKUM DAN ILMU HUKUM


Hasil pemikian para ahli filsafat hukum tersebut terhimpun dalam berbagai mazhab atau
aliran. dan lain sebagai berikut :

1. Mazhab Formalitas
Beberapa ahli Filsafat hukum menekankan, betapa pentingnya hubungan antara
hukum. dengan prinsip-prinsip moral (yaitu etīka, dalam arti sempit) yang berlaku umum
Salah seorang tokoh terkemuka dari mazhab ini adalah ahli filsafat hukum dari inggris
jhon Austin (1790-1859) Austin terkenal dengan pahamnya yang menyatakan, Bahwa
hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari
yang memegang kedaulatan Menurut Austin Hukum adalah perinyah yang di bebankan
untuk mengatur makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan Austin
menganggap hukum sebaguai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup, dan
oleh karena itu ajarannya dinamakan abalytical jurisfrudence

Jadi hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan (dalam arti kesebandingan) dan
hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk, melainkan di dasarkan
pada kekuasaan dari penguasa Menurut austin, hukum-hukum di bagi dalam dua
bagian, yaitu hukum yang di buat oleh Tuhan dan hukum yang disusun oleh umat
Manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan dalam

a. Hukum Yang Sebenarnya


b. Hukum Yang Tidak Sebenarnya

Hukum yang sebenarnya terdiri atas hukum yang dibuat oleh penguasa bagi
pengikut-pengikutnya dan hukum yang disusun oleh individu-individu guna
melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya,

Hukum yang sebenarnya terdiri atas hukum yang sebenarnya mengandung 4 unsur
yaitu: Perintah, Sanksi, Kewajiban dan Kedaulatan, hukum merupakan hasil perintah-
perintah yang artinya adalah bahwa ada satu pihak yang menghendaki bahwa pihak
lain melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu

Kelemahan kelemahan ajaran analitikal jurisprudence tersebut diatas adalah antara


lain bahwa satu sistem hukum tidak mungkin untuk sepenuhnya bersifat tertutup.
Sistem yang tertutup secara mutlak akan menyulitkan dan menghalang-halangi
penyesuaian kaidah-kaidah hukum terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. perubahan perubahan tersebut disebabkan oleh timbulnya kebutuhan
kebutuhan baru.

Seorang tokoh dari mazhab formalitas adalah Hans Kelsen yang terkenal dengan
teori murni tentang hukum (pure secery of law) Hans kelsen (1934-474-535) kelsen
menganggap suatu sistem pertanggapan dari kaidah-kaidah dimana suatu kaidah
hukum yang lebih tinggi derajatnya. Jadi, menurut kelsen setiap sistem hukum
merupakan Stufenbau dari pada kaidah-kaidah

Kelemahan utama dari teori kelsen tersebut terletak pada kaidah-kaidah dasar
apakah yang menjadi dasar sah nya kaidah dasar tersebut. Kelsen menganggap
persoalan tadi tidak penting karena pertanyaan tadi bersifat meta yuridis. Secara priori
dia menganggap bahwa kaidah dasar adalah sah.

2. Mazhab Sejarah dan kebudayaan

Mazhab sejarah dan kebudayaan, mempunyai pendirian yang sangat berlawanan


dengan mazhab formalitas, Mazhab ini justru menjelaskan bahwa hukum hanya dapat
di mengerti dengan cara menelahaan kerangka sejarah dan kebudayaan dimana
hukum tersebut timbul seorang tokoh terkemuka dari mazhab ini adalah Friendrich Karl
Von Savigny (1779-1861) yang dianggap sebagai permukaan ilmu sejarah hukum. Van
Savigny Berpendapat, bahwa hukum merupakan perwujudan dan kesadaran hukum
masyarakat (volksgeist). Dia berpendapat, bahwa semua hukum berasal dari adat
istiadat dan kepercayaan, bukan berasal dari pembentuk undang-undang Von Savigny,
seorang jerman, waktu itu menentang kodifikasi hukum jerman Keputusan keputusan
badan legislative dapat membahayakan masyarakat karena tidak selalu sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat.

Von Savigny selanjutnya mengemukakan betapa pentingnya untuk meneliti


hubungan antara hukum dengan struktur masyarakat beserta sistem nilai-nilainya
Kelemahan pokok dari seri von savigny terletak pada konsepnya mengenai kesadaran
hukum yang sangat buruk

Seorang tokoh lain dari mazhab ini adalah Sir Henry Maine (1822-1888) yang
terkenal sebagai penulis buku ancient law. Teori yang terkenal adalah perihal
perkembangan hukum dari status ke kontak yang sejalan dengan perkembangan
masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang modern dan kompleks, Menurut
maine, hubungan hubungan hukum yang didasarkan pada status warga masyarakat
yang masih sederhana, berangsur angsur akan hilang apabila masyarakat tadi
berkembang menjadi masyarakat modern dan kompleks. Pembedaan antara
masyarakat. sederhana dengan yang modern dan kompleks adalah sejalan dengan
pembedaan yang di lakukan oleh para sosiologis atas masyarakat sederhana yang
secara relative bersifat statis dan hemogony, dengan masyarakat yang kompleks,
dinamis dan heterogen

Kiranya telah jelas, betapa pentingnya hasil hasil pemikiran tokoh-tokoh mazhab
sejarah dan kebudayaan tersebut, bagi perkembangan sosiologi hukum hal ini pun
dakui oleh tokoh tokoh seperti Emile Durkheim dan Max Weber yang menyadari betapa
pentingnya aspek-aspek kebudayaan sejarah untuk memahami gejala hukum dan
masyarakat.

