Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

TEAM TEACHING
Nurchamidin Gobel, S.Farm., M.Farm.
Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.

Disusun sebagai penilaian Laporan Akhir


Praktikum Botani dan Farmakognosi

OLEH:
KELOMPOK 12
Muhammad Fajri 2108060028
Ida Sofiana 2108060017
Asmaul Husna 2108060004
Muhammad Subaidi 2008060021
Vina Apriyana 2008060034
Bq. Rina Susmayunita 20080600

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPAORAN AKHIR PRAKTIKUM


BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

OLEH:
KELOMPOK 12
Muhammad Fajri 2108060028
Ida Sofiana 2108060017
Asmaul Husna 2108060004
Muhammad Subaidi 2008060021
Vina Apriyana 2008060034
Bq. Rina Susmayunita 20080600

Mataram, 10 Januari 2022


Disetujui oleh,
TEAM TEACHING
TEAM TEACHING I TEAM TEACHING II

(Nurchamidin Gobel, S.Farm., M.Farm) (Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


atas rahmat dan karunia-Nya. Hanya karena ridho dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikikum Botani dan Farmakognosi sesuai waktu
yang telah ditentukan. Tidak lupa juga penulis ucapkan sholawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW junjungan kita atas semua bimbingan dan suri
tauladan beliau.
Laporan Praktikum Botani dan Farmakognosi ini merupakan kegiatan
akedemik rutin yang harus ditempuh sebagai pemenuhan salah satu syarat mata
kuliah Botani dan Farmakognosi. Namun demikian, kami sebagai praktikan juga
memperoleh manfaat yang sangat besar terutama dalam penguasaan teknik dan
metode praktikum yang baik dan benar yang kami peroleh selama proses
praktikum berlangsung.
Kami menyadari bahwa segala kekurangan dalam penulisan laporan ini
tidak lepas dari keterbatasan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun tentu adalah suatu hal yang kami butuhkan agar supaya menjadi
bahan pembelajaran untuk lebih baik kedepannya. Akhir kata, penulis berharap
agar Laporan Akhir Praktikum Botani dan Farmakognosi ini dapat memberi
manfaat bagi kemajuan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang kefarmasian.

Mataram, 10 Januari 2022

Penulis,
Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
PERCOBAAN I ......................................................................................... 1
PERCOBAAN 2 ........................................................................................ 17
PERCOBAAN 3 ........................................................................................ 31
PERCOBAAN 4 ........................................................................................ 41
PERCOBAAN 5 ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66

iii
PERCOBAAN I
“Cara Menggunakan Mikroskop, Cara Melihat Sel di Mikroskop,
Sel Parenkim, dan Sel Stomata”

1
PERCOBAAN I

A. JUDUL
Cara Menggunakan Mikroskop, Cara Melihat Sel di Mikroskop, Sel
Parenkim, dan Sel Stomata.

B. WAKTU DAN TEMPAT


Adapun waktu dan tempat praktikum Botani dan Farmakognosi “Cara
Menggunakan Mikroskop, Cara Melihat Sel di Mikroskop, Sel Parenkim, dan
Sel Stomata” dilaksanakan pada hari Senin, 03 Januari 2022, pukul 07.00
WITA s.d selesai. Bertempat di Laboratorium Farmakognosi Program Studi
S1 Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Nusa
Tenggara Barat.

C. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami bagian-bagian dari mikroskop.
2. Menggunakan mikroskop dengan benar dan tepat sehingga dapat
melakukan pemeriksaan secara mikroskopik pada setiap percobaan.
3. Melihat dan memahami bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop.

D. LANDASAN TEORI
Manusia memiliki kemampuan panca indera yang terbatas, oleh karena
itu banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan bantuan alat-alat.
Salah satu alat yang biasa digunakan untuk membantu mata yaitu mikroskop.
Ada beberapa jenis mikroskop, diantaranya mikroskop monokuler (cahaya)
dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop
biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi, penyinarannya dapat
berupa sinar matahari atau lampu. Bayangan yang tampak pada mikroskop ini
memiliki panjang lebar, hanya sedikit memberi gambaran tentang tingginya.
Obyek yang diamati harus memiliki ukuran yang kecil dan tipis sehingga
dapat ditembus cahaya. Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan
benda-benda yang tidak terlalu halus, transparan maupun tidak transparan.

2
1. Mikroskop dan Komponen-komponennya
Mikroskop merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat
berat agar mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga
system lensa, yakni lensa objektif, okuler dan kondensor. Lensa objektif
dan okuler terdapat pada kedua ujung tabung mikroskop, bisa lurus dan
bisa berkepala monokuler atau binokuler.
Di ujung bawah mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa
objekif yang dipasang tiga atau lebih lensa objektif. Di bawah tabung
mikroskop terdapat tempat dudukan preparat atau meja mikroskop.
Sistem lensa ketiga adalah kondensor, untuk menerangi objek dan lensa-
lensa mikroskop.
Pada mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang
dibagian dasar mikroskop, berfungsi untuk menerangi spesimen. Pada
mikroskop yang tanpa alat penerangan, mempunyai cermin datar yang
terdapat di bawah kondensor, berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang
berasar dari sumber cahaya luar ke dalam kondensor.

2. Lensa-lensa Mikroskop
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama
yakni menemukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan
terlihat pada bayangan akhir. Ciri yang penting pada lensa objektif selain
pembesarannya (misalnya 40 kali) adalah Nilai Apertur (NA) yaitu
ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan menentukan daya pisah
spesimen, yakni kemampuan lensa objektif untuk menentukan struktur-
struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa objektif. Pembesaran berkisar antar 4 kali sampai dengan 25
kali.
Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan
pada objek yang akan difokus sehingga bila pengaturannya tepat akan
diperoleh daya pisah yang maksimal. Jika daya pisah berkurang, dua

3
benda tampak menjadi satu dan tidak lagi nampak sebagai dua benda
yang terpisah (A, B dan C).

A B C
Catatan: pembesaran kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik.

3. Cara Menggunakan Mikroskop Dengan Cahaya Dari Luar


Agar memperoleh daya pisah yang maksimal, dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
- Nyalakan lampu dan letakkan kurang lebih 25 cm dari mokroskop.
- Buka diafragma sampai maksimal.
- Atur posisi cermin datar/cekung sedemikian rupa sehingga lensa
kondensor terang. Catatan: cermin cekung digunakan jika memakai
cahaya matahari atau bila tanpa kondensor.
- Naikkan kondensor sampai maksimal dengan memutar tombol
kondensor.
- Tempatkan preparat di atas meja mikroskop.
- Fokuskan pada preparat dengan menggunakan lensa objektif
pembesaran 10 kali. Catatan: sebelumnya turunkan tabung mikroskop
atau naikkan meja mikroskop (tergantung jenis mikroskop yang
dugunakan) sampai hampir menyentuh gelas penutup. Kerjakan
dengan pelan dan hati-hati! Melalui lensa okuler amati preparat
sampai terfokus dengan cara memutar pengatur kasar sehingga lensa
objektif terangkat ke atas.
- Tempatkan ujung pensil pada permukaan cermin cekung atau datar
sambil melihat melalui lensa okuler, fokuskan kondensor dengan
memutar tombol pengatur kondensor sampai ujung pensil jelas
terfokus. Ini menjamin daya pisah yang maksimal.

4
- Ambil lensa okuler, sementara lihatlah ke bawah melalui tabung
mikroskop, aturlah diafragma sampai ±2/3nya terbuka (pengaturan
celah diafragma untuk mengatur pencahayaan dan mningkatkan
kontras. Jika celah diafragma dibuka terlampau lebar preparat akan
sangat terang dan kontras berkurang sehingga struktur-struktur kecil
sulit dibedakan). Prosedur ini hendaknya diulang tiap kali
menggunakan lensa objektif yang berbeda pembesarannya, supaya
diperoleh daya pisah yang maksimal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
mikroskop:
1) Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan satu tangan, sedangkan
tangan yang lain pakailah untuk menyangga kaki mikroskop.
2) Gunakan mikroskop dengan lengannya menghadap anda.
3) Meja preparat harus tetap horizontal untuk mencegah preparat tidak
jatuh.
4) Membersihkan lensa hanya dengan kertas lensa.
5) Biasakan kedua mata anda tetap terbuka ketika mengamati preparat,
anda akan segera belajar untuk tidak perduli pada bayangan meja dan
sisi mikroskop.
6) Setelah selesai menggunakan mikroskop, putar pengatur kasar agar
terdapat jarak antara lensa objektif dengan meja mikroskop. Aturlah
cermin dalam posisi tegak, masing-masing cermin cekung dan datar
menghadap ke arah samping. Bersihkan meja mikroskop dari kotoran
dan tumpahan medium dengan menggunakan tissue.

