Anda di halaman 1dari 6

“DARING KE-3”

KAPITA SELEKTA I

Oleh :
GEDE MEGA ADI PRADWITYA
1923071010

JURUSAN S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
APRIL 2020
Topik: Analisis Fungsi Utama Sel Darah Putih dalam Produksi Antibodi.
Bab 7. Sistem transportasi dan Sistem Respirasi (Buku Siswa IPA SMP kelas VIII)
Chapter 10. Aktivasi Sel B dan Produksi Antibodi (Buku Abas et al, 2010)

Selama perkuliahan daring ke-3 ini, saya tertarik mengambil topik “Analisis
Fungsi Utama Sel Darah Putih dalam Produksi Antibodi”. Pada paper ini akan
memaparkan hasil analisis kajian teori dalam buku siswa IPA SMP kelas VIII, dan
buku Abas et al (2010). Adapun ruang lingkup permasalahan mengkhusus pada
kajian teori produksi antibodi sebagai fungsi utama sel darah putih. Hasil analisis
yang telah didapatkan sebagai berikut.
A. Buku Siswa SMP Kelas VIII
Pada buku siswa SMP disebutkan secara umum fungsi utama sel darah putih
adalah melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh dan membentuk antibodi.
Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Jika jumlah leukosit
sampai di bawah 6.000 sel per cc darah, maka disebut sebagai kondisi leukopeni. Jika
jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel per cc), maka disebut leukositosis.
Sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat amuboid dan
mempunyai inti sel. Jumlah sel darah putih juga tidak sebanyak jumlah sel darah
merah. Setiap satu milimeter kubik darah mengandung sekitar 8.000 sel darah putih.
Berdasarkan ada atau tidaknya butir-butir kasar (granula) dalam sitoplasma, leukosit
dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan kelompok
sel darah putih yang mempunyai granula dalam sitoplasmanya. Sebaliknya,
agranulosit tidak mempunyai granula. Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinofil,
basofil, dan netrofil. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit. Adapun secara umum
karakteristik pada sel darah putih dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Jenis Sel Darah Putih Bentuk Sel Karakteristik


Granulosit Eosinofil Mengandung granula
berwarna merah.
Berfungsi pada reaksi
alergi, terutama
terhadap cacing.
Basofil Mengandung granula
berwarna biru.
Berfungsi pada reaksi
alergi.
Netrofil Sering disebut sel PMN
(Poly Morpho Nuclear).
Bersifat fagosit (mampu
menyerang pathogen)
Agranulosit Limfosit Terdiri dari dua jenis,
yaitu sel T, dan sel B.
Keduanya berperan
dalam imunitas dan
kekebalan tubuh.
Monosit Leukosit yang
berukuran paling besar.
Berfungsi dalam
mencerna sel yang mati
atau rusak, dan
membantu sistem
kekebalan tubuh.
Tabel 1. Karakteristik Sel Darah Putih
Adapun berdasarkan pada hasil analisis buku siswa, didapatkan bahwa kajian
teori masih dalam batas permukaan
B. Buku Abas et al (2010)
Sistem imun adaptif merupakan respon imun yang bekerja secara spesifik
terhadap suatu antigen tertentu dengan melibatkan sel T dan sel B. Ada dua macam,
antara lain antibody mediated (humoral) dan cell mediated (seluler) di mana humoral
membutuhkan sel B sementara seluler membutuhkan sel T. Dalam buku Abas et al
(2010) menunjukkan lebih spesifik bahwa imunitas humoral dimediasi oleh antibodi
yang disekresikan, yang diproduksi oleh sel dari garis keturunan limfosit-B. Antibodi
berikatan dengan antigen mikroba ekstraseluler. Penghapusan berbagai jenis mikroba
memerlukan beberapa mencanisme efektor, yang dimediasi oleh kelas yang berbeda
atau isotipe antibodi. Sel darah putih secara garis besar sebagai pembentuk antibodi
terdiri atas limfosit, yaitu limfosit-T (sel T), dan limfosit-B (sel B).
Adapun limfosit-T merupakan 80-90% limfosit darah tepi. Juga dijumpai
di daerah parakorteks kelenjar limfe. Pengaktifan limfosit-T sama dengan limfosit-B.
Limfosit ini mempunyai reseptor permukaan untuk antigen, membentuk sel T
memori dan limfokin (untuk merespons rangsangan antigen), dan mempunyai
imunoglobulin permukaan dalam jumlah lebih sedikit. Limfosit-T mengenali
berbagai antigen dengan menggunakan kompleks transmembran berafinitas lemah
yaitu reseptor antigen sel T (TCR, T-cell antigen receptor). Selain itu llimfosit-B
membantu mengontrol antigen ekstraselular, seperti bakteri, jamur, dan virion.
Limfosit-B mengenali antigen yang bervariasi dengan menggunakan reseptor antigen
sel B (BCR, B-cell antigen receptor) yang merupakan reseptor antigen berafinitas
kuat. Sel B berikatan dengan reseptor permukaan IgM, IgD untuk mengikat antigen
sehingga terjadi proliferasi limfosit-B, membentuk ekspansi klonal. Interaksi afinitas
kuat antara BCR dan antigen mampu membuat sel B mengikat dan mencerna antigen
tanpa menyajikan antigen. Dengan kata lain, antigen terikat kuat tanpa terekspresi.
Sebelum antigen terekspresi, sel B mengekspresikan IgM sebagai bagian dari BCR.
Antigen yang dicerna didegradasi dan disajikan pada sel T.
Dalam produksi antibodi, terdapat berbagai proses yang cukup kompleks.
Adapun berdasarkan hasil analisis pada kajian teori didapatkan sebagai berikut.
1) Proses aktifnya sel B, untuk melakukan pematangan sel, limfosit akan melakukan
proses yang disebut dengan seleksi klona. Adapun secara umum proses aktivasi
sel B pada gambar 1 sebagai berikut.

