Anda di halaman 1dari 10

Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.

) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PERBANYAKAN


KOPI (Coffea spp.) MELALUI EMBRIOGENESIS SOMATIK
MAIN FACTORS FOR THE SUCCESS OF COFFEE PROPAGATION THROUGH
SOMATIC EMBRYOGENESIS

Meynarti Sari Dewi Ibrahim

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jl. Raya Pakuwon – Parungkuda km. 2 Sukabumi, 43357
Telp.(0266) 6542181, Faks. (0266) 6542087
meynartisaya@yahoo.com

ABSTRAK
Perbanyakan tanaman menggunakan teknik kultur jaringan (in vitro) dapat dilakukan melalui jalur organogenesis dan
embriogenesis somatik. Pada kultur in vitro kopi, regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik memberikan lebih
banyak keuntungan dibandingkan dengan organogenesis. Embriogenesis somatik telah digunakan dalam perbanyakan
tanaman kopi. Keberhasilan dalam perbanyakan kopi melalui embriogenesis somatik ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain : pemilihan genotipe tanaman, kondisi sumber eksplan, pengambilan dan sterilisasi eksplan, komposisi media tumbuh,
zat pengatur tumbuh, lingkungan tumbuh kultur dan aklimatisasi. Faktor tersebut saling terkait satu sama lain sehingga perlu
diperhatikan dalam mendukung keberhasilan embriogenesis somatik kopi.

Kata kunci : Coffea spp., eksplan, genotipe, lingkungan tumbuh, media

ABSTRACT
Tissue culture for plant propagation can be performed through organogenesis and somatic embryogenesis pathways. In
coffee tissue culture, somatic embryogenesis plant regeneration has more benefits compared to organogenesis. Somatic
embryogenesis has been used in coffee propagation. The success of somatic embryogenesis plant propagation is determined
by a number of factors namely: the selection of plant genotypes in use, conditions of explant source, picking and
sterilization of explants, media composition culture media, plant growth regulator (PGR) formula, growth environment, and
acclimatization. Those factors are interrelated and should be taken into consideration to support the success of coffee
somatic embryogenesis.

Keywords: Coffea spp, explant, genotype, growing environment, media

PENDAHULUAN embriogenesis somatik. Pada kultur in vitro


kopi, kedua jalur baik organogenesis dan
Kultur jaringan (in vitro) adalah suatu embriogenesis somatik telah dilakukan untuk
metode mengisolasi bagian tanaman seperti tujuan perbanyakan tanaman (Ibrahim et al.,
protoplas, sel, jaringan atau organ, serta 2013b; Etienne, 2005). Eksplan yang digunakan
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, untuk jalur organogenesis adalah stek buku,
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tunas aksilar, dan apikal, sementara jalur
tumbuh dan memperbanyak diri serta embriogenesis somatik adalah daun muda.
beregenerasi menjadi tanaman lengkap Embriogenesis somatik merupakan suatu
(Gunawan, 1992). Kultur in vitro berkembang proses dimana struktur bipolar yang
pesat setelah adanya pembuktian tentang teori menyerupai embrio zigotik berkembang dari
totipotensi sel yang menyatakan bahwa setiap satu sel non-zigotik tanpa adanya hubungan
sel, jaringan dan organ mempunyai potensi pembuluh dengan jaringan asalnya (von
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Arnorld et al., 2002). Teknik ini tidak
Kultur in vitro telah terbukti dapat membutuhkan tempat yang luas, dapat
digunakan untuk menyediakan bibit tanaman dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal
secara massal dan cepat. Perbanyakan tanaman musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat karena
menggunakan tehnik kultur in vitro dapat bebas hama penyakit, mempunyai akar
dilakukan melalui jalur organogenesis dan tunggang seperti perbanyakan menggunakan

SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127– 136) 127


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

biji, dan dapat melakukan manipulasi genetik dan morfogenesis eksplan dalam kultur in vitro.
untuk menghasilkan varietas baru dengan sifat- Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon
sifat baik yang diinginkan. masing-masing genotipe tanaman kopi terhadap
Perbanyakan kopi melalui embriogenesis media kultur sangat bervariasi (Etienne, 2005 :
somatik telah dilakukan sejak lama, namun Samson et al., 2006; Ibrahim, 2015). Pengaruh
sampai saat ini masih banyak diteliti untuk genotipe ini umumnya berhubungan erat
mendapatkan hasil yang lebih baik. dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
Keberhasilan menginduksi embriogenesis pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan unsur
somatik dipengaruhi oleh banyak faktor hara, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan
diantaranya : sumber eksplan, jenis tanaman, kultur. Komposisi media, zat pengatur tumbuh
genotipe tanaman, keadaan fisiologi sel, dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan
formulasi zat pengatur tumbuh, komposisi oleh masing-masing genotipe tanaman kopi
media tumbuh, dan lingkungan tumbuh (George bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang
et al., 2008; Ehsanpour, 2002). digunakan sama.
Berdasarkan pengalaman, untuk
mendapatkan keberhasilan yang tinggi dalam KONDISI SUMBER EKSPLAN
embriogenesis somatik kopi ada beberapa
faktor yang perlu kita ketahui. Faktor tersebut Faktor yang paling menentukan
antara lain : pemilihan genotipe tanaman pertumbuhan dan kualitas tanaman yang akan
sebagai eksplan, kondisi sumber eksplan, diregenerasikan adalah eksplan awal. Eksplan
pengambilan dan sterilisasi eksplan, komposisi adalah bagian tanaman atau organ yang
media tumbuh, zat pengatur tumbuh, digunakan sebagai bahan dasar inisiasi kultur
lingkungan tumbuh kultur dan aklimatisasi. (Khumaida & Efendi, 2011). Sumber eksplan,
Tulisan ini akan memberikan gambaran umur dan perlakuan terhadap eksplan sebelum
seberapa penting faktor tersebut dapat dikulturkan perlu diperhatikan dalam
mempengaruhi keberhasilan embriogenesis pengambilan eksplan. Kondisi eksplan juga
somatik kopi. mempengaruhi keberhasilan embriogenesis
somatik kopi. Walaupun jenis eksplan yang
PEMILIHAN GENOTIPE TANAMAN digunakan sudah diketahui adalah daun, namun
YANG DIGUNAKAN SEBAGAI EKSPLAN ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan daun
yang digunakan sebagai eksplan akan
Pemilihan genotipe tanaman yang mempengaruhi keberhasilan embriogenesis
digunakan sebagai sumber eksplan wajib somatik kopi.
dilakukan untuk menghindari terjadinya Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap
kesalahan dalam penyediaan benih. Pohon kemampuan eksplan untuk tumbuh dan
induk yang dijadikan sumber eksplan harus beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal
merupakan genotipe yang terpilih dan telah dari jaringan tanaman yang masih muda
diseleksi oleh pemulia (Arimarsetiowati, 2013). (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi
Setelah dilakukan seleksi pohon induk, dibandingkan dengan jaringan yang telah
pohon/tanaman kopi ditandai dan diberi kode terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya
tertentu sesuai genotipe tanaman. Untuk memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan
mempermudah pengambilan eksplan sebaiknya dinding sel yang belum kompleks sehingga
pohon induk ditumbuhkan dan dipelihara di lebih mudah di kultur dibandingkan jaringan
rumah kaca. tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur kopi melalui
Selain untuk keperluan penyediaan bibit embriogenesis somatik biasanya dilakukan
yang sebenarnya (true to type), pemilihan dengan menggunakan daun muda yang sudah
genotipe tanaman yang tepat juga diperlukan membuka sempurna (Gambar 1).
dalam proses embriogensis somatik. Genotipe Disamping umur eksplan, ukuran potongan
tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan daun yang digunakan sebagai eksplan juga

128 SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127 – 136)


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

mempengaruhi keberhasilan embriogenesis eksplan yang kurang steril. Kontaminasi ekplan


somatik kopi. Potongan daun yang terlalu kecil dapat terjadi karena faktor eksternal maupun
akan mengurangi kemampuan untuk internal. Kontaminasi eksternal atau
membentuk kalus/embrio somatik. kontaminasi permukaan biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme yang berasal dari luar/
yang menempel di eksplan. Respon kontaminasi
eksternal ini sangat cepat karena
mikroorganismenya berada pada permukaan
eksplan. Kontaminasi internal disebabkan
oleh mikroorganisme yang berasal dari dalam
eksplan, yang tumbuh dan berkembang secara
bertahap dalam kondisi in vitro. Pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme internal
biasanya muncul beberapa minggu/bulan
setelah dikulturkan.

