Anda di halaman 1dari 1

Review Buku Negara Paripurna : Keadilan Sosial

Prinsip keadilan adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul
persatuan , mantra kedaulatan rakyat. Disatu sisi , perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan
imperative etis keempat sila lainya. Keadilan social merupakan salah satu tujuan tinggi dari berdirinya
Negara Indonesia. Dalam pancasila keadilan social menempati posisi sila ke 5, dimana sila ke 5 selalu
berada setelah sila ke 4 dan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, hasil rumusan asli Panitia 9, kedua sila tersebut dihubungkan dengan
dengan kata sambung (“serta”), “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia. Soekarno menyebutkan keterkaitan dua sila tersebut sebagai rangkain dari prinsip “sosio-
demokrasi”.

Bung hatta pernah menegaskan bahwa demokrasi politik dan demokrasi ekonomi tidak bisa
dipisahkan. Cita-cita demokrasi kita lebih luas ,tidak saja demokrasi politik tetapi juga demokrasi
ekonomi. Sebagai bangsa terjajah dan sebagai bangsa yang telah hidup dalam alam feodalisme ratusan
tahun lamanya , Sedemikian buruknya dampak incasi kapitalisme dan imperialism bagi perekonomian
rakyat Indonesia. Sebuah bangasa bahari yang kaya sumber daya, yang pernah berjaya dalam
perdagangan internasional selama ribuan tahun lamanya, berubah menjadi apa yang disebut bangsa kuli
dan kuli diantara bangas-bangsa yang lain oleh Soekarno. Kapitalisme yang berusia penuh ini masuk ke
Indonesia sebagai perampas dan menakklukannya dalam beberapa puluh tahun saja. Perekonomian
colonial melahirkan dualism ekonomi yang membawa kesenjangan yang lebar anatara sector ekonomi
modern yang dikuasai kaum penjajah yang bertumpu terutama pada perkebunan modern yang berpusat di
Jawa dan Sumatra dengan sektor tradisional ekonomi rakyat. Bukan hanya rakyat biasa yang menjadi kuli
miskin , tetapi bahkan kaum pedagang local yang pernah berjaya mengalami kemunduran. Para pedagang
keturunan China, karena secara politik dianggap tidak berbahaya dan juga karena keterampilan
daganganya, difungsikan sebagai perantara bagi pasar dalam negeri. Karena itu bangsa ini haruslah
berwajah dua: revolusi politik (nasional) dan revolusi social. Revolusi politik (nasional) adalah untuk
mengenyahkan kolonialisme dan imperialism serta mencapai satu Negara Republik Indonesia. Revolusi
social adalah untuk mengoreksi struktur social-ekonomi yang ada dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang telah
berkobar ratusan tahun lamnya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian kebahagian itu terpahat
dalam ungkapan “ Gemah ripah loh jinawi , tata tentrem kerta raharja”.

Perwujudan Negara kesejahteraan itu sangat ditentukan oleh integritas dan mutu para
penyelenggaraan Negara disertai dukungan rasa tanggung jawab dan rasa kemanusiaaan yang terpancar
pada setiap warga. Dalam visi Negara ini yang hendak mewujudkan keadialan social bagi seluruh rakyat
Indonesia , berlaku prinsip “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Maka dari itu ,pokok pikiran
keempat UUD 1945 (“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusian yang
adil dan berdab”) mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara Negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur,

Anda mungkin juga menyukai