Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : Ns. Tuti Anggarawati M.Kep

disusun Oleh :

EKA TRISTYANA

(20101440119041)

Disusun Oleh :

Nama : Gandung Prasetyo

Nim : 20101440120044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TA 2021/2022
1. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap kali bernafas (Wartonah Tarwanto,
2006). Oksigen merupakan kebutuhan paling vital dalam kehidupan manusia.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar. Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Andarmoyo,
sulistyo, 2012).
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanul dan masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan
lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen
yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan
kerja jantung (Perry P. 2006).

2. ANATOMI PERNAFASAN
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian
dalamnya dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari
nostril pada bagian depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring
bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum
nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartigo, biasanya
membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapisi oleh
membran mukosa. Dinding Lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh
maksila, palatum dan os sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi
hidung) merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut
tertutup oleh membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang
kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus tersebut
ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke
dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam
langit-langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan
yamg dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah
atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid
dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring
sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat
khusus pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang
otak, artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae
servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V.
Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos,
mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah
kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan
yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung
di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-
partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah
untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan
fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni
menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara
alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). ( Syafudin, 2011)

3. FISIOLOGI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan fisiologis,
yaitu:
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3)  Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO²
dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Luasnya permukaan paru-paru.
b)  Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d)   Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB
c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2)  Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami
gangguan oksigenasi, sebagai berikut:
1. Gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi
vaskular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan
perifer.
2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
3. Faktor perkembangan.
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
2. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu,
selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-
faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak factor
resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-
obatan.
4. Perilaku atau gaya hidup
5. Faktor Fisiologis:
a. Anemia, Mennurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
b. Racun, Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
c. Obstruksi jalan napas, Mengurangi udara yang masuk dan menuju Alveoli
6. Faktor Lingkungan

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda gejala pada pasien yang mengalami gangguan oksigenasi adalah:
a. Suara nafas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernafasan
c. Batuk disertai dahak
d. Penggunaan otot tambahan pernafasan
e. Dyspnea
f. Penurunan halauan urine
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takhipnea

6. PATOFISIOLOGI
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain
ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung,
sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat
terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah
miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu,
perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme
seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
7. PATHWAY

Sistem Pernafasan

Penyempitan bronkus/alveoli Ekspansi paru Gangguan pengembangan paru


(atelektasis) kolaps alveoli
Akumulasi sekret berlebih Sesak nafas
Ventilasi dan perfusi tidak seimbang
Bersihan jalan nafas Pola nafas
tidak efektif tidak efektif
Hipoksemia, hiperkapnia

Insufisiensi oksigenasi CO2 menurun, O2 menurun

Gangguan metabolisme O2 Gangguan pertukaran gas

Energi berkurang

Intoleransi Defisit
aktivitas perawatan diri
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigensadi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemempuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigen.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum / benda asing yang
menghambat jalan nafas.
f. Endoscopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Ct Scan
Untuk mengidentifikasi massa abnormal.

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada gangguan oksigenasi, yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Bersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suction
4) Jalan nafas buatan
b. Pola nafas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien / semi fowler
2) Pemberian oksigen
3) Suction

10. KOMPLIKASI
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
a) Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan
listrik tanpa “Ground”.
b) Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat
pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
c) Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam
waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru
seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di
paru akan terganggu (Harahap, 2010).

11. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup :
1) Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa ia
kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas.
Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan tidak
nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan dapat
didengar.
d. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling sering
terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium, merupakan akibat
inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak menyebar dan dapat terjadi saat
inspirasi.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien
yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala
sampai kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa,
penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola
pernapasan dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
- Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan
- Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan
- Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret, atelektasis yang
belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurunpleural
effusion, pneumothorak, penebalan pleura, emphysema atau sumbatan
bronchus.
c. Perkusi
macam suara ketukan:
sonor.
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) : tumor,
atalektasis, cairan.
Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara sonor.
Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru, pneumothorak, emphysema
paru.
Tympani
Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup.
suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul gendang.
Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana terletak
lambung dan usus besar.
Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal jari tengah
yang berada di dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah mengetuk
segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi
bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu
daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi obstruksi.
12. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas Tidak Efektif ( D.0005 ) berhubungan dengan proses penyakit
b. Bersihan Jalan napas tidak efektif (D.0001) Berhubungan dengan Hipersekresi Jalan
napas
c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.

13. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil ( INTERVENSI
o Keperawatan SLKI ) SIKI
SDKI
1 D.0005 Pola L.01004 Pola Napas I.01002 Dukungan Ventilasi
nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Definisi : Memfasilitasi dalam
efektif keperawatan selama 2x24 mempertahankan pernapasan
jam diharapkan spontan untuk memaksimalkan
ketidakefektifan pola nafas pertukaran gas di paru-paru.
bisa diatasi, dengan kriteria Aktivitas-aktivitas :
hasil: Observasi
Pola Napas 1. Identifikasi adanya kelelahan
a. Ventilasi semenit otot bantu napas
Cukup meningkat 2. Identifikasi efek perubahan
skor 4 posisi terhadap status
b. Kapasitas vital cukup pernafasan
meningkat Skor 4 3. Monitor status respirasi dan
c. Tekanan ekspirasi oksigenasi
meningkat skor 5 Terapeutik
d. Tekanan inspirasi 1. Pertahankan kepatenan jalan
Meningkat skor 5 napas
Skor 1: menurun 2. Berikan posisi semi
Skor 2: cukup menurun fowler/fowler
Skor 3: sedang 3. Fasilitasi mengubah posisi
Skor 4: Cukup meningkat senyaman mungkin
Skor 5: meningkat 4. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (nasal kanul)
e. Dispnoe menurun Edukasi
Skor 5 1. Ajarkan teknik relaksasi
f. Penggunaan otot napas dalam
bantu napas menurun 2. Ajarkan mengubah posisi
skor 5 secara mandiri
g. Ortopnoe menurun
skor 5
Skor 1 : Meningkat
Skor 2 : cukup meningkat
Skor 3 : sedang
Skor 4 : Cukup menurun
Skor 5 : menurun
h. Frekuensi napas
membaik
2 D.0001 Bersihan L.01001 Bersihan Jalan I.01006 Latihan Batuk Efektif
jalan napas Napas Definisi : Melatih pasien yang
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan tidak memiliki kemampuan untuk
keperawatan 2x 24 jam secara efektif membersihkan
bersihan jalan napas laring trakea dan bronkiolus dari
meningkat dengan kriteria secret atau benda asing di jalan
hasil:. a. Batuk efektif napas.
meningkat Skor 4 Aktvitas aktivitas:

Skor 1 : menurun 1. Observasi


Skor 2 : cukup - Identifikas kemampuan batuk
Skor 3 : Sedang - Monitor adanya retensi sputum
Skor 4 : Cukup meningkat - Monitor tanda dan gejal infeksi
Skor 5 : Meningkat - Monitor input dan output cairan
( misalnya jumlah dan
b. Produksi sputum karakteristik )
meningkat Skor 3 2. Terapeutik
c. Frekuensi napas membaik - Atur posisi semi fowler
Skor 4 - Buang sekret pada tempat
d. Pola napas membaik Skor sputum
5 3. Eduksai
Skor 1 : meningkat - Jelaskan Tujuan dan prosedur
Skor 2 : Cukup Batuk efektif
meningkat 4. Kolaborasi
Skor 3 : Sedang - Kolaborasi pemberian mukolitik
Skor 4 : Cukup menurun atau ekspektoran jika perlu
Skor 5 : Menurun
e. Mengi menurun Skor 4 I.01011 Manajemen Jalan
f. Whezing menurun skor 4 Napas
Skor 1 : Membaik Definisi: Mengidentifikasi dan
Skor 2 : Cukup mengelola kepatenan jalan napas
Memburuk Aktivitas aktivitas:
Skor 3 : Sedang 1.Observasi
Skor 4 : Cukup membaik - Monitor Pola napas
Skor 5 : Membaik ( Frekuensi,kedalaman,usaha
napas )
- Monitor bunyi napas tambahan
( Gurgling,mengi,whezing,Ronkhi
)
2. Terapeutik
- Posisikan semi fowler
- Berikan minuman Hangat
- Berikan Oksigenasi
3. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 200
ml/Hari Jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolit
ik,jika perlu
Pemantauan Respirasi
1.Observasi
- Monitor frekuensi
irama,kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
( bradipneu,takipnea,hiperventilas
i,hipoventilasi,kusmaul )
-Monitor saturasi oksigen
- Auskultasi bunyi napas
2. Terapeutik
- Atur interval pemantaun
Respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

3 Gangguan L.01003 Pertukaran Gas I.01014 Pemantauan Respirasi


pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Definisi : Mengumpulkan dan
( D0003) keperawatan selama 3x24 menganalisis data untuk
berhubungan jam diharapkan memastikan kepatenan jalan napas
dengan karbondioksida pada dan keefektifan pertukaran gas
ketidakseimbang membran alveolus –kapiler Aktivitas aktivitas:
an ventilasi dalam batas norma dengan 1.Observasi
perfusi. kriteria hasil: - Monitor frekuensi
1. Tingkat kesadran irama,kedalaman dan upaya napas
meningkat Skor 5 - Monitor pola napas
Skor 1 : Menurun ( bradipneu,takipnea,hiperventilas
Skor 2 : Cukup i,hipoventilasi,kusmaul )
menurun -Monitor saturasi oksigen
Skor 3 : Sedang - Auskultasi bunyi napas
Skor 4 : Cukup 2. Terapeutik
meningkat - Atur interval pemantaun
Skor 5 : Meningkat Respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dipsnoe menurun - Dokumentasikan hasil
Skor 5 pemantauan
3. Bunyi napas 3. Edukasi
tambahan menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur
Skor 5 pemantauan
4. Gelisah Menurun Terapi Oksigen
Skor 5 1.Observasi
5. Diaforesis Menurun - Monitor kecepatan aliran
Skor 5 oksigen
Skor 1 : Meningkat - Monitor Posisi Alat terapi
Skor 2 : Cukup Oksigen
meningkat - Monitor tanda tanda
Skor 3 : Sedang hipoventilasi
Skor 4 : Cukup .
menurun
Skor 5 : Menurun
6. PC02 Membaik skor
5
7. P02 Membaik Skor 5
Skor 1 : membaik
Skor 2 : Cukup
menburuk
Skor 3 : Sedang
Skor 4 : Cukup
membaik
Skor 5 : Membaik

Daftar Pustaka

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha


Ilmu
Kusyanti, E. (2006). keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).
Perry , P. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Jakarta:
EGC.
Wartonah, & Tarwoto. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai