LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM - Kel 12
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM - Kel 12
TEAM TEACHING
Nurchamidin Gobel, S.Farm., M.Farm.
Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.
OLEH:
KELOMPOK 12
Muhammad Fajri 2108060028
Ida Sofiana 2108060017
Asmaul Husna 2108060004
Muhammad Subaidi 2008060021
Vina Apriyana 2008060034
Bq. Rina Susmayunita 20080600
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH:
KELOMPOK 12
Muhammad Fajri 2108060028
Ida Sofiana 2108060017
Asmaul Husna 2108060004
Muhammad Subaidi 2008060021
Vina Apriyana 2008060034
Bq. Rina Susmayunita 20080600
i
KATA PENGANTAR
Penulis,
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
PERCOBAAN I ......................................................................................... 1
PERCOBAAN 2 ........................................................................................ 17
PERCOBAAN 3 ........................................................................................ 31
PERCOBAAN 4 ........................................................................................ 41
PERCOBAAN 5 ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66
iii
PERCOBAAN I
“Cara Menggunakan Mikroskop, Cara Melihat Sel di Mikroskop,
Sel Parenkim, dan Sel Stomata”
1
PERCOBAAN I
A. JUDUL
Cara Menggunakan Mikroskop, Cara Melihat Sel di Mikroskop, Sel
Parenkim, dan Sel Stomata.
C. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami bagian-bagian dari mikroskop.
2. Menggunakan mikroskop dengan benar dan tepat sehingga dapat
melakukan pemeriksaan secara mikroskopik pada setiap percobaan.
3. Melihat dan memahami bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop.
D. LANDASAN TEORI
Manusia memiliki kemampuan panca indera yang terbatas, oleh karena
itu banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan bantuan alat-alat.
Salah satu alat yang biasa digunakan untuk membantu mata yaitu mikroskop.
Ada beberapa jenis mikroskop, diantaranya mikroskop monokuler (cahaya)
dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop
biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi, penyinarannya dapat
berupa sinar matahari atau lampu. Bayangan yang tampak pada mikroskop ini
memiliki panjang lebar, hanya sedikit memberi gambaran tentang tingginya.
Obyek yang diamati harus memiliki ukuran yang kecil dan tipis sehingga
dapat ditembus cahaya. Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan
benda-benda yang tidak terlalu halus, transparan maupun tidak transparan.
2
1. Mikroskop dan Komponen-komponennya
Mikroskop merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat
berat agar mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga
system lensa, yakni lensa objektif, okuler dan kondensor. Lensa objektif
dan okuler terdapat pada kedua ujung tabung mikroskop, bisa lurus dan
bisa berkepala monokuler atau binokuler.
Di ujung bawah mikroskop terdapat tempat kedudukan lensa
objekif yang dipasang tiga atau lebih lensa objektif. Di bawah tabung
mikroskop terdapat tempat dudukan preparat atau meja mikroskop.
Sistem lensa ketiga adalah kondensor, untuk menerangi objek dan lensa-
lensa mikroskop.
Pada mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang
dibagian dasar mikroskop, berfungsi untuk menerangi spesimen. Pada
mikroskop yang tanpa alat penerangan, mempunyai cermin datar yang
terdapat di bawah kondensor, berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang
berasar dari sumber cahaya luar ke dalam kondensor.
2. Lensa-lensa Mikroskop
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama
yakni menemukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan
terlihat pada bayangan akhir. Ciri yang penting pada lensa objektif selain
pembesarannya (misalnya 40 kali) adalah Nilai Apertur (NA) yaitu
ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan menentukan daya pisah
spesimen, yakni kemampuan lensa objektif untuk menentukan struktur-
struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa objektif. Pembesaran berkisar antar 4 kali sampai dengan 25
kali.
Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan
pada objek yang akan difokus sehingga bila pengaturannya tepat akan
diperoleh daya pisah yang maksimal. Jika daya pisah berkurang, dua
3
benda tampak menjadi satu dan tidak lagi nampak sebagai dua benda
yang terpisah (A, B dan C).
A B C
Catatan: pembesaran kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik.
4
- Ambil lensa okuler, sementara lihatlah ke bawah melalui tabung
mikroskop, aturlah diafragma sampai ±2/3nya terbuka (pengaturan
celah diafragma untuk mengatur pencahayaan dan mningkatkan
kontras. Jika celah diafragma dibuka terlampau lebar preparat akan
sangat terang dan kontras berkurang sehingga struktur-struktur kecil
sulit dibedakan). Prosedur ini hendaknya diulang tiap kali
menggunakan lensa objektif yang berbeda pembesarannya, supaya
diperoleh daya pisah yang maksimal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
mikroskop:
1) Peganglah erat-erat lengan mikroskop dengan satu tangan, sedangkan
tangan yang lain pakailah untuk menyangga kaki mikroskop.
2) Gunakan mikroskop dengan lengannya menghadap anda.
3) Meja preparat harus tetap horizontal untuk mencegah preparat tidak
jatuh.
4) Membersihkan lensa hanya dengan kertas lensa.
5) Biasakan kedua mata anda tetap terbuka ketika mengamati preparat,
anda akan segera belajar untuk tidak perduli pada bayangan meja dan
sisi mikroskop.
6) Setelah selesai menggunakan mikroskop, putar pengatur kasar agar
terdapat jarak antara lensa objektif dengan meja mikroskop. Aturlah
cermin dalam posisi tegak, masing-masing cermin cekung dan datar
menghadap ke arah samping. Bersihkan meja mikroskop dari kotoran
dan tumpahan medium dengan menggunakan tissue.
5
Sel merupakan unit terkecil dari bagian tubuh makhluk hidup yang
mampu melaksanakan suatu fungsi. Seperti halnya makhluk hidup, sel
akan mengalami proses kelahiran, tumbuh dewasa dan akhirnya mati. Sel
yang telah mati biasanya ditandai dengan hilangnya sitoplasma dari inti
sel. Bentuk, ukuran serta struktur sel berbeda-beda. Ada sel yang
berbentuk kubus, persegi panjang, bulat dan polihedral. Ukuran sel
berkisar dari mikron sampai puluhan sentimeter. Struktur sel dapat
sederhana sampai kompleks. Yang dimaksud dengan struktur sel adalah
susunan bagian dalam sel, yaitu organel-organel serta komponen lain
yang menyusun sel.
b) Bentuk Sel
Bentuk serta ukuran sel bervariasi, mudah diamati karena
dinding sel merupakan bagian sel yang mudah diamati.
6
d) Plastida
Sel tumbuhan umumnya menganudung plastida yaitu organel
yang berhubungan dengan sintesis dan penyimpanan makanan. Pada
sel yang masih muda, plastida berukuran kecil dan tidak berwarna,
sedang pada plastida dewasa plastida menjadi besar. Pastida dapat
dilihat dengan mudah walaupun tanpa diwarnai karena kebanyakan
plastida berwarna oleh pugmennya sendiri.
Kloroplas adalah plastid yang berwarna hijau karena sebagian
besar pigmennya berwarna hijau. Pigmen hijau ini disebut klorofil
yang sangat penting dalam fotosintesis. Kecuali klorofil, kloroplas
juga mengandung pigmen-pigmen karotenoid yaitu karoten yang
berwarna jingga dan xantofil yang berwarna kuning. Tetapi karena
jumlahnya sangat sedikit maka kedua pigmen yang disebutkan
terakhir jarang tampak dalam kloroplas.
Kromoplas adalah plastid yang berwarna kuning, jingga,
merah jingga dan merah. Seringkali kloroplas dan kromoplas disebut
sebagai kromatofora. Kromoplas mengandung zat warna yang
termasuk karotenoid yaitu xantofil yang berwarna kuning (pada
bunga-bunga berwarna kuning seperti Allamanda, Thitonia, dll).
Bentuk kromoplas bermacam-macam yakni bentuk cakram, jarum
bersegi-segi, dll.
Leukoplas letaknya tersebar pada bagian tumbuhan seperti
akar dan organ lainnya yang berfungsi sebgai tempat cadangan
makanan. Leukoplas dapat mengubah glukosa menjadi pati dan pati
ini diendapkan di dalam plastida menjadi butir pati yang disebut
amiloplas. Pati tersebut diendapkan mengelilingi suatu butir awal
yang dinamakan hilus atau hilum. Lapisan pati yang diendapkan pada
waktu yang berlainan tidak selalu sama kadarnya. Hal ini
menimbulkan garis-garis yang mengelilingi hilum tersebut (lapisan
atau garis-garis itu terjadi karena perbedaan indeks refleksi cahaya).
7
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat : Mikroskop, Gelas Objek, Pinset, Gelas Penutup, Beker
Glass, Pipet Tetes, Tabung Reaksi, Scalpel, Silet/Cutter.
2. Bahan : Singkong (Manihot esculenta), Bawang Merah (Allium
cepa), Daun (Hydrilla verticilliata), Alga (Spyrogyra sp.), Umbi Wortel
(Daucus carota), Umbi Kentang (Solanum tuberosum), Alkohol, Air, Zat
Warna Safranin O, Yodium.
F. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR
Gelas objek
Mikroskop
Perbesaran 10X
Perbesaran 40X
Hasil
8
dengan pembesaran lemah (10 kali). Gambar beberapa sel yang terlihat
(perhatikan sel-sel yang berada di bawah atau di atasnya (sel-sel yang
tidak terfokus), biasanya sel ini akan ikut tampak meskipun agak kabur
tetapi sel tersebut tidak perlu digambar).
9
awetan alga Spyrogyra sp. dengan pembesaran lemah (10 kali) maka
akan ditemukan kloroplas yang berbentuk spiral. Gambar sel secara
lengkap dengan bagian-bagian sel yang dikenali.
G. HASIL PENGAMATAN
1. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)
Gambar Morfologi Gambar Anatomi
4 2 3
Sumber: id.quora.com
Sumber: gambar pribadi
10
1
3
Sumber: klikdokter.com Sumber: gambar pribadi
11
tanaman baru. Tunas ini dinamakan
tunas lateral, yang akan membentuk
cakram baru dan kemudian dapat
membentuk umbi lapis kembali (Estu,
2007).
Bunga bawang merah termasuk
bunga sempurna, terdiri dari 5-6
benang sari dan sebuah putik. Daun
bunga berwarna agak hijau bergaris
keputih-putihan atau putih. Bakal buah
duduk di atas membentuk bangunan
segitiga hingga tampak jelas seperti
kubah. Bakal buah terbentuk dari 3
daun buah (karpel) yang membentuk 3
buah ruang dengan setiap ruang
mengandung 2 bakal biji. Biji bawang
merah yang masih muda berwarna
putih. Setelah tua, biji akan berwarna
hitam (Estu, 2007).
3
4
A. Batang
1. Dinding sel
B. Daun muda (pucuk)
2. Ruang sel
C. Daun dewasa
3. Ruang antar sel
D. Umbi
4. Gelembung udara
E. Bunga jantan danbetina
F. Buah dan Irisan melintang
12
G. Umbi dan irisan melintang
Deskripsi Klasifikasi
H. PEMBAHASAN
1. Preparat : Sel Epidermis Bawang Merah (Allium cepa)
Pada percobaan sel bawang merah ini, dilakukan pengamatan
selaput bagian dalam bawang merah (Allium cepa L.) dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Alat dan bahan yang digunakan yaitu bawang
merah, mikroskop, air, silet/cutter, gelas objek, kaca penutup. Bawang
merah dipotong kemudian diambil kulit luarnya lalu dipatahkan atau
disayat untuk mendapatkan epidermisnya, epidermis yang terlihat
kemudian diambil/dijempit menggunakan pinset lalu kemudian
diletakkan pada gelas objek, diteteskan air 1-2 tetes lalu kemudian
ditutup dengan kaca penutup. Kemudian, lapisan epidermis bawang
merah diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran lemah 10
kali. Sel epidermis bawang merah yang sudah diteliti berbentuk seperti
kotak-kotak yang tersusun rapi, walau tidak kotak sempurna. Sama
seperti teori mengenai sel tumbuhan yang berbentuk kotak. Hal ini dapat
terjadi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel di luar membrannya,
sehingga dapat terlihat rapi ketika diamati menggunakan mikroskop.
Dapat dilihat bahwa warna dari sel epidermis bawang merah berwarna
keungu-unguan karena mengandung kloroplas walau tidak selalu
mengandung klorofil.
13
Pada sel bawang merah terdapat organel sel seperti sitoplasma,
dinding sel, dan nukleus. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya beberapa reaksi kimia sel. Dinding sel berfungsi sebagai
pelindung sel dan memberi bentuk pada sel. Nukleus merupakan bagian
sel yang paling mencolok di antara organel- organel di dalam sel,
berbentuk oval dan merupakan organel terbesar dalam sel. Plastidanya
berupa butir-butir yang mengandung zat warna (ungu).
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat organisme atau
benda yang tidak kasat mata atau tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.
b. Mikroskop terbagi mejadi beberapa komponen yang berfungsi antara lain;
lensa okuler, tabung lensa, pengarah kasar, pengarah halus, gagang
mikroskop, diafragma, cermin, dan kaki mikroskop.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa sel pada bawang
merah adalah sel hidup pada tumbuhan, sedangkan sel pada singkong adalah
14
sel mati. Ini dapat dibedakan dari struktur masing-masing dari sel tersebut.
Sel hidup pada bawang merah terdapat inti sel yang membuktikan bahwa sel
tersebut hidup, yang membedakan dari sel hidup tumbuhan dan hewan adalah
dinding sel. Pada sel tumbuhan terdapat dinding sel sedangkan pada sel
hewan tidka terdapat dinding sel. Sel mati pada gabus singkong ini dapat
diketahui dari pengamatan pada mikroskop. Pada sel tersebut hanya terdapat
ruang-ruang kosong yang tersusun tidak ada inti sel atau organel di dalamnya
dan hanya terdapat dinding sel yang membatasinya. Ini berati bahwa sel
gabus (empulur singkong) merupakan sel tumbuhan karena terdapat dinding
sel.
K. KETERBATASAN PRAKTIKUM
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu masalah yang
kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan praktikum.
Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa S1 Farmasi
yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan membagi
kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.
15
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian
kental dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama
sekali tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.
16
PERCOBAAN II
“Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia,
dan Etnofarmasi Tanaman Obat”
17
PERCOBAAN 2
A. JUDUL
Pembuatan Herbarium, Pembuatan dan Pemeriksaan Simplisia, dan
Etnofarmasi Tanaman Obat.
C. TUJUAN
1. Membuat herbarium kering
2. Membuat simplisia nabati
D. LANDASAN TEORI
Herbarium dapat diartikan sebagai teknik pengawetan tumbuhan baik
dalam keadaan kering maupun dalam keadaan basah yang telah dimatikan
dan diawetkan melalui metode tertentu (Lestari dan Syafruddin, 2018).
Menurut (Murni, 2015) herbarium mempunyai dua pengertian, pertama
diartikan sebagai tempat penyimpanan spesimen tumbuhan baik yang kering
maupun basah. Pengertian kedua adalah spesimen (koleksi tumbuhan), baik
koleksi basah maupun kering.
Menurut (Murni, P. 2015) herbarium kering adalah spesimen kering
yang pada umumnya telah dipres dan dikeringkan, serta ditempatkan pada
kertas (kertas mouting), diberi label berisi keterangan yang penting, lalu
diawetkan serta disimpan dengan baik ditempat penyimpanan yang telah
disediakan.
18
Menurut FI III: Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat, yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah
simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Bahan
baku simplisia diperoleh dari tanaman liar atau tanaman budidaya. Jika
simplisia diperoleh dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen, tempat tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat
dipantau.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain
berupa bahan alam yang telah dikeringkan (Mayasari, dkk. 2018).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari selnya, dikeluarkan dengan cara tertentu dan belum
berupa zat kimia murni (Wahyuni, R., Guswandi dan H. Rivai. 2014).
1. Tata nama simplisia
19
NAMA BAGIAN TANAMAN CONTOH
NO.
LATIN INDONESIA SIMPLISIA
1 Radix Akar Curicae radix
2 Rhizoma Rhizoma, Rimpang Curcumae rhizoma
3 Tuber Umbi Solanii tuber
4 Bulbus Umbi Lapis Alii sativi bulbus
5 Lignum Kayu Sappan lignum
6 Cortex Kulit Batang, Klika Cinnamomi cortex
7 Folium Daun Psidii folium
8 Flos Bunga Myristicae flos
9 Fructus Buah Bruceae fructus
10 Semen Biji Coffeae semen
11 Herba Herba, Terna Phylanthi herba
20
g) Pengawetan (untuk pembuatan herbarium), dilakukan sebelum
pengeringan simplisia, dengan cara merendam simplisia dalam alkohol
70%, atau dialiri uap panas.
3. Pemeriksaan Simplisia
Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh simplisia yang
memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI dalam buku-buku resmi seperti Materia Medika indonesia (MMI),
Farmakope Indonesia (FI), Ekstra Farmakope Indonesia (EFI).
Pemeriksaan Mutu Simplisia terdiri atas pemeriksaan:
a) Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
1) Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari
bahan/simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu
memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudkan
untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat
baku.
2) Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik paparan mengenai
bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
3) Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang
melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi
uraian mengenai :
Jaringan pada batang, akar dan rimpang terdiri dari :
- Jaringan primer (epidermis, cortekx, endodermis, caspari,
perisikel, silinder pusat dan empelur).
- Jaringan sekunder (periderm, felogen dan ritidom).
- Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan
sekunder.
Jaringan pada daun, terdiri dari :
- Tipe stomata
- Jenis rambut (rambut penutup dan rambut kelenjar)
Jaringan pada daun, batang dan akar ,terdiri dari :
21
- Tipe sel idioblas
- Tipe sel sklerenkim
4) Tetapan Fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, mikrosublimasi dan rekristalisasi.
5) Kimiawi, meliputi reaksi : warna, pengendapan, penggaraman,
logam dan kompleks.
6) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan
angka kuman, pencemaran dan percobaan terhadap hewan.
b) Analisis bahan, meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan),
kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan
standarisasi simplisia.
c) Kemurnian, meliputi kromatografi : kinerja tinggi, lapisan tipis, kolom,
kertas, dan gas untuk menentukan, senyawa atau komponen kimia
tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
F. PROSEDUR KERJA
22
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN HERBARIUM
Tumbuhan/Spesimen
Daun 10 rangkap
23
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN SIMPLISIA
Panen/Pengambilan Simplisia
Bagian tanaman : Akar, batang, daun,dll.
Waktu : Pagi hari.
Cara pengambilang: dipetik (daun,
bunga, buah), dikupas dari batang utama
dengan cara zigzag/selang-seling (kulit
batang), dicabut dari tanah (akar,
rimpang), dipotong dari cabang batang
(batang), dikelupas kulit luar dan
diambil kayu pada batang utama (kayu)
Pengeringan
Mesin
Manual: sampel bertekstru keras dan
kandungan airnya banyak ditemur di
bawah matahari langsung yang ditutup
dengan kain hitam
Samole bertekstur lunak dengan cara
diangin-anginkan pada suhu ruangan
Sortasi Kering
Pewadahan
Penyimpanan
24
1. Buat simplisia dari tanaman sesuai dengan cara pembuatan simplisia,
masukkan dalam wadah terpisah (bentuk haksel dan serbuk), dan beri
label.
2. Buat herbarium kering, lengkapi dengan etiket tempel, dan klasifikasi
tanaman.
3. Periksa organoleptik simplisia yang anda buat, meliputi pemeriksaan bau,
warna dan rasa.
4. Periksa makroskopik simplisia, meliputi bentuk tanaman utuh atau hasil
potongan/rajangan (haksel).
5. Lakukan pemeriksaan mikroskopik simplisia dengan cara :
a. Iris secara melintang bagian tanaman segar (daun, batang, akar atau
bagian yang dibuat simplisia), letakkan diatas objek, tetesi sedikit air,
gliserin atau kloralhidrat, tutup dengan dek gelas dan difiksasi. Amati
dibawah mikroskop. Gambarkan bentuk- bentuk jaringan atau sel yang
diamati.
b. Iris secara membujur daun segar untuk melihat bentuk tipe stomata, dan
rambut (rambut penutup atau rambut kelenjar) tanaman. Amati dibawah
mikroskop.
c. Letakkan serbuk simplisia diatas objek gelas, tetesi dengan kloralhidrat
kecuali amilum ditetesi air, fiksasi, tutup dengan dek gelas dan amati
dibawah mikriskop. Gambarkan bentuk fragmen yang diamati.
6. Buatlah laporan hasil pemeriksaan simplisia nabati yang anda lakukan.
25
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Stachytarpheta
Spesies: S. jamaicensis
Morfologi
Pecut kuda merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan
tinggi 60 – 90 cm. Batang pecut kuda lunak, agak berkayu terutama
pada bagian pangkal, berwarna hijau kehitaman, seringkali dilapisi
semacam serbuk yang menimbulkan kilau kebiruan. Daun pecut
kuda letaknya berhadapan, berbentuk bulat telur, tepi bergerigi, ruas
daun menyirip, panjang daun 4 – 11 cm, lebar daun 2 – 4,5 cm,
tangkai daun pendek, dan permukaannya halus. Bunga pecut kuda
berwarna kebiruan dengan leher bunga berwarna putih, panjang
penampung bunga sekitar 10 mm, dan panjang cuping bunga sekitar
3 mm, tersusun dalam malai berbentuk seperti pecut.
Kandungan Kimia
Ekstrak daun pecut kuda mengandung senyawa saponin, tanin, dan
flavonoid. Air hasil destilasi daun pecut kuda mengandung senyawa
fenol, tanin, alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, dan glikosida.
26
PEMBAHASAN
Pembuatan Herbarium
27
dengan koran dan dilapisi lagi dengan kardus (triplek), setelah itu kemudian
dilakukan pressing dengan menggunakan sasak bambu dan diikat dengan
kencang agar tidak mudah goyah yang menyebabpkan tanaman herbarium
rusak. Setelah proses pengawetan herbarium dan herbarium dinyatak berhasil,
tahap selanjutnya yaitu penulisan pemindahan herbarium pada bingkai lalu
kemudian ditulis keterangan terkait dengan klasifikasi, khasiat dan habitat
dari tumbuhan.
28
H. KESMPULAN
Pembuatan herbarium perlu memperhatikan prosedur yang baik dan
benar, baik prosedur pengambilan bahan baku mapun prosedur dalam proses
pengawetan tanaman. Selain itu, proses pengambilan tanaman juga harus
diperhatikan agar supaya tanaman tidak rusak dan habitannya pun akan
tetap terjaga.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Bahan baku simplisia
diperoleh dari tanaman liar atau tanaman budidaya. Jika simplisia diperoleh
dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, tempat
tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau.
Cara pembuatan simplisia yaitu pengambilan sampel, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, perajangan,
pengawetan, pengepakan dan penyimpanan.
29
4. Dalam proses pembuatan simplisia, kegagalan sering kali disebabkan
karena beberapa faktor, yaitu proses perajangan yang kurang tepat
disebabkan beberapa jenis tumbuhan simplisia yang mengandung minyak
atsiri memerlukan teknik khusus. Kemudian, proses pengeringan yang
kurang tepat juga menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan yang
mungkin terjadi selama proses pembuatan simplisia.
