Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakar Masalah


Broken home adalah suatu keadaan keluarga yang ditandai dengan perceraian
orangtua, atau mereka yang mempunyai orang tua tungga (Single Parent)”(Ikawati, n.d.).
Broken home adalah keluarga yang tidak normal”. Keadaan keluarga yang kurang
menguntungkan dapat menyebabkan terganggunya perkembangan remaja yang dapat
menimpulkan kenakalan remaja dan gangguan psikologis seperti stres (Barseli, Ifdil, &
Nikmarijal, 2017; Sandra, & Ifdil, 2015),
Membangun sebuah keluarga bukan merupakan suatu hal yang mudah, diperlukan
komitmen dan penyatuan pemikiran antara ke dua belah pihak. Sehingga dalam
membangun sebuah keluarga beberapa keluarga tidak berhasil membangun keluarga secara
utuh yang mengakibatkan keluarga tersebut memilih jalur perceraian dalam mengatasi
masalah nya. Fenomena seperti ini dinamakan broken home, broken home adalah suatu
kondisi dimana anak di biarkan merasa kurang perhatian dan kasihsayang karena rumah
tangga yang kurang lengkap karena perceraian, perpisahan, atau kematian salah satu dari
orang tua atau kedua nya (Sani& Umar, 2019).
Begitu juga masalah dengan remaja yang broken home tentunya beda dengan tiap
remaja yang mengalaminya, itu semua banyak faktor yang menyebabkan remaja broken
home berprilaku negatif karena kejiwaan remaja yang broken home sangat mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Broken home menyebabkan pertengkaran dan
berakhir dengan perceraian (Sulistiyanto, 2017)
Keluarga dengan broken home dapat memengaruhi tumbuh kembang Remaja Dalam
keluarga. Perkembangan anak dalam keluarga tergganggu dengan adanya masalah
keluarga. Keluargamerupakan tempat yang penting untuk perkembangan anak dalam
keluarga secara fisik, emosi, spriritual, dansosial. Menuruthasil penelitian. Saikia, (2017)
Keluarga yang ideal adalah keluarga yang dilandaskan pada keharmonisan. Rumah
tangga yang harmonis bilamana seluruh anggota keluarga bahagia yang ditandai dengan
terpenuhi nya hak dan kewajiban dalam rumah tangga, terjalinnya hubungan kekeluargaan
yang baik, ramah, dan kasih saying baik terhadap istri dan anak. Serta memberikan
tauladan nyata bagianak. (Indriani,2018).
kondisi orang tua pecah atau bercerai, pastinya akan berdampak besar pada
keberlangsungan hidup anaknya. Hingga menimbulkan rasa traumatic baik kurun waktu
dekat maupun lamac dan dapat mempengaruhi semangta belajar. (Wulandari et., al 2019)
menyatakan, “keluarga yang disebut broken home dapat mempengaruhi tumbuh kembang
dan semangat belajar anak dalam keluarga. Perkembangan anak dalam keluarga tergganggu
dengan adanya masalah keluarga. Keluarga merupakan tempat yang penting untuk
perkembangan anak dalam keluarga secara fisik, emosi, spriritual, dan sosial”. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarga akan
mempengaruhi tumbuh kembang dan semangat belajar seorang anak. Bahkan akan
berdampak terhadap pendidikannya.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya (Rosalina &Junaidi, 2020). Kualitas pelaksanaan pembelajaran di
sekolah adalah ponda siawal keberhasilan proses pendidikan.(Sylvia, Anwar, & Khairani,
2019). Jika siswa malas untuk belajar, ia tidak memperoleh ilmu dari pelajaran itu. Bahan
pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah untuk dipelajari (Slameto, 2010). Selanjut
nya menurut (Syah, 2008) minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
siswa dalam bidang studi tertentu. Misal nya seorang siswa menaruh minat besar terhadap
sosiologi maka ia akan belajar bersungguh-sungguh dan memusatkan perhatian nya lebih
banyak dari pada siswa lain sehingga memungkinkan siswa tersebut belajar lebih rajin dan
mendapatkan nilai yang memuaskan.
Peran keluarga sangat mempengaruhi terhadap minat seorang anak dalam belajar, anak
yang memiliki keluarga utuh atau harmonis pasti memiliki kepribadian yang tumbuh
dengan baik (Fatmawati, 2016). Jika anak memiliki keluarga yang harmonis, anak bias
berkonsultasi dengan
Kondisi keluarga yang broken home sangat bias mempengaruhi minat anak untuk
belajar (Tumiyem, Daharnis, &Alizamar, 2015). Menurut (Slameto, 2010) minat belajar
adalah “Sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh”. Minat belajar adalah rasa keter tarikan pada suatu pembelajaran
untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Faktor yang mempengaruhi minat
belajar salah satu nya adalah factor sosial yang di dalam nya ada keluarga. Menurut (Syah,
2008) menyatakan bahwa “secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk
istilah popular dalam psikologi karena ketergantungan nya pada faktor-faktor internal
seperti pemusatan perhatian, keingin tahuan, motivasi dan kebutuhan (Yasinta&Fernandes,
2020). Namun terlepas dari masalah popular atau tidak, minat seperti yang di pahami dan
di pakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu.
Orang tua nya dimalam hari tentang pelajaran ataupun bercerita mengenai apa yang
terjadi di sekolah hari ini. Selain itu, kondisi broken home menyebabkan anak kehilangan
sosok yang dapat dijadikan panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan (Astriyani,
Triyono, & Hitipeuw, 2018). Berbeda dengan anak yang memiliki kondisi keluarga broken
home, anak akan kehilangan sosok tempat dia bercerita. Motivasi dari orang tua sudah
pastibisa meningkatkan minat belajar anak di sekolah, berbeda cerita dengan anak yang
broken home, anak-anak broken home yang tidak mendapat kan motivasi, dorongan, atau
perhatian dari orang tua nya pasti mempengaruhi bagaimana minat belajarnya di sekolah
(Sofiyulloh, 2019). Walaupun tidak semua anak dari keluarga broken home yang memiliki
minat belajar kurang.
Minat belajar siswa dari keluarga broken home memiliki perbedaan, ada yang
memiliki minat belajar yang tinggi dan ada yang memiliki minat belajar yang rendah.
Siswa memiliki minat belajar yang rendah dan kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran, dan mendapat hasil belajar yang tidak tuntas (Novianto, Zakso, &Salim,
2017). Sedangkan minat belajar yang tinggi, siswa tersebut meskipun berasal dari keluarga
broken home, tetap memiliki minat belajar yang tinggi dan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran disekolah, sehingga mendapat hasil belajar yang bagus dan memiliki tujuan
untuk meraih cita-citanya (Sofiyulloh, 2019). Berikut adalah table hasil ujian semester
ganjil tahun 2019/2020 siswa yang berasal dari keluarga broken home.
1.2 Identifikasi Masalah

Faktor-Faktor broken home


-minat belajar anak rendah
-anak broken home merasa
kehilangan sosok yang dapat
di jadikan panutan dalam
masa transisi menuju
kedewasaan
-perkembangan anak broken
home dapat mempengaruhi
tumbuh kembang dalam
keluarga baik secara
fisik,spiritual,emos dan
sosoial

Anda mungkin juga menyukai