Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kasus

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Oleh

Fiqhiyatun Perdani
I1A004020

Pembimbing

Dr. Hj. Hamdanah, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
FEBRUARI, 2011
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………… 1

BAB II. LAPORAN KASUS…………………………………………… 2

BAB III. PEMBAHASAN………………………………………………. 5

BAB IV. PENUTUP…………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis adalah penyakit mata

paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemi ringan dengan berair

mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya

umumnya eksogen namun dapat endogen. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh

bakteri, klamidia, virus, ricketsia, fungi, parasit, imunologi (alergi), kimiawi (iritatif),

tidak diketahui, bersamaan dengan penyakit sistemik, sekunder terhadap dakriosistitis

atau kanalikulitis.(1,2)

Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat

berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari

kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Merupakan reaksi

antibodi humoral terhadap antigen. Biasanya dengan riwayat atopi.(2)

Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis

flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri,

konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Stevens Johnson,

pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren.(2) Di bawah ini akan dibahas salah satu dari

bentuk konjungtivitis alergi yaitu konjungtivitis vernal.

iii
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. R

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan A.Yani Km 8,700 Gg.Slamat Rt.14 Kec.Kertak Hanyar

Kab.Banjar

Pekerjaan : Pelajar

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dengan penderita.

III. KELUHAN UTAMA

Mata gatal dan perih

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien mengeluh pada kedua matanya

terasa gatal dan perih. Pasien juga kadang-kadang mengeluh matanya merah. Pasien

menyangkal adanya pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada

iv
kotoran mata yang lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang

banyak, atau silau saat melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumat-

kumatan namun tidak sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien

mempunyai alergi terhadap udang, bila timbul alergi timbul keluhan gatal dan merah-

merah dikulitnya. Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya. Tidak ada

riwayat terjatuh ataupun terbentur.

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi (-), diabetes melitus (-), alergi makanan udang (+)

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, maupun alergi.

I. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Tanda Vital : - Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 76 x/mnt

- Respirasi : 18 x/mnt

- Suhu : 36,6˚C

Kesadaran : Kompos Mentis

v
Pemeriksaan Mata : Status lokalis

Mata Kanan Mata Kiri


Sentral, normal Kedudukan Sentral, normal
5/5 Visus 5/5
Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah
Edema (-) Palpebrae Edema (-)
Hiperemi (+), sekret (+) Konjungtiva Hiperemi (+), sekret (+)
Injeksi Konjungtiva Sklera Injeksi Konjungtiva
Jernih Kornea Jernih
Cukup COA cukup
Reguler(normal) Iris Reguler(normal)
Jernih Lensa jernih
Bulat Pupil Bulat
Letak di pusat mata Letak di pusat mata
ө + 3 mm ө + 3 mm
Reflek cahaya (+) Reflek cahaya (+)
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tonometri Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tes Fluorescen Tidak dilakukan
Normal Palpasi normal

Diagnosis Banding : 1. Konjungtivitis Vernal

2. Konjungtivitis oleh karena bakteri, virus, jamur

Diagnosis Kerja : ODS Konjungtivitis Vernal

Penatalaksanaan : Inmatrol 3x1 tetes ODS

Prognosis : Dubia ad bonam

vi
BAB III

PEMBAHASAN

Konjungtivitis vernal merupakan keradangan bilateral konjungtiva yang

berulang menurut musim dengan gambaran spesifik hipertropi papiler di daerah

tarsus dan limbus.(3)

Penyakit ini, juga dikenal sebagai “ catarrh musim semi” dan “konjungtivitis

menahun” atau “konjungtivitis musim kemarau”.(1) Dinamakan “spring catarrh”

karena banyak didapatkan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat

musim.(4)

Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin.

Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas dan musim

gugur daripada di musim dingin.(1) Di daerah yang panas, didapatkan sepanjang masa,

terutama pada musim panas.(4)

Penyakit ini merupakan penyakit alergi bilateral yang jarang, biasanya mulai

dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak

terdapat pada anak laki-laki daripada perempuan.(1) Tendensi untuk diderita anak-

anak dan orang usia muda.(3) Terbanyak mengenai usia antara 5-25 tahun terutama

laki-laki. Bila didapatkan pada usia lebih dari 25 tahun, kemungkinan suatu

konjungtiva atopi.(4)

vii
Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal.(2,3)

 Tipe palpebra. Pada beberapa tempat akan mengalami hiperplasi sedangkan di

bagian lain mengalami atrofi. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (Cobble

stone) yang diliputi sekret yang mukoid. Perubahan mendasar terdapat di

substansia propia. Substansia propia terinfiltrasi sel-sel limfosit, plasma dan

eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel-sel limfosit, plasma dan eosinofil akan

semakin meningkat, sehingga terbentuk tonjolan jaringan di daerah tarsus, disertai

pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyalin di stroma terjadi pada fase

dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut. Tipe ini terutama mengenai

konjungtiva tarsal superior.

 Tipe limbus. Hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi

epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus,

dengan sedikit eosinofil.

Alergi merupakan kemungkinan terbesar penyebab konjungtivitis vernal. Hal

ini berdasarkan pada: (2)

- tendensi untuk diderita anak-anak dan orang usia muda

- kambuh secara musiman

- pemeriksaan getah mata didapatkan eosinofil

viii
Alergen spesifiknya sulit dilacak, namun pasien kadang-kadang

menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas

tepung sari rumput.(1)

Gambaran klinis konjungtivitis vernal adalah sebagai berikut (1,3,4)

 Keluhan utama: gatal

Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal ini

menurun pada musim dingin.

 Ptosis

Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan

yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva

palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya

degenarasi hyalin pada stroma konjungtiva.

 Getah mata

Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-serat.

Konsistensi getah mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).

 Kelainan pada palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis pucat,

putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yang

disebut “cobble stone appearance”. Susunan papil ini rapat dari samping

tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan trakoma. Di permukaannya

kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari sekret yang mukoid. Papil

ix
ini permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya. Kadang-kadang

konjungtiva palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.

 Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal,

berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan penumpukan

eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis pada konjungtivitis vernal

yang berlangsung selama fase aktif.

 Kelainan di kornea

Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini

sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea yang berbentuk

bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat

diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang juga

didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering

berupa mikropanus, namun panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini

mungkin juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak

membutuhkan pengobatan khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini

berespon baik terhadap terapi standar.

Pada kasus ini, seorang laki-laki berumur 16 tahun datang ke poliklinik mata

RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan gatal, mata terasa perih dan merah. Keluhan

x
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya

pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada kotoran mata yang

lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang banyak, atau silau saat

melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumat-kumatan namun tidak sampai

mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pasien mempunyai alergi terhadap udang, bila

timbul alergi timbul keluhan gatal dan merah-merah dikulitnya.

Pada pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Giemsa

di daerah tarsus atau limbus didapatkan sel-sel eosinofil dan eosinofil granul.

Berdasarkan atas pemeriksaan klinik dan laboratorium.(3)

Pemeriksaan Klinis:

Anamnesa adanya keluhan gatal, mata merah kecoklatan (kotor).

Palpebra : didapatkan hipertropi papiler, cobble stone appearance, Giant’s

papillae.

Konjungtiva bulbi: warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura

interpalpebralis.

Limbus : Horner Trantas’ dots

Pemeriksaan Laboratorium:

Pada pemeriksaan kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan sel-sel

eosinofil dan eosinofil granul.

Dignosis Banding (3)

xi
1. Trakoma: Didapatkan folikel pada stadium awal yang akhirnya terselubung

dengan hipertropi papiler. Sedangkan pada konjungtivitis vernal tidak pernah

didapatkan folikel.

2. Hay fever konjungtivitis: Pembengkakan palpebra disebabkan edema sel-sel.

Pada kojungtivitis vernal pembengkakan terjadi karena adanya infiltrasi cairan

ke dalam sel.

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati, dan perlu diingat bahwa

medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka-pendek,

berbahaya jika dipakai jangka-panjang.(1,2)

Oleh karena dasarnya alergi, diberi larutan kortikosteroid, yang pada stadium

akut diberikan setiap 2 jam 2 tetes, atau dalam bentuk salep mata. Steroid topikal atau

sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengaruhi penyakit kornea

ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, ulkus kornea,dan komplikasi lain)

dapat sangat merugikan. Sekali penderita memakai kortikosteroid dan merasa

keluhan-keluhannya menjadi sangat berkurang, ada kecenderungan untuk memakai

kortikosteroid secara terus-menerus. Sebaiknya kortikosteroid lokal diberikan setiap 2

jam selama 4 hari, untuk selanjutnya digantikan dengan obat-obatan yang lain. Kalau

ada kelainan kornea, jangan diberikan kortikosteroid lokal, kalau perlu dapat

diberikan secara sistemik, disamping ditambah dengan sulfas atropin 0,5 % 3 kali

sehari 1 tetes. Cromolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang

sampai berat. Vasokonstriktor, kromolin topikal dapat mengurangi pemakaian steroid.

Kompres dingin selama 10 menit beberapa kali sehari dapat mengurangi keluhan-

xii
keluhan penderita. Tidur (jika mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber AC sangat

menyamankan pasien. Bila terdapat tukak kornea, maka diberi antibiotik lokal untuk

mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik. Pada kasus-kasus berat,

kortikosteroid dan antihistamin peroral dapat dianjurkan. Bila pengobatan tidak ada

hasil dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan giant papil. (1,2,3,4)

Pada kasus ini pasien diberi obat tetes mata Inmatrol 3x1 tetes pada mata

kanan dan kiri. Inmatrol ini mengandung dexametason 0,1% sebagai kortikostreoid

(untuk mengatasi gejala inflamasi mata bagian luar maupun pada segmen anterior

serta mengatasi masalah mata seperti alergi, bengkak ataupun gatal), neomisin sulfat

3,5 mg dan polimiksin bisulfat 6000 IU sebagai antibiotika untuk mencegah infeksi

sekunder.

Alergen yang telah diketahui sebaiknya dihindari, yaitu bulu bebek,

kelemumur binatang dan protein makanan tertentu (misalnya albumin, dll). Alergen

spesifik sangat sulit ditemukan pada penyakit vernal, walaupun diduga bahwa

sustansi seperti tepung sari rumput-rumputan sejenis gandum hitam (rye grass

pollens) mungkin berperan sebagai penyebabnya. Jika dari segi ekonomi

memungkinkan, sangat bermanfaat jika pasang AC di rumah atau pindah ke tempat

beriklim sejuk, dingin dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong

bahkan dapat sembuh total.(1,3,4,5)

Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4-10 tahun, dengan remisi dan

eksaserbasi. Penyulit konjungtivitis vernal terutama disebabkan oleh pengobatan

xiii
dengan kortikosteroid lokal, yang tidak jarang mengakibatkan glaukoma kronik

simpel yang terbengkalai yang dapat berakhir dengan kebutaan.(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva dalam: Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta: Widya Medika. Hal: 99-101, 115-116.

2. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal:
2-3, 124, 138-139.

3. Soewono W, Budiono S, Aminoe. 1994. Konjungtivitis Vernal dalam:


Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya:
RSUD Dokter Soetomo. Hal: 92-94.

4. Wijana, Nana. 1983. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Hal: 43-44.

5. Vaughan D, Asbury T. 1992. Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi II.


Yogyakarta: Widya Medika. Hal: 81-82.

xiv

Anda mungkin juga menyukai