J. KETERBATASAN PRAKTIKUM
Keterbatasan waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Botani
dan Farmakognosi menjadi salah satu kendala yang dialami oleh praktikan,
sehingga proses untuk mencari dan menemukan kemudian menganalisa
tumbuh-tumbuhan yang akan diawetkan dan dijadikan simplisia tidak
berjalan dengan maksimal. Selain itu, koordinasi yang kurang juga menjadi
satu keterbatasan yang menyebabkan miskomunikasi antara dosen pengampu
dengan asdos dan antara asdos dengan praktikan sehingga segala informasi
terkait praktikum pengambilan sampel bahan alam sebagai herbarium dan
simplisia tidak tersampaikan dengan cukup baik.
30
PERCOBAAN III
“Pembuatan Ekstrak”
31
PERCOBAAN 3
A. JUDUL
Pembuatan Ekstrak
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan teknik
maserasi dan lain-lain.
C. LANDASAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh
dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan
menggunakan medium pengekstrasi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstraksi
dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah
pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micelle ini
dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinctura
atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi
ekstrak kering. Adapun Metode Ekstraksi adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi dengan Pelarut
- Cara dingin => Maserasi dan Perkolasi
- Cara panas => Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok
2. Destilasi
- Destilasi air & uap
3. Ekstraksi dengan cara lain
Pengambilan flavonoid dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan
ekstraksi. Selama proses ekstraksi, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut.
32
Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat
aktif secara pengadukan dan penyaringan. Metode maserasi digunakan untuk
membuat ekstrak tumbuhan. Cairan pelarut masuk ke dalam sel menciptakan
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan
konsentrasi rendah berada di dalam sel sedangkan larutan konsentrasi tinggi
terdesak keluar sel. Kelebihan dari metode maserasi adalah biayanya yang
murah, mudah untuk dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak
senyawa flavonoid.
Ekstrak kasar pelarut metanol, etanol, air, dan aseton daun alpukat
diambil 1 g ditambahkan pelarut campuran klorofom: aquades sebanyak 1 ml
dengan perbandingan 1:1 dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dibiarkan
sejenak hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan air yang berada diatas
digunakan untuk pemeriksaan flavonoid. Lapisan air diambil sedikit
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan sedikit bubuk
logam Mg serta beberapa tetes asam klorida (HCl) pekat. Reaksi positif
ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning – orange.
Sebanyak 1 ml sampel dicampur dengan 4 ml akuades dan 0,3 ml
larutan NaNO2 (10%). Setelah 5 menit, ditambahkan 0,3 ml larutan AlCl3
(10%), diikuti oleh 2 ml larutan NaOH (1%), lalu langsung diuji dengan
spektrofotometer. Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 510
nm. Kurva standar kuersetin disiapkan (0-12 mg / ml). Konsentrasi flavonoid
dalam sampel uji dihitung dari standar kalibrasi dan dinyatakan sebagai
ekuivalen kuersetin dalam mg / g sampel.
33
2. Bahan : Bahan yang digunakan dalam metode ini adalah daun
dengan kriteria warna yang berwarna hijau muda. Daun muda diambil
dari pucuk daun hingga 3 - 5 daun dibawah pucuk, daun Pandan Wangi,
daun Salam, dan Batang serai. Bahan kimia yang digunakan antara lain:
metanol 90%, etanol 90%, aquades, aseton 90 %, serbuk Mg, HCl pekat,
NaNO2 5%, AlCl3 10%, NaOH 4%, asam galat, DPPH.
E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN EKSTRAK
Blender
Pengayakan
Dengan kertas saring/kain flenel
Penimbangan serbuk simplisia
Penyaringan
Saring 2-3 kali
Ekstrak daun sirih hutan
34
CARA I
Persiapan sampel
Persiapan sampel meliputi persiapan bahan, pengecilan ukuran dari
bahan. Bahan yang akan diekstrak dicuci hingga bersih kemudian dilakukan
pengecilan ukuran, daun salam, daun alpukat, batang sereh, daun pandan diris
tipis (lihat gambar dibawah ini) dan selanjutnya diangin-anginkan selama 2
jam.
35
CARA II
1. Timbang serbuk daun sebanyak 1 kg
2. Masukkan ke dalam bejana maserasi (toples kaca)
3. Tambahkan air dengan perbandingan serbuk daun sdan Air 1:4
4. Tutup toples dan biarkan selama 2 hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya
5. (toples ditutup dengan aluminium foil) sambil berulang-ulang diaduk
6. Ambil filtratnya, ampas diperas dengan menggunakan kain flannel
7. Ampas nya lakukan remaserasi
8. Semua sari yang diperoleh dikumpulkan dan uapkan hingga diperoleh
ekstrak kental 8. Hitung rendemen ekstrak.
36
Setelah 48 jam kemudian sampel hasil maserasi di saring dengan
kain flanel dan kertas whattman. Hasil saringan sampel kemudian diambil
ekstrak kentalnya dengan cara di evaporasi dengan menggunakan rotary
vacum avaporator. Namun karena alat evaporatornya belum tersedia
maka dilakukan metode lain yaitu metode penguapan dengan
menggunakan waterbath untuk mendapatkan ekstrak kental. Setelah
proses penguapan didapatkan ekstrak kental 90 ml dari 53 gram sampel
yang di encerkan dengan 240 ml etanol. Residu dari hasil maserasi
dilakukan remaserasi
2. Pembahasan
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku
yang ditetapkan.
Ekstrak adalah zat yang dihasilkan dari ekstrak bahan mentah
secara kimiawi. Senyawa kimia yang diekstrak meliputi senyawa
aromatik, minyak atsiri, ester, dan sebagainya yang kemudian menjadi
bahan baku proses industri atau digunakan secara langsung oleh
masyarakat. Contohnya, bahan baku yang umumnya diekstrak yaitu daun
37
mint, batang kayu pinus (ekstrak resin), kayu manis, jahe, lemon, jeruk,
vanilla dan cengkeh.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material
lainnya. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari
tiga langkah dasar yaitu :
1. penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel, biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut
membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampe
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan
penyari tertentu.
Maserasi adalah suatu metode ekstaksi yang di gunakan untuk
mengekstrak atau memisahkan zat kimia dengan menggunakan pelarut
tertentu.
Evaporasi adalah suatu metode untuk mendapatkan ekstrak kental
dengan menggunakan alat evaporator.
K. KESMPULAN
Pembuatan ekstrak kental daun sirih hutan dilakukan dengan
melarutkan 53 gram sampel serbuk simplisia dengan pelarut etanol sebanyak
240 ml (pebandingan 1:4) menghasilkan ±90 ml ekstrak kental daun sirih
hutan.
Proses untuk memperoleh ekstrak kental dilakukan dengan teknik
maserasi. Maserasi adalah teknik paling sederhana dalam proses pemisahan
pelarut dengan ekstrak. Pada proses maserasi, alat yang digunakan untuk
melakukan ekstraksi adalah rotary vacum evaporator, namun karena
keterbatasan peralatan laboratorium maka proses yang dilakukan untuk
38
memperoleh ekstrak kental daun sirih hutan adalah dengan teknik penguapan
menggunakan waterbath.
Teknik penguapan menggunakan waterbath memerlukan proses yang
cukup lama dikarenakan larutan yang diuapkan harus dilakukan pengadukan
secara manual dan terus menerus untuk memastikan proses penguapan
kandungan alkohol pada larutan tersebut berjalan dengan baik. Setelah proses
pengauapan dilakukan, maka proses selanjutnya yang dilakukan adalah
identifikasi kandungan senyawa yang ada pada ekstrak kental daun sirih
hutan.
G. KETERBATASAN
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu masalah yang
kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan praktikum.
Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa S1 Farmasi
yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan membagi
kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses
39
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian kental
dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama sekali
tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.
40
PERCOBAAN IV
“Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopi”
41
PERCOBAAN 4
A. JUDUL
Identifikasi Amilum Secara Kimiawi dan Mikroskopi
B. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui
dan dapat membedakan macam-macam amilum yang umum digunakan dalam
sediaan farmasi.
C. LANDASAN TEORI
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat di alam,
sebagian besar terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum
dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara
dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan
cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit
batang, akar tanaman menahun, dan umbi.
Dalam dunia farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun
dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi
yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur.
Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum
terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai
emolien dan sebagai basis untuk supositoria.
Jika ditinjau dari struktur anatominya, pada butir amilum tampak
adanya lapisan mengelilingi hilus, yang disebut lamela. Apabila hilum
terletak di pinggir, disebut amilum eksentris. Lapisan dalam amilum (lamela)
terbentuk karena pemadatan molekul dan perbedaan kadar air pada awal
pertumbuhan tiap lapisan. Jumlah lamela pada amilum seleria terkait dengan
jumlah hari selama pertumbuhan amilum. Butir amilum jika dilihat dengan
mikroskop cahaya terpolarisasi tampak terang. Posisi hilus, bentuk dan
ukuran butir, maupun penampilannya sebagai amilum tunggal atau amilum
42
majemuk memungkinkan untuk mengenali spesies tumbuhan dengan melihat
tepungnya.
E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PROSES IDENTIFIKASI AMILUM
SAMPEL
BLENDER/PARUT/HALUSKAN
SARING
Untuk sampel beras dn
jagung
ENDAP TUANG
ENDAPAN – ETANOL
OVEN
43
terjadi saat dipanaskan dan didinginkan untuk masingmasing jenis amilum
yang diperiksa, lalu bandingkan hasilnya dengan literature yang tersedia.
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi
Ambil sedikit amilum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek,
tetesi dengan sedikit air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Analisis bentuk
amilum dari masing-masing spesies tanaman.
3. Gambarlah hasil pengamatan yang anda peroleh pada laporan sementara.
Tunjukkan bagian- bagian amilum hasil pengamatan anda, dan sebutkan
nama amilum yang anda periksa.
4. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing amilum
yang anda periksa.
1. Amilum jagung
44
Pati jagung diambil 2% dari 2 gram total pati jagung yang di
dapatkan kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu
dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes
larutan iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna
biru keruh. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.
2. Amilum Beras
Pati beras diambil 2% dari 2 gram total pati beras yang di dapatkan
kemudian di larutkan dengan 100 ml aquadest, lalu dipanaskan
hingga mendidih, lalu didinginkan selanjutnya amilum dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes larutan
iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna biru
keunguan. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.
45
3. Amilum Gandum
4. Amilum Singkong
46
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di reaksikan dengan 3 tetes
larutan iodium dan didapatkan perubahan warna menjadi warna
biru keruh. Lalu di bandingkan dengan literatur yang tersedia di
laboratorium.
b. Pemeriksaan amilum dengan mikroskop
Tabel hasil uji amilum dengan mikroskop
Jenis amilum Gambar mikroskopi
Amilum singkong
Amilum jagung
Amilum beras
Amilum gandum
47
1. Amilum Singkong
Amilum singkong diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.
2. Amilum Jagung
Amilum jagung diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.
3. Amilum Beras
Amilum beras diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.
4. Amilum Gandum
Amilum gandum diambil sedikit (secukupnya) kemudian
diletakkan pada gelas objek di tetesi 1-2 tetes air kemudian di amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat hingga
di dapatkan hasil seperti pada gambar di tabel.
G. KESIMPULAN
Proses pengamatan amilum dilakukan dengan membuat pati dari
umbi kentang dan singkong. Umbi kentang dan singkong selanjutnya
dikupas dan dicuci bersih, kemudian dihaluskan dengan cara diparut.
Hasil parutan kemudian diperas dan dilakukan penyaringan hingga
menghasilkan cairan. Cairan dari perasan umbi kentang dan singkong
lalu didiamkan beberapa saat untuk memperoleh endapan, dan endapan
tersebutlah yang akan diuji mikroskopik.
48
Proses pembuatan pati amilum dari umbi kentang dan singkong
49
H. KEMUNGKINAN KESALAHAN DALAM PRAKTIKUM
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi selama proses identifikasi
senyawa amilum secara kimiawi dan mikroskopik yang mungkinan dapat
menimbulkan kegagalan adalah:
1. Keterbatasan peralatan (mikroskop) memungkinkan pengamatan
amilum tidak berjalan dengan baik, sebab dari sekian jumlah
mikroskop yang tersedia di laboratorium hanya beberapa mikroskop
yang berfungsi dengan baik.
2. Kemampuan praktikan dalam menggunakan mikroskop dengan baik
dan benar juga menjadi satu kendala yang menyebabkan
pengamatan amilum secara mikroskopik tidak maksimal.
3. Kegagalan juga sering kali disebabkan ketika dalam proses
penanganas larutan amilum dengan menggunakan tabung reaksi.
Seringkali penanganas larutan amilum mengalami over heating
yang menyebabkan larutan meluap kemudian tumpah dan hanya
menyisakan beberapa tetes amilum pada tabung reaksi.
I. KETERBATASAN
Ruang dan fasilitas pralatan laboratorium menjadi satu keterbatasan
yang kami para praktikan temukan ketika dalam proses menjalankan
praktikum. Kondisi ruangan tidak sebanding dengan banyaknya mahasiswa
S1 Farmasi yang berpraktikum, oleh sebab itu praktikum disiasati dengan
membagi kelompok dan masuk ke ruangan dengan cara bergiliran.
Peralatan yang kami temukan di dalam laboratorium masih jauh dari
kata layak untuk dapat menghasilkan lulusan S1 Farmasi terbaik. Beberapa
alat yang kami temukan, seperti mikroskop; dari sekian jumlah mikroskop
yang tersedia hanya satu mikroskop yang tergolong layak untuk digunakan.
Selain itu, kelengkapan peralatan untuk melakukan maserasi (proses
memisahkan zat pelarut dan terlarut untuk menghasilkan ekstrak sedian kental
dari tanaman obat) seperti alat Rotary Vacum Evaporator pun sama sekali
50
tidak ada, yang tersedia hanya alat penguapan larutan sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dengan hasil yang sangat minim.
Pada proses penanganas larutan amilum yang seharusnya menggunakan
lampu spiritus pun tidak dapat terlaksana dikarenakan tidak adanya alat
penangas (lampu spiritus). Oleh karena itu, akibat keterbatasan peralatan
maka penganas larutan amilum disiasati dengan masing-masing kelompok
untuk membawa kompor dan peralatan seadanya.
51
PERCOBAAN V
“Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A”
52
PERCOBAAN 5
A. JUDUL
Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A.
B. TUJUAN
Menentukan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia
dengan melakukan identifikasi kandungan kimia menggunakan pereaksi
tertentu.
C. LANDASAN TEORI
Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan
obat alami dari tumbuhan.Mengetahui kandungan senyawa apa saja yang
terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga penting dalam
pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan.
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk
menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif
yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal.
53
barfoed, asam sulfat, benzene, ammonia 10%, hexan, petroleum eter,
NaSO4 anhidrat, Pereaksi liberman – bouchardat, Pereaksi salkwowski,
mayer, bouchardat, air.
E. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALIR PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
NaCl 0,585 gr
Aquades secukupnya
Dilarutkan
Aquades
Dihomogenkan
HASIL
54
PEMBUATAN 100 ML LARUTAN HCl 100 ppm
HCl 10 mg
Dilarutkan
dihomogenisasi
a) Lignin
Basahi irisan taau serbuk dengan larutan floroglusin P, amati
dalam asam klorida P, dinding sel berwarna merah.
b) Suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin.
55
Serbuk atau irisan diletkakan diatas kaca objek, tambahkan
beberapa tetes sudan III LP, bahan dapat dijernihkan dengan
Kloralhidrat LP, kecuali bahan yang mengandung minyak atsiri.
Biarkan selama 30 menit – 48 jam dalam bejana tetutup yang
didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90% P. Bagian yang
mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan
resin berwarna jingga. Uji adanya sterol dengan reaksi Liebermann
Burchard : sepuluh tetes minyak lemak atau 0,5 gram adeps lanae
dilarutkan dalam 5 ml kloroform, tambahkan asam cuka anhidrat 1
mL dan asam sulfat pekat 2 tetes dengan hati-hati. Campur dan amati
warna yang terjadi ! reaksi positif bila terjadi warna hijau zamrud.
e) Selulosa
Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium,
memberikan warna ungu merah.
f) Tanin (pirogalol)
Katekol
- Sampel ditambahkan larutan Brom, akan membentuk endapan.
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, menghasilkan warna
hijau.
Pirogalotanin
56
- Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, menghasilkan warna
biru.
- Sampel dibasahi dengan larutan Brom, tidak terjadi
endapan.serbuk ditambahkan dengan NaOH, jika mengandung
tanin akan menghasilkan warna merah coklat.
g) Dioksiantrakinon bebas
Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida
etanol LP, terbentuk warna merah.
h) Fenol
Mikrosublimasi dilakukan dengan cara serbuk dalam vial
dilarutkan dengan air, dan ditutup dengan objek gelas dan diatas objek
gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublin.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP,
terjadi warna biru.
- Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobenzensulfonat LP,
terjadi warna biru.
- Ekstrak metanol ditambahkan:
Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu biru
Pereaksi milon, terbentuk warna merah ungu
Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil.
i) Saponin
Masukkan 0,5 g serbuk dalam tabung rekasi, tambahkan 10 ml
air panas, dinginkan, kemudian kocok kuat selama 10 detik, terbentuk
buih yang mantap selama ± 10 menit setinggi 1-10 cm, dan pada
penammbahan 1 tetes asam hidroklorida 2 N, buih tidak hilang.
j) Flavanoid
Sebanyak 0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml metanol selama
10 menit di atas penangas air, dicegah agar pelarut tidak banyak
57
menguap, saring selagi pelarut masih panas dengan menggunakan
kertas saring. Encerkan filtrat dengan 10 ml air dan dipindah ke
corong pisah, tambahkan 5 ml petroleum eter, kocok hati-hati. Setelah
didiamkan beberapa saat, pisahkan fase metanol. Uapkan fase
metanol hingga kering, dan residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 ml
etanol 95% P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 ml asam
klorida P, jika terjadi warna merah jingga – merah ungu berarti ada
flavanoid, dan jika kuning jingga terdapat flavon, kalkon dan auron.
k) Karbohidrat
Serbuk dilarutkan dengan air, larutan serbuk simplisia
disentrifugasi, filtrat dibagi 3:
- Filtrat I ditambahkan molish, alfa naftol, dan HCL 20% terbentuk
cincin ungu.
- Filtrat II ditambahkan larutan luff dan NaOH, akan terbentuk
warna merah setelah dipanaskan.
- Filtrat III ditambahkan larutan barfoed dan NaOH berwarba merah
jika dipanaskan.
Dapat pula menggunakan ekstrak etanol – air 2 mL dalam
cawan porselen, diuapkan, ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat P,
diamkan selama 4 menit, tambahkan pereaksi molish, akan terbentuk
warna merah.
58
- Larutan ammonia encer 3,5%, lalu dikocok, terjadi warna merah
lembayung.
m) Glikosida Antrakinon
Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat
encer P, didihkan sebentar, dinginkan, tambahkan 10 ml benzene P,
kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzene saring, filtrat berwarna
kuning, menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan benzene
dengan 1-2 ml NaOH LP, diamkan, lapisan air berwarna merah
intensif, dan lapisan benzene tidak berwarna.
59
Identifikasi Terpenoid (Lihat: cincin kecoklatan) dan Identifikasi
Steroid (Lihat: cincin biru kehijauan)
Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan HCl 2 N sebanyak 3 tetes
Ditetesi dengan asam sulfat sebanyak 1 tetes
Gojog perlahan lalu diamati
Identifikasi Tanin (Lihat: warna biru/biru kehitaman/biru
kehijauan)
Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan FeCl, diamati
2. PEMBAHASAN
Proses identifikasi kandungan senyawa pada simplisia daun pecut
kuda diawali dengan melakukan pengayakan terhadap simplisia yang
telak dihaluskan dengan cara diblender. Pengayakan dilakukan untuk
memastikan bahwa serbuk simplisia yang akan dimaserasi telah benar-
benar halus sehingga proses maserasi berjalan dengan lancar.
60
diayak. Penimbangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perbandingan larutan yang akan dipergunakan untuk melarutkan serbuk
simplisia.
61
antara serbuk simplisia dan pelarut etanol tercampur. Setelah itu, media
pelarut (toples kaca) dibungkus dengan almunium foil dengan tujuan agar
maserasi simplisia daun sirih tidak terkena sinar matahari langsung.
Setelah semua proses terlaksana, medium simplisia yang telah dilarutkan
kemudian disimpan pada ruangan yang terlingdungi dari sinar matahari
langsung. Penyimpanan simplisia yang telah dilarutkan disimpan selama
24 dengan tetap dilakukan pengadukan 3-4 kali sehari.
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah memisahkan zat pelarut
dengan larutan simplisia daun sirih hutan. Pertama, dilakukan
penyaringan dengan menggunanakan kertas saring dan kain flannel.
Proses penyaringan dilakukan selama 3 kali untuk memastikan tidak ada
residu yang terdapat pada cairan ekstrak daun sirih hutan. Setelah
didapatkan larutan ekstrak simplisia, kemudian dilakukan proses
penguapan untuk memisahkan kandungan alkohol dengan senyawa yang
terdapat pada ekstrak daun sirih hutan.
Untuk mendapatkan ekstrak kental dari proses maserasi daun sirih
hutan, hal yang seharusnya dilakukan adalah dengan melakukan
evaporasi dengan mesin Rotary Vacum Evaporator sehingga proses
untuk memperoleh ekstrak kental dari ekstraksi daun sirih hutan tersebut
dapat dilakukan.
62
Rotary Vacum Evaporator memiliki prinsip kerja yang sama
dengan destilasi yaitu pemisahan akan tetapi rotary evaporator bekerja
dengan menurunkan tekanan sampel dan memutar sampel (rotary)
dengan kecepatan kostan untuk mempercepat proses pemisahan. Sampel
akan dimasukkan dalam labu alas bulat kemudian dipanaskan pada suhu
tertentu hingga pelarut menguap. Uap yang terbentuk akan didinginkan
pada bagian kondensor pada alat untuk dikondensasi menjadi bentuk
cairan kembali.
Keterbatasan alat praktikum (rotary vacum evaporator)
menyebabkan proses pemisahan tidak berjalan dengan lancar, karena
untuk memisahkan alkohol yang terkandung hanya menggunakan mesin
penguap (waterbath).
63
Diamkan sebentar dan amati kembali buihnya.
Pada proses uji kandungan saponin pada simplisia daun pecut, pada
gambar tidak terlihat adanya buih sebagai indikasi yang membuktikan
adanya senyawa saponin.
64
Setelah dilakukan pengujuin dengan meneteskan larutan HCl 2 N sebanyak 3
tetes dan asam sulfat sebanyak 3 tetes kemudian digojok dan didiamkan beberapa
saat, tidak terlihat perubahan apapun pada larutan. Hal ini mengindikasikan
bahwa, selain tidak terdapanya senyawa tanin, senyawa terpenoid juga tidak
terdapat pada daun pecut kuda.
Identifikasi Tanin (Lihat: warna biru/biru kehitaman/biru
kehijauan)
Diambil larutan stok sebanyak 5 ml
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan FeCl, diamati
Pada gambar dapat dilihat bahwa simplisia daun pecut kuda tidak
memliki kandungan tanin dengan, hal tersebut dapat dipastikan pada
larutan setelah diteteskan larutan FeCl pada larutan stock 5 ml tidak
mengalami perubahan apapun.
G. Kesimpulan
Dari uji coba yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
simplisia daun pecut kuda tidak memiliki kandungan senyawa saponin, tanin,
dan terpenoid yang terdapat pada daun. Hal ini dibuktikan bahwa tidak terjadi
perubahan pada proses uji coba pada tabung reaksi. Namun demikian, perlu
dilakukan uji lebih jauh lagi bukan hanya pada daun, melainkan pada batang,
akar dan bunga juga perlu untuk diteliti lebih lanjut.
65
DAFTAR ISI
66