Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE


PADA BALITA DI PUSKESMASSEKAYU KECAMATAN
MUSI BANYUASIN TAHUN 2021

DisusunOleh:
HASBIALLAH
NIM.19121033P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASAYRAKAT
2021
SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE


PADA BALITA DI PUSKESMASSEKAYU KECAMATAN
MUSI BANYUASIN TAHUN 2021

DiajukanSebagaiPedomanPenelitianGunaMenyusunSkripsiDalamRangka
MenyelesaikanPendidikanPadaFakultasKesehatan Program Studi Strata-1
KesehatanMasyarakatUniversitas Kader Bangsa Palembang

Oleh :
Hasbiallah
NIM.19121033P

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI STRATA 1 KESEHATAN MASYARAKAT
2021
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Konsentrasi : AdministrasidanKebijakanKesehatan

Dengan ini menyatakan denganbenar bahwa Skripsi ini saya buat sendiri

dengan tidak melakukan tindakan plagiatisme, dan saya bertanggung

jawab sepenuhnya atas isi skripsi ini. Apabila saya mengingkari

pernyataan inimaka saya bersedia menerima sanksi apapun dari

pendidikan.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya

Yang menyatakan

Hasbiallah
HALAMAN PENETAPAN
SK. Rektor UKB No. 272/B-SK-Skripsi/UKB/III/2021, tanggal 2 Maret 2021

REKTOR UKB MENETAPKAN


JUDUL DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Pembimbing I : MedyPurwanto, SKM., M.Kes

Pembimbing II : Hj. Sutriyati, SKM.,M.Kes

Universitas Kader Bangsa Palembang


Rektor,

Dr. Hj. Irzanita, S.H., S.E., SKM., MM., M.Kes.

1
2

HALAMAN PENETAPAN
SK. Rektor UKB No. 274/B-SK-Prop/UKB/IV/2021,tanggal 1April 2021

REKTOR UKB MENETAPKAN


JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Penguji I : Dr. Rico Januar Sitorus, SKM., M.Kes (epid)

Penguji II : MedyPurwanto, SKM., M.Kes

Penguji III : Hj. Sutriyati, SKM.,M.Kes

Universitas Kader Bangsa Palembang


Rektor,

Dr. Hj. Irzanita, S.H., S.E., SKM., MM., M.Kes.


3

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing I Pembimbing II

MedyPurwanto, SKM.,M.Kes. Hj. Sutriyati, SKM.,M.Kes.

Menyetujui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kesehatan

Dr. Rico JanuarSitorus,SKM., M.Kes. (Epid)


4

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Proposal ini telah di seminarkan pada tanggal ................. dan diperbaiki

Pembimbing I Pembimbing II

MedyPurwanto, SKM.,M.Kes Hj. Sutriyati, SKM., M.Kes

Menyetujui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
DekanFakultas Kesehatan

Dr. Rico JanuarSitorus,SKM., M.Kes. (Epid)


5

HALAMAN PERSERTUJUAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Pembimbing I Pembimbing II

MedyPurwanto, SKM.,M.Kes Hj. Sutriyati, SKM., M.Kes

Menyetujui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
DekanFakultas Kesehatan

Dr. Rico JanuarSitorus,SKM., M.Kes. (Epid)

v
i
6

HALAMAN PERSERTUJUAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Skripsi ini telah diseminarkan pada tanggal ... September 2021 dan
diperbaiki.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Hj. Sutriyati, SKM., M.Kes Medy Purwanto, SKM., M.Kes

Mengetahui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kesehatan

Dr. Rico Januar Sitorus,SKM., M.Kes. (Epid)


7

HALAMAN PERSERTUJUAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan.

Pembimbing Materi Pembimbing Teknis

Hj. Sutriyati, SKM., M.Kes Medy Purwanto, SKM., M.Kes

Mengetahui,
a.n. Rektor Universitas Kader Bangsa
Dekan Fakultas Kesehatan

Dr. Rico Januar Sitorus,SKM., M.Kes. (Epid)

i
x
8

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hasbiallah

NIM : 19121033P

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Strata-1 Kesehatan Masyarakat

Judul :Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu

Kecamatan Musi Banyuasin Tahun 2021

Telah diuji dan lulus pada ;


Hari :
Tanggal :

Tim Penguji

Penguji I : Dr. Rico Januar Sitorus, SKM., M.Kes (Epid) (..............)


Penguji II : Medy Purwanto, SKM., M.Kes. (..............)
Penguji III : Hj. Sutriyati., SKM., M.Kes. (..............)

Disahkan oleh
Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang

Dr. Hj. Irzanita, SH., SE., SKM., MM., M.Kes.

x
i
9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.........................................ii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PEMBIMBING.........................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL UNTUK
DISEMINARKAN............................................................................................iv
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI PROPOSAL.............v
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL TELAH
DISEMINARKAN............................................................................................vi
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI UNTUK DIPERTAHANKAN
...........................................................................................................................vii
HALAMAN PENETAPAN JUDUL DAN PENGUJI SKRIPSI................viii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................x
BIODATA .......................................................................................................xii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................xiii
ABSTRAK ( 2 BAHASA) .............................................................................xiv
DAFTAR ISI....................................................................................................xv
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Indentifikasi Masalah.........................................................................................6
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................6
1.4 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.5 Tujuan Penelitian...............................................................................................7
1.5.1 Tujuan Umum............................................................................7
................................................................................................
1.5.2 Tujuan Khusus...........................................................................7
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................................8
1.6.1 Manfaat Teoritis........................................................................8
1.6.2 Manfaat Praktis..........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare.....................................................................................................10
2.1.1 Pengertian Diare......................................................................10
2.1.2 Penyebab Diare........................................................................11
2.1.3 Gejala Diare.............................................................................13
2.1.4 Penatalaksaan Diare.................................................................15
2.1.5 Pencegahan Diare....................................................................16
10

2.1.6 Faktor Resiko Diare.................................................................17


2.2 Patologi Faktur..................................................................10
2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).................................... 12

2.2.1 Definisi PHBS.........................................................................23


2.2.1 Tujuan dan Manfaat PHBS .....................................................25
2.2.1 PHBS di Rumah Tangga.........................................................26
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare...................27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka konsep..................................................................................39
3.2 Hipotesis...............................................................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..................................................................................42
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................42
4.2.1 Tempat.....................................................................................42
4.2.2 Waktu......................................................................................42
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................42
4.3.1 Populasi Penelitian..................................................................42
4.3.2 Sampel Penelitian....................................................................43
4.4 Pengumpulan data................................................................................43
4.5 Pengolahan data...................................................................................43
4.6 Analisis data.........................................................................................44
4.7 Definisi operasional..............................................................................44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.....................................48
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian............................................48
5.1.1 Sejarah Puskesmas Sekayau....................................................48
5.2 Hasil Penelitian.....................................................................................52
5.2.1 Analisis Univariat....................................................................52
5.2.2 Analisis Bivariat......................................................................55
5.5 Pembahasan..........................................................................................59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................66
6.1 Kesimpulan..........................................................................................66
6.2 Saran…................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1....................................................................................................40
12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Bukti Permintaa Dam Tindakan Pelayanan

2. Surat Hasil Pemeriksaan Radiologi

3. Lembar konsultasi pembimbing materi dan pembimbing teknis

4. Hasil quesioner 1

5. Hasil quesioner 2

6. Hasil quesioner 3
13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare, dalam pengertianya merupakan suatu keadaan di mana tinja

kehilangan konsistensi normal, yang lazim disertai kenaikan frekuensi berak.

Diare menunjuk pada perubahan pola buang air besar seseorang yang lazim, di

dalam saluran pencernaan terkumpul sejumlah besar cairan, terutama setelah

terbentuk tekanan osmotik yang di timbulkan oleh elektrolit dan substansi

(glukosa, asam amino) secara pasif. (Binarupa Aksara, 2015)

Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada

anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga

mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus

terhadap sari makanan. Dalam keaadan infeksi, kebutuhan sari makanan

pada anak yang mengalami diare akan meningkat sehingga setiap

serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. (Widoyono, 2011)

Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare. Di

Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar

200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut,

70-80 % menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan

usia ini mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian

anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya. Angka CFR diare

menurun dari tahun ke tahun, pada tahun 1975 CFR sebesar 40-50%,

tahun 1980-an CFR sebesar 24%. Berdasarkan hasil survei kesehatan


14

rumah tangga (SKRT), tahun 1986 CFR sebesar 15%. Di Indonesia,

laporan yang masuk ke Departemen Kesehatan menunjukan bahwa setiap

anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Angka

kesakitan dan kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke

tahun. (Widoyono, 2011)

Konsekuensi dari diare beragam sesuai dengan berat ringannya

diare, lama diare, usia penderita, dan keaadaan gizi sebelumnya. Secara

akut kehilangan air dan elektrolit akan menimbulkan gangguan asam

basa. Apabila diare menjadi berkepanjangan dapat timbul malnutrisi

kronik. (Soetomo, 1999)

Menurut Sirait (2013), orangtua mempunyai peran penting untuk

kesehatan anaknya, termasuk bagaimana orangtua menentukan pilihan

makanan anaknya. Tidak cukup hanya menentukan pilihan makanan

bahkan bagaimana memproses makananpun dipengaruhi oleh orangtua.

Termasuk bagaimana memproses Air Susu Ibu (ASI) yang tidak

diberikan secara langsung.

Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Pada pemberian ASI tidak

secara langsung, ASI diproses meliputi proses pemerahan, penyimpanan,

dan cara pemberian pada bayi. Tahap tersebut harus dilakukan dengan

memperhatikan kebersihan serta cara-cara yang tepat. Bila hal tersebut

tidak diperhatikan maka ASI yang merupakan makanan pada bayi tidak

terjaga kebersihannya bahkan akantercemar oleh bakteri yang bisa

menyebabkan masalah pada bayi salah satunya diare. Meskipun ibu


15

bekerja, ASI tetap bisa diberikan secara eksklusif karena ASI bisa

diperah dan tetap diberikan kepada bayi walaupun ibu tidak

mendampingi bayinya.Menyusui bisa dilakukan sebelum berangkat kerja,

jika ibu sudah berada dirumah maka ibu dapat memberikan hak anaknya

untuk menyusui secara langsung. Pada ibu bekerja bisa memberikan ASI

dengan cara pemrosesan ASI yaitu dengan cara memerah ASI,

penyimpanan ASI dan cara pemberian ASI.