3. Aliran Utilitarianism

Jeremy Bentham (1748-1832) dapat di anggap sebagaai salah seorang tokoh yang
terkemuka dari aliran ini. Bentham adalah seorang ahli filsafat hukum yang sangat
menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukum dalam teori
tentang hukum, bentham mempergunakan salah satu prinsip dari aliran utilitarianism,
bahwa manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan

Tokoh lain dan aliran ini adalah Rudolph Von Lhering (1818-1892) yang ajarannya
biasanya disebut sebagai Social utulitarianism. Von Lhering menganggap bahwa
hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya. Dia
menganggap hukum sebagai sarana untu mengendalikan individu. Agar tujuannya
sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka menjadi warganya. Bagi lhering,
hukum juga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan
perubahan perubahan sosial. Ajaran ajaran Ihering banyak mempengaruhi jalan pikiran
para sarjana sosiologi hukum Amerika, antara lain Roscoe Pound,

4. Aliran Sociological Jurisprudence

Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich dianggap sebagai pelopor dari
sociological jurisprudence berdasarkan hasil keryanya yang berjudul Fundamental
pinciples of the siciologi of law

Ajaran-ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan menjadi popular di


Amerika Serikat terutama atas jasa Roscue (1870-1964), Roscoe pound berpendapat
bahwa hukum harus dilihat dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan social dapat terpenuhi secara
maksimal.

Selanjutnya, Pound menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (


Law in Action) yang diberlakukannya dengan Hukum tertulis ( Law in the book )
perbedaan in I dapat di bedakan pada seluruh bidang hukum. Baik hukum substantife
maupun hukum ajektif.

Aliran sociological juris frudence telah meninggalkan pengaruh yang mendalam,


terutama pada pemikiran hukum Amerika Serikat. Walaspun aliran tersebut belum
sepenuhnya dapat dinamakan sosiologi hukum, karena usahanya untuk menetapkan
kerangka normatife bagi ketertiban hukum belum tercapai, akan tetapi aliran tersebut
memperkenalkan teori teori dan methode sosiologi pada ilmu hukum
5. Alirab Realisme Hukum

Aliran realism hukum diprakasai oleh Karl Liewellyn (1893-1962) Jerome Frank
(1889-1957), dan Justice Oliver Wendeill Holmes ( 1841- 1935 ) ketiga tiganya orang
amerika.

Ahli-ahli pemikir dari aliran ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap
keadilan. walaupun mreka berpendapat bahwa secara ilmiah tidak dapat ditentukan apa
yang dinamakan hukum yang adil.

B. HASIL-HASIL PEMIKIRAN PARA SOSIOLOG

1. Emile Durkheim (1858-1917)

Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan
sosiologi dengan ajaran ajaran yang klasik. Didalam masyarakat dapat ditemukan dua
macam kaidah hukum yaitu Represif dan Restitutif.

Dalam masyarakat dapat dijumpai kaidah kaidah hukum yang sangksinya


mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggar kaidah-kaidah hukum yang
bersangkutan. Sanksi Kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan
seorang warga masyarakat atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan
hidupnya Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah hukum yang refresif
yang merupakan hukum pidana Dijumpai pula kaidah hukum yang bersifat sanksi
berbeda dengan kaidah-kaidah hukum yang refresif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi
kaidah hukum jenis yang kedua ini tidak perlu semata-mata mendatangkan penderitaan
bagi mereka yang melanggarnya Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk
mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagai
akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah yang restutif.
Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum dagang, hukum acara,
huku administrasi, dan hukum tata Negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur
pidananya

Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif yang dapat di tandai
oleh ciri-ciri berikut:

a. Pada solidaritas pertama seorang warga masyarakat secara langsung terikat


kepada masyarakat di dalam hal solidaritas yang kedua, seorang warga
masyrakat tergantung kepada masyarakat karena dia tergantung pada baian
bagian masyarakat yang bersangkutan.
b. Dalam hal solidaritas kedua tersebut, masyarakat tidak di lihat dari aspek yang
sama. Dalam hal pertama, masyarakat merupakan kesatuan kolektif dimana
terdapat kepercayaan dan perasaan yang sama. Sebaliknya, pada hal kedua
masyarakat merupakan suatu sitem yang terdiri dari bermacam-macam fungsi
yang merupakan hubungan- hubungan yang tetap, sebetulnyakeduanya
merupakan suatu gabungan, akan tetapi di lihat dari sudut-sudut yang berbeda
c. Dari kedua perbedaan tersebut timbullah perbedaan yang lain dapat menentukan
karakteristik dan nama dua macam solidaritas di atas.

2. Max Weber ( 1864 – 1920 )

Ajaran ajaran Max Weber tentang jerman yang mempunyai latar belakang pendidikan
dibidang hukum yang memberi saham dalam perkembangan ilmu sosiologi sangat
banyak dan bersifat klasik khususnya tentang sosiologi hukum, dibahasnya dengan
luas terutama dalam hab7 dari buku wirtschaft and gesellchaft yang merupakan
pembukuan kembali dari karangan tentang ekonomi dan masyarakat.

Praktikus hukum maupun yang dinamakannya para honoratioren. Para honoratioren


adalah orang-orang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1 oleh karena kedudukan ekonomisnya, orang-orang yang bersangkutan secara
langsung berhasil menduduki posisi kepemimpinan tanpa ganti rugi atau hanya dengan
gati rugi secara nominal .

2. Mereka menempati kedudukan social terpandang yang sedemikian rupa sehingga


hal tersebut akhirnya menjadi suatu tradisi (M. Rheinstein 1957:52)

Maka suatu alat pemaksa menentukan bagi adanya hukum. Alat pemaksa tersebut
tidak perlu berbentuk badan peradilan sebagaimana yang dikenal di dalam masyarakat
yang modern dan komplek. Alat tersebut dapat terwujud suatu keluarga. Konvensi
sebagai mana di jelaskan diatas, juga meliputi kewajiban – kewajiban akan tetapi tanpa
suatu alat pemaksa. Konvensi- konvensi tersebut didalam orientasi suatu aksi sosial,
sedangkan Custum( Adat istiadat ). Terjadi apabila suatu perbuatan telah menjadi
kebiasaan.

Selanjutnya di dalam teori Max Weber tentang hukum dikemukakan empat type ideal
dari hukum yaitu masing-masing sebagai berikut :

1. Hukum irrasional dan materil yaitu dimana pembentuk undang-undang dan


hakim mendasarkan keputusannya semata-mata pada nilai emosional tanpa
menunjuk pada suatu kaidah pun
2. Hukum irrasional dan formal yaitu dimana pembentuk undang-undang dan
hakimberpedoman pada kaidah -kaidah di luar akal. Oleh karena didasarkan
pada wahyu atau ramalan.
3. Hukum rasional dan materil yaitu dimana keputusan keputusan para pembentuk
undang-undang dan hakimmenunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan
penguasa atau ideology
4. Hukum rasional dan formil yaitu dimana hukum dibentuk semata-mata atas dasar
konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum

Dengan demikian, hukum formal cenderung untuk menyusun sistematiak kaidah-


kaidah hukum sedangkan hukum aterial lebih bersifat empitis, namun demikian,
kedua macam hukum tersebuy dapat di rasionalisasikan yaitu pada hukumformal di
dasarkan pada logikan murni, sedangkan hukum material pada kegunaannya.
Walaupun demikian, mengkin masih dapat di temukan unsur yang irasional, seperti
adanya lembaga sumpah. Juga lembaga juri di negara-negara anglo saxon yang
merupakan unsur irasiona dalam hukum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang
mengembangkan Sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik di dalam
masyarakat dapat di temukan dalam dua macam kaidah hukum yaitu, Represif
dan restutif Tujuan utama kaidah – kaidah hukum ini adalah untuk
mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan
sebagai akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah
yang restutif. Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum
dagang, hukumu acara , hukum administrasi dan hukum tata negara setelah
dikurangi dengan unsur undur pidananya.

Sosiologi hukum timbul dalam pemikiran pemikiran sejarah dan etnografi


yang berkenaan dengan hukum, dan juga dalam penyelidikan- penyelidikan di
lapangan hukum yaitu mencari maksud -maksud lainnya seperti menciptakan
suasana idaman sosial atau berupa fisafat teknis mengenai sumbber-sumber.
Hukim adalah tuntunan- tuntunan hukum yang ditetapkan dalam rumus-rumus
adalah lebih abstrak lebih statis dan dinamis
Sosiologi hukum adalah ilmu mempelajari fenomena hukum dengan
mencoba keluar dari batas-batas peraturan hukum dan mengamati hukum
sebagaimana dijalankan oleh orang-orang dalam bermasyarakat dan sosiologi
hukum itu berkembang berdasarkan suatu proses hukum yang berlangsung
dalam suatu sistem sosial yang dinamakan masyarakat, dan hukum muncul
karena di selenggarakan oleh pembuat undang-undang;

B. Saran
Dengan mempelajari sosiologi hukim diharapkan agar kita dapat memahami
secara mendalam, menelaah beberapa tokoh-tokoh yang mempengaruhi
terbentuknya Sosiologi Hukum dalam konteks yang benar, sehingga kita bisa
memahaminya dengan mudah .
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Prof, Dr. Soerjono, S.H, M.A1980, Pokok-pokok Sosiologi hukum Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada

Berry David, 2003 . Pokok pokok pikiran dalam Sosiologi, jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada

www. Google.com

Anda mungkin juga menyukai