MAZHAB HUKUM
Di susun oleh :
Akbarudin Noor, S,H.,
NIM : 211017400130
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Timbul pula ketentangan antara hukum yang berlaku dengan filsafat, yang
disebabkan karena perbedaan antara dasar-dasar hukum yang berlaku dengan
pemikiran orang di bidang filsafat, kesangsian akan kebenaran serta keadilan (dalam
arti kesebandingan) dari hukum yang berlaku timbul pula, terlepas dari sistem suatu
agama maupun filsafat. Kesangsian terutama ditujukan terhadap nilai peraturan-
peraturan hukum yang berlaku. Artinya adalah isi dari peraturan-peraturan yang berlaku
tidak dianggap adil dan dianggap pula sebagai yang tak dapat digunakan sebagai
ukuran untuk menilai perilaku orang, dalam hal ini terdapat suatu ketentangan antara
peraturan peraturan hukum yang berlaku di masyarakat dengan pendirian mengenai
šisi peraturan-peraturan tersebut, Lagi pula perlu di catat bahwa setiap pemikiran
sistematis serhadap disiplin hukum senantiasa berhubungan dengan filsafat politik
(Pumuti Pavaka & Chidir Ali,198013 Dengan demikian maka filsafat hukum terutama
bertujuan untuk menjelaskan nilai- nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada dasar-
dasar filsafatiya. Hasil pemikiran para ahli filsafat hukum tersebut terhimpun dalam
berbagai mazhab atau aliran
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Memahami hasil pemikiran para ahli filsafat hukum dalam berbagai mazhab aliran?
2. Memahami hukum apa saja yang dibuat oleh umat manusia ?
3. Memahami hasil pemikiran para sosiologis antara lain:
a. Aristoteles
b. Hobbes
c. Spinoza
d. Montesquei
BAB II
PEMBAHASAN
Antara Aristoteles dan Montesquie terdapat perkembangun di jaman modern ini dari
ilmu-ilmu eksperimental, mekanisme Descartes, dan usaha untuk membentuk suatu
"fisika social hukum”. yang khususnya dihubungkan dengan nama-nama Hobbes dan
Spinoza. Kita hanya secara singkat dapat membicarakan ahli ahli pikir ini, karena
mereka tidak ada sangkut-pautnya dengan sosiologi hukum, melainkan dengan suatu
filsata hukam masyarakat alami, yang berdasarkan penggunaan ilmu pesawat terhadap
fenomena sosial
Dalam hal ini ia jauh lebih kurang dari Aristoteles: ketidaktahuan tentang masalah
masalah mikro sosiologi, pemutusan perhatiannya kepada sosiologi hukum genetis
yang semata-mata dipakainya di lapangan politik, dan selain itu, semata-mata kepada
struktur struktur Negara terorganisasi, jelek sekali akihatnya hagi hasil-hasil
penyelidikannya Montesquien ia tidak menghindarkan dirinya dari pengejaran suatu
tujuan yang praktiis, yakni pembenaran liberalisme, individualistis, Maka kita akan
menyadari bahwa meskipun kemajuan methodologis yang dicapainya, namun dengan
tertibnya esprit des lois itu sama sekali tidak berarti bahwa telah tersusun pada suatu
sosiologi hukum.
1. Mazhab Formalitas
Beberapa ahli Filsafat hukum menekankan, betapa pentingnya hubungan antara
hukum. dengan prinsip-prinsip moral (yaitu etīka, dalam arti sempit) yang berlaku umum
Salah seorang tokoh terkemuka dari mazhab ini adalah ahli filsafat hukum dari inggris
jhon Austin (1790-1859) Austin terkenal dengan pahamnya yang menyatakan, Bahwa
hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari
yang memegang kedaulatan Menurut Austin Hukum adalah perinyah yang di bebankan
untuk mengatur makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan Austin
menganggap hukum sebaguai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup, dan
oleh karena itu ajarannya dinamakan abalytical jurisfrudence
Jadi hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan (dalam arti kesebandingan) dan
hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk, melainkan di dasarkan
pada kekuasaan dari penguasa Menurut austin, hukum-hukum di bagi dalam dua
bagian, yaitu hukum yang di buat oleh Tuhan dan hukum yang disusun oleh umat
Manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan dalam
Hukum yang sebenarnya terdiri atas hukum yang dibuat oleh penguasa bagi
pengikut-pengikutnya dan hukum yang disusun oleh individu-individu guna
melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya,
Hukum yang sebenarnya terdiri atas hukum yang sebenarnya mengandung 4 unsur
yaitu: Perintah, Sanksi, Kewajiban dan Kedaulatan, hukum merupakan hasil perintah-
perintah yang artinya adalah bahwa ada satu pihak yang menghendaki bahwa pihak
lain melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu
Seorang tokoh dari mazhab formalitas adalah Hans Kelsen yang terkenal dengan
teori murni tentang hukum (pure secery of law) Hans kelsen (1934-474-535) kelsen
menganggap suatu sistem pertanggapan dari kaidah-kaidah dimana suatu kaidah
hukum yang lebih tinggi derajatnya. Jadi, menurut kelsen setiap sistem hukum
merupakan Stufenbau dari pada kaidah-kaidah
Kelemahan utama dari teori kelsen tersebut terletak pada kaidah-kaidah dasar
apakah yang menjadi dasar sah nya kaidah dasar tersebut. Kelsen menganggap
persoalan tadi tidak penting karena pertanyaan tadi bersifat meta yuridis. Secara priori
dia menganggap bahwa kaidah dasar adalah sah.
Seorang tokoh lain dari mazhab ini adalah Sir Henry Maine (1822-1888) yang
terkenal sebagai penulis buku ancient law. Teori yang terkenal adalah perihal
perkembangan hukum dari status ke kontak yang sejalan dengan perkembangan
masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang modern dan kompleks, Menurut
maine, hubungan hubungan hukum yang didasarkan pada status warga masyarakat
yang masih sederhana, berangsur angsur akan hilang apabila masyarakat tadi
berkembang menjadi masyarakat modern dan kompleks. Pembedaan antara
masyarakat. sederhana dengan yang modern dan kompleks adalah sejalan dengan
pembedaan yang di lakukan oleh para sosiologis atas masyarakat sederhana yang
secara relative bersifat statis dan hemogony, dengan masyarakat yang kompleks,
dinamis dan heterogen
Kiranya telah jelas, betapa pentingnya hasil hasil pemikiran tokoh-tokoh mazhab
sejarah dan kebudayaan tersebut, bagi perkembangan sosiologi hukum hal ini pun
dakui oleh tokoh tokoh seperti Emile Durkheim dan Max Weber yang menyadari betapa
pentingnya aspek-aspek kebudayaan sejarah untuk memahami gejala hukum dan
masyarakat.
3. Aliran Utilitarianism
Jeremy Bentham (1748-1832) dapat di anggap sebagaai salah seorang tokoh yang
terkemuka dari aliran ini. Bentham adalah seorang ahli filsafat hukum yang sangat
menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukum dalam teori
tentang hukum, bentham mempergunakan salah satu prinsip dari aliran utilitarianism,
bahwa manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan
Tokoh lain dan aliran ini adalah Rudolph Von Lhering (1818-1892) yang ajarannya
biasanya disebut sebagai Social utulitarianism. Von Lhering menganggap bahwa
hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya. Dia
menganggap hukum sebagai sarana untu mengendalikan individu. Agar tujuannya
sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka menjadi warganya. Bagi lhering,
hukum juga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan
perubahan perubahan sosial. Ajaran ajaran Ihering banyak mempengaruhi jalan pikiran
para sarjana sosiologi hukum Amerika, antara lain Roscoe Pound,
Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich dianggap sebagai pelopor dari
sociological jurisprudence berdasarkan hasil keryanya yang berjudul Fundamental
pinciples of the siciologi of law
Aliran realism hukum diprakasai oleh Karl Liewellyn (1893-1962) Jerome Frank
(1889-1957), dan Justice Oliver Wendeill Holmes ( 1841- 1935 ) ketiga tiganya orang
amerika.
Ahli-ahli pemikir dari aliran ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap
keadilan. walaupun mreka berpendapat bahwa secara ilmiah tidak dapat ditentukan apa
yang dinamakan hukum yang adil.
Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan
sosiologi dengan ajaran ajaran yang klasik. Didalam masyarakat dapat ditemukan dua
macam kaidah hukum yaitu Represif dan Restitutif.
Menurut Durkheim dapat dibedakan dua macam solidaritas positif yang dapat di tandai
oleh ciri-ciri berikut:
Ajaran ajaran Max Weber tentang jerman yang mempunyai latar belakang pendidikan
dibidang hukum yang memberi saham dalam perkembangan ilmu sosiologi sangat
banyak dan bersifat klasik khususnya tentang sosiologi hukum, dibahasnya dengan
luas terutama dalam hab7 dari buku wirtschaft and gesellchaft yang merupakan
pembukuan kembali dari karangan tentang ekonomi dan masyarakat.
Maka suatu alat pemaksa menentukan bagi adanya hukum. Alat pemaksa tersebut
tidak perlu berbentuk badan peradilan sebagaimana yang dikenal di dalam masyarakat
yang modern dan komplek. Alat tersebut dapat terwujud suatu keluarga. Konvensi
sebagai mana di jelaskan diatas, juga meliputi kewajiban – kewajiban akan tetapi tanpa
suatu alat pemaksa. Konvensi- konvensi tersebut didalam orientasi suatu aksi sosial,
sedangkan Custum( Adat istiadat ). Terjadi apabila suatu perbuatan telah menjadi
kebiasaan.
Selanjutnya di dalam teori Max Weber tentang hukum dikemukakan empat type ideal
dari hukum yaitu masing-masing sebagai berikut :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang
mengembangkan Sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik di dalam
masyarakat dapat di temukan dalam dua macam kaidah hukum yaitu, Represif
dan restutif Tujuan utama kaidah – kaidah hukum ini adalah untuk
mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan
sebagai akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah
yang restutif. Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum
dagang, hukumu acara , hukum administrasi dan hukum tata negara setelah
dikurangi dengan unsur undur pidananya.
B. Saran
Dengan mempelajari sosiologi hukim diharapkan agar kita dapat memahami
secara mendalam, menelaah beberapa tokoh-tokoh yang mempengaruhi
terbentuknya Sosiologi Hukum dalam konteks yang benar, sehingga kita bisa
memahaminya dengan mudah .
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Prof, Dr. Soerjono, S.H, M.A1980, Pokok-pokok Sosiologi hukum Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada
Berry David, 2003 . Pokok pokok pikiran dalam Sosiologi, jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada
www. Google.com