Anda di halaman 1dari 2

Peran mahasiswa dalam pencegahan radikalisme dan intoleransi

Radikalisme secara bahasa terdiri dari kata ‘radikal’ dan ‘isme’. Dalam kamus inggris milik
Oxford Dictionary, ‘radikal’ dimaknai sebagai orang yang mendukung suatu perubahan politik atau
perubahan social secara menyeluruh, seorang anggota dari suatu partai politik atau bagian dari
partai politik yang melakukan upaya tersebut. Dari kamus ingggris lainya , Merriam Webster,
‘radikal’ dianggap sebagai opini atau perilaku orang yang menyukai perubahan ekstem , khusunya
dalam pemerintahan/politik. Sedangkan ‘isme’ ini memilki arti sebuah paham yang dikuti dan
dipercayai untuk dijalankan dan dijadikan pedoman oleh sekelompok orang yang menggangap
paham atau pedoman tersebut dirasa benar adanya. Radikalisme muncul atas respon terhadap
kondisi yang sedang berlangsung dalam bentuk evaluasi,penolakan , bahkan perlawan.

Radikalisme ada dan bisa terjadi pada semua agama , namun selama ini yang dikenal
sebagai kelompok radikal adalah kelompok garis keras/ ekstrem dari umat agama Islam. Akar
munculnya radikalisme dipengaruhi oleh pemahaman ilmu agama yang dangkal, karena memang di
dalam kitab suci ada ayat-ayat yang menyuruh untuk berperang dan membunuh , tetapi ayat tersebut
harus dimaknai dengan pehaman yang dalam dan mempertimbangkan relevansi konteksnya , serta
terjadinya radikalisme dipengaruhi oleh wawasan yang kurang luas dalam hal kehidupan berbangsa
dan bernegara khusunya berkaitan dengan Ideologi Negara dan kebhinekaan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Indonesia dalam dewasa ini sedang dihadapkan dengan persoalan dan ancaman radikalisme,
dan intoleransi yang keduanya bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.
Keduanya merupakan masalah serius yang harus dilakukan pencegahan sedini dan secepat
mungkin. Radikalisme adalah ancaman terhadap ketahanan Ideologi negara, apabila Ideologi
Negara sudah tidak kokoh maka akan berdampak pada ketahanan nasional. Sedangkan intoleransi
merupakan ancaman yang serius terhadap keutuhan Negara Indonesia. Dimana Negara Kesatuan
Republik Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras ,dan budaya serta mempunyai
latar belakang yang berbeda-beda. Jika intoleransi ini berkembang di Indonesia secara mudah di ,
maka tidak mustahil bahwa perpecahan atas nama perang saudara akan segera muncul di Indonesia,
ini akan terjadi jika memang masyarakat didalamnya sudah tidak saling menghargai satu sama
lainya , dan menggangap kelompoknya paling baik dan benar daripada kelompok yang lainya.

Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang dikatakan plural ini , radikalisme dan
intoleransi dapat menyebar dan tersebar melalui siapa saja , tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa
yang dianggap agent of change di dalam masyarakat justru sangat rawan disusupi dan dipengaruhi
paham radikalisme dan intoleransi. Ini terjadi karena tidak sedikit mahasiswa yang masih dan
sedang mencari jati diri terbaiknya. Kadang tidak sedikit pula mahasiswa yang menghadapi
berbagai masalah dalam hidupnya. Keadaan tersebut membuat diri atau jiwa mahasiswa belum
memiliki pendirian dan dasar pandangan hidup yang dipegang teguh. Mahasiswa akan mudah
terpengaruh dengan hal-hal yang terlihat menarik berkaitan penyelesaian masalah dan pedoman
hidup. Hal ini sangat rentan dipengaruhi dengan organisasi-organisasi eksternal yang memiliki
paham intoleran dan radikal jika belum memiliki pendirian atau bekal ilmu tentang aliran atau
paham yang dia anut. Pintu-pintu tersebut terbuka lebar di dunia kampus. Hal ini tentunya dapat
terjadi dan sangat mungkin terjadi karena di dalam dunia kampus tidak sebegitu ketat pengawasan
dari pihak pengelola seperti jenjang sekolah sebelumnya dan jauhnya pengawasan dari orang tua.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tertarik pada pandangan dan jaringan
radikalisme. Yang pertama keadaan jiwa sesorang yang sedang tidak dalam kondisi baik atau
sedang mempunyai permaslahan yang berat dalam hidupnya sehingga kondisi jiwanya sedang tidak
pada pendirian yang kuat. Hal ini dapat menjadi awal paham-paham radikal masuk dan menarik
sesorang melalui organisasi-organisasi radikal yang berusaha seolah-olah membawakan jawaban
dan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi
ekonomi, tujuan hidup, paham, pengakuan diri, dan masih banyak lagi. Sehingga seolah organisasi
radikal akan membuat seseorang senyaman mungkin agar mau masuk dalam paham mereka dengan
memberikan solusi-solusi semu atas permasalahan yang sedang dialami. Kemudian ada faktor lain
yang menjadi gerbang masuk paham radikal pada seseorang misalnya organisasi radikal akan
mengkedokkan kesamaan rasa, agama, paham, ataupun nasib. Dengan adanya perasaan kesamaan
tersebut seorang akan merasa bahwa dia sama dengan organisasi atau kelompok tersebut dan akan
menganggap bahwa sama-sama di jalan yang sama. Dari sini akan lebih mudah lagi seseorang
terjerumus pada paham radikalisme dan intoleran.

Untuk itu, kita sebagai mahasiswa harus menjadi mahasiswa yang tidak terpengaruh oleh
paham radikalisme dan intoleransi. Sebagai mahasiswa kita harus memiliki sikap berpegang teguh
pada Pancasila sebagai dasar Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semua nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sangat menolak hadirnya paham idelogi lain yang akan merusak jati
diri bangsa Indonesia. Serta kita harus menjaga kesatuan ini dengan semangat kebhinekaan tanpa
menggaris bawahi perbedaan dari masing-masingnya. Karena dasar negara kita dibuat dan ada
karena kemajemukan bangsa, sehingga di dalamnya akan menyangkut dengan keutamaan
kepentingan seluruh komponen bangsa dan tidak hanya segelintir golongan saja. Ketuhanan,
demokrasi, sosial, semua ada dalam nilai-nilai Pancasila. Apabila kita berpegang teguh dengan hal
tersebut tentunya kita tidak akan terpengaruh dengan paham-paham intoleran dan radikalisme.

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus bisa memberikan kontribusi melalui
peran masing-masing dalam pencegahan radikalisme dan intoleransi di Indonesia. Yang pertama
dengan memperkuat pendidikan kewarganegaraan dan pancasila dengan menanamkan pemahanan
yang mendalam terhadap empat pilar kebangsaan , yaitu Pancila , UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan dan pancsila , para pemuda didorong untuk
menjujung tinggi dan menginternalisaasi nilai-nilai luhur yang sejalan dengan kearifan lokal seperti
toleransi antar umaat beragama, kebebasan yang bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran , dan
cinta tanah air serta kepedulian antar warga masyarakat. Kedua, mengarahkan para pemuda dan
anak-anak pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, social, keagamaan,
seni , budaya, maupun olahraga. Ketiga , memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran,
sehingga tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme.

Anda mungkin juga menyukai