Gambar. Bagian-bagian Mikroskop

5
Sel merupakan unit terkecil dari bagian tubuh makhluk hidup yang
mampu melaksanakan suatu fungsi. Seperti halnya makhluk hidup, sel
akan mengalami proses kelahiran, tumbuh dewasa dan akhirnya mati. Sel
yang telah mati biasanya ditandai dengan hilangnya sitoplasma dari inti
sel. Bentuk, ukuran serta struktur sel berbeda-beda. Ada sel yang
berbentuk kubus, persegi panjang, bulat dan polihedral. Ukuran sel
berkisar dari mikron sampai puluhan sentimeter. Struktur sel dapat
sederhana sampai kompleks. Yang dimaksud dengan struktur sel adalah
susunan bagian dalam sel, yaitu organel-organel serta komponen lain
yang menyusun sel.

a) Sel Hidup dan Sel Mati


Ada dan tidaknya inti dan sitoplasma dipakai untuk
membedakan apakah sel masih hidup atau sudah mati. Sel yang telah
mati akan kehilangan inti dan sitoplasma, sehingga yang tampak
hanya dinding sel. Untuk meyakinkan apakah inti dan sitoplasma
telah hilang sering kali sulit sebab sitoplasma dan inti tidak berwarna.
Adanya plastid, zat-zat warna, berbagai macam kristal yang
menyerupai protoplasma, akan membantu menentukan ada tidaknya
sitoplasma.

b) Bentuk Sel
Bentuk serta ukuran sel bervariasi, mudah diamati karena
dinding sel merupakan bagian sel yang mudah diamati.

c) Inti Sel (Nukleus)


Hampir setiap sel mengandung sedikitnya satu sel nukleus.
Nukleus sel biasanya sukar dilihat di bawah mikroskop biasa, akan
mudah dilihat setelah diwarnai. Hal ini disebabkankarena nukleus
bereaksi terhadap zat warna, atau banyaknya zat warna yang diserap
nukleus berbeda dibandingkan dengan bagian sel yang lain.

6
d) Plastida
Sel tumbuhan umumnya menganudung plastida yaitu organel
yang berhubungan dengan sintesis dan penyimpanan makanan. Pada
sel yang masih muda, plastida berukuran kecil dan tidak berwarna,
sedang pada plastida dewasa plastida menjadi besar. Pastida dapat
dilihat dengan mudah walaupun tanpa diwarnai karena kebanyakan
plastida berwarna oleh pugmennya sendiri.
Kloroplas adalah plastid yang berwarna hijau karena sebagian
besar pigmennya berwarna hijau. Pigmen hijau ini disebut klorofil
yang sangat penting dalam fotosintesis. Kecuali klorofil, kloroplas
juga mengandung pigmen-pigmen karotenoid yaitu karoten yang
berwarna jingga dan xantofil yang berwarna kuning. Tetapi karena
jumlahnya sangat sedikit maka kedua pigmen yang disebutkan
terakhir jarang tampak dalam kloroplas.
Kromoplas adalah plastid yang berwarna kuning, jingga,
merah jingga dan merah. Seringkali kloroplas dan kromoplas disebut
sebagai kromatofora. Kromoplas mengandung zat warna yang
termasuk karotenoid yaitu xantofil yang berwarna kuning (pada
bunga-bunga berwarna kuning seperti Allamanda, Thitonia, dll).
Bentuk kromoplas bermacam-macam yakni bentuk cakram, jarum
bersegi-segi, dll.
Leukoplas letaknya tersebar pada bagian tumbuhan seperti
akar dan organ lainnya yang berfungsi sebgai tempat cadangan
makanan. Leukoplas dapat mengubah glukosa menjadi pati dan pati
ini diendapkan di dalam plastida menjadi butir pati yang disebut
amiloplas. Pati tersebut diendapkan mengelilingi suatu butir awal
yang dinamakan hilus atau hilum. Lapisan pati yang diendapkan pada
waktu yang berlainan tidak selalu sama kadarnya. Hal ini
menimbulkan garis-garis yang mengelilingi hilum tersebut (lapisan
atau garis-garis itu terjadi karena perbedaan indeks refleksi cahaya).

7
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Mikroskop, Gelas Objek, Pinset, Gelas Penutup, Beker
Glass, Pipet Tetes, Tabung Reaksi, Scalpel, Silet/Cutter.
2. Bahan : Singkong (Manihot esculenta), Bawang Merah (Allium
cepa), Daun (Hydrilla verticilliata), Alga (Spyrogyra sp.), Umbi Wortel
(Daucus carota), Umbi Kentang (Solanum tuberosum), Alkohol, Air, Zat
Warna Safranin O, Yodium.

F. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR

Preparat Diiris tipis

Gelas objek

1-2 tetes air

Mikroskop

Perbesaran 10X

Perbesaran 40X

Hasil

1. Preparat : Empulur Singkong (Manihot esculenta)


Buatlah irisan melintang batang atau tangkai daun ubi kayu (irisan
dibuat setipis mungkin dan tidak perlu terlalu lebar). Letakkan irisan
tersebut pada gelas objek. Tambahkan 1-2 tetes medium air, sehingga
akan dijumpai sel-sel empelur berupa sel mati, sehingga yang tampak
adalah dinding sel serta rongga sel saja, tidak terdapat nukleus,
sitoplasma atau bagian-bagian sel lainnya. Amati di bawah mikroskop

8
dengan pembesaran lemah (10 kali). Gambar beberapa sel yang terlihat
(perhatikan sel-sel yang berada di bawah atau di atasnya (sel-sel yang
tidak terfokus), biasanya sel ini akan ikut tampak meskipun agak kabur
tetapi sel tersebut tidak perlu digambar).

2. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)


Potonglah 1 buah bawang merah segar. Ambillah salah satu lapisan
yang berdaging. Kemudian patahkan lapisan tersebut, sehingga bagian
yang cekung tampak adanya epidermis tipis. Dengan menggunakan
pinset jepitlah epidermis tersebut dan lepaskan dari umbinya secara
perlahan-lahan. Letakkan potongan kecil epidermis tersebut pada gelas
objek dan jaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan. Tambahkan 1-
2 tetes air kemudian tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah
mikroskop denga pembesaran paling lemah (10 kali), kemudian gambar
beberapa sel dan bagian-bagiannya. Teteskan 1 tetes zat warna yodium
disalah satu tepi gelas penutup dan isaplah dengan dengan kertas
pengisap pada sisi berlawanan, kemudian amati dengan pembesaran yang
lebih besar (40 kali) sehingga terlihat dengan jelas bagian-bagian sel
tersebut. Gambar sel dan bagian-bagiannya yang dikenali.

3. Preparat : Epidermis Daun (Hydrilla verticillata)


Ambil selembar daun muda Hydrilla verticillata, kemudian
letakkan di atas gelas objek lalu ditetesi dengan air. Tutup dengan kaca
penutup dengan hati-hati jangan sampai terbentuk gelembung udara.
Amati bentuk selnya di bawah mikroskop. Perhatikan bentuk sel dan
bagian-bagiannya seperti butir-butir kloroplas-kloroplas dan vakuola
pada sitoplasma sel. Gambarlah sel secara lengkap dengan bagia-bagian
yang dikenali.

4. Preparat Awetan : Alga (Spyrogyra sp.)


Ambil preparat awetan dari alga Spyrogyra sp. Letakan di atas
gelas objek kemudian ditambahkan 1-2 tetes air. Amatilah preparat

9
awetan alga Spyrogyra sp. dengan pembesaran lemah (10 kali) maka
akan ditemukan kloroplas yang berbentuk spiral. Gambar sel secara
lengkap dengan bagian-bagian sel yang dikenali.

5. Preparat : Umbi Wortel (Daucus carota)


Buat irisan melintang wortel, irisan halus setipis mungkin.
Letakkan di atas gelas objek dan tambahkan 1-2 tetes air. Amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran lemah (10 kali), maka akan terlihat sel-sel
parenkim yang penuh dengan kromoplas yang berisi karoten. Gambar
bagian sel secara lengkap dan sebutkan bagian-bagian yang dikenal.

6. Preparat : Umbi Kentang (Solanum tuberosum)


Buatlah irisan umbi kentang (kulita tidak disertakan). Letakkan di
atas gelas objek dan tambahkan 1-2 tetes air. Amati di bawah mikroskop
(akan terlihat jaringan parenkim yang penuh dengan amioplas). Amati
butir pati tersebut, kemudian berilah satu tetes yodium maka butir-butir
pati akan tampak berwarna biru. Amati dan gambar beberapa macam
butir-butir pati yang ditemukan.

G. HASIL PENGAMATAN
1. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)
Gambar Morfologi Gambar Anatomi

4 2 3
Sumber: id.quora.com
Sumber: gambar pribadi

10
1

3
Sumber: klikdokter.com Sumber: gambar pribadi

Keterangan Gambar Keterangan Gambar


1. Sisik-sisik
1. Nukleus
2. Kuncup
2. Dinding sel
3. Subang/Cakram
3. Sitoplasma
4. Akar serabut
Deskripsi Klasifikasi
Bawang merah merupakan Kingdom : Plantae
tanaman rendah yang tumbuh tegak Subkingdom : Tracheobinta
dengan tinggi dapat mencapai 15-50 Supdivisi : Spermatophyta
cm, membentuk rumpun dan termasuk Divisi : Magnoliophyta
tanaman semusim. Perakarannya Kelas : Liliopsida
berupa akar serabut yang tidak panjang Sub Kelas : Liliade
dan tidak terlalu dalam tertanam dalam Ordo : Liliales
tanah (Wibowo, 2005). Bentuk daun Famili : Liliaceae
bawang merah bulat kecil dan Genus : Allium
mamanjang seperti pipa, tetapi ada juga Spesies : Allium cepa L.
yang membentuk setengah lingkaran Aggregatum
pada penampang melintang daun.
Bagian ujung daun meruncing, sedang
bagian bawahnya melebar dan
membengkak, dau berwarna hijau
(Estu, 2007). Pembengkakan kelopak
daun pada bagian dasar akan terlihat
mengembung, membentuk umbi yang
merupakan umbi lapis. Bagian yang
mebengkak ini berisi cadangan
makanan bagi tunas yang akan menjadi
tanaman baru (Wibowo, 2005).
Bagian pangkal umbi membentuk
cakram yang merupakan batang pokok
yang tidak sempurna (rudimenter). Dari
bagian bawah cakram tumbuh akar-
akar serabut. Di bagian atas cakram
terdapat mata tunas yang dapat menjadi

11
tanaman baru. Tunas ini dinamakan
tunas lateral, yang akan membentuk
cakram baru dan kemudian dapat
membentuk umbi lapis kembali (Estu,
2007).
Bunga bawang merah termasuk
bunga sempurna, terdiri dari 5-6
benang sari dan sebuah putik. Daun
bunga berwarna agak hijau bergaris
keputih-putihan atau putih. Bakal buah
duduk di atas membentuk bangunan
segitiga hingga tampak jelas seperti
kubah. Bakal buah terbentuk dari 3
daun buah (karpel) yang membentuk 3
buah ruang dengan setiap ruang
mengandung 2 bakal biji. Biji bawang
merah yang masih muda berwarna
putih. Setelah tua, biji akan berwarna
hitam (Estu, 2007).

2. Preparat : Empulur Singkong (Manihot esculenta)


Gambar Morfologi Gambar Anatomi

3
4

Sumber: ripository.um-surabaya.ac.id Sumber: gambar pribadi

Keterangan Gambar Keterangan Gambar

A. Batang
1. Dinding sel
B. Daun muda (pucuk)
2. Ruang sel
C. Daun dewasa
3. Ruang antar sel
D. Umbi
4. Gelembung udara
E. Bunga jantan danbetina
F. Buah dan Irisan melintang

12
G. Umbi dan irisan melintang

Deskripsi Klasifikasi

Bagian tubuh penyusun Manihot Kingdom : Plantae


esculenta yang diamati pada bagian Subkingdom : Tracheobionta
empulurnya. Sel-sel yang terlihat pada Sep. Divisi : Spermatophyta
mikroskop memiliki dinding sel yang Divisi : Magnoliophyta
lebih tebal, ruang sel relatif besar dan Kelas :Magnoliopsida
berbentuk persegi (tidak sempura, agak Sub Kelas : Rosidae
membulat). Hal ini pada bagian Ordo : Euphorbiales
empulurnya merupakan tempat Famili : Euphorbiaceae
penyimanan cadangan makanan. Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculanta
Crantz

H. PEMBAHASAN
1. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)
Pada percobaan sel bawang merah ini, dilakukan pengamatan
selaput bagian dalam bawang merah (Allium cepa L.) dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Alat dan bahan yang digunakan yaitu bawang
merah, mikroskop, air, silet/cutter, gelas objek, kaca penutup. Bawang
merah dipotong kemudian diambil kulit luarnya lalu dipatahkan atau
disayat untuk mendapatkan epidermisnya, epidermis yang terlihat
kemudian diambil/dijempit menggunakan pinset lalu kemudian
diletakkan pada gelas objek, diteteskan air 1-2 tetes lalu kemudian
ditutup dengan kaca penutup. Kemudian, lapisan epidermis bawang
merah diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran lemah 10
kali. Sel epidermis bawang merah yang sudah diteliti berbentuk seperti
kotak-kotak yang tersusun rapi, walau tidak kotak sempurna. Sama
seperti teori mengenai sel tumbuhan yang berbentuk kotak. Hal ini dapat
terjadi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel di luar membrannya,
sehingga dapat terlihat rapi ketika diamati menggunakan mikroskop.
Dapat dilihat bahwa warna dari sel epidermis bawang merah berwarna
keungu-unguan karena mengandung kloroplas walau tidak selalu
mengandung klorofil.

13
Pada sel bawang merah terdapat organel sel seperti sitoplasma,
dinding sel, dan nukleus. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya beberapa reaksi kimia sel. Dinding sel berfungsi sebagai
pelindung sel dan memberi bentuk pada sel. Nukleus merupakan bagian
sel yang paling mencolok di antara organel- organel di dalam sel,
berbentuk oval dan merupakan organel terbesar dalam sel. Plastidanya
berupa butir-butir yang mengandung zat warna (ungu).

2. Preparat : Empulur Singkong (Manihot esculenta)


Sel gabus pada singkong yang telah kami amati, memiliki bentuk
segi enam. Sel gabus ini terlihat seperti deretan ruang-ruang kosong. Ini
berarti bahwa sel gabus merupakan sel mati karena tidak terdapat inti sel
maupun organel lainnya yang menyusun sel tersebut, kecuali dinding sel.
Tidak ada aktivitas yang dilakukan sel tersebut. Maka sel tersebut
dikatakan sel mati.
Sel penyusun empulur berbentuk segi enam dan memiliki ruang
antar sel yang besar. Sel tersebut bersifat mati karena hanya berupa ruang
kosong. Sel empulur tersebut berasal dari jaringan parenkim yang sudah
mati. Pada beberapa tumbuhan, sel empulur dapat berfungsi sebagai
penyimpan air (teratai) dan penyimpan cadangan makanan (sagu).

I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat organisme atau
benda yang tidak kasat mata atau tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.
b. Mikroskop terbagi mejadi beberapa komponen yang berfungsi antara lain;
lensa okuler, tabung lensa, pengarah kasar, pengarah halus, gagang
mikroskop, diafragma, cermin, dan kaki mikroskop.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa sel pada bawang
merah adalah sel hidup pada tumbuhan, sedangkan sel pada singkong adalah

14
sel mati. Ini dapat dibedakan dari struktur masing-masing dari sel tersebut.
Sel hidup pada bawang merah terdapat inti sel yang membuktikan bahwa sel
tersebut hidup, yang membedakan dari sel hidup tumbuhan dan hewan adalah
dinding sel. Pada sel tumbuhan terdapat dinding sel sedangkan pada sel
hewan tidka terdapat dinding sel. Sel mati pada gabus singkong ini dapat
diketahui dari pengamatan pada mikroskop. Pada sel tersebut hanya terdapat
ruang-ruang kosong yang tersusun tidak ada inti sel atau organel di dalamnya
dan hanya terdapat dinding sel yang membatasinya. Ini berati bahwa sel
gabus (empulur singkong) merupakan sel tumbuhan karena terdapat dinding
sel.

J. KEMUNGKINAN KESALAHAN DALAM PRAKTIKUM


Ada beberapa sumber kesalahan yang mungkin dapat mengakibatkan
hasil preparat tidak maksimal dan sulit untuk di amati di antaranya:
1. Kondisi mikroskop yang kurang mendukung sebab dari sekian jumlah
mikroskop yang terdapat dalam laboratorium, hanya beberapa mikroskop
yang berfungsi normal.
2. Kekeliruan dalam melakukan irisan/sayatan preparat. Kegagalan dalam
mengamati objek preparat dapat terjadi karena irisan preparat terlalu tebal
atau terdapat kerutan pada lapisan epidermis yang diletakkan pada glass
object. Selain itu, terdapat gelembung pada saat memberi tetesan air pada
preparat yang diamati pada glass object.
3. Kegagalan dalam mengamati preparat juga dapat disebabkan karena
ketidak pahaman dalam menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.

K. KETERBATASAN PRAKTIKUM
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu masalah yang
kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan praktikum.
Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa S1 Farmasi
yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan membagi
kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.

15
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian
kental dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama
sekali tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.

16
PERCOBAAN II
“Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia,
dan Etnofarmasi Tanaman Obat”

17
PERCOBAAN 2

A. JUDUL
Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia, dan
Etnofarmasi Tanaman Obat.

B. WAKTU DAN TEMPAT


Adapun waktu dan tempat praktikum Botani dan Farmakognosi
“Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia, dan
Etnofarmasi Tanaman Obat” dilaksanakan pada hari Senin, 03 Januari 2022,
pukul 07.00 WITA s.d selesai. Bertempat di Laboratorium Farmakognosi
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama
Nusa Tenggara Barat.

C. TUJUAN
1. Membuat herbarium kering
2. Membuat simplisia nabati

D. LANDASAN TEORI
Herbarium dapat diartikan sebagai teknik pengawetan tumbuhan baik
dalam keadaan kering maupun dalam keadaan basah yang telah dimatikan
dan diawetkan melalui metode tertentu (Lestari dan Syafruddin, 2018).
Menurut (Murni, 2015) herbarium mempunyai dua pengertian, pertama
diartikan sebagai tempat penyimpanan spesimen tumbuhan baik yang kering
maupun basah. Pengertian kedua adalah spesimen (koleksi tumbuhan), baik
koleksi basah maupun kering.
Menurut (Murni, P. 2015) herbarium kering adalah spesimen kering
yang pada umumnya telah dipres dan dikeringkan, serta ditempatkan pada
kertas (kertas mouting), diberi label berisi keterangan yang penting, lalu
diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah
disediakan.