Gambar 1. Perkembangan dan seleksi klon B


Beberapa sel B yang diaktifkan mulai menghasilkan antibody selain IgM dan IgD.
Diaktifkan sel B yang menghasilkan antibodi yang berikatan dengan antigen
dengan afinitas yang jauh lebih tinggi dipilih dan istimewa diperluas; proses ini
disebut pematangan afinitas. Molekul pensinyalan terkait-membran Sinyal
transduce Igu dan IgB pada antigen mengikat Ig, dan sinyal-sinyal ini mengarah
ke aktivasi faktor transkripsi dan ekspresi gen vanous.
2) Respons antibodi terhadap antigen protein membutuhkan CD4t limfosit T
penolong yang mengenali antigen dan memainkan peran penting dalam
mengaktivasi limfosit B.
3) Respons antibodi terhadap antigen multivalen dengan penentu berulang, seperti
polisakarida dan lipid, tidak memerlukan T penolong spesifik antigen limfosit.
4) Sel B yang teraktivasi akan menjadi sekresi antibodi. Respons imun humoral
dimulai pada organ limfoid perifer, seperti limpa untuk antigen yang ditularkan
melalui darah, pengeringan kelenjar getah bening untuk antigen masuk melalui
kulit dan epitel lainnya, dan jaringan limfoid mukosa untuk beberapa proses
inhalasi dan antigen yang tertelan. Antibodi memasuki sirkulasi atau diangkut ke
dalam lumens organ mukosa dan memediasi efek perlindungan segera setiap kali
mikroba dikenali oleh antibodi tersebut dalam menginfeksi individu. Beberapa
keturunan sel B yang diaktifkan dapat berdiferensiasi menjadi sel memori, dengan
respons cepat untuk pertemuan berikutnya dengan antigen.
5) Selanjutnya peralihan isotipe rantai berat dan pematangan afinitas biasanya
terlihat pada aktivasi sel T. Sel T pembantu yang diaktifkan mengekspresikan
membran protein CD40L, yang menggunakan CD40 yang merupakan TNF
reseptor pada sel B, dan sel T mensekresikan sitokin yang berikatan dengan
reseptor sitokin pada Sel B. Kombinasi CD40 dan cltokine sinyal merangsang
proliferasi sel B awal dan diferensiasi dan pembentukan ekstrafollikular sel yang
mensekresi antibodi.
6) Pusat germinal terbentuk di dalam folikel organ lyrnphoid perifer ketika sel B
diaktifkan bermigrasi ke folikel dan berkembang biak.
7) Maturasi afinitas mengarah pada peningkatan antibodi selama tergantung sel T
respon humoral. Pematangan afinitas adalah hasil dari hypermutation somatik Ig,
y, dan rantai ringan gen diikuti oleh kelangsungan hidup sel-sel B selektif yang
menghasilkan antibodi dengan afinitas tinggi dan berikatan ke antigen yang
ditampilkan oleh FDC di germinal pusat.
8) Beberapa keturunan sel B pusat germinal berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mensekresi antibodi bermigrasi ke daerah ekstrafollikular organ limfoid sekunder
dan ke sumsum tulang. Progeni menjadi sel B memori yang hidup dengan periode
lama, resirkulasi antara node limpa, dan merespons dengan cepat terhadap
paparan berikutnya untuk antigen dengan berdiferensiasi menjadi sekretor
antibodi.

Refrensi:
Abbas, A., K., Lichtman, A., H., & Pillai, S. 2010. Cellular and molecular
immunology 6th edition. SAUNDERS ELSEVIER.

https://www.researchgate.net/publication/317721579, diakses pada 9 April 2020.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan


Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan


Alam SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai