OKSIGENASI
disusun Oleh :
EKA TRISTYANA
(20101440119041)
Disusun Oleh :
Nim : 20101440120044
TA 2021/2022
1. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap kali bernafas (Wartonah Tarwanto,
2006). Oksigen merupakan kebutuhan paling vital dalam kehidupan manusia.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar. Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Andarmoyo,
sulistyo, 2012).
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanul dan masker, fisioterapi dada ,dan cara penghisapan
lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen
yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan
kerja jantung (Perry P. 2006).
2. ANATOMI PERNAFASAN
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian
dalamnya dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari
nostril pada bagian depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring
bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum
nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartigo, biasanya
membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapisi oleh
membran mukosa. Dinding Lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh
maksila, palatum dan os sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi
hidung) merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut
tertutup oleh membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang
kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus tersebut
ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke
dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam
langit-langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan
yamg dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah
atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid
dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring
sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat
khusus pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang
otak, artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae
servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V.
Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos,
mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah
kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan
yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung
di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-
partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah
untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan
fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni
menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara
alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). ( Syafudin, 2011)
3. FISIOLOGI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan fisiologis,
yaitu:
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO²
dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Luasnya permukaan paru-paru.
b) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
d) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB
c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
6. PATOFISIOLOGI
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain
ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung,
sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat
terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah
miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu,
perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme
seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan
yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
7. PATHWAY
Sistem Pernafasan
Energi berkurang
Intoleransi Defisit
aktivitas perawatan diri
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigensadi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemempuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigen.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum / benda asing yang
menghambat jalan nafas.
f. Endoscopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Ct Scan
Untuk mengidentifikasi massa abnormal.
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada gangguan oksigenasi, yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Bersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suction
4) Jalan nafas buatan
b. Pola nafas tidak efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
1) Atur posisi pasien / semi fowler
2) Pemberian oksigen
3) Suction
10. KOMPLIKASI
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
a) Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan
listrik tanpa “Ground”.
b) Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat
pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
c) Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam
waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru
seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di
paru akan terganggu (Harahap, 2010).
Daftar Pustaka