18
Menurut FI III: Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat, yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah
simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Bahan
baku simplisia diperoleh dari tanaman liar atau tanaman budidaya. Jika
simplisia diperoleh dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen, tempat tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat
dipantau.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain
berupa bahan alam yang telah dikeringkan (Mayasari, dkk. 2018).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari selnya, dikeluarkan dengan cara tertentu dan belum
berupa zat kimia murni (Wahyuni, R., Guswandi dan H. Rivai. 2014).
1. Tata nama simplisia

a) Secara umum pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan


atas gabungan nama simplisia diikuti dengan nama bagian tanaman.
Contoh : Piperis albi Fructus / Piperis Albi Fructus. Nama Tanaman :
Piperis Albi, Bagian Tanaman = Fructus (Buah).
b) Penyebutan simplisia dalam buku teks sering tidak mengikuti aturan
diatas:
- Calami Rhizoma: nama spesies (Acarus calamus) diikuti bagian
tanaman.
- Psidium Folium: nama ganus (Psidium guajava) diikuti bagian
tanaman.
- Oleum Ricini: Minyak Jarak (Ricinus Communis) tanpa bagian
tanaman.
- Lycopodium: nama spora, tanpa nama tanaman.
- Cera Flava: nama lilin, tanpa diikuti nama bagian asal.
- Chinae Cortex: nama daerah tanaman Cinchona succirubra (kina).

19
NAMA BAGIAN TANAMAN CONTOH
NO.
LATIN INDONESIA SIMPLISIA
1 Radix Akar Curicae radix
2 Rhizoma Rhizoma, Rimpang Curcumae rhizoma
3 Tuber Umbi Solanii tuber
4 Bulbus Umbi Lapis Alii sativi bulbus
5 Lignum Kayu Sappan lignum
6 Cortex Kulit Batang, Klika Cinnamomi cortex
7 Folium Daun Psidii folium
8 Flos Bunga Myristicae flos
9 Fructus Buah Bruceae fructus
10 Semen Biji Coffeae semen
11 Herba Herba, Terna Phylanthi herba

2. Proses Pembuatan Simplisia meliputi tahap-tahap :

a) Pengumpulan bahan/panen harus memperhatikan bagian tanaman yang


diambil (bebas dari penyakit tanaman dan segar), waktu panen (umur
tanaman dan lingkungan tempat tumbuh), dan teknik pengambilan
(manual atau mesin).
b) Sortasi basah, memisahkan dari tanah, dan bagian lain yang tidak
dikehendaki.
c) Pencucian, untuk membersihkan kotoran yang melekat.
d) Pengubahan bentuk, untuk memperluas permukaan bahan baku
sehingga memperepat proses pengeringan, meliputi : perajanngan,
pengupasan, pemiprilan (pemisahan biji dari bonggol), pemitingan dan
penyerutan.
e) Pengeringan, untuk menurunkan kadar air (±5-15%), mencegah
tumbuhnya kapang dan bakteri, memudahkan proses pengolahan
selanjutnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan diangin-anginkan,
dijemur dibawah sinar matahari langsung atau dengan mesin (oven)
yang diatur suhunya.
f) Sortasi kering, dilkukan setelah proses pengeringan.

20
g) Pengawetan (untuk pembuatan herbarium), dilakukan sebelum
pengeringan simplisia, dengan cara merendam simplisia dalam alkohol
70%, atau dialiri uap panas.

3. Pemeriksaan Simplisia
Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang
memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI dalam buku-buku resmi seperti Materia Medika indonesia (MMI),
Farmakope Indonesia (FI), Ekstra Farmakope Indonesia (EFI).
Pemeriksaan Mutu Simplisia terdiri atas pemeriksaan:
a) Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
1) Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari
bahan/simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu
memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudkan
untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat
baku.
2) Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik paparan mengenai
bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
3) Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang
melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi
uraian mengenai :
 Jaringan pada batang, akar dan rimpang terdiri dari :
- Jaringan primer (epidermis, cortekx, endodermis, caspari,
perisikel, silinder pusat dan empelur).
- Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom).
- Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan
sekunder.
 Jaringan pada daun, terdiri dari :
- Tipe stomata
- Jenis rambut (rambut penutup dan rambut kelenjar)
 Jaringan pada daun, batang dan akar ,terdiri dari :

21
- Tipe sel idioblas
- Tipe sel sklerenkim
4) Tetapan Fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, mikrosublimasi dan rekristalisasi.
5) Kimiawi, meliputi reaksi : warna, pengendapan, penggaraman,
logam dan kompleks.
6) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan
angka kuman, pencemaran dan percobaan terhadap hewan.
b) Analisis bahan, meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan),
kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan
standarisasi simplisia.
c) Kemurnian, meliputi kromatografi : kinerja tinggi, lapisan tipis, kolom,
kertas, dan gas untuk menentukan, senyawa atau komponen kimia
tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.

E. ALAT DAN BAHAN


1. Pereaksi yang digunakan : larutan kloralhidrat.
2. Alat yang diperlukan : gelas obyek, lampu spiritus,gelas penutup,
penjepit, mikroskop, kertas dan pensil, pipet tetes.

F. PROSEDUR KERJA

22
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN HERBARIUM

Tumbuhan/Spesimen

Daun 10 rangkap

Kulit batang 5x5 cm

Batang daun ±30 cm dari pucuk

Spesimen dicuci air bersih dan mengalir

Spesimen dikeringkan dengan diangin-anginkan

Spesimen disemprot alkohol 70%

Spesimen diletakkan pada lipatan koran dan diberi label

Spesimen dipres dengan sasag 1 – 4 minggu

Spesimen diletakkan pada kertas BW

Spesimen diberi label herbarium

23
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN SIMPLISIA

Panen/Pengambilan Simplisia
 Bagian tanaman : Akar, batang, daun,dll.
 Waktu : Pagi hari.
 Cara pengambilang: dipetik (daun,
bunga, buah), dikupas dari batang utama
dengan cara zigzag/selang-seling (kulit
batang), dicabut dari tanah (akar,
rimpang), dipotong dari cabang batang
(batang), dikelupas kulit luar dan
diambil kayu pada batang utama (kayu)

Sortasi basah, cuci dengan air


mengalir dan tiriskan

Pengubahan bentuk (potong kecil)

Pengeringan
 Mesin
 Manual: sampel bertekstru keras dan
kandungan airnya banyak ditemur di
bawah matahari langsung yang ditutup
dengan kain hitam
 Samole bertekstur lunak dengan cara
diangin-anginkan pada suhu ruangan

Sortasi Kering

Pewadahan

Penyimpanan

24
1. Buat simplisia dari tanaman sesuai dengan cara pembuatan simplisia,
masukkan dalam wadah terpisah (bentuk haksel dan serbuk), dan beri
label.
2. Buat herbarium kering, lengkapi dengan etiket tempel, dan klasifikasi
tanaman.
3. Periksa organoleptik simplisia yang anda buat, meliputi pemeriksaan bau,
warna dan rasa.
4. Periksa makroskopik simplisia, meliputi bentuk tanaman utuh atau hasil
potongan/rajangan (haksel).
5. Lakukan pemeriksaan mikroskopik simplisia dengan cara :
a. Iris secara melintang bagian tanaman segar (daun, batang, akar atau
bagian yang dibuat simplisia), letakkan diatas objek, tetesi sedikit air,
gliserin atau kloralhidrat, tutup dengan dek gelas dan difiksasi. Amati
dibawah mikroskop. Gambarkan bentuk- bentuk jaringan atau sel yang
diamati.
b. Iris secara membujur daun segar untuk melihat bentuk tipe stomata, dan
rambut (rambut penutup atau rambut kelenjar) tanaman. Amati dibawah
mikroskop.
c. Letakkan serbuk simplisia diatas objek gelas, tetesi dengan kloralhidrat
kecuali amilum ditetesi air, fiksasi, tutup dengan dek gelas dan amati
dibawah mikriskop. Gambarkan bentuk fragmen yang diamati.
6. Buatlah laporan hasil pemeriksaan simplisia nabati yang anda lakukan.

G. HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
1. Klasifikasi Tanaman Herbarium dan Simplisia
a. Pecut Kuda
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida

25
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Stachytarpheta
Spesies: S. jamaicensis

Morfologi
Pecut kuda merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan
tinggi 60 – 90 cm. Batang pecut kuda lunak, agak berkayu terutama
pada bagian pangkal, berwarna hijau kehitaman, seringkali dilapisi
semacam serbuk yang menimbulkan kilau kebiruan. Daun pecut
kuda letaknya berhadapan, berbentuk bulat telur, tepi bergerigi, ruas
daun menyirip, panjang daun 4 – 11 cm, lebar daun 2 – 4,5 cm,
tangkai daun pendek, dan permukaannya halus. Bunga pecut kuda
berwarna kebiruan dengan leher bunga berwarna putih, panjang
penampung bunga sekitar 10 mm, dan panjang cuping bunga sekitar
3 mm, tersusun dalam malai berbentuk seperti pecut.

Kandungan Kimia
Ekstrak daun pecut kuda mengandung senyawa saponin, tanin, dan
flavonoid. Air hasil destilasi daun pecut kuda mengandung senyawa
fenol, tanin, alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, dan glikosida.

Manfaat Pecut Kuda


Tanaman pecut kuda digunakan masyarakat sebagai obat
diantaranya untuk antiradang, peluruh kencing, pembersih darah,
rematik, sakit tenggorokan, hepatitis A, keputihan, bisul, luka, serta
infeksi dan kencing batu. Ekstrak daun pecut kuda dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian
membuktikan bahwa ekstrak daun pecut kuda mempunyai aktivitas
sebagai antiinflamasi dan antinosiseptif.

26
PEMBAHASAN
Pembuatan Herbarium

Proses pembuatan herbarium (gambar pribadi)

Pada pembuatan herbarium kering; proses pertama ang dilakukan


adalah pengamatan terhadap tumbuhan yang akan dijadikan herbarium,
setelah itu pengambilan tanaman yang dilakukan secara manual (dengan
menggunakan tangan). Proses selanjutnya adalah, pencucian tanaman yang
bertujuan untuk membersihkan tanaman dari kotoran atau tanah yang
menempel pada tanaman. Setelah dicuci, tanaman dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan kemudian dilakukan penyemprotan dengan menggunakan
alkohol 70% yang bertujuan untuk mematikan bakteri yang terdapat pada
tumbuhan. Tanaman selanjutnya ditempel pada koran, diatur sedemikian rupa
dan dituliskan klasifikasi, khasiat dan habitat tanaman lalu kemudian ditutup

27
dengan koran dan dilapisi lagi dengan kardus (triplek), setelah itu kemudian
dilakukan pressing dengan menggunakan sasak bambu dan diikat dengan
kencang agar tidak mudah goyah yang menyebabpkan tanaman herbarium
rusak. Setelah proses pengawetan herbarium dan herbarium dinyatak berhasil,
tahap selanjutnya yaitu penulisan pemindahan herbarium pada bingkai lalu
kemudian ditulis keterangan terkait dengan klasifikasi, khasiat dan habitat
dari tumbuhan.

Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia

Proses pembuatan simplisia (gambar pribadi)

Pada proses pembuatan simplisia nabati, setelah proses pengeringan dan


penyortiran dari bagian tanaman yang sudah tidak digunakan atau tidak
diinginkan, lalu di haluskan dengan menggunakan blender (tergantung bagian
tanaman), jika bagian yang di ambil adalah daun bisa langsung dihaluskan
dengan blender. Setelah halus di periksa apakah sudah benar-benar halus atau
tidak. Jika simplisia belum halus, maka harus diblender lagi. Setelah proses
penghalusan seleseai, untuk memastikan bahwa serbuk simplisia yang kita
butuhkan benar-benar halus, maka proses selanjutnya adalah dengan
melakukan pengayakan untuk memastikan serbuk simplisia yang kita ambil
tersebut benar-benar halus.

28
H. KESMPULAN
Pembuatan herbarium perlu memperhatikan prosedur yang baik dan
benar, baik prosedur pengambilan bahan baku mapun prosedur dalam proses
pengawetan tanaman. Selain itu, proses pengambilan tanaman juga harus
diperhatikan agar supaya tanaman tidak rusak dan habitannya pun akan
tetap terjaga.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Bahan baku simplisia
diperoleh dari tanaman liar atau tanaman budidaya. Jika simplisia diperoleh
dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, tempat
tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau.
Cara pembuatan simplisia yaitu pengambilan sampel, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, perajangan,
pengawetan, pengepakan dan penyimpanan.

I. KEMUNGKINAN KESALAHAN DALAM PRAKTIKUM


Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pembuatan
herbarium kering dan simplisia yang kemungkinan menimbulkan kegagalan
adalah:
1. Tidak terlaksananya prosedur pengambilan bahan tumbuhan yang akan
diawetkan menjadi herbarium dan simplisia dengan baik dan benar.
2. Cara perlakuan dan penanganan tumbuhan herbarium kurang tepat
sehingga menyebabkan tumbuhan rusak (tidak memiliki bagian tumbuhan
yang utuh).
3. Pembuatan sasak bambu sebagai alat pressing yang tidak memenuhi
standar kelayakan sehingga sering kali dalam proses pressing, tumbuhan
herbarium yang telah dilapisi koran mengalami geseran sehingga
menyebabkan koran sebagai pelapis atau media tempel herbarium rusak.

29
4. Dalam proses pembuatan simplisia, kegagalan sering kali disebabkan
karena beberapa faktor, yaitu proses perajangan yang kurang tepat
disebabkan beberapa jenis tumbuhan simplisia yang mengandung minyak
atsiri memerlukan teknik khusus. Kemudian, proses pengeringan yang
kurang tepat juga menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan yang
mungkin terjadi selama proses pembuatan simplisia.

J. KETERBATASAN PRAKTIKUM
Keterbatasan waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Botani
dan Farmakognosi menjadi salah satu kendala yang dialami oleh praktikan,
sehingga proses untuk mencari dan menemukan kemudian menganalisa
tumbuh-tumbuhan yang akan diawetkan dan dijadikan simplisia tidak
berjalan dengan maksimal. Selain itu, koordinasi yang kurang juga menjadi
satu keterbatasan yang menyebabkan miskomunikasi antara dosen pengampu
dengan asdos dan antara asdos dengan praktikan sehingga segala informasi
terkait praktikum pengambilan sampel bahan alam sebagai herbarium dan
simplisia tidak tersampaikan dengan cukup baik.

30
PERCOBAAN III
“Pembuatan Ekstrak”

31
PERCOBAAN 3

A. JUDUL
Pembuatan Ekstrak

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan teknik
maserasi dan lain-lain.

C. LANDASAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh
dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan
menggunakan medium pengekstrasi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstraksi
dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah
pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micelle ini
dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinctura
atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi
ekstrak kering. Adapun Metode Ekstraksi adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi dengan Pelarut
- Cara dingin => Maserasi dan Perkolasi
- Cara panas => Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok
2. Destilasi
- Destilasi air & uap
3. Ekstraksi dengan cara lain
Pengambilan flavonoid dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan
ekstraksi. Selama proses ekstraksi, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut.

32
Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat
aktif secara pengadukan dan penyaringan. Metode maserasi digunakan untuk
membuat ekstrak tumbuhan. Cairan pelarut masuk ke dalam sel menciptakan
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan
konsentrasi rendah berada di dalam sel sedangkan larutan konsentrasi tinggi
terdesak keluar sel. Kelebihan dari metode maserasi adalah biayanya yang
murah, mudah untuk dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak
senyawa flavonoid.
Ekstrak kasar pelarut metanol, etanol, air, dan aseton daun alpukat
diambil 1 g ditambahkan pelarut campuran klorofom: aquades sebanyak 1 ml
dengan perbandingan 1:1 dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dibiarkan
sejenak hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan air yang berada diatas
digunakan untuk pemeriksaan flavonoid. Lapisan air diambil sedikit
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sedikit bubuk
logam Mg serta beberapa tetes asam klorida (HCl) pekat. Reaksi positif
ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning – orange.
Sebanyak 1 ml sampel dicampur dengan 4 ml akuades dan 0,3 ml
larutan NaNO2 (10%). Setelah 5 menit, ditambahkan 0,3 ml larutan AlCl3
(10%), diikuti oleh 2 ml larutan NaOH (1%), lalu langsung diuji dengan
spektrofotometer. Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 510
nm. Kurva standar kuersetin disiapkan (0-12 mg / ml). Konsentrasi flavonoid
dalam sampel uji dihitung dari standar kalibrasi dan dinyatakan sebagai
ekuivalen kuersetin dalam mg / g sampel.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Maserator, Batang pengaduk, Corong Buchner, Beaker
glass 100 ml, Botol untuk menampung hasil saringan (maserat),
Evaporator, Waterbath, Gelas untuk menampung ekstrak kental, Blender,
kertas saring Whatman no 1, shaker, timbangan analitik, mikropipet,
cawan aluminium, spektrofotometer UV –Vis, Centrifuge, rotary vakum
evaporator dan alat alat gelas lainnya.

33
2. Bahan : Bahan yang digunakan dalam metode ini adalah daun
dengan kriteria warna yang berwarna hijau muda. Daun muda diambil
dari pucuk daun hingga 3 - 5 daun dibawah pucuk, daun Pandan Wangi,
daun Salam, dan Batang serai. Bahan kimia yang digunakan antara lain:
metanol 90%, etanol 90%, aquades, aseton 90 %, serbuk Mg, HCl pekat,
NaNO2 5%, AlCl3 10%, NaOH 4%, asam galat, DPPH.

E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN EKSTRAK

Simplisia daun sirih hutan

Blender

Pengayakan
Dengan kertas saring/kain flenel
Penimbangan serbuk simplisia

Pelarutan serbuk simplisia dengan larutan etanol 96%

Pengadukan pada medium toples


Aduk 3-4 kali sehari
Penyimpanan selama 24 jam

Penyaringan
Saring 2-3 kali
Ekstrak daun sirih hutan

34
CARA I
Persiapan sampel
Persiapan sampel meliputi persiapan bahan, pengecilan ukuran dari
bahan. Bahan yang akan diekstrak dicuci hingga bersih kemudian dilakukan
pengecilan ukuran, daun salam, daun alpukat, batang sereh, daun pandan diris
tipis (lihat gambar dibawah ini) dan selanjutnya diangin-anginkan selama 2
jam.

Proses Maserasi Sampel


Proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan
waktu maserasi selama 24 jam.
Dilarutkan dengan pelarut sebanyak 500 ml dengan perbandingan
antara daun dengan pelarut 1 : 4, kemudian dimaserasi selama 24 jam pada
suhu kamar. Setelah 24 jam, larutan disaring menggunakan kertas whatman
no 1 dengan bantuan pompa vakum.

35
CARA II
1. Timbang serbuk daun sebanyak 1 kg
2. Masukkan ke dalam bejana maserasi (toples kaca)
3. Tambahkan air dengan perbandingan serbuk daun sdan Air 1:4
4. Tutup toples dan biarkan selama 2 hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya
5. (toples ditutup dengan aluminium foil) sambil berulang-ulang diaduk
6. Ambil filtratnya, ampas diperas dengan menggunakan kain flannel
7. Ampas nya lakukan remaserasi
8. Semua sari yang diperoleh dikumpulkan dan uapkan hingga diperoleh
ekstrak kental 8. Hitung rendemen ekstrak.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Hasil maserasi dari sampel daun pecut kuda seberat 53 gram yang
di larutkan dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1: 4
yaitu 53 gr sampel serbuk simplisia di campurkan dengan 240 ml
etanol. Kemudian dimasukkan ke dalam toples dan ditutup dengan
alumunium foil untuk menghindari sampel terpapar cahaya
matahari secara langsung. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan 3x sehari atau tiap 6 jam sekali setelah 48 jam.

Ekstrak daun pecut kuda (sumber: gambar pribadi)

36
Setelah 48 jam kemudian sampel hasil maserasi di saring dengan
kain flanel dan kertas whattman. Hasil saringan sampel kemudian diambil
ekstrak kentalnya dengan cara di evaporasi dengan menggunakan rotary
vacum avaporator. Namun karena alat evaporatornya belum tersedia
maka dilakukan metode lain yaitu metode penguapan dengan
menggunakan waterbath untuk mendapatkan ekstrak kental. Setelah
proses penguapan didapatkan ekstrak kental 90 ml dari 53 gram sampel
yang di encerkan dengan 240 ml etanol. Residu dari hasil maserasi
dilakukan remaserasi

Proses penyaringan ekstrak daun pecut kuda


(sumber: gambar pribadi)

2. Pembahasan
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku
yang ditetapkan.
Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstrak bahan mentah
secara kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa
aromatik, minyak atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian menjadi
bahan baku proses industri atau digunakan secara langsung oleh
masyarakat. Contohnya, bahan baku yang umumnya diekstrak yaitu daun

37
mint, batang kayu pinus (ekstrak resin), kayu manis, jahe, lemon, jeruk,
vanilla dan cengkeh.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material
lainnya. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari
tiga langkah dasar yaitu :
1. penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel, biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut
membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampe
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan
penyari tertentu.
Maserasi adalah suatu metode ekstaksi yang di gunakan untuk
mengekstrak atau memisahkan zat kimia dengan menggunakan pelarut
tertentu.
Evaporasi adalah suatu metode untuk mendapatkan ekstrak kental
dengan menggunakan alat evaporator.

K. KESMPULAN
Pembuatan ekstrak kental daun sirih hutan dilakukan dengan
melarutkan 53 gram sampel serbuk simplisia dengan pelarut etanol sebanyak
240 ml (pebandingan 1:4) menghasilkan ±90 ml ekstrak kental daun sirih
hutan.
Proses untuk memperoleh ekstrak kental dilakukan dengan teknik
maserasi. Maserasi adalah teknik paling sederhana dalam proses pemisahan
pelarut dengan ekstrak. Pada proses maserasi, alat yang digunakan untuk
melakukan ekstraksi adalah rotary vacum evaporator, namun karena
keterbatasan peralatan laboratorium maka proses yang dilakukan untuk

38
memperoleh ekstrak kental daun sirih hutan adalah dengan teknik penguapan
menggunakan waterbath.
Teknik penguapan menggunakan waterbath memerlukan proses yang
cukup lama dikarenakan larutan yang diuapkan harus dilakukan pengadukan
secara manual dan terus menerus untuk memastikan proses penguapan
kandungan alkohol pada larutan tersebut berjalan dengan baik. Setelah proses
pengauapan dilakukan, maka proses selanjutnya yang dilakukan adalah
identifikasi kandungan senyawa yang ada pada ekstrak kental daun sirih
hutan.

L. KEMUNGKINAN KESALAHAN DALAM PRAKTIKUM


Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi selama proses pembuatan
ekstak yang mungkinan dapat menimbulkan kegagalan adalah:
1. Keterbatasan alat rotary vacum evaporator yang menyebabkan proses
pemisahan kandungan alkohol pada larutan daun sirih hutan tidak berjalan
dengan maksimal.
2. Perhitungan perbandingan atara pelarut dengan zat terlarut yang kurang
tepat juga dapat menyebabkan hasil ekstrak yang kurang maksimal. Oelh
sebab itu, diperlukan perhitungan yang tepat antara jumlah pelarut dan zat
terlarut.

G. KETERBATASAN
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu masalah yang
kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan praktikum.
Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa S1 Farmasi
yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan membagi
kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses

39
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian kental
dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama sekali
tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.

40
PERCOBAAN IV
“Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopi”

41
PERCOBAAN 4

A. JUDUL
Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopi

B. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui
dan dapat membedakan macam-macam amilum yang umum digunakan dalam
sediaan farmasi.

C. LANDASAN TEORI
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat di alam,
sebagian besar terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum
dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara
dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit
batang, akar tanaman menahun, dan umbi.
Dalam dunia farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun
dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi
yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum
terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai
emolien dan sebagai basis untuk supositoria.
Jika ditinjau dari struktur anatominya, pada butir amilum tampak
adanya lapisan mengelilingi hilus, yang disebut lamela. Apabila hilum
terletak di pinggir, disebut amilum eksentris. Lapisan dalam amilum (lamela)
terbentuk karena pemadatan molekul dan perbedaan kadar air pada awal
pertumbuhan tiap lapisan. Jumlah lamela pada amilum seleria terkait dengan
jumlah hari selama pertumbuhan amilum. Butir amilum jika dilihat dengan
mikroskop cahaya terpolarisasi tampak terang. Posisi hilus, bentuk dan
ukuran butir, maupun penampilannya sebagai amilum tunggal atau amilum

42
majemuk memungkinkan untuk mengenali spesies tumbuhan dengan melihat
tepungnya.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Gelas Obyek, Gelas Penutup, Mikroskop, Beker Gelas, Pipet
Tetes, Tabung Reaksi kecil, dan Bunsen.
2. Bahan : Pati (beras, jagung, singkong, dan gandum), aquadest, dan
larutan Iodium.

E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PROSES IDENTIFIKASI AMILUM

SAMPEL

KUPAS Untuk sempel seperti


kentang, ubi, singkong,
wortel, dll.
CUCI

BLENDER/PARUT/HALUSKAN

SARING
Untuk sampel beras dn
jagung
ENDAP TUANG

ENDAPAN – ETANOL

OVEN

1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium


Buat larutan amilum 2%. Panaskan 5 menit (mendidih) lalu
dinginkan, untuksemua jenis amilum yang diperiksa masukan dalam
tabung reaksi. Tambahkan 3 tetes larutan iodium. Catat warna yang

43
terjadi saat dipanaskan dan didinginkan untuk masingmasing jenis amilum
yang diperiksa, lalu bandingkan hasilnya dengan literature yang tersedia.
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi
Ambil sedikit amilum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek,
tetesi dengan sedikit air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Analisis bentuk
amilum dari masing-masing spesies tanaman.
3. Gambarlah hasil pengamatan yang anda peroleh pada laporan sementara.
Tunjukkan bagian- bagian amilum hasil pengamatan anda, dan sebutkan
nama amilum yang anda periksa.
4. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing amilum
yang anda periksa.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium
Tabel hasil uji amilum dengan larutan iodium
Jenis amilum yang digunakan Perubahan warna
Amilum jagung Biru keruh
Amilum beras Biru keunguan
Amilum gandum Biru toska
Amilum singkong Biru tua

1. Amilum jagung

Hasil identifikasi amilum (sumber: gambar pribadi)

44
Pati jagung diambil 2% dari 2 gram total pati jagung yang di
dapatkan kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu
dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes
larutan iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna
biru keruh. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.

2. Amilum Beras

Hasil identifikasi amilum (sumber: gambar pribadi)

Pati beras diambil 2% dari 2 gram total pati beras yang di dapatkan
kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu dipanaskan
hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes larutan
iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna biru
keunguan. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.

45
3. Amilum Gandum

Hasil identifikasi amilum (sumber: gambar pribadi)

Pati gandum diambil 2% dari 2 gram total pati gandum yang di


dapatkan kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu
dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes
larutan iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna
biru toska. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.

4. Amilum Singkong

Hasil identifikasi amilum (sumber: gambar pribadi)

Pati singkong diambil 2% dari 2 gram total pati singkong yang di


dapatkan kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu
dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum

46
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes
larutan iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna
biru keruh. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.
b. Pemeriksaan amilum dengan mikroskop
Tabel hasil uji amilum dengan mikroskop
Jenis amilum Gambar mikroskopi

Amilum singkong

Amilum jagung

Amilum beras

Pembesaran lemah 10x

Amilum gandum

47
1. Amilum Singkong
Amilum singkong diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.

2. Amilum Jagung
Amilum jagung diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.

3. Amilum Beras
Amilum beras diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.

4. Amilum Gandum
Amilum gandum diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.

G. KESIMPULAN
Proses pengamatan amilum dilakukan dengan membuat pati dari
umbi kentang dan singkong. Umbi kentang dan singkong selanjutnya
dikupas dan dicuci bersih, kemudian dihaluskan dengan cara diparut.
Hasil parutan kemudian diperas dan dilakukan penyaringan hingga
menghasilkan cairan. Cairan dari perasan umbi kentang dan singkong
lalu didiamkan beberapa saat untuk memperoleh endapan, dan endapan
tersebutlah yang akan diuji mikroskopik.

48
Proses pembuatan pati amilum dari umbi kentang dan singkong

Amilum atau pati adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut


dalamm air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati
merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam
jangka panjang manusia dan hewan menjadikan pati sebagai sumber
energi yang penting.
Pati memiliki rumus kimia C6H10O5 dengan tampilan bubuk putih
dan tidak berbau, tawar dan tidak larut dalam air. Pati tersusun dari dua
macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang
berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras, sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada
tes iodin sedabgkan amilopektin tidak berreaksi.

49
H. KEMUNGKINAN KESALAHAN DALAM PRAKTIKUM
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi selama proses identifikasi
senyawa amilum secara kimiawi dan mikroskopik yang mungkinan dapat
menimbulkan kegagalan adalah:
1. Keterbatasan peralatan (mikroskop) memungkinkan pengamatan
amilum tidak berjalan dengan baik, sebab dari sekian jumlah
mikroskop yang tersedia di laboratorium hanya beberapa mikroskop
yang berfungsi dengan baik.
2. Kemampuan praktikan dalam menggunakan mikroskop dengan baik
dan benar juga menjadi satu kendala yang menyebabkan
pengamatan amilum secara mikroskopik tidak maksimal.
3. Kegagalan juga sering kali disebabkan ketika dalam proses
penanganas larutan amilum dengan menggunakan tabung reaksi.
Seringkali penanganas larutan amilum mengalami over heating
yang menyebabkan larutan meluap kemudian tumpah dan hanya
menyisakan beberapa tetes amilum pada tabung reaksi.

I. KETERBATASAN
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu keterbatasan
yang kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan
praktikum. Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa
S1 Farmasi yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan
membagi kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian kental
dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama sekali

50
tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.
Pada proses penanganas larutan amilum yang seharusnya menggunakan
lampu spiritus pun tidak dapat terlaksana dikarenakan tidak adanya alat
penangas (lampu spiritus). Oleh karena itu, akibat keterbatasan peralatan
maka penganas larutan amilum disiasati dengan masing-masing kelompok
untuk membawa kompor dan peralatan seadanya.

51
PERCOBAAN V
“Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A”

52
PERCOBAAN 5

A. JUDUL
Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A.

B. TUJUAN
Menentukan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia
dengan melakukan identifikasi kandungan kimia menggunakan pereaksi
tertentu.

C. LANDASAN TEORI
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan
obat alami dari tumbuhan.Mengetahui kandungan senyawa apa saja yang
terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga penting dalam
pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan.
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk
menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif
yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat : Tabung Reaksi, Pipet tetes, Lampu spiritus, Penangas air,
cawan porselen, objek gelas, kaca arloji.
2. Bahan : Bahan yang digunakan : floroglusin, asam klorida, sudan III,
Kloralhidrat, etanol 96% , minyak lemak atau adeps lanae, kloroform,
asam cuka anhidrat, asam sulfat pekat, Iodium 0,1 N, merah ruthenium,
seng (II) klorida beriodium, Brom, FeCl3 1 N, NaOH, kalium hidroksida
etanol, fosfomolibdat asam sulfat, asam diazobenzensulfonat, metanol,
FeCl3 1%, milon, indofenol, air panas, asam hidroklorida 2 N, petroleum
eter, etanol 95%, serbuk Mg, HCl, molish, alfa naftol, luff dan NaOH,

53
barfoed, asam sulfat, benzene, ammonia 10%, hexan, petroleum eter,
NaSO4 anhidrat, Pereaksi liberman – bouchardat, Pereaksi salkwowski,
mayer, bouchardat, air.

E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

Hitung konsentrasi larutan yang akan dibuat

NaCl 0,585 gr

Timbang NaCl dengan timbangan analitik

Letakkan pada beaker glass

Aquades secukupnya

Dilarutkan

Pindahkan ke dalam labu takar ukuran 100 ml

Aquades

Tambahkan hingga tanda batas

Dihomogenkan

HASIL

54
PEMBUATAN 100 ML LARUTAN HCl 100 ppm

HCl 10 mg

HCl ditimbang dengan timbangan analitik

Letakkan dalam beaker glass

Dilarutkan

Peindahkan ke dalam labu takar ukur 100 ml

Tambahkan hingga tanda batas

dihomogenisasi

1. Reaksi warna : dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat baik


sebagai hasil Mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk
simplisia (uji histokimia).

a) Lignin
Basahi irisan taau serbuk dengan larutan floroglusin P, amati
dalam asam klorida P, dinding sel berwarna merah.
b) Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin.

55
Serbuk atau irisan diletkakan diatas kaca objek, tambahkan
beberapa tetes sudan III LP, bahan dapat dijernihkan dengan
Kloralhidrat LP, kecuali bahan yang mengandung minyak atsiri.
Biarkan selama 30 menit – 48 jam dalam bejana tetutup yang
didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90% P. Bagian yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan
resin berwarna jingga. Uji adanya sterol dengan reaksi Liebermann
Burchard : sepuluh tetes minyak lemak atau 0,5 gram adeps lanae
dilarutkan dalam 5 ml kloroform, tambahkan asam cuka anhidrat 1
mL dan asam sulfat pekat 2 tetes dengan hati-hati. Campur dan amati
warna yang terjadi ! reaksi positif bila terjadi warna hijau zamrud.

c) Pati dan Aleuron


Tambahkan Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa,
pati berwarna biru, dan aleuron warna kuning coklat sampai coklat.

d) Lendir dan pektin


Letakkan serbuk / bahan diatas kaca objek, ditambahkan
beberapa tetes merah ruthenium LP , tutup dengan kaca penutup
biarkan selama 15 menit, lendir asam dan pektin berwarna merah
intensif.

e) Selulosa
Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium,
memberikan warna ungu merah.

f) Tanin (pirogalol)
 Katekol
- Sampel ditambahkan larutan Brom, akan membentuk endapan.
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, menghasilkan warna
hijau.
 Pirogalotanin

56
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, menghasilkan warna
biru.
- Sampel dibasahi dengan larutan Brom, tidak terjadi
endapan.serbuk ditambahkan dengan NaOH, jika mengandung
tanin akan menghasilkan warna merah coklat.

g) Dioksiantrakinon bebas
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida
etanol LP, terbentuk warna merah.

h) Fenol
Mikrosublimasi dilakukan dengan cara serbuk dalam vial
dilarutkan dengan air, dan ditutup dengan objek gelas dan diatas objek
gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublin.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP,
terjadi warna biru.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobenzensulfonat LP,
terjadi warna biru.
- Ekstrak metanol ditambahkan:
 Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu biru
 Pereaksi milon, terbentuk warna merah ungu
 Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil.

i) Saponin
Masukkan 0,5 g serbuk dalam tabung rekasi, tambahkan 10 ml
air panas, dinginkan, kemudian kocok kuat selama 10 detik, terbentuk
buih yang mantap selama ± 10 menit setinggi 1-10 cm, dan pada
penammbahan 1 tetes asam hidroklorida 2 N, buih tidak hilang.

j) Flavanoid
Sebanyak 0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml metanol selama
10 menit di atas penangas air, dicegah agar pelarut tidak banyak

57
menguap, saring selagi pelarut masih panas dengan menggunakan
kertas saring. Encerkan filtrat dengan 10 ml air dan dipindah ke
corong pisah, tambahkan 5 ml petroleum eter, kocok hati-hati. Setelah
didiamkan beberapa saat, pisahkan fase metanol. Uapkan fase
metanol hingga kering, dan residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 ml
etanol 95% P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 ml asam
klorida P, jika terjadi warna merah jingga – merah ungu berarti ada
flavanoid, dan jika kuning jingga terdapat flavon, kalkon dan auron.

k) Karbohidrat
Serbuk dilarutkan dengan air, larutan serbuk simplisia
disentrifugasi, filtrat dibagi 3:
- Filtrat I ditambahkan molish, alfa naftol, dan HCL 20% terbentuk
cincin ungu.
- Filtrat II ditambahkan larutan luff dan NaOH, akan terbentuk
warna merah setelah dipanaskan.
- Filtrat III ditambahkan larutan barfoed dan NaOH berwarba merah
jika dipanaskan.
Dapat pula menggunakan ekstrak etanol – air 2 mL dalam
cawan porselen, diuapkan, ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat P,
diamkan selama 4 menit, tambahkan pereaksi molish, akan terbentuk
warna merah.

l) Glikosida (secara umum)


Ekstrak metanol dimasukkan dalam 3 tabung reaksi, dan
ditambahkan:
- Larutan besi (III) klorida 3 ml, dan 1 ml Asam klorida P, terjadi
warna coklat kemerahan perlahan berubah menjadi violet atau
ungu.
- Pelarut benzene 5 ml, pisahkan, lapisan benzene ditambahkan 3 ml
larutan ammonia 10%, terbentuk warna merah muda pucat.

58
- Larutan ammonia encer 3,5%, lalu dikocok, terjadi warna merah
lembayung.

m) Glikosida Antrakinon
Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat
encer P, didihkan sebentar, dinginkan, tambahkan 10 ml benzene P,
kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzene saring, filtrat berwarna
kuning, menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan benzene
dengan 1-2 ml NaOH LP, diamkan, lapisan air berwarna merah
intensif, dan lapisan benzene tidak berwarna.

2. Reaksi Pengendapan Alkaloida


Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida
2N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas air selama 2 menit, dinginkan
dan saring, pindahkan masingmasing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji :
- Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk
endapan menggumpal berwarna putih.
- Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk
endapan berwarna coklat sampai hitam.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. HASIL
Proses Identifikasi Senyawa Simplisia
Saponin (Lihat Buihnya)
 Diambil larutan stock sebanyak 10 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan alfoil
 Digojog
 Diamati
 Ditetesi dengan HCl 2 N sebanyak 1 tetes
 Digojog
 Diamkan sebentar dan amati kembali buihnya.

59
Identifikasi Terpenoid (Lihat: cincin kecoklatan) dan Identifikasi
Steroid (Lihat: cincin biru kehijauan)
 Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 Ditetesi dengan HCl 2 N sebanyak 3 tetes
 Ditetesi dengan asam sulfat sebanyak 1 tetes
 Gojog perlahan lalu diamati
Identifikasi Tanin (Lihat: warna biru/biru kehitaman/biru
kehijauan)
 Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 Ditetesi dengan FeCl, diamati

2. PEMBAHASAN
Proses identifikasi kandungan senyawa pada simplisia daun pecut
kuda diawali dengan melakukan pengayakan terhadap simplisia yang
telak dihaluskan dengan cara diblender. Pengayakan dilakukan untuk
memastikan bahwa serbuk simplisia yang akan dimaserasi telah benar-
benar halus sehingga proses maserasi berjalan dengan lancar.

Prose pengayakan simplisia (Gambar pribadi)

Setelah proses pengayakan selesai dilakukan, kemudian dilakukan


penimbangan terhadap jumlah serbuk simplisia yang diperoleh setelah

60
diayak. Penimbangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan larutan yang akan dipergunakan untuk melarutkan serbuk
simplisia.

Proses penimbangan serbuk simplisia (Gambar pribadi)

Pada proses penimbangan serbuk simplisia yang dilakukan,


didapatkan berat sebesar 53 g setelah dikurangi berat medium timbangan.
Selanjutnya, proses maserasi dilakukan dengan melarutkan serbuk
simplisia yang telah ditimbang dengan menggunakan pelarut etanol 96%
dengan perbandingan 1:4, maka serbuk simplisia seberat 53 gr dilarutkan
dengan 240 ml larutan etanol.

Proses maserasi simplisia daun pecut kuda (gambar pribadi)

Selama proses pelarutan dilakukan, simplisia yang dilarutkan


dengan larutan etanol 96% dilakukan pengadukan untuk memastikan

61
antara serbuk simplisia dan pelarut etanol tercampur. Setelah itu, media
pelarut (toples kaca) dibungkus dengan almunium foil dengan tujuan agar
maserasi simplisia daun sirih tidak terkena sinar matahari langsung.
Setelah semua proses terlaksana, medium simplisia yang telah dilarutkan
kemudian disimpan pada ruangan yang terlingdungi dari sinar matahari
langsung. Penyimpanan simplisia yang telah dilarutkan disimpan selama
24 dengan tetap dilakukan pengadukan 3-4 kali sehari.
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah memisahkan zat pelarut
dengan larutan simplisia daun sirih hutan. Pertama, dilakukan
penyaringan dengan menggunanakan kertas saring dan kain flannel.
Proses penyaringan dilakukan selama 3 kali untuk memastikan tidak ada
residu yang terdapat pada cairan ekstrak daun sirih hutan. Setelah
didapatkan larutan ekstrak simplisia, kemudian dilakukan proses
penguapan untuk memisahkan kandungan alkohol dengan senyawa yang
terdapat pada ekstrak daun sirih hutan.
Untuk mendapatkan ekstrak kental dari proses maserasi daun sirih
hutan, hal yang seharusnya dilakukan adalah dengan melakukan
evaporasi dengan mesin Rotary Vacum Evaporator sehingga proses
untuk memperoleh ekstrak kental dari ekstraksi daun sirih hutan tersebut
dapat dilakukan.

Rotary Vacum Evaporator (Sumber: buchi.com)

62
Rotary Vacum Evaporator memiliki prinsip kerja yang sama
dengan destilasi yaitu pemisahan akan tetapi rotary evaporator bekerja
dengan menurunkan tekanan sampel dan memutar sampel (rotary)
dengan kecepatan kostan untuk mempercepat proses pemisahan. Sampel
akan dimasukkan dalam labu alas bulat kemudian dipanaskan pada suhu
tertentu hingga pelarut menguap. Uap yang terbentuk akan didinginkan
pada bagian kondensor pada alat untuk dikondensasi menjadi bentuk
cairan kembali.
Keterbatasan alat praktikum (rotary vacum evaporator)
menyebabkan proses pemisahan tidak berjalan dengan lancar, karena
untuk memisahkan alkohol yang terkandung hanya menggunakan mesin
penguap (waterbath).

Waterbath (sumber: tokopedia.com)

Setelah proses pemisahan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan


uji kandungan senyawa yang terdapat pada simplisia. Proses identifikasi
kandungan senyawa yang dilakukan, antara lain:
Proses Identifikasi Senyawa Simplisia
Saponin (Lihat Buihnya)
 Diambil larutan stock sebanyak 10 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan alfoil
 Digojog
 Diamati
 Ditetesi dengan HCl 2 N sebanyak 1 tetes
 Digojog

63
 Diamkan sebentar dan amati kembali buihnya.

Proses identifikasi kandungan saponin

Pada proses uji kandungan saponin pada simplisia daun pecut, pada
gambar tidak terlihat adanya buih sebagai indikasi yang membuktikan
adanya senyawa saponin.

Identifikasi Terpenoid (Lihat: cincin kecoklatan) dan Identifikasi


Steroid (Lihat: cincin biru kehijauan)
 Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 Ditetesi dengan HCl 2 N sebanyak 3 tetes
 Ditetesi dengan asam sulfat sebanyak 1 tetes
 Gojog perlahan lalu diamati

Proses identifikasi terpenoid

64
Setelah dilakukan pengujuin dengan meneteskan larutan HCl 2 N sebanyak 3
tetes dan asam sulfat sebanyak 3 tetes kemudian digojok dan didiamkan beberapa
saat, tidak terlihat perubahan apapun pada larutan. Hal ini mengindikasikan
bahwa, selain tidak terdapanya senyawa tanin, senyawa terpenoid juga tidak
terdapat pada daun pecut kuda.
Identifikasi Tanin (Lihat: warna biru/biru kehitaman/biru
kehijauan)
 Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 Ditetesi dengan FeCl, diamati

Proses identifikasi senyawa tanin

Pada gambar dapat dilihat bahwa simplisia daun pecut kuda tidak
memliki kandungan tanin dengan, hal tersebut dapat dipastikan pada
larutan setelah diteteskan larutan FeCl pada larutan stock 5 ml tidak
mengalami perubahan apapun.

G. Kesimpulan
Dari uji coba yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
simplisia daun pecut kuda tidak memiliki kandungan senyawa saponin, tanin,
dan terpenoid yang terdapat pada daun. Hal ini dibuktikan bahwa tidak terjadi
perubahan pada proses uji coba pada tabung reaksi. Namun demikian, perlu
dilakukan uji lebih jauh lagi bukan hanya pada daun, melainkan pada batang,
akar dan bunga juga perlu untuk diteliti lebih lanjut.

65
DAFTAR ISI

Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trobus


Djauhariya, E., Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Jakarta: Seri Agrisehat.
Hal. 74-75.
Hasyim, A dan K, Iswari. 2012. Manggis Kaya Antioksidan. http://hortikultura.
Litbang.deptan.go.id/IPTEK/Hasyim_manggis.pdf. 29 Oktober 2014.
Lestari, D.I., dan Syafruddin. 2018. Pelatihan Pembuatan Herbarium Sebagai
Media Pembelajaran Hayati Pada Kelas VIII SMP Negeri 3 Moyo
Hulu Tahun 2017. Jurnal Pendidikan Vol. 2. No. 2. Hal. 66-70.
Mayasari et al. 2018. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Daun Jeruk
(Citrus Limon L. Burm. F.). Klorofil, 2 (1): 7-13.
Murni, P. 2015. Lokakarya Pembuatan Herbarium Untuk Pengembangan Media
Pembelajaran Biologi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, vol. 30
(2). 1- 6. Sastroamidjojo SA. 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta :
PT.Dian Rakyat. Hal : 102.
Team Teaching. 2014. Buku Praktik Kerja Lapangan. Gorontalo: UNG Press.
Tim Penyusun. 2021. Modul Penuntun Praktikum Botani dan Farmakognosi.
Laboratorium Farmakognosi Fakultas Kesehatan Universitas
Nahdlatul Ulama NTB.

66

Protect pdf from copying with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai