KONJUNGTIVITIS VERNAL
Oleh
Fiqhiyatun Perdani
I1A004020
Pembimbing
Halaman
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………… 1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis adalah penyakit mata
paling umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemi ringan dengan berair
mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebabnya
bakteri, klamidia, virus, ricketsia, fungi, parasit, imunologi (alergi), kimiawi (iritatif),
atau kanalikulitis.(1,2)
berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Merupakan reaksi
pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren.(2) Di bawah ini akan dibahas salah satu dari
iii
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Kab.Banjar
Pekerjaan : Pelajar
II. ANAMNESIS
Sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien mengeluh pada kedua matanya
terasa gatal dan perih. Pasien juga kadang-kadang mengeluh matanya merah. Pasien
menyangkal adanya pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada
iv
kotoran mata yang lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang
banyak, atau silau saat melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumat-
mempunyai alergi terhadap udang, bila timbul alergi timbul keluhan gatal dan merah-
merah dikulitnya. Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya. Tidak ada
I. PEMERIKSAAN FISIK
- Nadi : 76 x/mnt
- Respirasi : 18 x/mnt
- Suhu : 36,6˚C
v
Pemeriksaan Mata : Status lokalis
vi
BAB III
PEMBAHASAN
Penyakit ini, juga dikenal sebagai “ catarrh musim semi” dan “konjungtivitis
karena banyak didapatkan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat
musim.(4)
Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin.
Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas dan musim
gugur daripada di musim dingin.(1) Di daerah yang panas, didapatkan sepanjang masa,
Penyakit ini merupakan penyakit alergi bilateral yang jarang, biasanya mulai
dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak
terdapat pada anak laki-laki daripada perempuan.(1) Tendensi untuk diderita anak-
anak dan orang usia muda.(3) Terbanyak mengenai usia antara 5-25 tahun terutama
laki-laki. Bila didapatkan pada usia lebih dari 25 tahun, kemungkinan suatu
konjungtiva atopi.(4)
vii
Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal.(2,3)
bagian lain mengalami atrofi. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (Cobble
eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel-sel limfosit, plasma dan eosinofil akan
pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyalin di stroma terjadi pada fase
dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut. Tipe ini terutama mengenai
Tipe limbus. Hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus,
viii
Alergen spesifiknya sulit dilacak, namun pasien kadang-kadang
Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal ini
Ptosis
yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva
Getah mata
putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yang
disebut “cobble stone appearance”. Susunan papil ini rapat dari samping
kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari sekret yang mukoid. Papil
ix
ini permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya. Kadang-kadang
Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini
bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat
membutuhkan pengobatan khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini
Pada kasus ini, seorang laki-laki berumur 16 tahun datang ke poliklinik mata
RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan gatal, mata terasa perih dan merah. Keluhan
x
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya
pandangan mata kabur. Pasien juga mengatakan sering ada kotoran mata yang
lengket, namun pasien menyangkal keluarnya airmata yang banyak, atau silau saat
melihat cahaya. Pasien mengatakan keluhan ini kumat-kumatan namun tidak sampai
di daerah tarsus atau limbus didapatkan sel-sel eosinofil dan eosinofil granul.
Pemeriksaan Klinis:
papillae.
Konjungtiva bulbi: warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura
interpalpebralis.
Pemeriksaan Laboratorium:
xi
1. Trakoma: Didapatkan folikel pada stadium awal yang akhirnya terselubung
didapatkan folikel.
ke dalam sel.
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati, dan perlu diingat bahwa
Oleh karena dasarnya alergi, diberi larutan kortikosteroid, yang pada stadium
akut diberikan setiap 2 jam 2 tetes, atau dalam bentuk salep mata. Steroid topikal atau
sistemik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengaruhi penyakit kornea
ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, ulkus kornea,dan komplikasi lain)
jam selama 4 hari, untuk selanjutnya digantikan dengan obat-obatan yang lain. Kalau
ada kelainan kornea, jangan diberikan kortikosteroid lokal, kalau perlu dapat
diberikan secara sistemik, disamping ditambah dengan sulfas atropin 0,5 % 3 kali
sehari 1 tetes. Cromolyn topical adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang
Kompres dingin selama 10 menit beberapa kali sehari dapat mengurangi keluhan-
xii
keluhan penderita. Tidur (jika mungkin juga bekerja) di ruang sejuk ber AC sangat
menyamankan pasien. Bila terdapat tukak kornea, maka diberi antibiotik lokal untuk
kortikosteroid dan antihistamin peroral dapat dianjurkan. Bila pengobatan tidak ada
hasil dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan giant papil. (1,2,3,4)
Pada kasus ini pasien diberi obat tetes mata Inmatrol 3x1 tetes pada mata
kanan dan kiri. Inmatrol ini mengandung dexametason 0,1% sebagai kortikostreoid
(untuk mengatasi gejala inflamasi mata bagian luar maupun pada segmen anterior
serta mengatasi masalah mata seperti alergi, bengkak ataupun gatal), neomisin sulfat
3,5 mg dan polimiksin bisulfat 6000 IU sebagai antibiotika untuk mencegah infeksi
sekunder.
kelemumur binatang dan protein makanan tertentu (misalnya albumin, dll). Alergen
spesifik sangat sulit ditemukan pada penyakit vernal, walaupun diduga bahwa
sustansi seperti tepung sari rumput-rumputan sejenis gandum hitam (rye grass
beriklim sejuk, dingin dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong
xiii
dengan kortikosteroid lokal, yang tidak jarang mengakibatkan glaukoma kronik
DAFTAR PUSTAKA
1. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva dalam: Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta: Widya Medika. Hal: 99-101, 115-116.
2. Ilyas, Sidarta. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal:
2-3, 124, 138-139.
xiv