Anda di halaman 1dari 22

SPIRITUALITAS ISLAM DALAM

MUHAMMADIYAH

HIKMATULLOH M.PdI

1
‫ﷲ اﻟﱠ ِﺬي أَﻧﺰَل ﻋﻠَﻰ ﻋﺒ ِﺪ ِﻩ اﻟْ ِﻜﺘﺎب وَﱂ َﳚﻌﻞ ﻟﱠﻪ ِﻋﻮﺟﺎ) ( ﻗَـﻴﱢﻤﺎ ﻟﱢﻴ ِ‬
‫ﻨﺬ َر‬ ‫ِ‬ ‫اﳊَ ْﻤ ُﺪِ‬
‫ْ‬
‫ً ُ‬ ‫َ َ َ ْ َْ ُ َ َ‬ ‫َ َ َْ‬
‫ﺎت أَ ﱠن َﳍُ ْﻢ‬ ‫ﺼِ‬
‫ﺎﳊ ِ‬ ‫ﱠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ن‬‫ﻮ‬‫ُ‬‫ﻠ‬‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ـ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻳﻦ‬ ‫ﺬ‬‫ِ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﲔ‬ ‫ِ‬
‫ﻨ‬
‫ُ ُ َ َُ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ‬‫ﻣ‬‫ِ‬‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬‫ﻟ‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
‫ﱢ‬ ‫ﺒ‬‫ـ‬ ‫ﻳ‬‫و‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬
‫ْ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﱠ‬‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬‫ِ‬ ‫ا‬‫ﻳﺪ‬ ‫ِ‬
‫ﺑَﺄْ ًﺳﺎ َﺷ ً‬
‫ﺪ‬
‫َ‬
‫َﺟًﺮا َﺣ َﺴﻨًﺎُ‬ ‫أْ‬
‫ﻓَﺄَ ْﳍََﻤ َﻬﺎ ﻓُ ُﺠ َﻮرَﻫﺎ َوﺗَـ ْﻘ َﻮ َاﻫﺎ ) (‬
‫ﺎﻫﺎ ) (‬ ‫ﺎب َﻣﻦ َد ﱠﺳ َ‬ ‫َ‬ ‫ﺧ‬
‫َ‬ ‫ﺪ‬‫ْ‬ ‫ﻗ‬
‫َ‬‫و‬‫َ‬ ‫(‬ ‫)‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺎﻫ‬
‫َ‬ ‫ﻛ‬‫ﱠ‬
‫ﻗَ ْﺪ أَﻓْـﻠَ َﺢ َﻣﻦ َز‬
‫ﺼﻠﱠﻰ ) (‬ ‫ﻓ‬
‫َ‬ ‫ﻗَ ْﺪ أَﻓْـﻠَﺢ ﻣﻦ ﺗَـَﺰﱠﻛﻰ ) ( وذَ َﻛﺮ اﺳﻢ رﺑﱢِ‬
‫ﻪ‬
‫َ َ َْ َ َ‬ ‫ََ‬

‫‪2‬‬
Tiga Istilah: Spiritualisme, Asketisme
(zuhud) dan Tasawuf
• Spiritual  dari kata spirit (jiwa, ruh), ajaran
yang mengutamakan keruhanian. Kehidupan
yang mengutamakan olah batin, jiwa atau
ruhani.
• Asketis  (zuhud) ajaran yang mengutamakan
kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan
berkurban.
• Tasawuf  ajaran tentang cara, jalan atau
metode (tarekat) untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah. Di dalam
tarekat ada maqamat (tahap-tahap) seperti
taubat, mujahadah  ikhlas (26) dst.
3
Pendapat tentang Tasawuf di Kalangan
tokoh-tokoh Muhammadiyah

Menolak Tasawuf Secara Total


Menurut kelompok ini ibadah adalah suatu konsep yang
sudah paten dan tidak boleh mengada-ada. Apabila
urusan ibadah diintervensi manusia maka akan menjadi
kacau. Dalam perspektif Muhammadiyah menurutnya,
landasan utama yang mendasari setiap ibadah manusia
adalah Qur’an dan Sunnah, sehingga apabila di dalam
Qur’an dan Sunnah tidak ada konsep tertentu tentang
suatu ibadah, tasawuf misalnya, secara otomatis maka
hal tersebut tidak boleh dilakukan.

4
Bersikap Terbuka terhadap tasawuf

Menurut kelompok ini, di Muhamadiyah


konsep tasawuf secara formal tidak
dikenal, yang ada hanyalah dzikir. Dzikir
ada dalam Muhammadiyah bukan
dipahami sebagai salah satu elemen
utama dari tasawuf melainkan memang
dzikir diajarkan dalam Islam, seperti
embaca tasbih (33x), hamdalah (33X) dan
takbir (33X).
5
Akomodatif terhadap Tasawuf

Menurut kelompok ini tasawuf tidak ditemui di


dalam Muhammadiyah. Konsep yang
digunakan oleh Muhammadiyah untuk
terminologi spiritualitas ini lebih sering disebut
dengan istilah “akal dan hati suci”
“Tasawuf” akan positif, bahkan sangat positif
ketika tasawuf dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan keagamaan sesuai yang diajarkan al-
Qur’an dan as-Sunnah; mana yang diwajibkan
dan dihalalkan dikerjakan dan mana yang
haram ditinggalkan.
6
Spiritualitas Seperti Apa ?

Kehidupan spiritual yang terorganisir


tampaknya seperti dalam jamaah atau
perkumpulan tarekat tampaknya tidak
dijumpai di Muhammadiyah. Tetapi
kehidupan spiritual sebagai pengalaman
keagamaan pribadi banyak dijumpai di
Muhammadiyah.

7
Spiritualitas Seperti Apa ?
Mitsuo Nakamura (antropolog):
“Saya sedikit terkejut mendapatkan satu dari
beberapa pempinan cabang Muhammadiyah di
Kotagede mengucapkan dzikir secara pribadi
dengan memakai tasbih. Setelah bermalam di
rumahnya, saya juga sadar dia juga melakukan
shalat witir (shalat malam maksudnya, pen).
Saya menjadi bingung melihat adanya praktik-
praktik semacam ini di dapur gerakan
Muhammadiyah.”
8
Nasihat Perceraian (contoh 1):
Ada sebuah kasus nasehat perceraian untuk
sepasang suami istri yang diberikan oleh tokoh
Aisyiyah. Penasehat ini bertanya apakah suami
Anda bisa membaca al-Qur'an. Jawabnya, 'ya'.
Kemudian penasehat itu menganjurkan agar dia
membaca surat al-Fatihah 40 kali setiap malam
sebelum tidur:
"Ucapkan selama 40 kali untuk memohon
pertolongan Allah, bimbingan Allah. Hatimu
akan menjadi tenang lalu pergilah tidur. Lakukan
itu untuk sementara, mudah-mudahan anda
akan sampai pada pemecahan masalah secara
baik." 9
Pengalaman Seorang Suami
(contoh 2)

Ia seorang Muhammadiyah, mengeluh kalau


sedang sempit rizkinya isterinya sering
protes (ngomel), setelah suatu saat diberi
nasehat kawannya agar membaca al-
Fatihah sebanyak 41 kali setiap menjelang
tidur sampil mendekap dada istrinya,
hasilnya isterinya sekarang menjadi
wanita yang menerima apa adanya.
10
Ajaran Spiritual KH. Ahmad Dahlan

• Pada suatu kesempatan Ahmad Dahlan


mendefinisikan orang beragama sebagai
kesanggupan untuk tunduk kepada Allah dan
bersedia mengurbankan harta bendanya untuk
kepentingan perjuangan.
• Orang yang beragama ialah " … orang yang
jiwanya menghadap kepada Allah dan berpaling
dari lainnya. Bersih tidak dipengarui oleh yang
lain-lainnya, hanya tertuju kepada Allah tidak
tertawan kebendaan dan harta benda, dengan
bukti dapat dilihat menyerahkan harta benda
dan dirinya kepada Allah"

11
Ajaran Spiritualitas KH. Ahmad Dahlan:
Pengendalian Nafsu (1)
•Pertama, adalah dzikrullah, yaitu mengingat Allah, kepada
ayat-ayat Allah dan ingat secara langsung kepada Allah.

Dzikrullah dapat dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk, dan


berbaring di segala tempat dan waktu yang realisasinya adalah
dalam bentuk: a) Tiap-tiap gerak-gerik dan segala tingkah
dengan membaca basmalah. b) Terhadap ajakan taat dan
godaan maksiat membaca lahaula wala quawata illah billah;
c) Dalam menerima kenikmatan ingat kepada Allah dengan
membaca Asykurullah; d) Dalam rasa takjub dan kagum
kepada Allah dengan membaca subhanallah; e) Dalam rasa
salah atau dosa kepada Allah dengan membaca astaghfirllah;
f) Dalam waktu ada musibah atau ujian kesusahan ingat
kepada Allah dengan membaca inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un.
12
Ajaran Spiritualitas KH. Ahmad Dahlan:
Pengendalian Nafsu (2)

Membersihkan hawa nafsu, yakni dengan


memperbanyak shalat, seperti shalat wajib dan
shalat-shalat sunnat.
Dalam surat Thaha/20:14,

‫ﺼ َﻼ َة ﻟِ ِﺬ ْﻛ ِﺮي‬
‫إِﻧﱠﻨِﻲ أَﻧَﺎ اﻟﻠﱠﻪُ َﻻ إِﻟَﻪَ إِﱠﻻ أَﻧَﺎ ﻓَﺎ ْﻋﺒُ ْﺪﻧِﻲ َوأَﻗِ ِﻢ اﻟ ﱠ‬
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat Aku".
Dalam surat ar-Ra'du/13:28
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ﱠ‬
ُ ُ‫آﻣﻨُﻮاْ َوﺗَﻄ َْﻤﺌ ﱡﻦ ﻗُـﻠُﻮﺑُـ ُﻬﻢ ﺑِﺬ ْﻛ ِﺮ اﻟﻠّﻪ أَﻻَ ﺑِﺬ ْﻛ ِﺮ اﻟﻠّﻪ ﺗَﻄ َْﻤﺌ ﱡﻦ اﻟْ ُﻘﻠ‬
‫ﻮب‬ َ ‫ﻳﻦ‬ َ ‫اﻟﺬ‬
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
13
Ajaran Spiritualitas KH. Ahmad Dahlan;
Meyikapi Kematian (3)
• Agar seseorang senang dan suka beramal, Kyai Dahlan
menyarankan agar setiap orang meyakini bahwa mati adalah
bahaya, akan tetapi lupa kepada kematian merupakan bahaya yang
jauh lebih besar dari kematian itu sendiri.

“Hai Dahlan! gambar-gambarkanlah badanmu sendiri hanya


berhadapan dengan Allah saja, dan dimukamu bahaya maut akan
diajukan, hisab atau pemeriksaan, surga atau neraka (hitungan
yang akhir itulah yang menentukan nasibmu). Dan berpikirlah,
renungkanlah apa-apa yang mendekati kau daripada sesuatu yang
ada di mukamu bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”

• Sebelum wafat, Kyai Dahlan meninggalkan pesan sederhana


namun sangat mendalam maknanya, “berbuat dan bekerja itu
lebih baik dan lebih penting dari berbicara.”

14
• Asrofie selanjutnya menafsirkan, bahwa pemikiran
Ahmad Dahlan tentang kematian mendapatkan tempat
yang istimewa. Kesadaran akan kematian dimaknai
secara positif, yaitu agar selamat dari api neraka maka
manusia harus berbuat sesuatu.
• Kesadaran akan kematian menjadi motivasi untuk
beramal. Manusia menjadi mengetahui batas hidupnya.
Agar di dalam hidupnya memiliki makna, maka orang
harus berkarya. Ini berarti pula bahwa kesadarannya
tentang kematian tidak berarti harus berdzikir,
melakukan wirid dan ibadah ritual semata.
• Kesadaran Ahmad Dahlan secara pribadi sebagai
Muslim terhadap permasalahan kematian yang
berimplikasi terhadap amal dan mengekang
keserakahan itu kemudian ditransformasikan ke dalam
masyarakat melalui para pengikutnya.

15
KH. AR. Fachruddin; Kesederhanaan,
Kejujuran dan Kerelaan berkurban
• Pertama, watak kesederhanaan.
• Kesederhanaan Pak AR tampak dalam keseharian dan
sikapnya terhadap fasilitas yang pernah ditawarkan
Muhammadiyah kepadanya. Semasa hidupnya Pak AR
tetap dalam kesederhanaan meski pelbagai fasilitas
mestinya berhak didapatkannya. Pak AR selalu hidup
sederhana sebagaimana layaknya masyarakat
kebanyakan. Di depan rumahnya (rumah dinas milik
Depag) ada kios bensin, untuk sekadar menambah
penghasilan atau sekadar untuk kesibukan cucu-
cucunya. Beliau pun menolak ketika Muhammadiyah
menawarinya mobil dinas. "Sudah, simpan di kantor PP
saja," kata Pak AR
16
• Kedua: Sikap Jujur

• Kejujuran Pak AR tampak, misalnya ketika pada tahun


1987, ada salah seorang pejabat dari Jakarta yang
menemuinya. Pejabat itu meminta Pak AR agar
Muhammadiyah jangan sampai dimasuki para politikus.
Hal itu bisa dimaklumi, karena Muhammadiyah
memiliki bargaining politik yang cukup tinggi, sehingga
akan merepotkan pihak tertentu jika Persyarikatan ini
dimanfatkan sebagai tameng para politisi yang ingin
memanfaatkannya. Selang beberapa hari kemudian,
pejabat itu mengirim utusannya kepada Pak AR sambil
membawa uang ratusan juta rupiah.
• Lalu Pak AR pun bertanya, "uang ini untuk
Muhammadiyah atau untuk saya? Kalau untuk
Muhammadiyah, yang menyumbang Muhammadiyah itu
sudah banyak, jadi tidak usah disumbang lagi. Kalau
untuk saya, gaji pensiun saya yang Rp. 60.000 per bulan
itu sudah lebih dari cukup."
17
• Kedua: Sikap Jujur
• Mendengar jawaban itu, pejabat itu pun datang
langsung menemui Pak AR, sambil berkata;
"Kalau Pak AR mau masuk 'organisasi' saya,
maka saya pun mau masuk Muhammadiyah".
"Lho, dulu kan bapak yang bilang,
Muhammadiyah ini jangan sampai dimasuki
politikus; kok malah bapak sekarang mau
masuk Muhammadiyah," jawab Pak AR. Saya
sangat bersyukur, waktu itu Tuhan melindungi
saya, sehingga Persyarikatan ini bisa selamat
sampai sekarang. Cerita ini disampaikan Pak
AR di sela-sela pengajian Ramadhan.

18
Ketiga: Kerelaan Berkurban

• Pak AR memiliki perhatian terhadap tradisi


memuliakan tamu. Beliau kemudian memberi
tuntunan khusus yang terbagi dalam tiga
kondisi:
Pertama, jika seorang Muslim diberi Allah
kelapangan rizki, maka Pak AR menuntunkan
untuk menyediakan rumah-rumah tamu secara
terpisah dari rumah pribadi. Adapun rumah-
rumah tamu tersebut (jika bisa) dilengkapi
dengan kullah (bak mandi), WC, tempat shalat
dan terdiri dari 2 sampai 3 ruang kamar tidur.

19
Kedua, jika belum mampu, maka cukup
menyediakan tempat (kamar) tersendiri
dalam rumah pribadi dengan kelengkapan
tempat shalat khusus, WC dan kullah yang
juga tersendiri, sehingga para tamu tidak
sungkan untuk melaksanakan hajat
(keperluan) pribadi atau shalat nafilah
(tahajud dan dhuha).

20
Ketiga, jika memang masih belum bisa, maka
cukup dengan memuliakan tamu dengan baik,
sopan santun, dan sikap penuh kekeluargaan.
Untuk keperluan tidur dan sholat, bentangkanlah
tikar dan kelengkapan lain yang baik, nyaman dan
sesuai dengan kemampuan.
Dalam hal ini, Pak AR juga menuturkan untuk
membantu tetangga yang sedang menjamu atau
memuliakan tamunya, jangan-jangan ada
kesulitan. Namun yang terpenting dari semua di
atas, adalah memuliakan tamu dengan penuh
keikhlasan

21
Semoga Bermanfaat

22

Anda mungkin juga menyukai