Dosen Pengampu :
Denni Fransiska Marpaung, S.Kp., M.Kep
Disusun Oleh
KELOMPOK 16
TINGKAT 3B
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, inayah, taufik,
dan ilhamnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak . Harapan saya semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini untuk kedepannya dapat lebih
baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
60.000 - 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan
prevalens autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang
mengatakan 1 diantara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan
dilaporkan angka kejadian autisma meningkat sangat pesat, dicurigai 1
diantara 10 anak menderita autis. Perbandingan antara laki dan perempuan
adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan
gejala yang lebih berat. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat
ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan
jumlah anak austime dapat mencapai 150 - 200 ribu orang. Berdasarkan hal
diatas, maka kami sebagai penulis tertarik untuk lebih memahami konsep anak
dengan autisme, dimana konsep ini saling terkait satu sama lain. Semoga
Askep ini dapat membantu para orang tua, masyarakat umum dan khusnya
kami (mahasiswa keperawatan) dalam memahami anak dengan autisme,
sehingga kami harapkan kedua anak dengan kondisi ini dapat diperlakukan
dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang keperawatan anak dengan autisme
2
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak autisme
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari anak autisme
3. Untuk mengetahui bagimana patofisiologi anak yang autisme
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis anak autisme
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui autisme pada anak
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak
autisme
7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan pada anak autis
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak
dengan berkebutuhan khusus autisme
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan
bicara).
4
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf,
perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
7. Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi olehPada
masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu
dan tampak berteriak-teriak.
8. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon
yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang
pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara
cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu.
Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer
(rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan
dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorasi lingkungannya.
2.3 Patofisiologi
5
lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada system saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi
pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara
abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived
neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan
primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila
sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan
kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum
alcohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
6
lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati
dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki
kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat
memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin
terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar
yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas
terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan
kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan
menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
7
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
8
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang
bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam
permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada
boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak
mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda,
disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau
alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi
lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya
mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang
diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang
menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton),
kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi
berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
9
pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi
berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18
bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari
40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old : tes screening autisme bagi
anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan
konsentrasi.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Penatalaksanaa Medis
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk
lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus
menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga
10
di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi anak autis.
11
2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.8.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis
medis.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat
bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda
tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang
dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau
mainan lainnya. sebagai anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat
atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara
keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%
penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai
IQ diatas 100.
b) Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan ( riwayat
kesehatan dahulu)
- Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
- Cidera otak
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit
bawaan atau keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat
12
penyakit keturunan.
d) Status perkembangan anak.
- Anak kurang merespon orang lain.
- Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
- Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
- Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
- Keterbatasan kognitif.
e) Pemeriksaan fisik
- Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
- Terdapat ekolalia.
- Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
- Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
- Peka terhadap bau.
f) Psikososial
- Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
- Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
- Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
- Perilaku menstimulasi diri
- Pola tidur tidak teratur
- Permainan stereotip
- Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
- Tantrum yang sering
- Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
- Kemampuan bertutur kata menurun
- Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
g) Neurologis
- Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
- Refleks mengisap buruk
- Tidak mampu menangis ketika lapar
13
2.8.2 Diagnosa Keperawatatan
1. Hambatan komunikasi verbal
2. Resiko gangguan perkembangan
3. Perubahan proses keluarga
14
sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik :
- Gunakan metode
komunikasi alternatif
(mis, menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan dan
computer)
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- Gunakan juru
bicara,jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan bicara
perlahan
- Anjurkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis
15
SDKI SLKI SIKI
Resiko Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi Perkembangan
Perkembangan keperawatan selama 2x24 Anak
jam dengan luaran Status Observasi :
Perkembangan dapat - Identifikasi kebutuhan
mengurangi gejala dan khusus anak dan
menormalkan indikator kemampuan adaptasi
sebagai berikut : anak
- Keterampilan/perilaku Terapeutik :
sesuai usia meningkat - Dukung anak
- Kemampuan berinteraksi dengan
melakukan perawatan anak lain
diri meningkat - Dukung anak
- Respon social mengekspresikan
meningkat perasaannya secara
- Kontak mata positif
meningkat - Sediakan kesempatan
dan alat-alat untuk
menggambar,melukis,d
an mewarnai
- Sediakan mainan
berupa puzzle dan maze
Edukasi :
- Jelaskan nama-nama
benda obyek yang ada
di lingkungan sekitar
16
- Ajarkan pengasuh
milestones
perkembangan dan
perilaku yang dibentuk
- Ajarkan kooperatif,
bukan kompetisi
diantara anak
Kolaborasi :
- Rujuk untuk
konseling,jika perlu
17
- Kemampuan keluarga - Fasilitasi keluarga
memenuhi kebutuhan melakukan pengambilan
emosional anggota keputusan dan
keluarga meningkat pemecahan masalah
- Fasilitasi komunikasi
terbuka nalar setiap
anggota keluarga
Edukasi :
- Informasikan keadaan
pasien secara berkala
kepada keluarga
- Anjurkan anggota
keluarga
mempertahankan
keharmonisan keluarga
Kolaborasi :
- Rujuk untuk terapi
keluarga,jika perlu
2.8.4 Implementasi
Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan
yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus
bersifat khusus agar semua perawat dapat menjalankan dengan baik,
dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi keperawatan
perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada
perawat lain yang dipercaya.
2.8.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian
18
keberhasilan yang dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan
dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping
itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika
yang ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan
normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan para pembaca bisa
memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan Saya lebih baik lagi dalam
penulisan makalah Saya selanjutnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21