Oleh:
TUTUT SELAMET
JASMANI
YATI NURANISA
RESMA SEFTIYANA
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Farmakognosi,
dengan judul: “Simplisia dan factor-faktor yang mempengaruhi kualitas mutu”.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1. Pengertian Simplisia .......................................................................... 4
2.1.1. Jenis-jenis Simplisia............................................................... 4
2.1.2. Tata Cara Pembuatan Simplisia ............................................. 5
2.2. Ekstrak dan Ekstraksi ......................................................................... 7
2.2.1. Pengertian Ekstrak dan Ekstraksi........................................... 7
2.2.2. Macam-macam Ekstraksi ....................................................... 8
2.2.3. Macam-macam Ekstrak ......................................................... 8
2.2.4. Metode Ekstraksi ................................................................... 8
2.3. Metode dan Parameter Standarisasi Simplisia ................................... 12
2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Simplisia ................................... 15
2.3.1. Bahan Baku dan Penyimpanannya......................................... 15
2.3.2. Proses Pembuatan Simplisia .................................................. 16
2.3.3. Cara Pengepakan dan Penyimpanan ...................................... 17
2.3.4. Cara pengambilan Simplisia .................................................. 17
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 20
3.2. Saran .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang tidak dikeringkan.
Simplisia terbagi menjadi 3 jenis yakni, simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia mineral (pelikan).
Simplisia memiliki banyak keunggulan, antara lain efek sampingnya
relatif lebih kecil daripada obat-obatan kimia karena berasal dari alam,
adanya komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas
pengobatan, dan lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan degenaratif.
Meskipun begitu, obat tradisional ini memiliki kekurangan yaitu, memiliki
efek farmakologis yang lemah, bahan baku belum terstandar, dan belum
dilakukan uji klinik serta mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Jika
ingin menggunakan simplisia sebagai obat tradisional, sebaiknya
menggunakan simplisia dari kelompok obat fitofarmaka, yang telah teruji
khasiat dan keamanannya, teruji secara klinis, bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, serta memenuhi indikasi medis.
Tahap awal pembuatan simplisia adalah tahap penanganan pasca panen
yang harus penuh dengan ketelitian yakni, dimulai dari penyiapan alat dan
bahan, pengumpulan bahan yang akan digunakan sebagai bahan baku
simplisia, penyortasian basah (pemisahan dan pembuangan bahan organik
asing atau tumbuhan lain yang terikut).
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan
analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kuantitatif. Pengujian
mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan
dengan menggunakan mikroskopik yang derajat pembesarannya disesuaikan
dengan keperluan. Simplisia yang dapat diuji berupa sayatan melintang,
radial, paradermal, membujur ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan
1
diketahui jenis simplisia berdasarkan pragmen pragenal spesifik masing-
masing simplisia.
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
1. Kadar air, tidak lebih dari 10%
2. Angka lempeng total, tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamir, tidak lebih dari 10
4. Mikroba pathogen: negative
5. Aflatoksin, tidak lebih dari 30 bpj.
Pada pembuatan bahan dasar obat haruslah dilakukan beberapa uji
coba. Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra
manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan,
kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah ada
contoh yang diuji yaitu benda perangsang, ada penulis sebagai pemroses
respon, ada pernyataan respon yang jujur respon yang spontan, tanpa
penalaran, imaginasi, ilusi atau meniru orang lain, asosiasi. Tujuan uji
organoleptik adalah untuk:
1. Pengembangan produk dan perluasan pasar.
2. Pengawasan mutu, bahan mentah, dan komoditas
3. Perbaikan produk
4. Membandingkan produk sendiri dengan peroduk pesaing
5. Evaluasi penggunaan bahan, formulsai, dan peralatan baru.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis sebelumnya, maka
penulis merumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1. Bagaimanakah definisi simplisia?
2. Apa saja jenis-jenis dan bagaimana tata cara pembuatan simplisia?
3. Apa saja perbedaan antara Ekstrak dan Ekstraksi?
4. Bagaimanakan metode ekstraksi?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi kualitas simplisia?
2
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ikan (Oleum ieconis asselli) dan madu (Mei depuratum)
(Gunawan, 2010)
2.1.1.5. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan
mata air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor, maka jimlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia data berambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
5
mikroba (Gunawan, 2010). Bahan simplisia yang
mengandung zat mudah larut dalam air yang mengalir,
pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin (Melinda, 2014).
2.1.1.6. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan
untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan
maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat khasiat yang
mudah menguap, sehingga komposisi, bau, rasa yang
diinginkan (Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan
dengan pisau, dengan alat mesin perajangan khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran
yang dikehendaki (Gunawan, 2010).
2.1.1.7. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan
sebagai berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak
mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan
lebih lanjut kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
(Gunawan, 2010).
6
udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu
yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 60 0C,
tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhun serendah mungkin,
misalnya 300C sampai 450C. teradapat du acara pengeringan
yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung
atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan
dengan menggunakan instruen (Melinda, 2014).
2.1.1.9. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar
tidak saling bercampur antar simplisia satu dengan lainnya
(Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang akan diginakan
sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak
bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi
bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga,
penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan
uap air (Melinda, 2014).
7
2.2. Ekstrak dan Ekstraksi
2.2.1. Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk (Depkes RI, 2008, disitasi oleh Anggraini, 2017).
Berdasarkan literatur lain, ekstrak adalah sediaan kental yang
diperoleh dngan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang terisi
diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Istiqomah, 2013).
8
2. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin
dan dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
1. Cara dingin
Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses
ekstraksi total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya
kerusakan pada secyawa termolabil yang terdapat pada sampel.
Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi cara
dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki
keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan
(Istiqomah, 2013).
a. Maserasi
9
juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut
pada suhu kamar (270C). ekstraksi secara maserasi
dilakukan pada suhu kamar (270C), sehingga tidak
menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas
(Fadhilaturrahmi, 2015).
b. Perkolasi
2. Cara panas
a. Refluks
10
literatur lain, ekstraksi refluks merupakan metode
ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut,
selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor) (Bambang, 2010). Cairan
penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan
denga pendinginan tegak dan akan Kembali menyari zat
aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
(Fadhilaturrahmi, 2015).
b. Sokletasi
11
maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah
yang menghasilkan ekstrak yang baik (Fadhilaturrahmi,
2015).
c. Digesti
d. Infusa
e. Dekokta
12
prosedur, dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait
paradigma mutu kefarmasian. Mutu dalam arti memenuhi syarat standar
(kimia, biologi, farmasi), termasuk jaminan stabilitas sebagai produk
kefarmasian umumnya. Selain itu, standarisasi juga berarti proses juga
berarti proses yang menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak, atau
produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan
ditetapkan terlebih dahulu.
13
bertujuan sebagai pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.
2. Bobot jenis, adalah masa per satuan volume pada suhu kamar tertentu
(25oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya.
Parameter ini bertujuan untuk memberikan batasan tentang besarnya
masa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair
sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang.
14
5. Sisa pelarut, dilakukan dengan menentukan kandungan sisa pelarut
tertentu yang memang ditambahkan yang secara umum dengan
kromatografi gas. Parameter ini bertujuan untuk memberikan jaminan
bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang
seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan
jumlah pelarut (alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
15
tanaman-tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi
simplisia.
16
memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari
pencemaran racun serangga, kuman pathogen, logam berat, dan
lain-lain.
1. Kulit batang
Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
Panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung
minyak atsiri atau golongan senyawa fenol digunakan alat
pengelupas bukan logam.
2. Batang
Dari cabang, dipotong-potong dengan panjang tertentu dan
dengan diameter cabang tertentu.
17
3. Kayu
Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut
(disugu) setelah dikelupas kulitnya.
4. Daun
Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu
persatu.
5. Bunga
Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun
bunga, dipetik dengan tangan.
6. Pucuk
Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung
daun muda dan bunga).
7. Akar
Dari bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan
ukuran tertentu.
8. Rimpang
Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan
ketebalan tertentu.
9. Buah
Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.
10. Biji
Buah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas
menggunakan tangan, pisau, atau menggilas, biji dikupas dan
dicuci.
12. Bulbus
Tanaman dicabut bulbus dipisah dari daun dan akar
18
dengan memotongnya, dicuci.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalai pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Melinda, 2014).
20
(Istiqomah, 2013).
3.2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah kelompok
ini meskipun penulisan makalah ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
makalah kelompok kami, karena kami manusia yang merupakan tempat salah
dan dosa; dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga
butuh saran/ kritikan agar dapat kami jadikan motovasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Farmakognosi Ibu Apt.
Almahera, S.Farm., M.Farm. yang telah memberi kami tugas kelompok demi
kebaikan diri kami sendiri serta kebaikan untuk bangsa dan negara.
21
DAFTAR PUSTAKA
22