Dosen Pengampu :
Muawanah, S.Kep., Ners., M.Hkes
Di Susun Oleh :
Nur Indah Kusetiani
38/2B
P1337420420078
- Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa metabolisme
melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat melewati
membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
- Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati dengan
terapi konservatif
- Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
- Prosedur
A. PERSIAPAN SEBELUM HEMODIALISA
1) Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD
(instruksi dokter)
b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau
tidak bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa
diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi
oleh dokter penanggung jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan
surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f. Keadaan umum pasien
g. Keadaan psikososial
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i. Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg,
HCV, HIV, CT, BT
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
2) Persiapan mesin
a. Listrik
b. Air yang sudah diubah dengan cara:
Filtrasi
Softening
Deionisasi
Reverse osmosis
c. Sistem sirkulasi dialisat
Sistem proporsioning
Acetate / bicarbonate
d. Sirkulasi darah
Dializer / hollow fiber
Priming
3) Persiapan alat
a. Dialyzer
b. Transfusi set
c. Normal saline 0.9%
d. AV blood line
e. AV fistula
f. Spuit
g. Heparin
h. Lidocain
i. Kassa steril
j. Duk
k. Sarung tangan
l. Mangkok kecil
m. Desinfektan (alkohol/betadin)
n. Klem
o. Matkan
p. Timbangan
q. Tensimeter
r. Termometer
s. Plastik
t. Perlak kecil
4) Langkah-langkah
a. Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood
line dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl
(perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan
selang arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan
selang darah venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump
dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis
berputar sesuai arah jarum jam)
Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah
arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
5) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah
(inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ
untuk menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming
sebaiknya kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal
saline, habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc.
Putarlah Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah
venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar
menunjukkan “preparation”, artinya: consentrate dan RO telah
tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai
(normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan “preparation”, selang
concentrate boleh disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri
vena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis
melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan
berkurang sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar
“UFG reached” artinya UFG sudah tercapai
f) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada
selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar
heparin mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer,
berikan kecepatan 100 rpm
c. Dialyzer siap pakai ke pasien
Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar concentrate tidak
boros
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm
sirkulasi untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit
dengan Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan
normal saline sebanyak 2000 cc
- Pengertian
Jenis pemeriksaan Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan penyaring, yaitu beberapa
macam, pemeriksaan yang dianggap sebagai dasar bagi pemeriksaan selanjutnya dan
yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus (Gandasoebrata, 2013).
- Pemeriksaan rutin mencakup pemeriksaan
a. fisik/ maksroskopik, seperti warna, kejernihan dan berat jenis;
b. kimia, meliputi glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, 14 pH, darah, keton, nitrit,
dan leukosit esterase;
c. mikroskopis struktur dalam sedimen.
Sampel yang digunakan untuk urinalisis rutin setidaknya harus 15 mL (Riswanto, dan
Rizki, 2015)
a. Pemeriksaan fisik/ maksroskopik Pemeriksaan fisik urine meliputi penentuan warna,
kejernihan, bau dan berat jenis. Pemeriksaan ini memberikan informasi awal mengenai
gangguan seperti perdarahan gromerulus, penyakit hati, gangguan metabolisme bawan
dan infeksi saluran kemih (ISK) (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
b. Pemeriksaan kimia Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi mengenai ginjal
dan fungsi hati, metabolisme karbohidrat, dan asam-basa. Test kimia konvensional
dilakukan menggunakan tabung reaksi dan hasil ujinya dengan mengamati adanya
endapan atau kekeruhan atau perubahan warna setelah penambahan bahan kimia cair
dengan atau tanpa pemanasan. Tes yang paling umum diigunakan sekarang ini adalah test
carik celup menggunakan strip reagen, dimana reagen ini tersedia dalam bentuk kering
siap pakai, relatif stabil, murah, volume urine yang dibutuhkan sedikit, serta tidak
memerlukan persiapan reagen (Riswanto, dan Rizki, 2015).
c. Pemeriksaan sedimen Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urine adalah bagian yang
paling standar dan paling memakan waktu dari urinalisis rutin.
- Prosedur
1. Urine harus di jadikan serba sama sebelum diperiksa didalamtabung reaksicampurlah
baik-baik sampai juga sedimen terbagi merata.
2. celupkan urine strips hanya sekejap saja kedalam urine.
3. Hilangkan kelebihan urine yang melekat pada urine strips dengan menyentukan pinggir
strips ke pada pinggir tabung urine.
4. Jangan pegang bagian dari urine strips yang mengandung reagen dengan jari.
5. Bacalah hasil padaa urine strips dengan membandingkan standar warna pada botolnya
selama 1-2 menit, jangan membaca hasil lebih dari 2 menit dikarenakan akan terjadi
perubahan warna strips.
6. Botol urine strips harus selalu ditutup rapat, dan jangan di letakkandi sinar matahari
- Pengertian
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter
& perry, 2010)
- Tujuan
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya
6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat
menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien pasca bedah yang di
pasang kateter (Suharyanto,2008).
- Kebijakan
Menggunakan kateter yang lama
a. Pasien yang mengalami inkontinensia urin
b. Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter
c. Pada klien post operasi.
- Peralatan
a. Jam
b. Air minum dalam tempatnya
c. Obat diuretik jika diperlukan
- Prosedür Pelaksanaan
l . Persiapan pasien
- Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut
- Jelaskan prosedur tindakan yang harus dilakukan klien
2. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
- Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan.
- Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah
ditentukan 2-3 jam sekali
30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien
untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
3. Latihan
Latihan 1
a. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
b. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
c. Praktikan setiap kali berkemih
Latihan 11
a. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
b. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
Latihan 111
a. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
b. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
c. Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
Latihan IV
a. Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
klien
- Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
l. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal misalnya
dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4. Minum obat diuretik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretik.
8. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMBANTU ELIMINASI URIN DAN
FEKAL (HUKNAH)
- Pengertian
Enema / Huknah adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus melalui rectum,
sehingga cairan tersebut dapat mengalir balik atau tertahan. Fungsinya adalah untuk
mengeluarkan feses dan flaktus. Jenis Enema/Huknah terdiri ari enema tinggi dan enema
rendah (Hidayat & Uliyah, 2005) . Enema/Huknah tinggi adalah memasukkan
cairan/larutan hangat ke dalam kolon asendens dengan menggunakan kanula usus (A.
Aziz Alimul Hidayat, 2006). High enema (huknah tinggi) diberikan untuk membersihkan
kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 750-1000 ml larutan untuk orang
dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan
kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini cairan dapat turun ke usus besar.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006). Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan
cara memasukkan cairan/lartan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan
kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan
pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi. Low enema (huknah rendah)
diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan
diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims / miring kekiri selama
pemberian.
- Tujuan
Enema/Huknah Tinggi :
1) Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
2) Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi
(bowel training program)
3) Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.
Enema/Huknah Rendah :
1) Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy
2) Merangsang peristaltik usus
3) Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik
- Indikasi
1. Konstipasi
2. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.
3. Penggunaan laxative yang berlebihan.
4. Peningkatan stress psikologis
5. Impaksi fases
6. Kebiasaan buang air besar yang teratur
7. Persiapan pra operasi
8. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi
9. Pasien dengan malena
- Kontra Indikasi
1. Dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease/ keganasan kolon atau rectum
Hemoroid yang beradarah
2. Post operasi Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid,tumor
rectum dan kolon.
Persiapan Alat
1. Wadah enema (huknah)
2. Volume larutan hangat
• Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5- 43ºC
• Anak – anak :
- Bayi : 150-250 ml
- Usia bermain (toddler): 250-350ml
- Usia sekolah : 300-500ml
- Remaja : 500-700 ml
Catatan : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adlah 37,7ºC,sedang untuk dewasa
dihangatkan 40,5-43ºC
3. Slang rektal dengan ujung bulat.
- Dewasa : No.22-30 G French(fr)
- Anak – anak : No.12-18 fr
4. Slang menghubungkan slang rectal ke wadah (slang irrigator)
5. Klem pengatur pada slang
6. Termometer air untuk mengukur suhu larutan
7. Pelumas Vaseline atau jeli
8. Perlak pengalas
9. Selimut mandi
10. Kertas toilet
11. Pispot
12. Baskom, waslap dan handuk, serta sabun
13. Sarung tangan sekali pakai/ handscoon dan masker
14. Tiang intravena
15. Bengkok
16. Disinfektan
- Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapiutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan
4. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
5. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi
7. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serat respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan 8. Pasien disiapkan dlam posisi
yang sesuai
- Persiapan Lingkungan
1. Ruangan terutup
2. Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan tertutup agar privasi terjaga.
3. Pasang sekat atau sampiran
4. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien
- Prosedur
1. Jelaskan prosedur kepada klien. Mengurangi ansietas klien dan meningkatkan
kerja sama prosedur.
2. Tutup ruangan / tirai. Memberikan privasi pada klien.
3. Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan selang rectal. Slang rectal harus
cukup kecil untuk diameter anus klien, tetapi cukup besar untuk mencegah
kebocoran disekitar slang.
4. Tutup klem pengatur
Mencegah kehilangan larutan awal saat ditambah ke wadah
5. Siapkan larutan air hangat dan perikasa suhu larutan dengan thermometer air atau
dengan menesteskan larutan diatas pegelangan tangan sebelah dalam. Tambahkan
larutan hangat kedalam wadah
6. Bilas wadah, isi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan keluar sampai
tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur untuk memenuhi slang.
Klem kembali slang.
Membuang udara dari dalam slang dan mencegah kehilangan cairan.
7. Letakan wadah di tiang intravena
8. Cuci Tangan, lalu keringkan dan pasang handscoon
9. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
10. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien Agar linen tempat tidur tidak basah
11. Lepaskan celana klien
12. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah rendah
dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi.
13. Letakan bengkok didekat bokong, dan dekatkan juga pispot
14. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rectal dengan pelumas jeli.
Memungkinkan insersi halus slang tanpa resiko iritasi atau trauma pada mukosa
rectal
15. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan klien untuk
rileks dengan menghembuskan nafas pada perlahan melalui mulut.
Dengan mengembuskan napas, relaksasi sfingter anus eksternal akan meningkat.
16. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan mengarahkanny ke
umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5
cm untuk anakanak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik slang dengan segera, jika
ditemukan obstruksi.
17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan dengan wadah
pada setinngi pinggul klien.
18. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir.
Kontraksi otot dapat menyebabkan ekspultasi rectal.
19. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus (30-45 cm
untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk
bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal,1 liter
dalam 10 menit).
20. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian alirkan kembali
secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.
21. Klem slang setelah semua larutan dialirkan.
22. letakkan lapisan tisu toilet disekitar slang pada anus dan dengan perlahan tarik
slang.
23. Jelaskan pada klien bahwa prasaan distensi adalah normal. Minta klien untuk
menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur (untuk bayi atau
anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat selama beberapa menit).
24. Bereskan wadah enema dan slng pada tempat yang telah disediakan atau cuci
secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun bila akan digunakan ulang
24. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan taruh ke
dalam wadah yang telah disediakan.
25. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot.
26. Observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar jangan menyiram toilet
sebelum perawat menginspeksi).
27. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air hangat dan
sabun.
28. Cuci tangan anda catat hasil enema pada catatan perawat.
- Dokumentasi
Mencatat warna dan konsistensi fases serta respon klien terhadap proses enema/huknah
yang dilakukan.