Gambar 1. Keragaan daun muda tanaman kopi


(dalam lingkaran merah) yang
digunakan untuk sumber eksplan
dalam embriogenesis somatik.
(Koleksi Meynarti Sari Dewi Ibrahim)

PENGAMBILAN DAN STERILISASI


EKSPLAN

Pengambilan Eksplan
Eksplan diambil dari pohon induk kopi
yang telah ditentukan genotipenya. Daun muda
(flush) diambil dengan cara menggunting
tangkai daun. Daun yang dipilih adalah daun
yang tidak menunjukkan gejala serangan hama Gambar 2. Keragaan potongan daun kopi dalam
dan penyakit. Daun dimasukkan ke dalam media induksi kalus kopi
kantong plastik dan diberi label. Apabila (Koleksi Meynarti Sari Dewi Ibrahim)

pengambilan eksplan jauh dari laboratorium


Meminimalkan jumlah kontaminasi
kultur jaringan, eksplan sebaiknya dibawa
eksplan kopi dapat dilakukan dengan proses
menggunakan termos es untuk menjaga
sterilisasi eksplan yang baik. Sterilisasi eksplan
kesegaran eksplan. Setelah sampai di
kopi dilakukan secara bertahap. Daun yang
laboratorium, jika tidak langsung dipakai
telah dipetik dibersihkan dengan air mengalir,
eksplan disimpan dalam suhu 5 - 10 °C. Daun
direndam dalam fungisida yang berbahan aktif
yang disimpan pada kondisi tersebut mampu
mankozeb 80% dan bakterisida dengan
bertahan selama ± 5 hari. Ketika hendak
konsentrasi 0,2% selama 1 jam, lalu dibilas
digunakan, daun sebaiknya dibiarkan pada suhu
sampai bersih. Sterilisasi eksplan lanjutan
ruang.
dilakukan di dalam laminar air flow. Daun
Sterilisasi Eksplan direndam dalam alkohol 70% selama 3 menit
Kontaminasi merupakan permasalahan atau alkohol 50% selama 10 menit, dilanjutkan
mendasar yang sering terjadi pada kultur in dengan sodium hipoklorit 10% selama 15
vitro. Salah satu penyebab kontaminasi adalah menit. Terakhir daun dibilas 3 kali

SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127– 136) 129


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

menggunakan aquadest steril. Daun yang telah (Ca) diberikan dalam bentuk CaCl 2 . 2 H 2 O,
steril dipotong-potong di atas petridist steril sulfur (S) dalam bentuk MnSO 4 . 4 H 2 O, dan
dengan ukuran ± 1 cm x 1 cm. Potongan daun magnesium (Mg) diberikan dalam bentuk
kemudian dikulturkan pada media induksi kalus MgSO 4 . 7 H 2 O (Gunawan 1992, ; Wattimena et
(Ibrahim, et al., 2013a ; Ibrahim, et al., 2013b ; al., 1992; George et al., 2008).
Ibrahim, et al., 2013c). Gambar 2 menunjukkan
keragaan potongan daun kopi dalam media Unsur Hara Mikro
induksi kalus. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur
KOMPOSISI MEDIA TUMBUH hara mikro ini merupakan komponen sel
tanaman yang penting dalam proses
Selain sumber eksplan penggunaan metode metabolisme dan proses fisiologis lainnya
embriogenesis somatik sangat tergantung pada (Gunawan, 1992). Senyawa kimia yang
media yang digunakan. Media tumbuh termasuk kedalam unsur hara mikro adalah :
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan klor (Cl) diberikan dalam bentu KI, mangan
perkembangan eksplan serta bibit yang akan (Mn) diberikan dalam bentuk MnSO 4 . 4 H 2 O,
dihasilkan. Pemilihan media yang akan tembaga (Cu) diberikan dalam bentuk
digunakan dalam kultur in vitro sangat CuSO 4 . 5 H 2 O, kobal (CO) diberikan dalam
tergantung pada jenis tanaman yang bentuk CoCl 2 . 6 H 2 O, molibdenun (Mo)
dikulturkan, dan bentuk pertumbuhan dari diberikan dalam bentuk NaMoO 4 . 2 H 2 O, seng
deferensiasi yang diinginkan (Pierik, 1987). (Zn) diberikan dalam bentuk ZnSO 4 . 4 H 2 O, dan
Berdasarkan hal tersebut maka media untuk boron (B) diberikan dalam bentuk H 3 BO 3
menginduksi embriogenesis kopi harus (Gunawan, 1992 ; Wattimena et al., 1992;
menyediakan unsur - unsur hara yang George et al., 2008).
diperlukan tanaman seperti yang dibutuhkan Besi (Fe) diberikan dalam bentuk
tanaman di lapangan. Media dasar yang sering Fe 2 (SO 4 ) 3 atau FeSO 4 . 7 H 2 O. Berfungsi sebagai
digunakan dalam embriogenesis kopi adalah penyangga (chelatin agent), dan diperlukan
media MS yang telah dimodifikasi. untuk menyangga kestabilan pH media. Hal ini
Media kultur telah dikomposisikan untuk sangat berguna dalam proses pertumbuhan dan
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman. Pada tahap
perkembangan eksplan yang dikulturkan. planlet, Fe berfungsi untuk membantu
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan dalam pembentukan hijau daun (Gunawan, 1992 ;
embriogenesis somatik kopi antara lain adalah Wattimena et al., 1992; George et al., 2008).
unsur hara makro, unsur hara mikro, vitamin,
zat pengatur tumbuh tanaman, sukrosa dan Vitamin
bahan pemadat. Vitamin yang paling sering digunakan
dalam media embriogenesis somatik kopi
Unsur Hara Makro adalah thiamine (vitamin B1), nicotinic acid
Unsur hara makro adalah unsur hara yang (niacin), pyridoxine (vitamin B6). Thiamine
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang merupakan vitamin yang esensial dalam
banyak. Unsur hara makro terdiri dari enam embriogenesis somatik kopi karena dapat
unsur utama yang dibutuhkan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembang-
pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: an sel. Vitamin C, seperti asam sitrat dan asam
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai
(Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Unsur antioksidan untuk mencegah atau mengurangi
nitrogen (N) dalam media kultur diberikan pencoklatan atau penghitaman eksplan
dalam bentuk NH 4 ,NO 3 dan KNO 3 , fosfor (P) (Gunawan, 1992 ; Wattimena et al., 1992;
diberikan dalam bentuk KH 2 PO 4 , kalium (K) George et al., 2008).
diberikan dalam bentuk CaCl 2 . 2 H 2 O, kalsium

130 SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127 – 136)


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

Mio-Inositol atau meso-insitol digunakan embriogenesis somatik kopi, asam amino


sebagai salah satu komponen media yang merupakan sumber nitrogen organik.
penting, karena bersinergi dengan zat pengatur Penambahan asam amino dalam media
tumbuh dalam merangsang pertumbuhan embriogenesis somatik kopi bisa satu atau
jaringan yang dikulturkan. Meskipun vitamin- beberapa jenis. Sumber nitrogen organik yang
vitamin tersebut bukan merupakan faktor paling banyak digunakan dalam media
pembatas pertumbuhan, tetapi sering embriogenesis somatik kopi adalah casein
memberikan keberhasilan dalam kultur sel dan hidrolisat. Casein hidrolisat mengandung
jaringan tanaman kopi. beberapa jenis asam amino, digunakan pada
Penambahan konsentrasi vitamin mio- konsentrasi 0,2-0,4% (Ibrahim, 2015). Adenin
inositol dilakukan apabila pertumbuhan dan sulfat juga sering ditambahkan pada media
perkembangan embrio kopi masih rendah. embriogenesis somatik kopi, fungsinya untuk
Selain mio-inositol vitamin yang sering menstimulir pertumbuhan sel dan meningkatkan
ditambah konsentrasinya dalam proses pembentukan tunas.
embriogenesis somatik adalah thiamin.
Thiamin akan ditambah konsentrasinya jika Bahan Antioksidan atau Penghambat
jumlah populasi sel-sel yang tumbuh masih Polifenol
rendah. Browning (pencoklatan) adalah suatu
keadaan munculnya warna coklat atau hitam
Sukrosa sebagai Sumber karbohidrat yang menyebabkan tidak terjadinya
Sukrosa digunakan sebagai sumber energi pertumbuhan dan perkembangan atau bahkan
dalam media kultur, karena umumnya bagian menyebabkan kematian pada eksplan.
tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak Pencoklatan eksplan umumnya terjadi pada
autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang tanaman tahunan yang mengandung fenol
rendah. Hal ini menyebabkan tanaman kultur in seperti kopi. Menurut George dan Sherrington
vitro termasuk embrio somatik kopi (1984) ada beberapa cara untuk menanggulangi
membutuhkan karbohidrat yang cukup sebagai masalah pencokelatan, yaitu : menghilangkan
sumber energi. Menurut Gautheret dalam senyawa fenol, modifikasi potensial redoks,
Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber penghambatan aktivasi enzim fenol oksidase,
karbohidrat penghasil energi yang terbaik penurunan aktivitas fenolase dan ketersediaan
melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Selain substrat.
sebagai sumber energi, sukrosa juga berfungsi Meminimalisasi senyawa fenol dapat
menjaga tekanan osmotik media. dilakukan dengan cara menstransfer eksplan ke
Sumber karbohidrat yang biasanya media baru, atau mengurangi akumulasi
digunakan dalam media embriogenesis somatik peroksidase dengan penambahan Poliphinil
kopi adalah sukrosa. Namun jika tidak terdapat Poliphirolidone (PVPP) (Hutami, 2008).
sukrosa, dapat digantikan dengan gula pasir Penambahan PVPP dalam embriogenesis
(Hapsari et al., 2011). Walaupun hasilnya tidak somatik kopi diperlukan untuk menghambat
selalu sama baiknya dengan sukrosa, gula pasir pengeluaran phenol. Disamping PVPP arang
cukup memenuhi syarat untuk mendukung aktif (activated charcoal) juga dapat digunakan.
pertumbuhan kultur. Konsentrasi sukrosa yang Beberapa hasil penelitian menunjukkan
ditambahkan dalam media kultur untuk pengaruh yang menguntungkan dan dapat
embriogenesis somatik kopi berkisar 3 dan 4% merugikan dari pengaruh PVPP dan arang aktif.
(Ibrahim, 2015). Pengaruh PVPP dan arang aktif umumnya
diarahkan pada salah satu dari tiga hal yaitu;
Asam Amino dan Sumber Nitrogen Lainnya penyerapan senyawa-senyawa penghambat,
Asam amino ditambahkan pada media penyerapan zat pengatur tumbuh atau
kultur untuk mendukung pertumbuhan dan menggelapkan warna media.
perkembangan kultur. Pada media

SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127– 136) 131


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

Bahan Pemadat dan Penyangga Biakan mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan
Pada embriogenesis somatik kopi Arabika konsentrasi tinggi. Auksin sering pula diberikan
dikenal tiga jenis media yaitu media padat, semi secara bersamaan dengan sitokinin. Beberapa
padat dan cair. Media padat dan semi padat peneliti telah mengkombinasikan zat pengatur
membutuhkan bahan pemadat seperti agar, tumbuh dalam menginduksi kalus embriogenik
phytagel, gelrite yang ditambahkan ke dalam dan perkembangan embrio somatik kopi
media agar. Penambahan bahan pemadat berupa (Etienne, 2005; Samson et al., 2006 ; Ahmed et
agar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu ; al., 2013)
agar meleleh pada suhu 60-100 0 C dan Sitokinin ditambahkan dalam media kultur
memadat pada suhu 45oC, kekerasan media umumnya ditujukan untuk menstimulasi
bersifat stabil pada suhu inkubasi, agar tidak pembelahan sel, menginduksi pembentukan
bereaksi dengan komponen dalam media, dan tunas dan proliferasi tunas aksiler, dan
tidak dicerna oleh enzim tanaman. menghambat pembentukan akar. Mekanisme
Media kultur jaringan untuk menginduksi kerja sitokinin secara pasti belum diketahui,
kalus embriogenik kopi umumnya dibuat dalam akan tetapi beberapa senyawa yang mempunyai
bentuk padat, sementara pematangan embrio, aktivitas mirip sitokinin telah diketahui terlibat
perkecambahan dan pendewasaan planlet dapat dalam transfer-RNA (t-RNA). Sitokinin juga
dilakukan pada media semi padat dan cair. dapat mengaktivasi sintesa RNA dan
Kualitas fisik agar dalam media kultur menstimulasi aktivitas protein dan enzim pada
tergantung pada konsentrasi dan merek agar jaringan tertentu. Pada embriogenesis somatik
yang digunakan (Priadi et al., 2008) serta pH kopi, sitokinin ditambahkan dalam media kultur
media. Pada embriogenesis somatik kopi jenis pada saat awal eksplan dikulturkan sampai
agar yang digunakan antara lain : agar, bacto terbentuk planlet.
agar, gellan gum, phytagel dan gelrite (Etienne, Jenis dan konsentrasi sitokinin yang
2005; Samson et al., 2006; Rezende et al., ditambahkan dalam media embriogenesis
2012). Agar yang mengandung garam-garam somatik kopi berbeda-beda tergantung
Ca, Mg, K dan Na dapat mempengaruhi kebutuhan kultur. Pada media induksi kalus
ketersediaan hara dalam media. Kemurnian agar kopi ditambahkan 2-iP (9,86 - 24,65 μM
yang digunakan dalam media embriogenesis tergantung genotipe) yang dikombinasikan
somatik kopi juga merupakan faktor yang dengan 2,4-D (4,52 μM). Kinetin (9,30 μM)
penting, terutama untuk tujuan penelitian. ditambahkan pada media regenerasi, sementara
pada media perkecambahan ditambahkan BAP
ZAT PENGATUR TUMBUH (1,33 μM) ( Ibrahim, 2015).

Terdapat empat golongan zat pengatur LINGKUNGAN TUMBUH KULTUR


tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur
jaringan tanaman, yaitu: auksin, sitokinin, Lingkungan tumbuh kultur yang juga harus
giberelin dan asam absisik. Pada embriogenesis diperhatikan jika melakukan perbanyakan
somatik kopi ZPT yang berperan penting adalah tanaman kopi melalui embriogenesis somatik.
dari golongan auksin dan sitokinin. Tahapan utama perkembangan embriogensis
Perbandingan auksin dan sitokinin menentukan somatik kopi adalah induksi kalus embriogenik,
seberapa besar proses embriogenesis somatik pematangan embrio, perkecambahan,
dalam kultur jaringan tanaman. Auksin dan pendewasaan planlet, dan aklimatisasi
sitokinin yang ditambahkan ke dalam media memerlukan kondisi lingkungan yang berbeda-
kultur mempunyai tujuan untuk mendapatkan beda.
morfogenesis dari eksplan yang dikulturkan Suhu, cahaya, dan oksigen adalah faktor
sampai terbentuk planlet. lingkungan yang turut berperan dalam
Kalus embriogenik umumnya didapatkan pertumbuhan dan perkembangan kultur
pada media yang mengandung auksin yang terutama dalam embriogenesis somatik.

132 SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127 – 136)


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

Diantara ketiga faktor tersebut suhu dan cahaya kebutuhan tanaman kopi pada kondisi
paling menentukan perkembangan embrio. alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya
Suhu sangat menentukan respon fisiologis diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8
kultur dan kecepatan pertumbuhan (Gunawan, jam gelap tergantung tahapan embrio yang
1992). Cahaya berperan penting dalam dikulturkan. Periode siang/malam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (terang/gelap) ini diatur secara otomatis
karena diperlukan dalam proses fotosintesis menggunakan timer yang ditempatkan pada
planlet, pengendali, pemicu dan modulator saklar lampu di ruang kultur, sehingga
respons morfologi khususnya dalam tahap awal penyinaran dapat diatur konstan sesuai
pertumbuhan (McNellis & Deng, 1995; kebutuhan tanaman.
Khumaida & Efendi 2011). Menurut Pierik
(1987) kondisi kultur terutama pada embrio
kadang lebih tinggi dari pada konsentrasi
oksigen di atmosfir.
Tanaman kopi umumnya tumbuh pada
lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap
saat. Ada perbedaan suhu antara siang dan
malam hari yang dialami tanaman kopi dengan
perbedaan suhu yang cukup besar. Keadaan
demikian terkadang sulit bisa dilakukan dalam
kultur in vitro. Akan tetapi penelitian
embriogenesis somatik kopi yang dilakukan di
laboratorium Unit Pengembangan Benih
Unggul Pertanian, Badan Litbang Pertanian
selama ini mengatur suhu ruang kultur yang
konstant yaitu 25°C (kisaran suhu 17-32°C)
pada siang maupun malam hari berhasil dengan
baik.
Gambar 3. Keragaan planlet kopi hasil
Sumber cahaya pada ruang kultur ini
embriogenesis somatik.
umumnya lampu flourescent (TL), karena (Koleksi Meynarti Sari Dewi Ibrahim).
lampu TL menghasilkan cahaya warna putih,
dan sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu
AKLIMATISASI
ruang kultur secara drastis. Intensitas cahaya
yang digunakan pada ruang kultur umumnya
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman
jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya
hasil kultur jaringan yang semula kondisinya
yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan
normal. Pada embriogenesis somatik kopi terkendali menjadi lingkungan yang tidak
pencahayaan harus disesuaikan dengan terkendali (mengubah pola hidupnya dari
kebutuhan eksplan. Untuk induksi kalus tanaman heterotrof ke tanaman outotrof ).
embriogenik, pematangan embrio dan Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk
perkecambahan kondisi ruang kultur yang gelap mengkondisikan tanaman agar tidak terjadi
sangat dibutuhkan, sementara untuk stress pada waktu ditanam di rumah kaca.
pendewasaan planlet kopi diperlukan cahaya Kriteria planlet kopi yang siap untuk
dalam ruang kultur dengan intensitas cahaya diaklimatisasi adalah : organ akar, batang dan
1000 – 1500 lux. daun sudah terbentuk sempuna, batang terlihat
Selain intensitas cahaya, lama penyinaran kokoh dengan warna batang hijau tua, ukuran
atau foperiodisitas juga mempengaruhi tinggi planlet 3 - 4 cm (Gambar 3).
pertumbuhan embriogenesis somatik kopi. Aklimatisasi merupakan masa kritis bagi
Lama penyinaran umumnya diatur sesuai planlet kopi. Hal ini dikarenakan planlet kopi

SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127– 136) 133


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

umumnya mempunyai lapisan lilin yang belum Tiga bulan setelah aklimatisasi, tanaman
berkembang dengan baik, sel-sel palisade daun dipindahkan ke dalam polibag yang lebih besar.
hanya terbentuk dalam jumlah yang sedikit, Bibit tanaman kopi hasil embrio somatik
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang dinyatakan siap untuk ditanam ke lapangan
berkembang, stomata seringkali kurang apabila tinggi tanaman telah mencapai 20 cm,
berfungsi karena belum mampu menutup diameter batang ± 5 mm dan daun sebaiknya
dengan baik pada saat penguapan tinggi. lebih dari 3 pasang (Gambar 5).
Berbeda dengan proses kultur jaringan
yang dilakukan di dalam laboratorium, proses
aklimatisasi planlet kopi dilakukan di rumah
kaca. Pada tahap aklimatisasi pengaturan
kelembaban dan pencahayaan diperlukan untuk
meningkatkan persentase keberhasilan
aklimatisasi.
Planlet yang memenuhi kriteria untuk
diaklimatisasi dikeluarkan dari botol kultur.
Akar dicuci dengan air kemudian direndam
larutan fungisida (Benlate 0,2% ) selama ± 5
menit. Planlet ditanam dalam pot plastik yang
berisi campuran tanah, pupuk kandang dan
pasir dengan perbandingan 1:1:1. Untuk Gambar 5. Bibit kopi hasil embriogenesis
menjaga suhu dan kelembaban, planlet somatik siap untuk dipindah ke
lapangan.
kemudian disungkup botol kaca selama ± 4 (Koleksi Meynarti Sari Dewi Ibrahim).
minggu. Setelah 4 minggu, sungkup dibuka
tutup untuk proses adaptasi tanaman (Gambar
4). Proses buka tutup ini dilakukan sampai
tanaman tumbuh dan tidak menunjukkan gejala
PENUTUP
layu.
Perbanyakan klonal kopi dapat
dilakukan dengan menggunakan tehnik kultur
jaringan. Kultur jaringan kopi dapat dilakukan
melalui jalur organogenesis dan embriogenesis
somatik. Perbanyakan menggunakan jalur
embriogenesis somatik lebih menguntungkan
dibandingkan dengan organogenesis. Faktor
keberhasilan embriogenesis somatik ditentukan
oleh pemilihan genotipe tanaman, kondisi
sumber eksplan, pengambilan dan sterilisasi
eksplan, komposisi media tumbuh yang
digunakan, lingkungan tumbuh kultur dan
aklimatisasi.

Gambar 4. Keragaan tanaman kopi arabika


setelah sungkup dibuka.
(Koleksi Meynarti Sari Dewi Ibrahim).

134 SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127 – 136)


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

DAFTAR PUSTAKA Hutami S. 2008. Ulasan, masalah pencoklatan


pada kultur jaringan. Jurnal
Ahmed W. Feyissa T & Disasa T. 2013. Agrobiogen. 4 (2). 83-88.
Somatic embryogenesis of a coffee Ibrahim M. S. D. 2015. Pengembangan Metode
(Coffea arabica L.) hybrid using leaf Embriogenesis Somatik, Peningkatan
explants. Journal of Horticultural Keragaman Genetik Kopi Arabika dan
Science and Biotechnology. 88 (4) Deteksi Dini Keragaman Somaklonal
:469-475. Menggunakan SSR [Disertasi]. Institut
Arimarsetiowati R. 2013. Seleksi pohon induk Pertanian Bogor.
kopi arabika untuk sumber eksplan Ibrahim M. S. D., Hartati R. S., Rubiyo,
perbanyakan somatic embryogenesis Purwito A.& Sudarsono. 2013a. Induksi
(SE). Warta Pusat Penelitian Kopi Dan Kalus embriogenik dan daya regenerasi
Kakao Indonesia. 25(1):1-4. Kopi arabika (Coffea arabica L.)
Ehsanpour A.A. 2002. Induction of somatic menggunakan 2,4-D dan
embryogenesisi from endosperm of oak Benxyladenine. Buletin Riset Tanaman
(Quercus castanifolia). In A. Taji & R. rempah dan Aneka Tanaman Industri
Williams (ed.) The importance of plant Vol. 3. No.1.
tissue culture and biotechnology in Ibrahim M. S. D., Hartati R. S., Rubiyo,
plant siences. Univ. of New England Purwito A., & Sudarsono 2013b. Direct
Unit, Australia. pp 273-277. and indirect somatic embryogenesis on
Etienne H. 2005. Somatic Embryogenesis arabica coffee (Coffea arabica).
Protocol: Coffee (Coffea arabica L. and Indonesian Journal of Agricultural
Canephora P.) In Jain SM, Gupta PK. Science. 14 (2) :79-86.
(eds). 2005. Protocol for Somatic Ibrahim M. S. D., Sudarsono, Rubiyo, &
Embryogenesis in Woody Plants. Syafaruddin. 2013c. Pengaruh
Springer. Printed in the Netherlands. komposisi media terhadap
pp 167 - 179. pembentukan kalus menuju induksi
George E. F. Hall M. A & De Klerk G. J. 2008. embrio somatik kopi arabika (Coffea
The Components of Plant Tissue arabica). Buletin Ristri. 4 (2):91-98.
Culture Media I: Macro-and Khumaida N, & D. Efendi. 2011. Tehnik Kultur
Micro_Nutrrients pp: 65-113 In. Jaringan dalam Perbaikan tanaman. In.
George EF, Hall MA, De Klerk GJ Wattimena G.A., A.M. Nurhajati,
(Eds). Plant Propagation by Tissue N.M.A.Wiendi, A. Purwito, D. Efendi,
Culture: The Background. Vol: 1.3rd. B.S. Purwoko, N. Khumaida. 2011.
Netherlands (NL).Edition Spriger. Bioteknologi dalam Pemuliaan
George E. F. & Sherington P. D. 1984. Plant Tanaman. IPB Press. Bogor.264 P.
Propagation by Tissue Culture. McNellis T. & Deng X-W. 1995. Light control
Exegetics Ltd. England.709 P. of seedling morphogenic pattern. The
Gunawan L. W. 1992. Tehnik Kultur jaringan Plant Cell 7:1749-1761.
Tanaman. Laboratorium Kultur Pierik L. L. M. 1987. In vitro Cultures of
Jaringan Tanaman. PAU. Bioteknologi Hinger Plant. Martinus-Nijhoff
Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Publ.Dordrecht. Netherlands. 344 P.
Bogor. 162 hal.
Priadi D., Fitriani H., & Sudarmonowati E.
Hapsari B. W., Ermayanti T. M., Rantau D. E. 2008. Pertumbuhan in vitro tunas ubi
& Rudiyanto 2011. Comparison of the kayu (Manihot esculenta Crantz) pada
reduction effect of sucrose and table berbagai bahan pemadat alternatif
sugar concentration on growth pengganti agar. Biodiversitas. 9 (1) : 9-
characteristics of red ginger (Zingiber 12.
officinale Rocs.) Cultured in Liquid
Medium. Annales Bogorienses. 15 (1) :
15-20.

SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127– 136) 135


Faktor Penentu Keberhasilan Perbanyakan Kopi (Coffea spp.) melalui Embriogenesis Somatik (Ibrahim)

Rezende J. C., Carvalho C H S., Santos A. C. Wattimena G. A., Gunawan L. W., Mattjik N.
R., Pasqual M., & Teixeira J. B. 2012. A., Syamsudin E., Wiendi N. M. A., &
Multiplication of embryogenic calli in Ernawati A. 1992. Bioteknologi
Coffea arabica L. Acta Scientiarum. 34 Tanaman. Laboratorium Kultur
(1) : 93-98. Jaringan Tanaman. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Samson N.P., Campa C., Le Gal L., Noirot M.,
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat
Thomas G., Lokeswari T.S., & Kochko
Antar Universitas Bioteknologi. Bogor
A. 2006. Effect of primary culture
(ID). IPB. 309 hlm.
medium composition on high frequency
somatic embryogenesis in different
Coffea species. Plant Cell, Tissue and
Organ Culture. 86:37–45.
Von Arnold S, Sabala I., Bozhkov P., Dyachok
J., & Filonova L. 2002. Developmental
pathways of somatic embryogenesis.
Plant cell, Tissue and Organ culture.
69: 233-249.

136 SIRINOV, Vol 3, No 3, Desember 2015 (Hal : 127 – 136)

Anda mungkin juga menyukai