Menurut hasil penelitian Arya 2015 analisa uji hubungan dengan

chi square didapatkan hasil nilai chi square hitung 17,740 >chi square

tabel 3,841 dan p value 0,000 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak,

berarti ada hubungan antara pemrosesan ASI dengan frekuensi kejadian

diare pada bayi di Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pemrosesan ASI dengan frekuensi

kejadian diare menunjukkan bahwa proporsi kejadian diare pada bayi

sering dialami oleh bayi dimana pemrosesan ASI-nya kurang benar

(89,5%) dibandingkan yang tidak pernah atau jarang mengalami diare

dengan pemrosesan ASI benar (81,2%).

Diare akut disebabkan oleh infeksi, atau mencerminkan adanya

iritasi atau infeksi saluran kemih, hal-hal penting yang perlu diketahui

adalah keakutan mula timbulnya diare, demam dan ada tidaknya darah.

Diare dengan tinja yang mengandung darah pada seorang anak yang

demam lazim disebabkan infeksi, sementara diare dengan tinja yang

tidak mengandung darah biasanya diakibatkan oleh virus atau faktor luar
16

usus. Bakteri lebih mungkin terjadi pada anak dengan riwayat

mengeluarkan tinja yang mengandung darah dan di sertai demam, dan

berak sekurang-kurangnya bisa 10 kali dalam 24 jam. Seorang anak yang

tidak mengandung diare dengan tinja yang mengandung darah

kemungkinan biasanya disebabkan oleh infeksi obat-obatan dan faktor

penyebab yang lainnya. (Binarupa Aksara, 1995)

Sedangkan Diare kronik adalah keluarnya tinja cair yang sering dan

berlangsung 14 hari atau lebih yang dapat berupa air (watery), dalam

jumlah besar (bulky), atau disentri (dysenteric).

Dalam hal ini yang terakhir (akut) sering digunakan istilah diare persisten

yang erat kaitanya dengan istilah diare kronik yang merupakan episode

diare yang kronik atau persisten, tanpa penyebab yang dapat di temukan

yang tidak responsif terhadap pola pengobatan yang normal. (Soetomo,

1999).

Hasil penelitian Rizcita dkk, (tahun brp.....) Menunjukkan jumlah

balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan adanya kejadian diare

adalah 89,5% sedangkan balita yang mendapatkan ASI Eksklusif dan

adanya kejadian diare adalah 59,1%. Terdapat perbedaan dengan p value

= 0,009 (𝛼= 0,05). Hasil statistik menunjukkan bahwa variabel

pemberian ASI Eksklusif memiliki hubungan untuk mempengaruhi

kejadian diare balita. Hasil analisis juga diperoleh nilai PR= 1,514 (95%

CI: 1,052-2,180) yang artinya prevalensi balita yang tidak ASI Eksklusif

untuk terjadinya diare sebesar 1,514 kali dibandingkan dengan balita


17

yang ASI Eksklusif untuk terjadinya diare. Pola pemberian ASI

merupakan kebiasaan ibu menyusui berdasarkan banyaknya seorang ibu

menyusui anaknya. Menyusui merupakan suatu proses alamiah yang

sangat diperlukan oleh seorang anak karena air susu ibu merupakan

cairan hidup yang mengandung zat protektif guna meningkatkan

kekebalan tubuh yang akan melindungi anak dari berbagai infeksi

bakteri, virus, parasit, dan jamur sehingga anak yang disusui oleh ibunya

secara penuh selama enak bulan (ASI Eksklusif) lebih sehat dan lebih

jarang sakit dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI

Eksklusif. ASI Eksklusif adalah perilaku ibu menyusui bayinya sejak dini

setelah persalinan baik secara langsung maupun diperah tanpa terjadwal,

tidak diberi makanan atau minuman lain kecuali obat atau vitamin hingga

bayi berusia 6 bulan (Jurnal Jumantik Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei

2019).

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat karena merupakan penyumbang utama ketiga angka

kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia.

Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per

tahun pada balita disebabkan oleh diare. Lebih kurang 80% kematian

terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun. (Widoyono, 2011)

Menurut World Health Organization (WHO) diare menyebabkan

kematian hingga 2 juta anak di dunia setiap tahun. Begitu berbahayanya

penyakit ini sehingga orang tua harus waspada. Diperkirakan 4 milyar


18

kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, dan

sebagian besar anak-anak. Di beberapa negara berkembang diare juga

merupakan salah satu penyebab utama terhadap morbiditas dan

mortalitas pada anak di bawah lima tahun termasuk di Indonesia.

(Depkes. RI, 2016)

Di Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan 2016

kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2014 penyakit diare

301/1000 penduduk, tahun 2015 naik menjadi 374/1000 penduduk,

Tahun 2021 naik menjadi 423/1000 penduduk dan

tahun2017menjadi411/1000penduduk.PadaRiskesdestahun2013menu

njukkan bahwa prevalensi diare untuk seluruh kelompok umur di

Indonesia adalah 3,5 persen dari 7,0 persen dan kejadian diare untuk

kelompok umur balita mencapai 6,7persen. Rata-rata tiap anak di

bawahlimatahunmengalamiepisodediare3kalipertahun.PadaRisetKese

hatanDasar(Riskesdes)2016diaremerupakanpenyebabutamakematianp

adabayidan balita. Angka


Kematian Balita (AKABA) dapat
1
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak termasuk

status gizi, sanitasi dan angka kesakitan lainnya. Penurunan AKABA

tingkat nasional antara 2003 sampai 2012 yaitu dari 46/1000 menjadi

40/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 angka kematian balita

di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 1.502 kasus

kematian balita dari 103.524 kelahiranhidup. Di Provinsi Sumatera

Selatan pada tahun 2017, bahwa kejadian KLB di kabupaten/kota


19

frekuensi KLB 51 kali yang terjadi di 51 desa dengan 738 penderita dan

kematian 8 orang Pada tahun 2017, penemuan kasus AFP mencapai

target penemuan sebesar 70 kasus dari target 47 kasus yang harus

ditemukan setiap tahunnya dengan non Polio AFP Rate sebesar 2,97 per

100.000 anak usia < 15 tahun. Dari spesimen yang dikumpulkan untuk

dilakukan pemeriksaan di laboratorium sebesar 75,7% adekuat, hal ini

berarti masih ada 24,3% yang tidak memenuhi syarat/tidak adekuat.

Spesimen yang tidak adekuat disebabkan oleh pengumpulan spesimen >

14 hari dari kelumpuhan sebanyak 12 kasus atau 71% dari total kasus

yang tidak adekuat yang terdiri dari Kabupaten Musi

Banyuasin(Depkes. RI, 2016)

Pada tahun 2018 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 1204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%). Salah satu

langkah dalam pencapaian target adalah menurunkan kematian anak

menjadi 2/3 bagian dari tahun 2014 sampai pada 2015. Berdasarkan

survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan riset

kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi

penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian

akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik dirumah maupun

disarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata

laksana yang cepat dan tepat. (Dinas Kesehatan, 2018)

Di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017, dari 559.011

perkiraan kasus diare, yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak


20

216.175 jiwa (38,67%), dengan Incidence Rate (IR) diare per 1.000

penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%.

Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000

penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan

menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih

dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata.(Dinas Kesehatan

Provinsi Musi Banyuasin 2017)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin

angka kejadian diare pada tahun 2015 terdapat 760 penderita, pada

Tahun 2021 terdapat 784 penderita, pada tahun 2017 terdapat 798

penderita, pada tahun 2018 terdapat 821 penderita, sedangkan pada tahun

2019 terdapat 896 penderita dan tahun 2021 terdapat 957 penderita.

(profil Dinkes Kabupaten Kabupaten Ogan 2019)

Sedangkan angka yang mengalami diare pada balita diPuskesmas

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2018berjumlah 170 pasien

balita pada tahun 2019 terdapat 1850 penderita dan pada tahun 2021 193.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengangkat

proposal dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2021”
21

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas khususnya penyakit diare

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena merupakan

penyumbang utama ketika angka kesakitan dan kematian anak diberbagai

negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan

dan 3,2 juta kematian pertahun pada balita disebabkan oleh diare.

(Kunoli, 2013)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan diare adalah

pengetahuan,Pola Makan Ibu, umur balita, kebersihan lingkungan, gizi,

ekonomi, makanan dan minuman, (Air Susu Ibu) ASI. (Widoyono, 2011)

1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas banyak faktor yang

berhubungan dengan kejadian penyakit diare dan karena keterbatasan

waktu, informasi, tenaga, biaya, serta kemampuan peneliti, maka peneliti

membatasi dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan pola makan dan

Pemberian ASI sebagai variabel independen dan diare sebagai variabel

dependen. Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1Secara Simultan

Adakah hubungan pengetahuan, pola makan dan pemberian ASI

secara simultan dengan kejadian diare pada anak balita di

Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021?


22

1.4.2Secara Parsial

1. Ada hubungan antara pengetahuan secara parsial dengan kejadian

diare pada anak balita di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2021?

2. Ada hubungan antara pola makan secara parsial dengan kejadian

diare pada anak balita di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2021?

3. Ada hubungan antara Pemberian ASI secara parsial dengan kejadian

diare pada anak balita di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2021?

1.5Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Diketahui ada hubungan pengetahuan,pola makan dan

pemebrian ASI secara simultan dengan kejadian diare pada

PuskesmasSekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui ada hubungan pengetahuan secara persial dengan kejadian

diarepada Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun

2021.

2. Diketahui ada hubungan polamakan secara persial dengan penderita

diare pada Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun

2021.
23

3. Diketahui hubungan antara Pemberian ASI secara parsial dengan

kejadian diare pada anak balita di Puskesmas Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2021

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

1. Bagi Peneliti

Untuk untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

penyakit diare,dan untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian

akhir program studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Kader

Bangsa Palembang dan

2. Bagi Rektor Universitas Kader Bangsa Palembang

Sebagai bahan referensidalam menyusun skripsi penyakitdiare

dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

maupun mahasiswi baik secara teori maupun praktek, sehingga berguna

untuk perbaikan dalam meningkatkan mutu pendidikan serta sebagai

bahan referensi perpustakaan.

1.6.2 Secara Praktis

1. Bagi Direktur/Pimpinan Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2021

Sebagai sumber informasi masukan dalam meningkatkan mutu

pemeriksaan pelayanan di bidang kesehatan supaya lebih rinci dan teliti

dalam melakukan pemeriksaan penyakit diare.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Teori Dasar Diare

2.1.1Definisi

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

WHO pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair

tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Para ibu

mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek, cair,

berdarah, berlendir, atau dengan muntah (muntaber). Penting

untuk menanyakan kepada orangtua mengenai frekuensi dan

konsistensi tinja anak yang di anggap sudah tidak normal lagi.

(Widoyono, 2011)

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair jadi

diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair pada balita

umur 6 bulan sampai 5 tahun dengan frekuensi lebih dari 3 kali

dalam sehari atau tanpa darah atau lendir atau lendir dalam tinja.

(Publichealth, 2014)

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak

cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau

gangguan lain. Kasus ini banyak terdapat di negara-negara

berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana akibat

12
13

diare merupakan salah satu penyebab kematian penting pada

anak-anak. (Diarepadaanak, 2014)

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

BAB dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012). Diare

adalah buang air besar (BAB) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih dari

200 gram atau/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali/hari. Buang air

besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. (Solehah,

2014)

2.1.2 Etiologi

Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi :

1. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

2. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigella sp (1-2%),

Vibrio cholerae.

3. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia,

Cryptosporidium (4-11%).

4. Keracunan nakanan.

5. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.

6. Alergi: makanan, susu.

7. Menurunnya daya tahan tubuh.

8. Kekurangan gizi.
14

9. Imunodefisiensi: AIDS. (Widoyono, 2011)

2.1.3 Patogenesis

Mekanisme diare dapat di golongkan dalam 2 kategori:

1. Diare osmotik

Diare osmotik digunakan apabila terjadi malabsorpsi dari

solot yang menimbulkan beban osmotik dibagian usus kecil dan

kolon sehingga menyebabkan bertambahnya cairan yang hilang.

Pada daerah yang lebih distal dari usus kecil dan pada kolon

osmotik yang di timbulkan oleh karbohidrat yang tidak terserap

akan mengahalangi reabsorpsi air yang pada keaadan normal

dilakukan melaluai transpor aktif dari ion pada bagian distal

usus kecil.

2. Diare sekretori

Diare osmotik adalah suatu bentuk diare dalam jumlah

yang besar yang disebabkan karena sekresi mukosal yang

berlebihan dari cairan dan elektrolit. (Huchter SE dkk, 1994)

Khas pada diare sekretori adalah volumnya yang besar dan

bersifat cair. Karena diare sekretori tidak tergantung dengan

adanya solut yang masuk, maka berbeda dengan diare osmotik,

diare tidak terpengaruh dengan mempuasakan penderita. Kadar

Na dan Cl meningkat dalam tinja penderita dengan diare

sekretori. (Soetomo, 1999)


15

2.1.4 Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare

akut, diare persisten, diare kronis, yaitu:

1. Diare akut

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang

meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan

bersifat medadak datangnya dan berlangsung dalam waktu

kurang dari 2 minggu. (Suharyono, 2012)

2. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang pengeluaran tinja encer

darah gejala berlangsung lebih dari 14 hari dan penurunan berat

badan. (Diareparasisten, 2014)

3. Diare kronik

Diare kronik adalah keluarnya tinja cair yang abnormal

sering dan berlangsung 14 hari atau lebih yang dapat berupa air,

dalam jumlah besar atau disentri. (Soetomo, 1999)

2.1.5 Menisfestasi Klinik

Mula-mula bayi dan anak merasa mual dan muntah-

muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi

virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah,

tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.

Selain itu dapat menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta

gejala-gejala lain seperti flu, agak demam, nyeri otot atau kejang
16

dan sakit kepala. Kadang-kadang gangguan bakteri dan parasit

menyebabkan demam tinggi atau tinja mengandung darah.

Muntah memperbesar dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan

cairan dalam jumlah besar dan menghambat rehidrasi oral.

(Wijoyo, 2013)

2.1.6 Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi akibat diare di bedakan

menjadi tiga yaitu : tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan atau

sedang, dehidrasi berat.

1) Tanpa dehidrasi, yakni apabila cairan tubuh yang hilang

sebesar 35% tandanya pada anak yaitu :

a. Biasanya anak merasa normal

b. Tidak rewel

c. Anak masih mau makan dan minum sendiri seperti biasa

2) Dehidrasi ringan atau sedang, yakni apabila cairan tubuh

yang hilang sebesar 6-10% tandanya anak yaitu :

a. Rewel atau gelisah

b. Mata sedikit cekung

c. Kulit keriput, misalnya kita cubit dinding perut, kulit tidak

segera kembali ke posisi semula

d. Kehausan

3) Dehidrasi berat, yakni apabila cairan tubuh yang hilang lebih

dari 10% tandanya ditemukan dua atau lebih gejala yaitu :


17

a. Anak apatis (kesadaran berkabut)

b. Mata cekung, bibir kering dan biru

c. Napas cepat

d. Anak terlihat lemah

e. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari dua detik

f. Berak terus menerus

g. Muntah terus menerus

h. Tidak dapat minum dan tidak mau makan

i. Tidak kencing selama enam jam atau lebih. (Widoyono,

2011)

2.1.7 Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melaluai promosi kesehatan, antara

lain :

1. Menggunakan air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak berasa

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk

mematikan sebagian besar kuman penyakit

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,

sesusah makan, dan sesudah buang air besar (BAB)

4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun

5. Menggunakan jamban yang sehat

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

7. Memberikan imunitas campak. (Widoyono, 2011)


18

2.1.8 Pengobatan Diare

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya :

1. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A

Pada keaadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari

atau di sebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini

masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa.

Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota

keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman

yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG),

air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah

dengan menggunakan terapi A.

Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah.

a. Memberikan anak lebih banyak cairan

b. Memberikan makanan terus-menerus

c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik

dalam tiga hari

2. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya

cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan diare sedang

terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk

mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau

sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut :


19

Tabel 2.1 Pada jam pertama jumlah oralit yang di gunakan :

1-4
<1 >5
Usia tahu
tahun tahun
n

Jumlah 300 600 1200

oralit mL mL Ml

Tabel 2.2 Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret :

<1 1-4 >5


Usia
tahun tahun tahun

Jumlah 100 200 400

oralit Ml mL mL

3. Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret

terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah,

kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi

dengan terapi C, yaitu keperawatan di puskesmas atau di rumah

sakit untuk diinfus.

4. Teruskan pemberian makan.

Pemberian makan seperti semula diberi sedini mungkin

dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan

diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap


20

diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila

sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat di teruskan dengan

memeberikan susu formula.

5. Antikbiotik bila perlu

Sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang

tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksaan kasus diare

karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan

merugikan penderita. (Widoyono, 2011)

2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak

balita

2.2.1 Faktor pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek yakni sebagian

besar melaluai penglihatan dan pendengaran, pengetahuan dapat

diukur dengan melakukan wawancara atau memberikan

sejumlah daftar pertanyaan tentang materi-materi yang ingin kita

ketahui pada subjek penelitian. (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya.
21

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterorestasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6. Evaluasi (Evaluatian)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo,

2007).
22

Menurut Emilia (2008), meskipun tidak ada formula

tertentu, kecenderungan seseorang untuk memiliki motivasi

berperilaku kesehatan yang baik dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Hal ini didukung juga

oleh intensif yang diperoleh dari masyarakat atau lingkungan

agar perilaku tersebut berlanjut atau hilang. Pendapat umum

menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan

memotivasi individu untuk berperilaku sehat. Penelitian yang

dilakukan oleh Haroun, H.N. (2010), hasil penelitian

menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang definisi diare,

bahaya diare, kapan harus mencari bantuan medis dan tiga

manajemen diare di rumah dilakukan penilaian tingkat

pengetahuan dasar ibu sebesar 35% sebelum dilakukan

penyuluhan dan meningkat menjadi 91% setelah penyuluhan.

Prevalensi diare sebelum dilakukan penyuluhan adalah 53%,

dan setelah penyuluhan menjadi 47%. (Khikmah, 2012)

Meski diare begitu dikenal dan sering terjadi di

masayarakat akan tetapi ibu biasanya tidak menanggapi penyakit

tersebut secara sungguh-sungguh oleh karena sifat diare

biasanya ringan. Padahal penyakit tersebut dapat

membahayakan jiwa terutama bagi balita. Diare dapat

menyebabkan dehidrasi yang sangat berbahaya karena bila tidak


23

dapat diobati dengan tepat akan menyebabkan penurunan

volume darah. (Wardoyo, 2010)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maretha (2016)

diketahui bahwa Tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan ibu,

umur ibu, riwayat pemberian ASI, kebiasaan ibu mencuci

tangan, jenis SAB, jarak SAB ke TPS, jenis jamban, jenis lantai

rumah, kepadatan lalat. Tingkat pengetahuan ibu (OR: 16),

riwayat pemberian ASI (OR: 28,5), kebiasaan ibu mencuci

tangan (OR: 16), jenis jamban (OR: 9,33), kepadatan lalat (OR:

9,33)

2.2.2 Faktor pola makan

Faktor keluarga biasanya menentukan keberhasilan

perbaikan status kesehatan anak. Pengaruh keluarga pada masa

pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar melalui pola

hubungan anak dan keluarga serta nilai-nilainya yang

ditanamkan. Apakah anak dijadikan sebagai pekerja atau anak

diperlakukan sebagaimana semestinya dan dipenuhi

kebutuhanya, peningkatan status kesehatan anak juga terkait

langsung dengan peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya,

seperti membesarkan anak, memberikan anak penyediaan

makanan, melindungi kesehatan, memberikan perlindungan

secara pesikolog, menanamkan nilai budaya yang baik,

mempersiapkan pendidikan anak dan lain-lain. (Berman, 2000)


24

Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani

hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalilsasi ini

banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana

sesungguhnya hidup yang baik bagi kehidupannya. Pola hidup

merupakan kebiasaan yang terus menerus digunakan oleh

manusia untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain.

Pola makandapat di lihat dari bagaimana orang tua

mendidik anaknya, karena anak yang sehat adalah dambaan

setiap orang tua, namun tidak semua anak dalam kondisi yang

sehat. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kebiasaan untuk

berperilaku hidup bersih dan sehatdalam rumah tangganya yang

menyebabkan keluarga tidak melakukan dan menerapkan pola

hidup yang sehat, sehingga mereka hanya cendrung melakukan

apa yang mereka ketahuai tanpa memikirkan akibat yang akan

ditimbulkannya. (UGM, 2014)

Diare menyebabkan kurang gizi sehingga memperberat

diarenya. Oleh sebab itu pengobatan dengan cara makan yang

bergizi merupakan komponen utama penyembuhan diare. Bayi

dan balita yang kurang gizi sebagian besar meninggal karena

diare. Oleh sebab itu, sifat gizi masyarakat lebih ditekankan

pada pencegahan. (Notoatmodjo, 2007)

Melalui air yang merupakan penularan media utama. Diare

dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah


25

tercemar, baik tercemar dari sumbernya. Kontak kuman pada

kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila

melekat pada tangan kemudian memasukkan ke mulut, misalnya

untuk memegang makanan. Kontaminasi peralatan rumah juga

merupakan sumber penularan diare, misalnya pegangan pintu.

(Kunoli, 2003)

Menurut penelitian Hamzah, Dkk(2012) dari 84 ibu yang

mempunyai kebiasaan buruk dalam hal menjaga pola makan,

terdapat 45 (53,6%) ibu yang memiliki balita menderita diare.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa masih ada ibu

yang pola makan buruk sebelum menyiapkan makanan balita

sebanyak 32,4%, dan masih ada ibu yang tidak mencuci tangan

dengan sabun sebelum menyiapkan makanan yang akan di

konsumsi sebanyak 56,6% serta masih ada ibu tidak sehat

seperti setiap hari nya tidak mengkonsumsi sayur hanya makan

bakso dan lain-lainsebanyak 36,0% dan masih ada ibu yang

tidak membersihkan balita buang air besar 58,8%. mempunyai

risiko lebih besar terkena diare. Heller (1998) juga mendapatkan

adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian diare pada

anak di Betim-Brazil.
26

2.2.8 Faktor terhadap laktosa (Air Susu Ibu) ASI

Pada usia empat bulan bayi sudah tidak di beri ASI

eksklusif lagi. (ASI eksklusif adalah pemberian ASI sewaktu

bayi berusia 0-4 bulan). Hal ini akan meningkatkan resiko

kesakitan dan kematian karena diare. ASI mengandung antibodi

yang dapat melindungi bayi dari berbagai kuman penyebab

diare, bayi yang tidak di beri ASI resiko menderita diare lebih

besar dan kemungkinan menderita dehidrasi berat. Pemakaian

botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman dan susu akan

terkontaminasi sehingga menyababkan diare. (Widoyono, 2011)

ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan yang ideal untuk

bayi pada 6 bulan pertama kehidupan. Bayi dikategorikan

mendapat ASI eksklusif jika bayi mendapat Air Susu Ibu selama

enam bulan pertama setelah kelahiran tanpa mendapatkan

makanan dan minuman pendamping lain.Pada waktu lahir

sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI

memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh

bayi(Soetjiningsih, 2012).

Terdapat 2 efek protektif yang ditimbulkan ASI terhadap

diare yaitu dapat menurunkan insiden diare dan berpengaruh

terhadap lamanya diare.Resiko diare pada anak juga dipengaruhi

oleh pola pemberian ASI, baik ASI eksklusif, predominan,


27

ataupun parsial.Dalam hal ini, Lamberti membandingkan efek

perlindungan dari masing-masing pola pemberian ASI, dimana

ditemukan bahwa ASI eksklusif adalah yang terbaik bagi bayi.

ASI eksklusif memiliki efek perlindungan yang lebih baik

dibandingkan ASI parsial ataupun predominan(Lamberti, 2011,

dalam Maretha, 2016).

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung

banyakmanfaat. Adapun kelebihan manfaat ASI adalah sebagai

berikut :

a. Manfaat untuk Bayi

1) ASI sebagai nutrisi mengandung protein, lemak, vitamin, mineral,

air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, mengandung asam

lemak penting untuk otak, mata dan pembuluh darah.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh

3) Selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi

4) ASI lebih steril dibandingkan susu formula dan tidak

terkontaminasi oleh bakteri dan kuman penyakit lainnya.

5) Mencegah terjadinya anemia

6) Menurunkan terjadinya resiko alergi

7) Menurunkan terjadinya penyakit pada saluran cerna.

8) Menurunkan resiko gangguan pernapasan seperti batuk dan flu

9) Menurunkan resiko terjadinya infeksi telinga


28

10) Mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti penyakit alergi,

obesitas, kurang gizi, asma dan eksim.

11) ASI dapat meningkatkan IQ/ kecerdasan anak

12) Kaya akan AA/DHA yang mendukung kecerdasan anak

13) Mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan

flora usus

14) Memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang

15) Dapat menciptakan ikatan psikologis dan jalinan kasih sayang

yang kuat antara ibu dan bayi.

b. Manfaat untuk Ibu

1) Mempercepat pengecilan rahim sehingga mencapai ukuran

normalnya dalam waktu singkat dibandingkan dengan ibu yang

tidak menyusui.

2) Mengurangi pendarahan setelah persalinan

3) Mengurangi terjadinya anemia

4) Mengurangi resiko kehamilan sampai enam bulan setelah

persalinan/menjarangkan kehamilan.

5) Mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur

6) Menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama

kehamilan/ lebih cepat langsing kembali.

7) Lebih ekonomis/murah

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu

9) Praktis mudah di bawa kemana-mana


29

10) Memberikan kepuasan pada ibu yang merasakan bahagia dan

bangga.

ASI merupakan zat yang unik bersifat anti infeksi. ASI juga

memberikan proteksi pasif bagi tubuh balita untuk menghadapi patogen

yang masuk ke dalam tubuh. Jenis proteksi pasif berupa anti bakterial dan

anti viral yang dapat menghambat kolonisasi oleh spesies gram negatif.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan UNICEF merekomendasikan

bahwa selama enam bulan sejak lahir, anak harus disusui secara eksklusif

(Machmud, 2006).

Bagi fetus dan bayi baru lahir, sistem imun telah tersedia namun

belum matang. Kompensasi hal tersebut, imunitas maternal berupa

imunoglobulin G ditransferkan dari ibu melalui plasenta, namun

imunoglobulin G ini akan menurun kadarnya dalam 6-12 bulan pertama

kehidupan sehingga bayi memerlukan ASI, terutama ASI eksklusif dalam

perannya untuk meningkatkan imunitas.Namun kejadian diare yang terjadi

pada bayi tidak hanya bergantung pada imunitas maternal atau imunitas

dari ASI.Hal ini disebabkan karena kejadian sakit terjadi karena adanya

interaksi dari agen, host, dan lingkungan yang mendukung.Imunitas

sendiri tergolong dalam faktor host.Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

tetap mungkin untuk mengalami diare pada usia berapa pun. Menurut El-

Gilany dan Hammad (2005), diare sering terjadi pada bayi saat mulai

dikenalkan dengan makanan dan minuman selain ASI yang mungkin

berpotensi mengandung kontaminan.


30

Berdasarkanpenelitian yang dilakukanMaretha (2016) diketahui

bahwa kelompok yang mendapat ASI eksklusif berpeluang sebesar 92.1%

untuk tidak mengalami diare. Peluang bayi yang mendapat ASI eksklusif

untuk mengalami diare hanya sebesar 7.9%.Analisis bivariat diketahui

bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

diare pada bayi.

Menurut hasil penelitian Hamzah, (2012) Hasil dari 80 responden

yang t i d a k m e m b e r i ASI Eksklusif terdapat 52 (65,0%) responden

yang memiliki balita menderita diare. Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi ternyata dari 136 responden yang diwawancarai terdapat 121

(89,0%) yang ASI Eksklusif dan sebanyak 15 (11,0%) yang tidak ASI

Eksklusif. Dari 121 responden yang ASI Eksklusif terdapat 27,2%

responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan masih ada sebanyak

37,5% responden yang ASI Eksklusif yang, serta masih ada responden

yang mempunyai perilaku membuang tidak ingin memeri ASI Eksklusif

sebanyak 18,4% dan di sekitar rumah sebanyak 8,8%. Dari 15 responden

yang tidak ASI Eksklusif terdapat 8,1% responden yang memiliki

kebiasaan u n t u k t i d a k m e m b e r i k a n ASI Eksklusif.


31

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan rumusan masalah banyak factor yang mempengaruhi

kejadian diare antara lain pengetahuan, pola makan dan faktor pemberia ASI.

terhadap timbulnya penyakit diare.

Kerangka konsep merupakan kerangka pikirnya peneliti (disini uraikan

bagaimana hubungan variabel independen yang diteliti dengan variabel

independen) jelaskan ketiga variabel :

Bagaimana hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada

balita...... uraian sesuai pemikiran peneliti yang merujuk pada teori di bab II

namun ceritkan sesuai pemikiran peneliti (jadi tidak perlu tuliskan sumber

rujukannya)

Bagaimana hubungan pola makan dengan kejadian diare pada balita

Diare menyebabkan kurang gizi sehingga memperberat diarenya. Oleh sebab

itu pengobatan dengan cara makan yang bergizi merupakan komponen utama

penyembuhan diare. Bayi dan balita yang kurang gizi sebagian besar

meninggal karena diare. Oleh sebab itu, sifat gizi masyarakat lebih

ditekankan pada pencegahan.

Bagaimana hubungan pemberian ASI.dengan kejadian diare pada balita

Bagi fetus dan bayi baru lahir, sistem imun telah tersedia namun belum

matang. Kompensasi hal tersebut, imunitas maternal berupa imunoglobulin G


32

ditransferkan dari ibu melalui plasenta, namun imunoglobulin G ini akan

menurun kadarnya dalam 6-12 bulan pertama kehidupan sehingga bayi

memerlukan ASI, terutama ASI eksklusif dalam perannya untuk

meningkatkan imunitas.Namun kejadian diare yang terjadi pada bayi tidak

hanya bergantung pada imunitas maternal atau imunitas dari ASI.Hal ini

disebabkan karena kejadian sakit terjadi karena adanya interaksi dari agen,

host, dan lingkungan yang mendukung.Imunitas sendiri tergolong dalam

faktor host. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tetap mungkin untuk

mengalami diare pada usia berapa pun. Menurut El-Gilany dan Hammad

(2005), diare sering terjadi pada bayi saat mulai dikenalkan dengan makanan

dan minuman selain ASI yang mungkin berpotensi mengandung kontaminan.

Maka kerangka konsep penelitian disini adalah sebagai berikut:

BAGAN 3.1
Kerangka konsep penelitian
Hubungan antara Pengetahuan dan Pola makandengan Kejadian Diare
pada Anak Balita di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2021

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Pola makan Kejadian


ibu Diare

Pemberian ASI
33

3.1 Hipotesis

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara pengetahuan, pola makan, dan

pemebrian ASI secara simultan dengan kejadian diare di Puskesmas

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Ada hubungan antara pengetahuan secara persial dengan kejadian

diare di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.

2. Adahubungan antara pola makan secara persial dengan kejadian

diare di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.

3. Ada hubungan antara Pemberian ASI secara persial dengan kejadian

diare di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2021.


34

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan

metode surve analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor dependen

dan independen, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2010)

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 Semester. Dari bulan

Januari – Agustus 2021

4.2.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang di teliti (Notoatmojo, 2010). Populasi dari penelitian ini

adalah pasien diare tidak diare,( ibu-ibu atau keluarga balita ) yang

datang berobat dan Puskesmas Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2021 yang berjumlah 64 responden


35

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Penelitian sampel pada penelitian

ini menggunakan metode non random sampling dengan teknik

accidental sampling, yaitu adalah ibu ibu yang mempunyai

balita diare tidak diare yang berobat di wilayah kerja

Puskesma Sekayu Tahun 2021 berjumlah 64 orang. Sesuai

dengan teori Arikunto, 2010 y]ng berbunyi apabila jumlah

populasi ≤ 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel.

Sedangkan bila jumlah populasi >100, maka dapat diambil 10-

20%

4.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan di penelitian ini adalah data primer dan

data skunder :

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh selama penelitian

berupa hasil wawancara langsung pada ibu balita yang terkena

diare dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa koesioner.

4.4.2 Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh berdasarkan pada

catatan rekam medic (Medical record) dari Balitadi Puskesmas

Indralaya Tahun 2021

4.5 Pengolahan Data


36

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Langkah-langkah

pengolahan data secara komputerisasi yaitu, sebagai berikut:

4.5.1 Editing Data (Pengeditan Data)

Pengecekan data perbaikan isian formulir atau kuesioner

apakan sudah cukup baik atau belum, kemudian diproses lebih

lanjut.

4.5.2 Coding (Pengkodean)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

4.5.3 Entry Data (Pemasukan Data)

Data yang sudah dalam bentuk kode (angka atau huruf)

dimasukan kedalam program komputer SPSS.

4.5.4 Cleaning Data (Pembersihan Data)

Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukan dilakukan pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan, kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi. (Notoatmodjo, 2010)

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, melihat


37

distribusi frekuensi dan pertsentase dari tiap variabel yang diteliti

baik variabel dependen (diare pada anak balita) dan variabel

independen (pengetahuan, pola makan dan ASI Esklusif).

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan kemaknaan

antara variabel dependen (diare pada anak balita) dengan variabel

independen (pola makandan pengetahuan ibu). Dimana dilakukan

uji hubungnan kedua variabel derngan uji Chi-Square, dengan

sistem komputerisasi dan tingkat kemaknaan pada α 0,05 dalam

ketentuan:

1. Bila p value≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen.

2. Bila p value¿ nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel yang bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen.

(Notoatmodjo, 2010)

4.7 Definisi Operasional

4.7.1 Variabel Dependen

Diare pada anak balita

1. Definisi : Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja)

dengan frekuensi yang meningkat ( tiga kali


38

dalam 24 jam) di sertai dengan perubahan

konsistensi tinja menjadi lembek atau cair,

atau tanpa darah dan berlendir dalam tinja.

(Wijoyo, 2013)

2. Alat Ukur : Kuesioner.

3. Cara Ukur : Wawancara dan observasi data di Puskesmas

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

4. Hasil Ukur :

1. Diare: Apabila buang air besar dengan

frekuensi Normal

2. .Tidakdiare: Apabila buang air besar

frekuensi lebih 3x sehari.

5. Skala Ukur : Ordinal.

4.7.2 Variabel Independen

Pengetahuan Ibu pada diare balita

1. Definisi : Segala sesuatu yang diketahui oleh responden

tentang penyakit diare, cara penularan dan

cara pencegahannya. (Notoatmodjo,2012).

2. Alat ukur : Kuesioner.

3.Cara Ukur : Wawancara dan observasi data di Puskesmas Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin

4. Hasil Ukur :
39

1. Rendah : Jika skor nilai ≥ mean

2. Tinggi : Jika skor nilai < mean

5. Skala Ukur : Ordinal.

Pola Makan

1. Defisini : Diare menyebabkan kurang gizi sehingga

memperberat diarenya. Oleh sebab itu

pengobatan dengan cara makan yang bergizi

merupakan komponen utama penyembuhan

diare

2. Alat Ukur : Kuesioner.

3. Cara Ukur : Wawancara dan observasi data di Puskesmas

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.

4. Hasil Ukur : 1. Baik (jika menjawab Ya ≥ 70%)

2. Kurang Baik (jika menjawab Ya ¿ 70%)

5. Skala Ukur : Ordinal.

a. Pemberian ASI

1. Pengertian : Pemberian ASI tanpa makanan tambahan

sampai usia 6 bulan.

2. Alat Ukur : Kuesioner

3. Cara ukur : Wawancara dan observasi data di Puskesmas

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

4. Hasil Ukur : 1. Tidak : apabila tidak diberikan ASI

Ekslusif
40

2. Ya : telur yang mau dibuat

diberikan ASI Ekslusif

5. Skala Ukur : nominal


41

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran umum Puskesmas Sekayu


5.1.1 Sejarah perkembangan Puskesmas

Puskesmas Sekayu di dirikan pada tahun 1982 di desa Sugih

waras Kec. Sekayu Kab. Musi Banyuasin Provinsi Sumatra

Selatan yang di pimpin oleh dr. Lasino untuk mewujudkan

Puskesmas Sekayu sehat maka pemerintah Kabupaten Musi

Banyuasin melakukan pembangunan Gedung baru di dekat gedung

lama. Puskesmas ini merupakan pusat pemerintahan kecamatan

Sekayu yang terletak di desa antara desa Sumber Rahayu dan desa

Pagar Agung Puskesmas ini ditepian Daerah aliran sungai yaitu

sungai Hambang. Secara umum Puskesmas Sekayu adalah daerah

dataran rendah yang tidak berbukit-bukit dengan iklim tropis dua

musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Wilayah

kerja Puskesmas Sekayu meliputi 14 desa binaan yaitu, Desa

Negri Agung, Desa Baru Sekayu, Desa Sugihan, Desa Sukarami,

Desa Tanjung Dalam, Desa Tanjung Raya, Desa Pagar Agung,

Desa Sugih Waras, Desa Sugih Waras Barat, Desa Sumber

Rahayu, Desa Marga Mulia, Desa Kencana Mulia, Desa

Pengadangan.
42

5.1.2 Gambaran Wilayah Puskesmas Sekayu

Wilayah kerja Puskesmas Sekayu adalah wilayah kerja

Kabupaten Muara enim, dengan luas Wilayah 1.175 Ha

/11.75Km2 .

5.1.3 Demografi

Perkiraan jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Sekayu

Tahun 2021.

1. Jumlah Penduduk : 35.298 orang.

a. Laki-laki : 17.642 orang.

b. Perempuan : 17.756 orang.

2. Jumlah Kepala Keluarga : 9.921 KK

3. Jumlah Keluarga Miskin : 3.784 KK

4. Klasifikasi Jumlah KK dan Rumah

Tabel 5.1

NO DESA KK RUMAH

1 Ds Negri Agung 470 430

2 Ds Baru Sekayu 803 778

3 Ds Sugihan 658 611

4 Ds Sukarami 874 763

5 Ds Tj Dalam 821 784

6 Ds Tj Raya 733 655


43

7 Ds Pagar Agung 743 660

8 Ds Sugih Waras 832 738

9 Ds Sg Barat 702 608

10 Ds Sunber Rahayu 690 675

11 Ds Marga Mulia 697 663

12 Ds Kencana Mulia 623 587

13 Ds Pengadangan 572 468

Jumlah 9.218 8.420

5. Jumlah bayi 1 th : 396

6. Jumlah anak balita 1-4 th :1.264 anak

5.1.4 Geografi

UPTD Puskesmas Sekayu terletak dalam Kecamatan Sekayu

Kabupaten Muara enim, secara keseluruhan wilayah kerja kecamatan

Sekayu mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Desa Beringin

Kecamatan Lubai

- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Desa air limau

Kecamatan Sekayu Kapak Tengah


44

- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Desa Rumpok

Kecamatan Sekayu, wilayah kerja Puskesmas Sekayu

- Sebelah Barat berbatsan dengan Desa pilip Kecamatan Sekayu

Dangku

5.1.5 Visi Dan Misi Puskesmas Sekayu

a. Visi Puskesmas Sekayu

Terwujudnya Puskesmas Sekayu yang bersih, sehat yang

optimal

b. Misi Puskesmas Sekayu

 Meningkatkan kemitraan pada semua pihak terkait

 Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup

bersih dan sehat

 Meningkatkan pelayanan yang bermutu

5.1.6 Tujuan Puskesmas Sekayu

5.1.6.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang situasi kesehatan yang

menyeluruh khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sekayu

dalam meningkatkan kemampuan upaya kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna

5.1.6.2 Tujuan Khusus


45

a) Tersedianya tempat yang terintegrasi untuk analisa dan

meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan di

Puskesmas Sekayu

b) Meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan di

Puskesmas Sekayu

c) Diperoleh gambaran tentang situasi kesehatan Puskesmas

Sekayu

5.1.7 Moto Puskesmas

Moto Puskesmas Sekayu adalah “SIMPATIK” (senyum, indah,

mandiri, profesional, aman, terjangkau, inofatif, kreatif).

5.1.8 Sarana Dan Prasarana

Sarana dan Prasarana Puskesmas Sekayu

 Ambulance puskesmas

 Mobil Oprasional

 Sepeda motor

 Ruang perkantoran

 Ruang tata usaha

 Laboratorium

 Loket Karcis

 Telepon

 Apotik


46

5.1.9 Pasilitas Pelayanan Puskesmas Sekayu

Secara garis besar Puskesmas Sekayu menyelenggarakan pelayanan

medis yaitu:

A. Upaya kesehatan wajib

 Upaya promosi kesehatan

 Upaya kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

 Upaya kesehatan lingkungan

 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

 Upaya pengobatan

B. Upaya Kesehatan pengembang meliputi:

 Upaya kesehatan sekolah

 Upaya perawatan kesehatan masyarakat

 Upaya kesehatan gizi dan mulut

C. Upaya pelayanan penunjang medis

 Laboratorium medis sederhana

 Pencatat dan pelapor

D. Upaya pelayanan non medis

 Pendaftaran pasien

 Pemeriksaan pasien

 Perparkiran

 Ambulance
47

5.1.10 Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 5.2
Data Jumlah Pegawai Puskesmas Sekayu

NO Pendidikan PNS Honorer PTT TKS Jumlah

1 Dokter Umum 1 0 0 0 1

2 Dokter Gigi 1 0 0 0 1

3 SKM 1 0 0 1 2

4 DIV Kebidanan 5 0 0 0 5

5 DIII Kebidanan 6 0 1 0 7

6 Akper 21 0 0 4 25

7 Analis 2 0 0 0 2

8 Gizi 2 0 0 0 2

9 Kesling 1 0 0 0 1

10 Perawat Gigi 2 0 0 0 2

11 Farmasi 1 0 0 0 1

12 DI Farmasi 1 0 0 0 1

DI Kebidanan
13 3 0 0 0 3
48

14 SLTA 2 2 0 0 4

Jumlah 49 2 1 5 57

5.1 Hasil Penelitian

A. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap-tiap variabel, baik variabel dependen (Diare

Pada Balita) dan variabel independen (ASI Ekslusif, Mencuci

Tangan, dan Jamban Sehat). Sampel yang diambil dalam penelitian

berjumlah 64 ibu (responden) yang mempunyai anak balita di

Puskesmas Sekayu tahun 2021.

1. Diare Pada Balita

Responden pada penelitian berjumlah 64 ibu yang

mempunyai anak balita. Kejadian diare pada balita

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu diare (berat) jika

balita dalam sehari melakukan buang air besar (BAB) ≥ 3

kali dan tinjanya lembek (cair), dan diare (ringan) jika buang

air besar (BAB) < 3 kali dalam sehari. Hasil penelitian

penelitian tentang kejadian diare pada balita di Puskesmas


49

Sekayu Tahun 2021, dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.
50

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarakan
Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas
Sekayu tahun 2021

No. Diare pada balita ( 0-59 bulan) Jumlah %


1. Berat 39 60,9
2. Ringan 25 39,1
Jumlah 64 100
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 64 responden, yang

mengalami kejadian diare berat pada balita ( 0 – 59 bulan ) terdapat

sebanyak 39 orang (60,9%) lebih besar dibandingkan dengan responden

yang mengalami kejadian diare ringan pada balita sebanyak 25 orang

(39,1%).

2. Pengetahuan

Variabel pemberian Pengetahuandikategorikan menjadi 2

yaitu ya diberikan tinggi dan rendah. Hasil penelitian ini berkatian

dengan sitribusi frekuensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2

dibawah ini.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarakan
Pengetahuan Pada Balita Di Puskesmas
Sekayu Tahun 2021

No. Pengetahuan Jumlah %


1. Rendah 40 62,5
2. Tinggi 24 37,5
Jumlah 64 100
Tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 64 responden yang

pengetahuannya rendah senbanyak 40 orang (62,5%) lebih besar

dibandingkan responden yang pengetahuanya tinggi sebanyak 24 orang

(37,5 %). di Puskesmas Sekayu tahun 2021.


51

3. Pola Makan

Pola makan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2 kategori

yaitu Baik jika gizinya cukup, kemudian kategori buruk jika pola makan

nya mencukupi gizinya. Hasil distribusi frekuensi pada variabel mencuci

tangan dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarakan Pola
Makan Pada Balita di Puskesmas Sekayu
tahun 2021

No. Pola Makan Jumlah %


1. Buruk 42 65,6
2. Baik 22 34,4
Jumlah 64 100

Diketahui pada Tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 64

responden, dengan pola amakn buruk sebanyak 42 orang (65,6%), lebih

besar dibandingakan dengan Pola makan baik sebanyak 22 orang

(34,4%).

4. ASI Eksklusif

Variabel pemberian ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2

yaitu ya diberikan ASI ekslusif dan tidak diberikan ASI ekslusif.

Hasil distribusi frekuensi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

5.4 berikut ini.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarakan
Jamban Sehat Pada Balita di Puskesmas
Sekayu tahun 2021
No. ASI Ekslusif Jumlah %
1. Tidak 37 57,8
2. Ya 27 42,2
Jumlah 64 100
52
Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 64 responden

dengan pemberian ASI tidak eksklusif sebanyak 37 orang (57,8%)

lebih besar dibandingkan dengan pemberian ASI Eksklusif sebanyak

27 orang (42,2%) di Puskesmas Sekayu tahun 2021.

B. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan melihat hubungan kemaknaan antara variabel

dependen (Kejadian Diare Pada Balita) dengan variabel independen

(Pengetahuan, Pola Makan dan ASI Eksklusif), dimana dilakukan uji

hubungan kedua variabel dengan uji chi-square dengan batas kemaknaan

nilai α (0,05). Untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Hubungan Antara pengetahuan dengan

Kejadian Diare Pada Balita

Hubungan antara pemberian pengetahuan dengan kejadian

diare pada balita di Puskesmas Sekayu tahun 2021, dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan dengan Kejadian
Diare Pada Balita di Puskesmas
Sekayu Tahun 2021

Pengetahu Diare pada Balita


Berat Ringan Total P OR
No an
N % N % N % Value 95%
CI
1 Tidak 34 85.0 6 15,0 40 100 0,000 21,533
2 Ya 5 20,8 19 79,2 24 100 5,793 -
Jumlah 39 25 64 80,038

Pada Tabel 5.6 di atas, dapat dilihat dari 40 responden yang

pengetahuanya rendah dengan kejadian diare pada Balita sebanyak

34 orang (85,0%) Sedangkan, dari 24 responden yang


53
pengetahuanya tinggi yang mengalami diare berat pada balita

sebanyak 5 orang (20,8%).

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df

= 1 di dapat nilai p value = 0,00< α = 0,05 hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Diare

pada Balita (0-59 bulan) di Puskesmas Sekayu tahun 2021,

sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna terbukti secara statistik.

Dan dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 21,533

artinya responden yang Pengetahuanya rendah memiliki resiko

21,533 kali untuk mengalami kejadian Diare berat pada balita ( 0

– 59 bulan) dibandingkan dengan responden yang penegtahuanya

tinggi.

2. Hubungan Pola Makan dengan Mengalami Diare Pada Balita

Penelitian ini dilakukan terhadap 64 responden dimana

variabel mengalami diare dibagi menjadi dua kelompok yaitu tidak

dan ya, sedangkan kejadian Pola Makan yang baik juga

dikategorikan menjadi dua yaitu Buruk dan baik, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan
Mencuci Tangan dengan Kejadian
Diare Pada Balita di Puskesmas
Sekayu
Tahun 2021

Pola Diare pada balita


Berat Ringan Total P O
No Makan
N % N % N % Value R
95
%
CI
54
Buruk
35 83,3 7 16,7 42 100
1
0,000 22,500
2 Baik 5,812 -
4 18,2 18 81,8 22 100 87,108
Jumlah 39 25 64
55

Berdasarkan hasil tabel 5.8 di atas, dapat dilihat dari 42

responden dengan pola makan yang buruk mengalami kejadian diare

berat pada balita (0-59 bulan) sebanyak 35 orang (83,3%)

sedangkan, dari 22 responden dengan pola yang baik yang

mengalami kejadian diare berat pada balita (0-59 bulan) sebanyak 4

orang (18,2%) di Puskesmas Sekayu tahun 2021.

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df = 1

di dapat nilai p value= 0,00< α = 0,05 hal ini menunjukkan

bahwa ada hubungan antara Pola makan dengan kejadian Diare pada

Balita (0-59 bulan) sehingga dengan demikian hipotesis yang

menyatakan ada hubungan yang bermakna terbukti secara statistik.

Hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 22,500 artinya

responden yang pola makan yang buruk mempunyai kecenderungan

22,500 kali untuk mengalami kejadian diare berat pada balita (0-59

bulan) dibandingkan dengan responden yang pola makan nya yang

baik.

3. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Mengalami

Diare Pada Balita

Penelitian ini dilakukan terhadap 64 responden dimana

variabel pemebrian ASI Eksklusif dibagi menjadi dua kelompok yaitu

tidak dan ya, sedangkan kejadian diare juga menggunakan dua

kategori yaitu berat dan ringan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 5.7 di bawah ini.


56

Tabel 5.7
Distribusi Responden
Berdasarkan todak Pemberian
ASI Eksklusif dengan Pemberian
ASI Ekslusif pada Balita di
Puskesmas Sekayu Tahun 2021

Diare pada Balita


ASI Ekslusif Berat Ringan Total P OR
No
N % N % N % Value 95
%
CI
1 Tidak 24 64,9 13 35,1 37 100 0,621 1,477
2 Ya 15 55,6 12 44,4 27 100 0,535 –
Jumlah 39 25 64 4,078

Berdasarkan Tabel 5.9 di atas, dapat dilihat dari 37

responden dengan Pemberian ASI tidak Ekslusif yang mengalami

kejadian diare berat pada balita (0-59 Bulan) sebanyak 24 (64,9%)

sedangkan dari 27 responden dengan Pemberian ASI Ekslusif yang

mengalami diare berat pada Balita (0-59 Bulan) sebanyak 15 orang

( 55,6%) di Puskesmas Sekayu tahun 2021.

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df

= 1 di dapat nilai p value = 0,621 > α = 0,05 hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan

Kejadian Diare pada balita (0-59 Bulan) sehingga dengan demikian

hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna

terbukti secara statistik.


5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sekayu tahun 2021

merupakan survey analitik dengan Jenis penelitian Cross Sectional.

Penelitian ini mencari hubungan antara variabel

dependen kejadian Diare pada Balita ( 0 – 59 bulan) dan

variabel Independen (Pengetahuan, Pola Makan dan ASI Eksklusif).

Adapun populasi pada penelitian ini yaitu ibu – ibu yang

mempunyai Balita usia 0 - 59 bulan Di Puskesmas Sekayu tahun

2021 dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang

1. Hubungan Antara Pemberian Pengetahaun dengan Mengalami

Diare Pada Balita

Hasil analisis hubungan Pengetahaun dengan kejadian diare

pada, dapat dilihat dari 40 responden yang Pengetahaun nya rendah

yang mengalami diare berat pada Balita sebanyak 34 orang (85,0%)

Sedangkan, dari 24 responden yang Pengetahaun nya tinggi yang

mengalami kejadian diare berat pada balita sebanyak 5 orang (20,8%).

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df = 1 di

dapat nilai p value = 0,00< α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara Pengetahaun dengan kejadian Diare pada Balita (0-59

bulan) di Puskesmas Sekayu tahun 2021, sehingga dengan demikian

hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang bermakna terbukti

secara statistik.

Dan dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 21,533 artinya

responden yang Pengetahaun nya rendah memiliki resiko 21,533 kali

untuk mengalami kejadian Diare berat pada balita ( 0 – 59 bulan)

dibandingkan dengan responden Pengetahaun nya tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maretha (2016)

diketahui bahwa Tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan ibu, umur ibu,


riwayat pemberian ASI, kebiasaan ibu mencuci tangan, jenis SAB,

jarak SAB ke TPS, jenis jamban, jenis lantai rumah, kepadatan lalat.

Tingkat pengetahuan ibu (OR: 16), riwayat pemberian ASI (OR: 28,5),

kebiasaan ibu mencuci tangan (OR: 16), jenis jamban (OR: 9,33),

kepadatan lalat (OR: 9,33)

2. Hubungan Pola Makan dengan Mengalami Diare Pada Balita

Hasil analisis hubungan antara Pola Makan dengan kejadian Diare

pada balita (0-59 bulan) dapat dilihat dari 42 responden dengan pola

makan buruk yang mengalami kejadian diare berat pada balita (0-59

bulan) sebanyak 35 orang (83,3%) sedangkan, dari 22 responden dengan

pola makan baik yang mengalami kejadian diare berat pada balita (0-59

bulan) sebanyak 4 orang (18,2%) di PuskesMAS Sekayu Tahun 2021.

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df = 1 di

dapat nilai p value= 0,00< α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara Pola Makan dengan kejadian Diare pada Balita (0-59

bulan) sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna terbukti secara statistik.

Hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 22,500 artinya responden

yang pola makan yang buruk mempunyai kecenderungan 22,500 kali

untuk mengalami kejadian diare berat pada balita (0-59 bulan)

dibandingkan dengan responden pola makan yang baik.

Hubungan kebiasaan pola makan yang buruk dengan kejadian

diare dikemukakan oleh Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua yang

tidak mempunyai pola makan sebelum merawat anak.

Menurut penelitian Hamzah, Dkk(2012) dari 84 ibu yang

mempunyai kebiasaan buruk dalam hal menjaga pola makan, terdapat 45

(53,6%) ibu yang memiliki balita menderita diare. Berdasarkan hasil

wawancara didapatkan bahwa masih ada ibu yang pola makan buruk
sebelum menyiapkan makanan balita sebanyak 32,4%, dan masih ada ibu

yang tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan

yang akan di konsumsi sebanyak 56,6% serta masih ada ibu tidak sehat

seperti setiap hari nya tidak mengkonsumsi sayur hanya makan bakso dan

lain-lainsebanyak 36,0% dan masih ada ibu yang tidak membersihkan

balita buang air besar 58,8%.

mempunyai risiko lebih besar terkena diare. Heller (1998) juga

mendapatkan adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian diare

pada anak di Betim-Brazil.

3. Hubungan Antara ASI Eksklusif dengan Mengalami Diare Pada

Balita

Hasil analisis hubungan antara dapat dilihat dari 37 responden

dengan yang tidak ASI Eksklusif yang mengalami kejadian Diare pada

Balita (0-59 Bulan) sebanyak 24 (64,9%) sedangkan dari 27 responden

dengan yang memberikan ASI Eksklusif yang mengalami kejadian diare

berat pada Balita (0-59 Bulan) sebanyak 15 orang ( 55,6%) di

Puskesmas Sekayu tahun 2021.

Hasil uji statistik Chi Square pada batas α = 0,05 dan df = 1 di

dapat nilai p value = 0,621 > α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

pada balita (0- 59 Bulan) sehingga dengan demikian hipotesis yang

menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna terbukti secara statistik.

Menurut hasil penelitian Hamzah, (2012) Hasil dari 80 responden

yang t i d a k m e m b e r i ASI Eksklusif terdapat 52 (65,0%) responden

yang memiliki balita menderita diare. Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi ternyata dari 136 responden yang diwawancarai terdapat 121

(89,0%) yang ASI Eksklusif dan sebanyak15 (11,0%) yang tidak ASI

Eksklusif. Dari 121 responden yang ASI Eksklusif terdapat 27,2%


responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan masih ada sebanyak

37,5% responden yang ASI Eksklusif yang, serta masih ada responden

yang mempunyai perilaku membuang tidak ingin memeri ASI Eksklusif

sebanyak 18,4% dan di sekitar rumah sebanyak 8,8%. Dari 15 responden

yang tidak ASI Eksklusif terdapat 8,1% responden yang memiliki

kebiasaan u n t u k t i d a k m e m b e r i k a n ASI Eksklusif.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan mengalami kejadian

diare pada balita di Puskesmas Sekayu tahun 2021, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara Penegtahuan, Pola Makan dan ASI Eksklusif

secara simultan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Sekayu tahun 2021.

2. Ada hubungan antara pengetahuan secara parsial dengan kejadian

diare pada balita di Puskesmas Sekayu tahun 2021

3. Ada hubungan antara Pola Makan tangan secara parsial dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Sekayu tahun 2021

4. Ada hubungan antara penggunaan ASI EKsklusif secara parsial

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sekayu tahun 2021.

6.2. Saran

1. Kepada kepala Puskesmas Sekayu, diharapkan tenaga kesehatan

selalu berperan aktif dalam memberikan informasi seperti

penyuluhan dan konseling kepada ibu atau keluarga yang

mempunyai balita tentang PHBS maupun pencegahan diare.

2. Kepada Rektor Universitas Kader Bangsa, diharapkan dapat

memberi dorongan pada institusi untuk lebih memperbanyak

kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit diare.

3. Kepada penelitian selanjutnya, diharapkan untuk lebih

mengembangkan penelitian tentang diare ataupun PHBS dengan

menggunakan
4. variabel- variabel lain yang lebih menarik.

5. Kepada Masyarakat terutama para orang tua,

diharapkan agar memperhatikan kesehatan

balita, baik dari segi pemberian makanan

maupun pemeliharaan kesehatan anak balita.


DAFTAR PUSTAKA

Aidah F, 2010, Hubungan Sanitasi Dasar Dengan


Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas 4 Ulu Kota Palembang Tahun 2016 ,
Skripsi Yayasan Kader Bangsa Universitas Kader
Bangsa Palembang

DepKes. RI , 2010. Buku Pedoman Pelaksanaan Program


Penyakit Diare, Jakarta
: Dirjen P2M & PLP.

, 2009. Pedoman Kader Untuk Memberantas


Diare, Jakarta : Dirjen P2M & PLP.

, 2008. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid Kedua.

, 2007. Buku Pegangan Kader Kesehatan


Lingkungan, Jakarta : Dirjen P2M & PLP.

, 2005. Buku Ajar Diare, Jakarta : Dirjen P2M & PLP.

Desi Payana 2010, Hubungan sanitasi lingkungan dengan


kejadian penyakit diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang Skripsi: Abdi
Nusa Palembang. (Tidak dipublikasikan)

Dinkes Propinsi Sumatera Selatan, 2015. Data Dasar


Kesehatan Kota Palembang Tahun 2015, Subdin
P2P Sum-Sel.

Dinkes Kota Palembang, 2015, Profil Dinas Kesehatan


kabupaten PALEMBANG tahun 2015, Kota
Palembang

Hastono, S. P. 2001. Modul Analisa Data, FKUI Jakarta.

Kusno Putranto. 2005. Kesahatan Lingkungan, Jakarta:


Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan
Masyarakat.

Mansjoer. Arif dkk. 2004. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga :


FKUI.

Marleni,T,2013, Hubungan antara faktor kesehatan


lingkungan dan kejadian diare pada balita (0-5
tahun) di desa Talang Ubi Pendopo
Kabupaten Muara Enim tahun 2013, Tesis FKM
Universitas Indonesia Depok (Tidak
dipublikasikan )
Mariaty, S. 2007. Kesehatan Keluarga Dan Lingkungan,

Yogyakarta : Kanisius. Notoatmodjo, S,2010.

Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.


, 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka
Cipta

Nur Nasry Noor, 2010 , Pengantar Epidemiologi Penyakit


Menular, Rineka Cipta Jakarta

Sarodin 2012, Hubungan kesehatan lingkungan terhadap


kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Pelawan Kabupaten Sarolangun. Skripsi:
Nusantara Palembang.

Slamet, J. S. 2008. Kesehatan Lingkungan, Bandung :

Universitas Gajah Mada Soeparman dan Soeparin. 2005.

Pembuangan Tinja Dan Limbah Cair, Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI. 2004. Ilmu Kesehatan Anak
Buku Kuliah
1. Jakarta.

Suharyono. 2005. diare akun, Jakarta : Rineka Cipta.

Supardi, S. 2004. peranan lingkungan dalam penularan


penyakit diare, Jakarta : Berita Pusat Informasi.

Syamsuni 2011, Hubungan kesehatan lingkungan dengan


kejadian diare di Kelurahan Pasar Lama
Kabupaten Lahat, Skripsi: Nusantara
Palembang.

Widjaja. 2007. mengatasi dan keracunan pada balita, Jakarta : Rineka


Cipta.
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN POLA HIDUP


KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA
DI PUSKESMAS SEKAYU KECAMATAN MUSI BANYUASIN
TAHUN 2021

No. Kuesioner :
Tanggal Wawancara :
I. Data Umum
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
II. Data Khusus
1. Pengetahuan
1. Menurut ibu yang disebut diare adalah apabila berak
dalam sehari sebanyak atau lebih dari ?
a. 1 Kali
b. 2 Kali
c. 3 Kali
d. 4 Kali

2. Diantara beberapa faktor di bawah ini manakah


faktor yang bukan merupakan penyebab diare ?
a. Sumber air yang baik
b. Wc yang tidak sehat
c. Makanan yang tercemar
d. Obesitas

3. Menurut ibu diantara obat dibawah ini manakah


yang paling tepat diberikan kepada penderita diare ?
a. Salep
b. Oralit
c. Obat tetes
d. Antibiotik

4. Menurut ibu berapakah jarak yang diperbolehkan


antara sumber air dengan wc ?
a. 8 meter
b. 9 meter
c. 10 meter
d. 11 meter

5. Menurut ibu jenis bakteri apakah yang terdapat


dalam air bersih yang berasal dari tinja ?
a. Escerycia Coli
b. Actinomicetes
c. Enterobakter
d. Enterobius

6. Apa bahaya jika diare tidak segera di tangani ?


a. Lemas
b. Kekurangan cairan
c. Berat badan menurun
d. Tidak nafsu makan

7. Kemana ibu harus membawa anaknya bila


mencretnya semakin parah ?
a. Puskesmas
b. Rumah sakit
c. Praktik bidan
d. Prektik dokter

8. Dari mana ibu mendapat informasi tentang cara


menangani diare yang baik dan benar ?
a. Petugas kesehatan
b. Dokter/bidan
c. Orang tua
d. Tetangga

9. Apa yang ibu ketahuai tentang diare ?


a. Buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari
b. Buang air besar dalam bentuk cair
c. Perubahan frekuensi buang air besar
d. Tidak tahu

10. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu kekurangan


cairan (Dehidrasi)
a. Beri banyak minum
b. Teteap beri ASI
c. Beri oralit
d. Beri makanan yang banyak mengandung

II. Pola Hidup Keluarga


1. Apakah cuci tangan pakai sabun sebelum makan ?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah cuci tangan pakai sabun sesudah buang air


besar ?
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda mempunyai tempat sampah dirumah ?


a. Ya
b. Tidak

4. Apakah jarak tempat sampah kerumah ¿ 2 meter ?


a. Ya
b. Tidak

5. Apakah sumber air bersih yang digunakan berasal


dari PAM ?
a. Ya
b. Tidak

6. Apakah air bersih yang digunakan dimasak sampai


mendidih ?
a. Ya
b. Tidak

7. Apakah anda mempunyai jamban dirumah ?


a. Ya
b. TIdak

8. Apakah anda menggunakan jamban yang


menggunakan
septik tank?
a. Ya
b. Tidak

9. Apakah anda menggosok gigi 3 kali sehari ?


a. Ya
b. Tidak

10. Apakah anda mandi 2 kali sehari ?


a. Ya
b. Tidak

III. Diare pada anak balita

1. Apakah anak ibu mengalami buang air besar terus


menerus 3 kali sehari ?
a. Ya
b. Tidak

ASI Eksklusif

4. Pada saat bayi, anak mendapat ASI Eksklusif tanpa makanan tambahan
lainnya sampai umur berapa ?
a. Tidak sampai umur 6 bulan
b. Sampai umur 6 bulan
ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies

Statistics
Pola Asi Kejadi
maka eksklusif an
Pengetahua n Diar
n e
N Valid 64 64 64 6
Missin 0 0 0 4
g 0

Frequency Table

Kejadian Diare

Cumula
Frequency Percent Valid Percent tive
Percen
t
Valid Berat 39 60,9 60,9 60,9
Ringa 25 39,1 39,1 100,0
n
Total 64 100,0 100,0

Pengetahuan

Cumul
Freque Percen Valid
ncy t Percent ative
Perce
nt
Valid 40 62,5 62,5 62,5
rendah
Ting 24 37,5 37,5 100,0
gi
Total 64 100,0 100,0

Pola Makan

Cumul
Freque Percent Valid ative
ncy Percent
Perce
nt
Valid
42 65,6 65,6 65,6
Buruk

Baik 22 34,4 34,4 100,0


Total 64 100,0 100,0

ASI Ekslusif

Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percent
Valid 37 57,8 57,8 57,8
Tidak
Y 27 42,2 42,2 100,0
A
Total 64 100,0 100,0
ANALISIS BIVARIAT
HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE
Crosstabs

Case Processing Summary

Case
s
Vali Missi Tot
d ng al
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan
64 100,0 0 ,0% 64 100,0
*
% %
Kejadian
Diare

Pengetahuan * Kejadian Diare


Crosstabulation

Kejadian Diare
Berat Ringan Total
Asi Tidak Count 34 6 40
Eksklusif
Expected 24,4 15,6 40,0
Count 85,0% 15,0% 100,0%
% within Asi
Eksklusif
Ya Count 5 19 24
Expected 9,4 14,6 24,0
Count 20,8% 79,2% 100,0%
% within Asi
Eksklusif
Total Count 39 25 64
Expected Count 39,0 25,0 64,0
% within Asi 60,9% 39,1% 100,0%
Eksklusif

Chi-Square Tests

As ymp. Exact Exact


Value d Sig. (2- Sig. Sig.
f
sided) (2- (1-
sided) sided)
Pearson Chi- 25,946b 1 ,000
Square
Continuity 23,32 1 ,000
Correction a 0
Likelihood Ratio 27,25 1 ,000
5
Fisher's Exact ,00 ,00
Test 0 0
Linear-by-
25,54 1 ,000
Linear As
0
sociation
N of Valid 64
Cases
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (,0%) have expected
count less than 5. The minimum
expected count is 9,38.

Risk Estimate

95%
Confidenc
Value e Interval
8
Lower Upper
Odds Ratio for
21,53 5,793 80,03
Pengetahaun 3
(tinggi/rendah)
For cohort
Kejadian Diare 4,080 1,850 8,996
= Berat
For cohort
,189 ,088 ,407
Kejadian Diare
= Ringan
N of Valid Cases 64
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN DIARE
Crosstabs

Case
Valid
N
Kebiasaan Mencuci
Tangan * Keja
Case Processing Summary

KebiasaanMencuciTangan *
KejadianDiareCrosstabulation

KejadianDiar
e Total
Berat Ringan
Kebiasa Buruk Count 35 7 42
an
Mencuci Expected
25,6 16,4 42,0
Tangan Count
% within 83,3% 16,7% 100,0%
Kebiasaan
MencuciTang
an
Baik Count 4 18 22
Expected 13,4 8,6 22,0
Count 18,2% 81,8% 100,0%
% within
Kebiasaan
MencuciTang
an
Total Count 39 25 64
Expected 39,0 25,0 64,0
Count
% within 60,9% 39,1% 100,0%
Kebiasaan
MencuciTang
an
Risk Estimate

95%
Confiden
Value ce
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pola
Makan
Buruk
22,500 5,812 87,108
baik
)
For cohort 4,583 1,870 11,236
KejadianDiare
= Berat
For cohort ,204 ,101 ,412
KejadianDiare
= Ringan
N of Valid Cases 64

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE


Crosstabs

Case Processing Summary

Case
s
Val Missi Tot
id ng al
N Percen N Percen N Percen
t t t
ASI Eksklusif
* Kejadian Diare 64 100,0 0 ,0 64 100,0
% % %
ASI Eksklusif * Kejadian Diare Crosstabulation

Kejadian
Diare
Total
Berat Ringan
ASI Tidak Count 27 10 37
Eskklusif
Jamban Expected 22,5 14,5 37,0
Count 74,9 25,1% 100,0%
% within %
Penggunaan
Jamban
Ya Count 12 15 27
Expected 10,5 16,5 27,0
Count 44,46 55,6% 100,0%
% within %
Penggunaan
Jamban
Total Count 39 25 64
Expected Count 39,0 25,0 64,0
% within 60,9 39,1% 100,0%
Penggunaan %
Jamban
Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Value d Sig. (2- Sig. Sig.
f sided) (2- (1-
sided) sided)
Pearson Chi- 25,637b 1 ,000
Square
Continuity 22,32 1 ,000
Correction a 0
Likelihood Ratio 20,25 1 ,000
5
Fisher's Exact ,000 ,000
Test
Linear-by-
Linear 23,54 1 ,000
Association 0
N of Valid Cases 64
a.
Computed only for a 2x2 table
b.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 9,38.
Risk Estimate

95%
Confidenc
Value e Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
AI Eksklusif 1,477 ,535 4,078
(Tidak / yat)
For cohort
1,168 ,773 1,764
Kejadian Diare
= Berat
For cohort
,791 ,430 1,452
Kejadian Diare
= Ringan
N of Valid Cases 64

Anda mungkin juga menyukai