Anda di halaman 1dari 26

“LITERATURE REVIEW”

SEMINAR PENDIDIKAN IPA

Oleh :
GEDE MEGA ADI PRADWITYA
1923071010

JURUSAN S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
APRIL 2020
Judul: Tinjauan Penelitian tentang Keefektifan Penggunaan Model dan Media
Pembelajaran untuk Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik dalam
Pembelajaran IPA.

Abstrak
Makalah literatur ini mengulas tentang tinjauan penerapan atau pengembangan
strategi, model maupun media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam pembelajaran IPA. Guru
sebagai tonggak utama keberhasilan proses pembelajaran, yaitu selalu memerhatikan
perkembangan arah dari perkembangan zaman, dan pola pikir peserta didik.
Berdasasrkan hasil reviu guru tidak harus menekankan hanya pada model
pembelajaran yang beragam saja, namun juga memerhaatikan faktor sistem
pendukung seperti media pembelajaran. Guru juga harus mampu kreatif dalam
melakukan anlisis berpikir, sehingga hasil pembelajaran mampu memberikan
kontribusi yang baik bagi kegiatan pendidikan. Melalui makalah literatur ini peneliti
ingin menganalisis hasil temuan pada penelitian sebelumnya, sehingga memudahkan
guru dalam mengefektifan proses pembelajaran ditinjau dari penggunaan model dan
media pembelajaran.
Keyword: model pembelajaran, media ajar, HOTS, tinjauan peneliti sebagai guru.

1. PENDAHULUAN
Keterampilan abad ke-21 merupakan tuntutan utama pada peserta didik dalam
menjawab kebutuhan global di bidang pendidikan. Pengembangan keterampilan 4C
dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah, niscaya mampu memberikan manfaat
bagi keberhasilan penerus bangsa. Adapun keterampilan 4C, yaitu critical thinking
(berpikir kritis), creativity (berpikir kreatif), collaboration (kolaborasi), dan
communication (komunikasi). Keterampilan 4C sangat berkaitan dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dilihat dari paradigma bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan transfer pengetahuan dari berpikir
kritis dan kreatif. Selama pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS), peserta didik dituntut mampu mengolah proses berpikir secara konstruktivis.
Pengembangan HOTS khususnya dalam pembelajaran IPA sudah menjadi
trend dalam menghadapi tuntutan era globalisasi. Hal ini dikarenakan selain
pembentukan keterampilan 4C, pengembangan HOTS juga mampu membentuk
karakter peserta didik agar selalu menganalisis suatu fenomena berdasarkan kajian
teori dan empiris. Terlebih itu peserta didik mampu menerapkan pola pikir dan
wawasan ilmu pengetahuan di keadaan sosial dengan lebih baik, niscaya hasil dalam
pengembangan keterampilan berpikir tersebut akan menuntun peserta didik siap
dalam menghadapi tantangan dan permasalahan global yang sedang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan di Indonesia, yaitu mengembangkan
potensi diri peserta didik yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Guru sebagai pencipta suasana pembelajaran wajib menjembatani peserta
didik dalam mengembangkan keingintahuan akan ilmu pengetahuan. Selain itu bakat
dan pengetahuan guru dalam proses pembelajaran sangat penting dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut agar mampu memahami kondisi dan
karakteristik setiap peserta didik. Hal ini karena karakteristik peserta didik yang
beragam merupakan tantangan atau langkah awal sebagai guru. Pemilihan strategi
pembelajaran berdasarkan pengetahuan terhadap pendekatan, metode, dan model
pembelajaran yang tepat menuntun keberhasilan proses pembelajaran. Berlandaskan
paradigma konstruktivis, sebagai sebuah pandangan pada teori belajar yang
menekankan pada keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan. Hal ini
menjadi harapan dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.
Penggunaan model dan media pembelajaran menjadi hal yang sangat disoroti
dalam bidang pendidikan. Secara empiris dan teoritis hampir sebagian besar guru
khususnya dalam pembelajaran IPA telah mampu menerapkan dan mengembangkan
proses pembelajaran sesuai acuan kurikulum 2013. Hal ini dapat kita temukan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di beberapa satuan pendidikan. Hal ini karena
dalam setiap kegiatan pembelajaran sudah didesain dengan pendekatan saintifik,
sehingga pembelajaran secara konvensional sudah jarang dilakukan. Apabila hal
tersebut sudah berjalan dengan baik, namun hasil PISA (Program for International
Student Assesment) masih menunjukkan hasil yang masih rendah. Hal ini dilihat dari
hasil studi PISA pada tahun 2018, Indonesia masih pada peringkat 71 dari 78 negara
dengan rata-rata 382 untuk nilai matematika, sains, dan membaca.
Secara teoritis dan empiris, beberapa penelitian telah mengkaji permasalahan
dalam sistem pendidikan tersebut. Adapun hal ini sesuai temuan Khadimah et al.
(2019), pemecahan masalah yang ditawarkan peneliti tersebut dengan penerapan
model dalam pembelajaran IPA berbantuan bahan ajar digital interaktif sehingga
peserta didik termotivasi dalam proses pembelajaran. Penelitian Zuhaida (2017) juga
menawarkan program pembelajaran IPA berbasis masalah untuk meningkatkan
kompetensi metakognitif peserta didik sehingga pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Adapun penelitian dari Fuad et al. (2019) menunjukkan cara pembelajaran
berpusat pada peserta didik mampu mengembangkan sikap kolaboratif, keterampilan
pemecahan masalah, serta kepercayaan diri dan self efficacy peserta didik dalam
menyampaikan konsep yang dimilikinya. Selain itu penelitian Rachmawati et al.
(2019) pembelajaran sains berorientasi pengembangan NGSS (Next Generation
Science Standar) dapat menunjang keterampilan proses sains pada peserta didik.
Secara prinsip pemerintah juga sedang gencar-gencarnya untuk mengembangkan
sistem pendidikan melalui kegiatan bimbingan teknis implementasi kurikulum 2013
untuk guru, serta pelatihan untuk kompetensi guru dalam proses pembelajaran,
sehingga mampu meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam menerapkan
maupun mengembangkan proses pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik.
Berdasarkan uraian latar belakang, guru sangat dituntut kreatifitasnya dalam
mengembangkan proses pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik, sehingga apa
yang menjadi tujuan kurikulum dalam sistem pendidikan serta kebutuhan global
dapat tercapai. Salah satu masalah yang dihadapi para guru adalah saat memasuki
kelas besar dengan beragam peserta didik. Beragam kemampuan dalam pembelajaran
sains, dengan keinginan atau minat yang berbeda. Guru harus mampu menumbuhkan
keterampilan berpikir tinggkat tinggi mereka, demi terwujudnya tuntutan
perkembangan di abad ke-21. Guru ditugaskan untuk menciptakan peserta didik yang
dibangun untuk menerima tantangan dunia. Peserta didik juga perlu menyadari apa
yang mereka ingin ketahui, sehingga menggunakan kesadaran ini untuk membangun
pengetahuan mereka pribadi. Dalam hal ini penulis tertarik melakukan penelitian
meta analisis tentang tinjauan penggunaan atau pengembangan model serta media
pembelajaran yang mampu memenuhi kompetensi pengetahuan dan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik dalam pembelajaran IPA, sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Adapun penelitian meta analisis
yang penulis angkat dengan judul “Tinjauan Penelitian tentang Keefektifan
Penggunaan Model dan Media Pembelajaran untuk Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi Peserta Didik dalam Pembelajaran IPA”
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut adapun tujuan makalah literatur ini
secara mengkhusus, yaitu untuk mengkaji dan menjinjau keefektifan penerapan
maupun pengembangan pada model serta media pembelajaran. Hal tersebut tentunya
akan secara langsung berdampak pada proses pembelajaran yang semakin berkesan
dan bermakna bagi peserta didik. Selain itu terdapat manfaat teoritis dan praktis bagi
pembaca. Adapun manfaat teoritis secara umum makalah literatur ini akan
memberikan informasi secara teori berdasarkan hasil analisis jurnal. Hal ini
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, karena mampu mengetahui hal yang lebih
berguna dan efektif dalam proses pembelajaran. Baik hal tersebut penggunaan model
pembelajaran maupun dalam mengembangkan media pembelajaran, atau
mengkolaborasikan kedua komponen utama tersebut menjadi sebuah strategi yang
tepat bagi keterampilan berpikir peserta didik. Adapun manfaat praktisnya bagi
peneliti dan juga guru sebagai tonggak utama keberhasilan proses pembelajaran, yaitu
selalu memerhatikan perkembangan arah dari perkembangan zaman, dan pola pikir
peserta didik. Peneliti harus mampu membuat inovasi baru dalam membuktikan
wawasan yang dimilikinya mampu memberikan kontribusi yang besar bagai penerus
bangsa. Guru juga harus mampu menekankan bahwa tidak hanya model pembelajaran
yang beragam saja mampu meningkatkan hasil belajar, namun juga terdapat banyak
faktor dari peserta didik, seperti karakter, pola pikir, kesan, dan minat. Penulis
beharap melalui makalah literatur ini paradigma peneliti dan guru dalam mengkaji
permasalah pada kegiatan pendidikan akan terbuka, sehingga yang diharapkan tujuan
utama pendidikan di Indonesia dari lebih setengah abad tahun yang lalu akan tercapai.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Bookhart (2010) mendefinisikan keterampilan berpikir sebagai proses kognitif
yang dipecah-pecah ke dalam langkah/tahapan nyata yang kemudian digunakan
sebagai pedoman berpikir. Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan
berpikir yaitu; berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks
(complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Ketiga keterampilan
berpikir tersebut menjadi bagian yang kompleks dalam pengembangan proses
pembelajaran. Adapun keterampiilan berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif
yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir terjadi dalam short-term
memory. Menurut Dewey (1933), kemampuan berpikir tidak terjadi secara spontan
tetapi harus ditimbulkan oleh masalah dan pertanyaan atau keambiguan terhadap
suatu fenomena atau kasus. Hal ini penting untuk mengajar peserta didik dalam
mengelola proses berpikir mereka sendiri. Hal ini terjadi dalam setiap proses
pembelajaran seperti saat guru memberikan sebuah fenomena atau kasus yang sering
ditemui oleh peserta didik. Dalam hal ini guru harus mampu menumbuhkan
keingintahuan peserta didik dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan yang
saling berkaitan sehingga pertanyaan ini tidak akan pernah putus (teknik scaffolding)
Krulik dan Rudnick (1999) menyebutkan keterampilan berpikir terdiri atas
empat tingkat, yaitu: menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis
(critical thinking) dan kreatif (creative thinking). Adapun yang dikelompokkan
menjadi keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis dan kreatif. Berpikir
kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua
aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir,
mengingat, dan menganalisa informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan
membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan.
Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu
menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data
merupakan bagian dari keterampilan berpikir kritis. Dengan kata lain, sesorang
berpikir kritis adalah analitis dan refleksif.  Tingkatan yang terakhir adalah berpikir
kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berpikir ini adalah
sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide,
menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berpikir kreatif meliputi juga
kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi termasuk pemikiran kritis, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan pemikiran kreatif (Lewis & Smith, 1993). Hal
ini sangat tepat apabila disetiap proses pembelajaran guru mampu menggunakan
strategi dalam meningkatkan analisis serta kreatifitas peserta didik. Upaya dalam
pengembangan kegiatan pembelajaran harus dilakukan dengan sungguh-sungguh,
sehingga penggunaan keterampilan berpikir kreatif dan kritis peserta didik dapat
dituangkan selama pembelajaran berlangsung. Peserta didik merupakan agen aktif
yang selalu membangun pengetahuan dan pemahaman mereka tentang fenomena
yang sedang dihadapi. Melalui proses berpikir, peserta didik mampu menciptakan ide
baru dalam kegiatannya di lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan paradigma
konstruktivisme yang memandang bahwa peserta didik sudah memiliki konsep
sendiri dalam pikiran mereka.
Melalui pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diiringi
dengan pandangan konstrutivis dalam praktik pendidikan, diharapkan mampu
mewujudkan tujuan kurikulum pendidikan, yaitu: 1) untuk tercapainya pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, 2) peserta didik mampu memahami
dan menganalisis secara konkret maupun abstrak permasalahan dalam kehidupannya
sehingga peserta didik mengerti untuk apa proses pembelajaran, 3) kegiatan seperti
saintifik, transformatif, dan self directed learning akan berjalan dengan efektif selama
proses pembelajaran, serta 4) penerapan ilmu pengetahuan di keadaan sosial baik
lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat akan nampak lebih komperhensif.
Strategi mengajar guru diiringi dengan pandangan konstruktivis mampu mengubah
pola pikir peserta didik menjadi lebih antusias selama pembelajaran.
Pada proses pembelajaran konstruktivis yang berpusat pada peserta didik,
diharapkan peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan awal yang dimiliki, atas bantuan dan bimbingan guru.
Guru memberikan kebebasan berpikir dan bertindak kepada peserta didik dalam
memahami pengetahuan untuk memecahkan masalah. Peran guru berubah dari
sekedar menyampaikan materi pelajaran menjadi mediator dan fasilitator dalam
pembelajaran, yaitu melalui penyediaan pengalaman belajar yang merangsang peserta
didik bertanggungjawab membuat rancangan, proses, dan eksperimen, pemberian
kegiatan yang merangsang peserta didik mengekspresikan gagasan dan
mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, dan penyediaan sarana yang merangsang
peserta didik berpikir secara produktif.
Berdasarkan uraian tersebut keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
dikembangkan selama proses pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran
yang diberikan guru, mampu memengaruhi proses berpikir peserta didik. Penerapan
paradigma konstruktivis selama pembelajaran tentunya juga mampu secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan peserta didik. Guru memberikan kebebasan berpikir dan
bertindak kepada peserta didik dalam memahami pengetahuan untuk memecahkan
masalah. Hal ini menjadi persepsi bahwa kreatifitas guru dalam menerapkan media
dan model pembelajaran sangat memengaruhi keterampilan berpikir peserta didik.
2.2 Model dan Media Pembelajaran
Pengembangan proses pembelajaran di satuan pendidikan merupakan hal
utama dalam menunjang kegiatan pendidikan. Hal ini sesuai dengan landasan yuridis
pendidikan pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yang menyatakan disetiap
kegiatan inti dalam proses pembelajaran menggunakan berbagai model pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber pembelajaran yang
disesuaikan karakteristik peserta didik dan materi pelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru diharapkan
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi bagi
peserta didik sehingga berkembang keinginan untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Proses pembelajaran akan berhasil bila seorang guru mampu menerapkan
pendekatan, metode, model, serta media pembelajaran yang dikuasainya serta relevan
dengan teori atau konsep yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran seorang guru
dituntut menguasai berbagai pendekatan, metode, dan model pembelajaran dan
mengaplikasikannya di dalam kelas.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak bisa lepas dari kemampuan guru
untuk memilih model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas
keterlibatan peserta didik secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pemilihan
model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif (student
active learning), menyenangkan, bermakna, dan berkelanjutan. Dalam pemilihan
model pembelajaran guru mempertimbangkan karakteristik materi ajarnya,
karakteristik peserta didik, dan daya dukung sekolah terhadap pembelajaran yang
akan dilakukan.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran dikembangkan menurut teori belajar tertentu.
Sebagai contoh, model pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori
pembelajaran konstruktivis; dalam membangun pembelajaran dari masalah nyata
yang pemecahannya membutuhkan kerjasama antar peserta didik, melibatkan peran
guru untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah, dan didukung
dengan lingkungan kelas berorientasi penemuan dan pemahaman konsep.
Model pembelajaran terdiri atas lima aspek, yaitu: sintaks, sistem sosial,
prinsip reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan pengiring (Joyce &
Weil, 2003). Adapun secara singkat kelima aspek tersebut, yaitu 1) sintaks adalah
tahap-tahap kegiatan pembelajaran; 2) sistem sosial menggambarkan peran dan
hubungan antara pendidik dan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran; 3) prinsip
reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang dan memperlakukan peserta didik; 4) sistem pendukung ialah segala
sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut; dan 5)
dampak instruksional (instructional effect) adalah hasil belajar yang dapat dicapai
dengan cara mengarahkan para peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan, serta dampak pengiring (nurturant effect) adalah hasil belajar lainnya
yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar mengajar sebagai akibat
terciptanya suasana belajar yang dialami oleh para peserta didik tanpa pengarahan
langsung dari guru.
Berdasarkan hal tersebut apabila model pembelajaran diterapkan dengan baik,
niscaya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik dapat belajar secara aktif (student active learning), menyenangkan, dan
bermakna. Namun hal tersebut bila tidak diiringi sistem pendukung yang menunjang
proses pembelajaran, akan mengakibatkan kejenuhan peserta didik. Berdasarkan hal
tersebut perlunya sistem pendukung yang baru dan bervariasi, sangat memengaruhi
keterampilan proses berpikir kreatif dan kritis peserta didik terhadap hal yang baru.
Adapun sistem pendukung selama proses pembelajaran dapat berupa sarana, bahan,
dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Secara langsung
penggunaan media pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran tersebut.
Secara umum media pembelajaran ditunjukkan untuk meningkatkan
antusiasme dan semangat belajar yang tinggi dari peserta didik. Melalui media
pembelajaran peserta didik dapat memperoleh pesan, serta memperkuat dan
memperluas pengetahuan. Dengan demikian media pembelajaran adalah alat dan
bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran dalam upaya
meningkatkan hasil belajar. Menurut Rossi dan Breidle (1966) media pembelajaran
sebagai alat atau bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan selama proses
pendidikan. Adapun beberapa media pembelajaran seperti, buku, majalah, koran,
LKPD, bahan ajar, televisi, radio, maupun video pembelajaran.
Selama proses pembelajaran juga terjadi prinsip sosial yang merupakan proses
komunikasi antara sumber pesan dengan penerima pesan. Guru dapat berperan
sebagai sumber pesan atau mungkin hanya pengelola pesan. Sebagai sumber pesan
berarti guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses komunikasi
berjalan lancar. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima melalui saluran
komunikasi, yaitu alat-alat indera peserta didik, guru perlu mengidentifikasikan
berbagai kemungkinan atau hal-hal yang dapat mengganggu proses terjadinya
komunikasi yaitu dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran. Alat bantu bukan
hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang peserta
didik untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan. Alat ini
tentunya juga akan meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam memahami inti
dari setiap kegiatan pembelajaran. Hal tersebut kembali pada peran guru dalam
mengatur dan mengembangkan wawasannya ketika mengajar dalam kelas dengan
beragam karakteristik dan pola pikir peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut guru diharapkan mampu untuk membelajarkan
peserta didik yang lebih kompleks dan dilaksanakan dengan pola timbal balik,
pembelajaran inovatif, kreatif, variatif, menantang serta memberi motivasi peserta
didik untuk belajar. Komponen utama selama proses pembelajaran oleh guru dapat
melalui pengembangan media pembelajaran dengan penggunaan model tertentu.
Dalam hal ini penerapan dan pengembangan model atau media pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik tentunya akan menghasilkan pembelajaran yang lebih
bermakna dan menunjukkan kesan terbaik bagi peserta didik.

3. METODE REVIU
Makalah reviu ini berupaya untuk menyajikan informasi tentang isu-isu yang
terkait dengan pengunaan atau pengembangan model, media pembelajaran, dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik berdasarkan tinjauan literatur
sebelumnya berdasasrkan penelitian oleh peneliti lainnya. Dengan menggunakan
teknik analisis dokumen, masalah dan temuan ditinjau dari para sarjana membahas
tentang model pembelajaran, media ajar, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) akan disajikan dalam bentuk tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Informasi terkait dengan masalah yang dibahas dalam makalah ini
No Referensi Judul Penelitian Temuan
1 Liu, M., Liu, S., Examining science  Sebagian besar studi
Pan, Z., & Li, C. learning and attitude pembelajaran berbasis masalah
(2019) by at-risk students (PBL) sebelumnya telah
after they used a dilakukan dengan peserta didik
multimedia-enriched berbakat atau pendidikan regular
problem-based dan telah menunjukkan
learning environment keberhasilan.
 Namun, sedikit penelitian tentang
PBL ada untuk peserta didik
sekolah menengah yang kurang
beruntung, terutama peserta didik
yang dianggap berisiko gagal
secara akademis.
 Pengembangan metode campuran
dengan desain multimedia
berbasis lingkungan sains PBL.
 Peserta didik secara signifikan
meningkatkan pengetahuan sains
dan sikap ilmiah.
2 Margunayasa, I. The effect of guided  Penggunaan sumber belajar
G., Dantes, N., inquiry learning and masih kurang bervariasi.
Marhaeni, A. A. I. cognitive style on  Lemahnya implementasi proses
N., & Suastra, I. science learning pembelajaran oleh guru di
W. (2019) achievement sekolah.
 Guru hanya kreatif dalam metode
ceramah dan diskusi.
 Penerapan model pembelajaran
yang dapat mengakomodasi sifat
ilmu pengetahuan dan prosesnya
seperti model inkuiri
3 Song (2018) Improving primary  Tuntutan utama pendidikan yang
student’s sangat penting salah satunya
collaborative problem keterampilan abad ke-21.
solving competency in  Pengembangan kemampuan
project-based science pemecahan masalah dan
learning with kolaborasi.
productive failure  Peserta didik yang memiliki
instructional design in pemecahan lebih tinggi mampu
a seamless learning menelaah permasalahan di
envirionment. lingkungannya secara detail.
 Pengembangan proyek berbasis
pembelajaran sains yang di
desain dengan pembelajaran
lingkungan.
4 Suastra, I.W., The effect of problem  Penerapan PBL efektif dalam
Suarni, N. K., & based learning (pbl) mengembangkan keterampilan
Dharma, K. S. model on elementary berpikir sains tingkat tinggi dan
(2019) school student’s otonomi belajar peserta didik di
science higher order sekolah dasar.
thinking skills and  Peserta didik dengan otonomi
learning autonomy. belajar yang lebih tinggi belajar
lebih baik dengan model PBL.
 Disarankan kepada guru sekolah
dasar untuk mengidentifikasi
otonomi belajar peserta didik
untuk menentukan model yang
cocok untuk digunakan.
 Penggunaan PBL
direkomendasikan di sekolah
dasar dalam upaya
mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta
didik.
5 Khadimah, N., Discovery Learning:  Metode yang digunakan dalam
Winarto, & Penerapan dalam pembelajaran kurang efektif.
Mustikasari, V. R. pembelajaran IPA  Peranan guru sangat
(2019) berbantuan bahan ajar memengaruhi hasil belajar.
digital interaktif untuk  pengembangan pembelajaran IPA
meningkatkan prestasi berbantuan bahan ajar digital
belajar siswa interaktif untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik.
 Bentuk bahan ajar digital
interaktif dalam proses
pembelajaran untuk menunjang
pemahaan konsep pada materi
cahaya dan optik.
6 Hong, J. H., An exploration of  Pengembangan keterampilan
Hwang, M. Y., student’s science proses sains peserta didik.
Tai, K., H., & learning interest  Adanya motivasi peserta didik
Tsai, C. R. (2019) related to their selama proses pembelajaran.
cognitive anxiety,  Peserta didik mampu juga
cognitive load, self- mengalami minat belajar sains,
confidence and kecemasan kognitif dalam
learning progress dirinya, dan beban kognitif
using inquiry-based selama pembelajaran.
learning with an ipad  Guru dituntut mampu merancang
dan mengembangkan proses
pembelajaran.
 Pembelajaran berbasis
pengembangan media teknologi
i-pad sederhana dengan
pendekatan inkuiri sebagai
alternatif pemecahan masalah.
7 Zuhaida (2017) Program pembelajaran  Peserta didik hanya di berikan
ipa berbasis masalah suapan materi.
untuk menumbuhkan  Peserta didik tidak mampu
metakognisi siswa mts menerapkan konsep dalam
di salatiga bentuk yang lebih aplikatif.
 keterampilan berpikir peserta
didik rendah.
 Metode pengajaran berbasis
masalah yang terstruktur sebagai
konteks bagi peserta didik untuk
memeroleh kompetensi
8 Rachmawati, E., Next generation  Pembelajaran sains sangat
Prodjosantoso, A. science standar in menuntut pada keterampilan
K., & Wilujeng, I. science learning to proses sains
(2019) improve student’s  Perkembangan pendidikan pada
practice skill pola berpikir peserta didik.
 Pengembangan pada media
pembelajaran NGSS (Next
Generation Science Standar)
dapat menunjang keterampilan
proses sains pada peserta didik
9 Sarya, I.W., The effect of problem  Mengendalikan motivasi
Suarni, N.K., based learning and berprestasi, baik pembelajaran
Adnyana, I.N.B., authentic assessment berbasis masalah dan penilaian
& Suastra, I.W. on student’s natural otentik memiliki efek positif pada
(2019) science learning hasil belajar peserta didik.
outcome by  Efek interaksional model
controlling pembelajaran dan tipe penilaian
achievement terhadap hasil belajar IPA peserta
motivation didik.
 Pembelajaran berbasis masalah
lebih tepat untuk penilaian
otentik; sementara itu model
konvensional lebih sesuai untuk
penilaian konvensional.
 Skor tertinggi diperoleh oleh
peserta didik yang diinstruksikan
dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah
dan penilaian otentik.
10 Emrisena, A., Pengaruh model  Adanya perbedaan dalam
Abdurahman, & pembelajaran problem keterampilan proses sains peserta
Suyanto, E. based learning didik dengan proses
(2018) terhadap keterempilan pembelajaran berorientasi model
proses sains ditinjau pembelajaran berbasis masalah,.
dari self efficacy  Adanya perbedaan keterampilan
siswa. proses sains pada peserta didik
yang memiliki self efficacy tinggi
dan rendah.
 Tidak terdapat interaksi antara
model pembelajaran dan self
efficacy terhadap keterampilan
proses sains.
11 Nurhayati, The effect problem  Terdapat pengaruh pada
Angraeni, L., & based learning and penerapan model PBL terhadap
Wahyudi. (2019) critical thinking on kemampuan berpikir tingkat
high order thinking tinggi
ability.  Terdapat pengaruh pada
kemampuan berpikir kritis tinggi
dan kemampuan berpikir kritis
rendah terhadap kemampuan
berpikir tingkat tinggi
mahasiswa.
12 Parno, The influence of  Kemampuan berpikir kritis
Fathurrahman, problem based peserta didik yang dibelajarkan
Asim, Suwasono, learning on critical dengan model PBL jauh lebih
P., & Ali, M. thinking ability for tinggi, dibandingkan dengan
(2019) students in optical peserta didik yang dibelajarkan
instrument topic dengan model pembelajaran
konvensional.
 Hal ini ditunjukkan dari skor
perolehan kelompok eksperimen
pada penelitian sebesar 86,9.
 Secara operasional praktik
pembelajaran penerapan model
PBL memiliki pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
13 Sari, I. P., Pengintegrasian  Proses pembelajaran IPA masih
Mustikasari, V. penilaian formatif yang dominan adalah domain
R., & Novida, P. dalam pembelajaran kognitif
(2019) IPA berbasis saintifik  Paper and pencil test yang hanya
terhadap pemahaman mengukur ranah pengetahuan
konsep peserta didik berdasarkan hasil tes saja di
setiap akhir kompetensi dasar.
 Mengintegrasikan penilaian
formatif.
 Penilaian formatif dalam
pembelajaran IPA berbasis
saintifik.
 Kendala yang dihadapi guru
ketika mengintegrasikan
penilaian formatif yaitu jumlah
peserta didik setiap kelas yang
cukup besar menyebabkan guru
sering terlambat dalam
memberikan umpan balik.
 Kekurangan dan kesulitan yang
dialami peserta didik dapat
disebabkan oleh sikap peserta
didik dalam belajar, cara
penyampaian materi oleh guru,
dan karakteristik materi.
14 Fuad, A. Z., Group science  Pemahaman guru dalam tingkat
Alfin, J., Fauzan, learning model to keterampilan pemecahan masalah
Astutik, S., & improve collaborative kolaboratif dan mandiri, sehingga
Prahani, B. K. problem solving skills menunjang kepercayaan diri
(2019) and self confidence of seorang calon guru dalam proses
primary schools mengajar
teacher candidates  Keterampilan pemecahan
masalah IPA peserta didik masih
rendah.
 Keefektifitasan penerapan model
group science learning (GSL).
15 Suastra, I.W., The effectiveness of  Pemikiran kritis peserta didik,
Ristiati, N.P., problem based sikap ilmiah, dan self-efficacy
Adnyana, P.P.B., learning-physics dapat dikembangkan lebih efektif
& Kanca, N. module with autentic dengan menerapkan PjBL dengan
(2019) assessment for bantuan penilaian otentik
enchancing senior daripada dengan menerapkan
high school student’s PjBL dengan penilaian
physics problem konvensional (hanya dengan
solving ability and menggunakan tes).
critical thinking  Pengembangan penilaian otentik
ability. memberikan kontribusi positif
untuk pengembangan pemikiran
kritis, sikap ilmiah, dan self
efficacy peserta didik.
 Berdasarkan kesimpulan itu dapat
disarankan kepada guru sains
bahwa mereka mengintegrasikan
PjBL dan penilaian otentik dalam
pengajaran sains karena efektif
dalam mengembangkan
pemikiran kritis, sikap ilmiah,
dan self efficacy peserta didik.
16 Hursen, C. (2018) The effect of  Pemanfaaatan teknologi
technology supported mendukung kegiatan
problem based pembelajaran berbasis masalah
learning approach on pada persepsi self efficacy
adults’ self efficacy seseorang untuk penyelidikan
perception for penelitian.
research inquiry.  Hasil penelitian ini bahwa
kegiatan pembelajaran berbasis
masalah yang didukung oleh
Facebook tidak secara signifikan
mempengaruhi persepsi self-
efficacy seseorang
 Pengembangan media tersebut
memberikan peningkatan positif
dalam persepsi self efficacy
seseorang.
17 Awan, R., N., Effect of problem  Strategi pengajaran PBL sangat
Hussain, H., & based learning on menguntungkan dalam
Anwar, N. (2017) student’s critical meningkatkan prestasi dan
thinking skills, keterampilan berpikir kritis
attitudes towards (aplikasi, analisis, sintesis dan
learning and evaluasi) peserta didik.
achievement  Sikap keseluruhan peserta didik
terhadap pembelajaran kimia
lebih positif dan tingkat motivasi
mereka lebih baik setelah
diterapkan model PBL,
 Peserta didik merasa bersemangat
menghadiri kelas untuk
pemecahan masalah dan ingin
berpartisipasi dalam diskusi
tentang topik secara produktif.
 Strategi mengajar pemecahan
masalah juga menambah motivasi
belajar secara mandiri.
18 Marzuki, & The influence of  Adanya pengaruh model
Basariah. (2017) problem based pembelajaran berbasis masalah
learning and project dan project citizen terhadap
citizen model on kemampuan berpikir kritis
student’s critical peserta didik
thinking ability and  Adanya pengaruh model
self efficacy. pembelajaran berbasis masalah
dan project citizen terhadap
proses pengembangan karakter
peserta didik.
 Adanya pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah
dan project citizen terhadap
kemampuan berpikir kritis dan
pengembangan karakter peserta
didik.
 Hal ini menunjukkan model
pembelajaran berbasis masalah
mampu menunjang kemampuan
berpikir kritis peserta didik,
sehingga berpikir kritis yang
merupakan tingkatan
keterampilan berpikir tingkat
tinggi juga dapat dicapai.
19 Pamungkas, A., Implementasi model  Melalui penerapan proses
Subali, B., & pembelajaran IPA pembelajaran berbasis kearifan
Lunuwih, S. berbasis kearifan lokal lokal dapat meningkatkan hasil
(2017) untuk meningkatkan belajar.
kreativitas dan hasil  Dengan desain STS (Sains,
belajar. Technology, and Society) pada
sikap peserta didik terhadap ilmu
dan kreativitasnya.
 Penggunaan pendekatan saintifik
sebagai kelas kontrol.
 Ada pengaruh signifikan pada
penerapan proses pembelajaran
berbasis kearifan lokal dalam
meningkatkan kreativitas dan
hasil belajar peserta didik.
20 Noor, M., Pengembangan  Pengembangan perangkat
Zainuddin, & perangkat pembelajaran untuk kevalidan
Sarah, M. (2017) pembelajaran IPA dan kepraktisan perangkat
melalui model pembelajaran ditinjau dari
pengajaran langsung keterlaksanaan RPP,
dengan metode  Mendeskrepsikan keefektifan
problem solving perangkat pembelajaran yang
ditinjau dari hasil belajar kognitif
peserta didik.
 Bentuk instrumen yang
dikembangkan berupa berupa
RPP, LKS, THB dan Materi ajar.
 Hasil penelitian menunjukkan: 1)
perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dinyatakan valid
dengan kategori baik, 2)
kepraktisan perangkat
pembelajaran dinilai terlaksana
dalam kategori sangat baik, dan
3) keefektivan perangkat
pembelajaran berkategori sedang.
Diperoleh kesimpulan bahwa
perangkat pembelajaran
menggunakan model pengajaran
langsung dengan metode problem
solving yang d

4. DISKUSI
Berdasarkan hasil reviu terhadap temuan pada penelitian sebelumnya
didapatkan 13 (sebanyak 65% dari reviu) artikel jurnal dengan menerapkan model
pembelajaran diantaranya; Pertama, 1 jurnal dengan temuan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri yang dapat mengakomodasi sifat ilmu pengetahuan dan
prosesnya untuk memengaruhi prestasi belajar IPA peserta didik. Kedua, 1 jurnal
tentang penerapan model group science learning (GSL) dapat meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah, kolaboratif, dan mandiri. Ketiga, 1 jurnal tentang
penerapan desain STS (Sains, Technology, and Society) pada sikap peserta didik
terhadap ilmu dan kreativitasnya, dan Keempat, 10 (55% reviu) jurnal tentang
penerapan model pembelajaran problem-based learning. Namun terdapat 2 (10%
reviu) diantara ke-10 jurnal yang membahas penerapan model pembelajaran problem-
based learning, mendapat temuan pengaruh yang tidak signifikan terhadap hasil
belajar dan keterampilan berpikir peserta didik. Diantaranya pada jurnal Liu et al.
2019 yang mendesain secara kolaboratif penerapan model pembelajaran PBL, bahwa
PBL cenderung beresiko gagal pada jenjang SMP. Selain itu pada jurnal Emrisesna et
al. (2018) menemukan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang
ditinjau dari self efficacy terhadap keterampilan proses sains peserta didik. Hal ini
memerlukan banyak perhatian khusus bagi peneliti selanjutnya, untuk mendalami
permasalahan pada penerapan model pembelajaran.
Dalam hasil reviu juga terdapat 7 (35% dari reviu) jurnal dalam
pengembangan media pembelajaran. Adapun pengembangan 7 media pembelajaran
sangat beragam, seperti 1) pengembangan perangkat pembelajaran, 2) pengembangan
bahan ajar digital interaktif, 3) pengembangan media teknologi i-pad sederhana
dengan pendekatan inkuiri, 4) pengembangan pada media pembelajaran NGSS (Next
Generation Science Standar), 5) pengembangan teknologi yang mendukung kegiatan
pembelajaran berbasis masalah pada persepsi self efficacy, dan 6) 2 jurnal
pengembangan metode campuran dengan desain multimedia berbasis lingkungan
sains. Adapun hasil reviu dalam pengembangan media pembelajaran, secara
keseluruhan (35% hasil reviu) menemui hasil yang signifikan sesuai tujuan penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa penerapan model pembelajaran yang
sudah diterapkan dengan baik belum tentu menghasilkan tujuan sesuai tuntutan
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil reviu dengan 2 jurnal penelitian yang
menemukan penerapan model pembelajaran yang tidak signifikan dalam mencapai
kriteria/tujuan dalam penelitian. Hal ini mengharuskan guru dalam mengkritisi setiap
penerapan proses pembelajaran. Lain halnya dalam keseluruhan jurnal pengembangan
media pembelajaran dapat dicapai keberhasilan, karena faktor kebaruan, ketertarikan
atau kesan utama peserta didik seperti pada kajian teori. Hal tersebut menjadi patokan
dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Adapun desain kolaborasi antara
model dan media pembelajaran menjadi hal yang wajib dikembangkan guru.
Berlandaskan kreativitas dan wawasan guru dalam mengembangkan kedua hal
tersebut, niscaya keterampilan dan potensi generasi penerus bangsa dalam
menghadapi tantangan global akan segera terpenuhi.
5. SIMPULAN
Studi literatur ini mengulas dan menyoroti kefektifan model dan media
pembelajaran untuk keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam
pembelajaran IPA. Keterampilan berpikir tingkat tinggi memungkinkan peserta didik
untuk berpikir dengan cara yang lebih kompleks di mana peserta didik mampu
kendalikan itu. Kemampuan berpikir kreatif dan kritis memungkinkan peserta didik
untuk bersiap menghadapi dunia nyata dan tantangan global. Desain pembelajaran
yang digunakan guru akan membantu peserta didik untuk menyusun pola pemikiran
mereka sesuai dengan situasi yang dihadapi. Peserta didik diharapkan mampu
memanipulasi pengetahuan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru dan
bermakna.
Adapun berdasarkan hasil reviu ditemukan keefektifan dalam
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat ditinjau berdasasrkan
model dan media pembelajaran yang diberikan guru. Model pembelajaran yang
beragam menimbulkan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat belajar secara aktif (student active learning), bermakna, dan berkelanjutan.
Dalam pemilihan model pembelajaran guru mempertimbangkan karakteristik materi
ajarnya, karakteristik peserta didik, dan daya dukung sekolah terhadap pembelajaran
yang akan dilakukan. Adapun selama sintak dalam proses pembelajaran guru
memerlukan sistem pendukung yang kuat untuk tercapainya minat atau kesan yang
lebih menyenangkan saat mampu memahami materi pembelajaran. Ketertarikan
peserta didik yang lebih kompleks dalam pembelajaran, menimbulkan pola timbal
balik, pembelajaran inovatif, kreatif, variatif, menantang serta memberi motivasi
peserta didik untuk belajar. Berdasarkan hal tersebut perlunya wawasan dan
pemahaman guru dalam mendesain model pembelajaran dengan pengembangan
media ajar, sehingga memberikan peluang untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Hasil reviu ini merujuk pada pengembangan media pembelajaran terbarukan,
sehingga guru lebih terampil, serta siswa lebih tertarik dengan ulasan pada media
pembelajaran.
6. KETERBATASAN STUDI
Temuan hasil literatur reviu ini didasarkan pada beberapa model dan media
pembelajaran saja terhadap perkembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik. Selama mencari hasil temuan sebelumnya untuk di reviu, masih bersifat
umum, dan belum menyeluruh. Hal ini belum tentu mencerminkan hasil
sesungguhnya dari seluruh model dan media pembelajaran. Dalam hal ini penulis
secara singkat menyuguhkan beberapa model dan media pembelajaran yang mampu
memberikan pada peserta didik, sehingga menimbulkan pembelajaran yang
bervariasi. Berdasarkan pada hasil reviu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
meneliti keterbatasan penulis mengkhusus pada salah satu model pembelajaran, atau
hanya perbandingan media pembelajaran, seperti pada bahan ajar, LKPD, maupun
majalah yang berbasis literasi yang sedang trend dalam proses penelitian.

Daftar Pustaka

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,


Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan A. Prihantoro. A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assesing: a Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, I. R. 2007. Learning to Teach. Jakarta: Pustaka Pelajar. Terjemahan.

Awan, R., N., Hussain, H., & Anwar, N. 2017. Effect of problem based learning on
student’s critical thinking skills, attitudes towards learning and achievement.
Journal of Educational Research. 20(2): 28-41. Tersedia pada
www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.

Brookhart, S. 2010. Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom.


Alexandria: Virginia, USA

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2013 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dirman & Juarsih, C. 2014. Pengembangan potensi peserta didik: Dalam rangka
implementasi standar proses pendidikan siswa. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Emrisena, A., Abdurahman, & Suyanto, E. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Keterempilan Proses Sains ditinjau dari
Self Efficacy Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. 6(2): 196-208. Tersedia pada
www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.

Fuad, A. Z., Alfin, J., Fauzan, Astutik, S., & Prahani, B. K. 2019. Group science
learning model to improve collaborative problem solving skills and self-
confidence of primary schools teacher candidates. International Journal of
Instruction. 12(3): 119-132. Tersedia pada wwwe-ije.net. Diakses 3 Oktober
2019

Gading, I. K., Suja, W., Sudarma, I. K., Divayana, D. G. H., & Widiana, I. W. 2018.
Belajar dan Pembelajaran. Singaraja: Undiksha Press.

Heong, Y. M., Othman, W. D., Yunos, J., Kiong, T. T., Hassan, R., & Mohamad, M.
M. 2011. The Level Of Marzano Higher Order Thinking Skills Among
Technical Education Student. International Journal Of Social And Humanity.
1(2): 1-11.

Hong, J. H., Hwang, M. Y., Tai, K., H., & Tsai, C. R. 2019. An exploration of
student’s science learning interest related to their cognitive anxiety, cognitive
load, self-confidence and learning progress using inquiry-based learning with
an ipad. Journal of Educational Technology Research and Development.
47(1): 1193-1212. Tersedia pada wwwe-ije.net. Diakses 3 Oktober 2019

https://wikipedia.org/wiki/Programme_for_International_Student_Assesment/,
Diakses pada tanggal 18 November 2019

Hursen, C. 2018. The Effect of Technology Supported Problem Based Learning


Approach on Adults’ Self Efficacy Perception for Research Inquiry.
Education and Information Technologies. 2019(24): 1131-1145. Tersedia
pada www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020

Istiyono, E., Mardapi, D., dan Suparno. Pengembangan Tes Kemanpuan Berpikir
Tingkat Tinggi Fisika (physTHOTS) Peserta Didik SMA. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Joyce, B., & Weil, M. (2003). Models of Teaching (5th ed.). New York: A Simon &
Schuster Company.

Kemendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta:Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran
Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Khadimah, N., Winarto, & Mustikasari, V. R. 2019. Discovery learning: Penerapan


dalam pembelajaran IPA berbantuan bahan ajar digital interaktif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan IPA Veteran. 3(1):
87-99. Tersedia pada www.jipva.com. Diakses 3 Oktober 2019

Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching anf The Development of Thinking.


Califronia: Wadsworth Publishing Company.

Liu, M., Liu, S., Pan, Z., & Li, C. (2019). Examining science learning and attitude by
at-risk students after they used a multimedia-enriched problem-based learning
environment. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning. 13(1): 1-
19. Tersedia pada www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020

Margunayasa, I. G., Dantes, N., Marhaeni, A. A. I. N., & Suastra, I. W. 2019. The
effect of guided inquiry learning and cognitive style on science learning
achievement. International Journal of Instruction. 12(1): 737-750. Tersedia
pada www.e-ije.net. Diakses 3 Oktober 2019

Marzuki, & Basariah. 2017. The Influence of Problem Based Learning and Project
Citizen Model on Student’s Critical Thinking Ability and Self Efficacy.
Cakrawala Pendidikan. 36(3): 382-400. Tersedia pada www.perpusnas.com.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.

Noor, M., Zainuddin, & Sarah, M. 2017. Pengembangan perangkat pembelajaran IPA
melalui model pengajaran langsung dengan metode problem solving. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika. 5(3): 328-339. Tersedia pada www.perpusnas.com.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.

Nurhayati, Angraeni, L., & Wahyudi. 2019. The Effect Problem Based Learning and
Critical Thinking on High Order Thinking Ability. Journal for Science
Education. 11(1): 12-20. Tersedia pada www.perpusnas.com. Diakses pada
tanggal 2 Januari 2020.

Pamungkas, A., Subali, B., & Lunuwih, S. 2017. Implementasi model pembelajaran
IPA berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 3(2): 118-127. Tersedia pada
www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.

Parno, Fathurrahman, Asim, Suwasono, P., & Ali, M. 2019. The Influence of
Problem Based Learning on Critical Thinking Ability for Students in Optical
Instrument Topic. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 15(1): 39-45. Tersedia
pada www.perpusnas.com. Diakses pada tanggal 2 Januari 2020.
Rachmawati, E., Prodjosantoso, A. K., & Wilujeng, I. 2019. Next generation science
standar in science learning to improve student’s practice skill. International
Journal of Instruction. 12(1): 299-310. Tersedia pada www.e-ije.net. Diakses
3 Oktober 2019

Sadia, I. W. 2014. Model-model Pembelajaran Sains Kontruktivistik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Sari, I. P., Mustikasari, V. R., & Novida, P. 2019. Pengintegrasian penilaian formatif
dalam pembelajaran IPA berbasis saintifik terhadap pemahaman konsep
peserta didik. Jurnal Pendidikan IPA Veteran. 3(1): 51-61. Tersedia pada
www.jipva.com. Diakses 3 Oktober 2019

Sarya, I.W., Suarni, N.K., Adnyana, I.N.B., & Suastra, I.W. 2019. The Effect of
Problem Based Learning and Authentic Assessment on Student’s Natural
Science Learning Outcome by Controlling Achievement Motivation. Journal
of Physics: Conference Series, 1-6.

Song, Y. 2018. Improving primary student’s collaborative problem solving


competency in project-based science learning with productive failure
instructional design in a seamless learning envirionment. Journal of
Educational Technology Research and Development. 66(1): 979-1008.
Tersedia pada https://doi.org/10.1007/s11423-018-9600-3. Diakses 3 Oktober
2019

Suastra, I.W., & Ristiati, N.P. 2019. Developing Critical Thinking, Scientific
Attitude, and Self Efficacy in Student through Project Based Learning and
Authentic Assesment in Science Teaching at Junior High School. Journal of
Physics: Conference Series, 1-6.

Suastra, I.W., Ristiati, N.P., Adnyana, P.P.B., & Kanca, N. 2019. The Effectiveness
of Problem Based Learning-Physics Module with Autentic Assessment for
Enchancing Senior High School Student’s Physics Problem Solving Ability
and Critical Thinking Ability. Journal of Physics: Conference Series, 1-6.

Suastra, I.W., Suarni, N. K., & Dharma, K. S. 2019. The Effect of Problem Based
Learning (PBL) model on Elementary School Student’s Science Higher Order
Thinking Skills and Learning Autonomy. Journal of Physics: Conference
Series, 1-6.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wardana, N. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan


Ketahanmalangan Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan
Pemahaman Konsep Fisika.
Yunistika, R. 2016. Perbedaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Antara
Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan
Inkuiri Bebas Pada Konsep Jamur. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

Zuhaida, A. 2017. Program pembelajaran IPA berbasis masalah untuk menumbuhkan


metakognisi siswa MTs di Salatiga. Jurnal Kependidikan Dasar Islam
Berbasis Sains. 2(2): 87-99. Tersedia pada www.ibriez.com. Diakses 3
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai