Anda di halaman 1dari 11

CERITA INSPIRATIF

Mata Hati Terbutakan Gaya


Hidup Glamour

Jika disuruh memilih fajar atau senja,tentu aku akan memilih


fajar. Kau tahu alasanku memilihnya? Fajar itu menjemput sang mentari.
Dengan anggunnya sang mentari terbit dan menghangatkan langit.
Menyinari sisa embun di pagi,mengisyaratkan pada seluruh isi semesta
untuk segera memulai cerita. Tentu,semuanya terang,bercahaya dimana-
mana,bahkan sekecil apapun celah dari ranting pohon yang saling
menyilang akan tetap mendapat bias cahaya.

Terbitnya sang mentari,pertanda dimulainya sebuah hari yang baru. Segala


canda tawa ceria anak manusia tak akan dapat tersembunyi disana. Indah
bukan?

Dan senja? Bukannya aku benci. Aku sedikit enggan memang dengan hadirnya.
Mengisyaratkan berakhirnya sebuah cerita,menyisakan sunyi. Tidak ada cahaya
yang begitu terang yang mampu menyinari bumi,hanya kelip lampu kecil yang
seakan tak berarti. Tetap saja kegelapan pemenangnya,hawa dingin dan rasa sepi
selalu hadir menemani. Menakutkan,mengharuskan cerita apapun harus
tersimpan. Entah cinta atau luka,atau bisa jadi kenangan. Dan membiarkannya
menjadi penghantar tidur atau pengisi sebuah mimpi. Hingga datang lagi yang
ku tunggu,fajar yang menjemput terbitnya mentari esok hari.

Dan inilah namaku Mentari Cahaya,gadis pembenci senja namun sangat


tertarik pada keindahan fajar. Menarik bukan?

***

“Mentariiiiii…..yuhuuu olalaaa mentari ku sayang” Teriakannya bak penghuni


hutan,menggelegar sampai ke ujung dunia. Dan dia Lala Lolita seorang makhluk hidup
yang bertolak belakang denganku,ya semuanya sangat berbeda denganku bila aku bilang
iya maka pastinya dia akan menjawab tidak sama hal nya dengan kegemaran nya dia
sangat menyukai senja bahkan dalam kegelapan sekalipun dia akan tetap menyukai nya.
Entahlah mungkin terdengar aneh tapi memang begitulah adanya,kita memang selalu
berbeda tapi itulah yang menjadi penguat persahabatan bagi kita.

“BERISIK!” Teriak ku dalam bilik kamar


Bayangkan saja pagi-pagi buta di hari libur sekarang dia malah mengusik ketenangan ku
di atas pulau kapuk terindahku.

“Mentari sayang,temenin ngeshopping yu baik deh” Suara lala terdengar begitu menjijikan
di pendengaranku.

“Lala lili lolooo baby ini tuh masih pagi banget,agak siang dikit bisa kan? Udah sana mau
bobo syantikk manja dulu saya.” Usir ku dengan penuh kesabaran dan lengkap dengan
mata yang masih tertutup rapat,namun lala tetaplah lala yang akan menghalalkan segala
cara agar keinginannya selalu tercapai.

Dia pun tiba-tiba berdiri dan berlompat-lompat diatas kasur seolah kasur ku memang
dia anggap sebagai trampolin,luar biasa memang kelakuannya. Aku pun dengan terpaksa
bangun dari kasur dan hal yang tak terduga lagi dia menarik ku ke kamar mandi yang ada
di pojok kamar sebelah kanan,sungguh aneh anak itu.pikirku dalam diam.

Setelah sejam berada di tempat kenikmatan bagi para surgawi bidadari dunia,aku pun
keluar dan terlihat lala menungguku tepat didepan pintu.

“Astaga,ya ampun lala lo bisa kan tunggu di kasur,gak usah disini juga.” Omel ku pada lala
karena dia sangat begitu menyebalkan pagi ini,membuat mood ancur saja.

“Abisnya sih lo di kamar mandi aja sampe seabad,gila kale ya lo. Sampai luntur make-up
gue nih.”

“Mandinya bidadari beda.” Balasku dengan nada sombong.

Lala terus mencibir ku namun aku melewati nya dengan sambil mengkibas-kibaskan
rambut basahku namun wangi pastinya kepada Lala.
“Untung jodohnya Shawn Mendez lagi bahagia. So, gue akan berbaik hati sama lo Mentari
Cahya cewek tercantik sejagad raya sepanjang jalan kenangan gak ada bandingannya
dengan siapapun. Selena Gomez pun lewat cantiknya kalau dibanding dengan seorang
Mentari yang begitu benci banget pake plus dengan kegelapan.” Begitulah kiranya omelan
yang sudah berulang kali dia ucapkan ketika dia sedang merasa jengkel ataupun marah
namun bisa juga kesal padaku tapi dia pendam hanya pada saat dia ada maunya
saja,menyebalkan memang.

“I am ready,let’s go.” Ucapku sambil mengoleskan lip balm ke bibir mungil ku. Yap
memang benar aku tidak membalas ocehan nya barusan karena bagiku jika sekali
membalas akan terdapat ocehan-ocehan panjang lainnya,dan itu membosankan.

Macet diperjalanan mungkin sudah menjadi rutinitas penghuni ibu kota,mungkin


beberapa orang sudah mulai terbiasa dengan macetnya ibu kota namun itu justru tidak
pada seorang makhluk astral namun berwujud seperti Lala. Dia tidak henti-henti nya
mengomel,mencibir,berteriak,bahkan sampai memarahiku karena katanya akulah
penyebab semuanya,jika aku tidak selama itu di kamar mandi mungkin sekarang tidak
akan terkenan macet. Tapi itu hanya sebuah kemungkinan semata saja. Bagiku terlalu
malas untuk membalas semua ocehan Lala jadinya,aku menutup telingaku dengan
earphone yang selalu kubawa kemanapun aku pergi.

Satu jam sudah berlalu namun kami masih di perjalan,entah memang jalanan macet atau
Lala justru memilih mall yang letaknya jauh dengan harga fantastis tentunya entahlah
itu,yang ingin aku lakukan hanya segera sampai ke tempat tujuan Lala shopping. Tibalah
kita di mall,dan benar saja dugaan ke2 ku.,tak tanggung-tanggung ia membawaku ke salah
satu mall termewah di Bandung. Tak mau membuang waktu kami pun masuk dan berjalan
menyusuri lorong-lorong mall sampai ke toko di sudut terpojok pun kami datangi,ralat
lebih tepatnya Lala karena aku hanya menjadi pendamping dan pendengar setia nya.
Entahlah mood ku saat ini sedang tidak bagus untuk shooping mungkin karena ulah Lala
tadi pagi membawa dampak buruk terhadap mood ku. Tidak hanya itu namun Lala
membawaku untuk ke salon,mungkin Lala menyadari perubahan mood ku makanya dia
membawa ku ke tempat yang paling aku sukai,yaps salon.

“Lala,lo tau aja sih tempat yang bisa ngerubah mood gue.” Ucapku di sela-sela perawatan
karena saat ini aku hanya duduk santai namun kuku dan kaki ku sedang diolah oleh salah
satu pegawai salon salah,maksudnya di bersihkan dan diberi cat kuku.

“Wagelasee hhhaa iya dong tar,pastinya lah. Gue gitu loh.”

Sedikit ada rasa sesal memang,namun ya begitulah.

“Heemm,,abis ini kita nonton yukk.” Ajakku pada Lala

“All right.”

Belanja,photo box,perawatan,bioskop,time zone,Ice cream,sampai ngerjain satpam


cogan pun kita lakukan namun satu yang belum terlaksana,makan. Saking really have fun
kita melupakan satu kewajiban seorang manusia yaitu makan. Café yang menjadi pilihan
untuk makan sore Café Wiki Koffie salah satu café yang terpusat di kota Bandung.

“Oke mbak,saya pesan Kue telor nya 2,mixberry pie nya 2,potato wedges 2,lava cake 2,terus
ditambah fried calamary,chicken wings dan green tea sama ice lemon tea ya mbak,,jangan
keliru lohh ya mbak nya.” Pesan Lala dengan mulut nyerocos seakan dia memang sudah
hafal akan menu di café ini

“That’s right,kade hilap nya mbak na hehee.” Aku pun ikut mengingatkan namun dengan
gaya ku sendiri tentunya.

Selang beberapa menit,semua meja terpenuhi sudah,dengan semua pesanan yang


dipesan. Lengkap tak ada yang terlewat begitupun dengan makanannya semua habis lahap
tanpa sisa mungkin memang kita ini terlalu lapar,namun membutuhkan waktu untuk
menghabiskan semuanya tidak akan mungkin langsung sekejap habis,bisa-bisa terheran-
heran kalian dibuatnya.

Seolah belum puas menghabiskan waktu kita berdua pun jalan malam menyusuri kota
Bandung di kegelapan malam entah mengapa aku merasa risih namun aku sebisa
mungkin terlihat biasa saja,mungkin ini kali pertama bagiku berjalan malam.

“Eh Tar,gue seneng banget finally kita bisa have fun kayak dulu lagi.” Ucap Lala membuka
percakapan di malam hari yg dingin ini.

“hhhee iya La udah lama banget ya kita jarang kayak gini.”

“Abisnya sih lu terlalu fokus dengan pendaftaran SNMPTN lu.”

“Ya kalau gua gk fokus nanti gua bingung kedepannya gimana,oh iya anyway lu mau lanjut
kuliah dimana?” Aku pun bertanya pada Lala yang memang aku ingin pertanyakan sudah
jauh-jauh hari.

“Bunda sih pengennya jangan jauh-jauh minimal ITB lah.” Jawabnya dengan nada acuh

“Terus disana lo mau masuk jurusan apa?”


Kita terus mengobrol sambil berjalan pelan,namun ditengah perjalanan kita sempat
membeli aromanis raksasa yang dijual di pinggir jalan.

“Ya kalau gua mah apa aja sih ya,jurusan apapun itu gua fine-fine aja,biasa suap pake duit
bisa kale hahaa,tapi kalo papa pengennya gua masuk kedokteran gitu.” Ucap Lala yang
menyambung ucapannya karena sempat terpotong tadi.

“Loh gak bisa gitu dong La!” balasku dengan nada tidak setuju.

“Biasa aja kale ngomongnya mbak,jangan ngegas gitu.”

“Abisnya sih lu itu ya kayak yang gak peduli gitu sama masa depan lu.”

“Idihh lu kalau ngomong ya suka fakta,jadi tambah sayang dehh.” Lala semakin bercanda
dengan ucapannya,itu membuatku kesal karena dia seperti acuh dengan langkah
selanjutnya yang akan ia pilih.

“La,gua ngomong serius sama lu sekarang. Lu harus bisa nentuin apa yang bakal lo pilih
kedepannya jangan berpikiran layaknya bocah tk gitu dong.”

“Mentari,apa lagi yang harus gua cari semuanya udah gua punya,meskipun semua fasilitas
yang gua punya hasil kerja keras papa tapi gua masih diberi bagian untuk
menggunakannya. Gua masih bisa untuk perawatan ke salon dan gua gak kekurangan
uang untuk shopping,semua yang gua mau bisa terpenuhi,jadi apa lagi yang harus gua
pilih apa yang harus gua lakuin sementara semua yang jadi kebutuhan gua terpenuhi
sudah.” Lala semakin menunjukkan kesombongannya,aku pun mengalihkan
pandangannya.
“Lalu apa kabar dengan dia?” Ucapku sambil menunjuk pada seorang anak laki-laki yang
terlihat dari fisik nya saja iya kekurangan belum lagi keadaannya yang terlihat mengemis
namun orang-orang mengacuhkannya. Lala pun mengikuti arah yang aku tunjuk,terlihat
dari mimik mukannya yang menunjukan bahwa dia merasa sedikit iba.

“Lu liat dia La,liat! Apa tampilan fisik nya sama sempurnanya dengan lu? Apa bajunya
sebagus yang lu pake? Apa dia sama seperti lu yang bisa menghabiskan uang dengan
belanja kayak gini? Menurut lu apa pernah dia buang-buang untuk hal yang gak berguna
kayak lu? Heuuh bahkan mungkin untuk makan sepiring nasi saja dia sudah merasa
orang yang paling bahagia di dunia. Apa pernah lu merasakan bagaimana jika lu berada di
posisi dia? I think that’s impossible baby. Karena apa? Karena yang lu lakuin berbanding
terbalik dengan dia. Lu mungkin merasa kalau keinginan lu gak tercapai lu merasa paling
miskin di dunia padahal yang lu mau barang keluaran terbaru dari luar negeri,terus
bagaimana dengan dia la? Pernah gak sih lu merasa bersyukur dengan keadaan lu
sekarang? Pernah gak sih lu berpikir mungkin sekarang disaat bokap nyokap gua masih
ada,kebutuhan gua masih bisa terpenuhi lalu gimana kalau seandainya mereka
meninggal? Jangan sombong kalau jadi orang La,karena gak selamanya lu akan selalu
berada di atas. Mungkin suatu saat nanti anak laki-laki itu akan lebih sukses dibanding lu
sekarang,jadi lu mikir la. Gua harap gua nyerocos panjang lebar gini lu bisa ngerti dan
paham dengan apa yang gua omongin.” Dengan sekaligus,panjang kali lebar kali tinggi
aku ngomong tiada hentinya pada Lala makhluk sombong namun itu semata-mata ingin
membuat Lala sadar bahwa apa yang selama ini ia lakukan salah besar.

“Sorry Tar,I’m really sorry.”


“Lu harus sadar,mikir La,dia meskipun gk sempurna tapi dia mau untuk bekerja
keras,mau untuk berusaha,gak kayak lu yang bisanya cuman ngabisin duit bokap nyokap
lu.”

“Oke ucapan lu barusan buat gua tersadar Tar,makasih lo udah ngingetin gue,gue gk akan
marah karena lu hina gue tapi gue akan bilang makasih banget,gue bahagia punya sahabat
kayak lu. Lu emang bener Tar selama ini gue terlalu sombong,gue terlalu happy karena
orang tua gue selalu memberikan apapun yang gue mau,mungkin karena terlalu dimanja
gue sampai lupa diri bahwa masih banyak orang-orang diluar sana yang butuh bantuan
dan gak seharusnya gue berfikir bahwa orang tua gue akan selalu kaya,gue sadar semua itu
hanya titipan tuhan. Anak laki-laki seperti dia sudah menginspirasi gue dan membuat gue
tersadar Tar,bahwa gk seharusnya gue terus-menerus melihat ke atas.” Balasan dari Lala
dengan suara parau seperti ingin menangis

“Syukurlah kalau lu langsung sadar dengan perlakuan dan ucapan yang gue omongin. Gue
tahu sebenarnya jauh dilubuk hati lu yang paling dalam lu masih menyimpan rasa simpati
dan empati pada orang-orang namun kekayaan yang orang tua lu berikan membutakan
mata hati lu,maafin gue ya udah ngehina lu tadi.”

Bak seperti teletabis kami pun berpelukan dan kita pun tertawa bersama setelahnya.

“Eh Tar bentar ya.” Pamit Lala padaku yang langsung disetujui olehku.

Tak terduga dan tak di duga Lala memberikan uang yang terlihat banyak jumlahnya
dan aromanis yang sempat ia beli lagi untuk anak laki-laki itu. Aku tersenyum dibuatnya
dan tak disangka anak laki-laki itu langsung menangis bahagia dan tak lupa ia
mengucapkan terimakasih berulang kali pada Lala dan ia seraya bersyukur pada tuhan
telah memberikan rezeki melalui Lala yang ia anggap sebagai peri cantik berhati
malaikat,tanpa ragu Lalu pun memeluk anak laki-laki tersebut.

Perjalanan yang begitu berat bagiku,sehari penuh kita jalan dan tentunya mendapatkan
inspirasi dari anak laki-laki di pinggir jalan,hingga pada saat setelah sampai rumah Lala
berbicara padaku bahwa ia akan lebih bersungguh-sungguh untuk menentukan langkah
kedepan yang ia akan ambil demi masa depannya,demi orangtuanya,demi aku
sahabatnya,dan ia ingin membuktikan pada dunia bahwa seorang Lala bisa melakukan
semuanya,tidak akan ada lagi Lala yang sombong,Lala yang tidak tahu diri,Lala yang tidak
berperasaan,Lala yang suka foya-foya,dan Lala yang manja kini Lala sahabatku akan
menjadi Lala dewasa yang mampu mengarungi dunia bahkan samudra dan lautan pun
akan ia lewati,Lala yang sekarang akan berubah semenjak ia bertemu dengan anak laki-
laki dipinggir jalan malam itu.

Dan itulah mengapa aku begitu benci akan senja,bagiku senja adalah waktu dimana
matahari meninggalkan sang bumi dengan kegelapan yang muncul,digantikan dengan
kerlap-kerlip bintang di angkasa,untuk beberapa orang mungkin bintang terlihat indah.
Ada banyak harapan dan impian ketika melihat bintang,sama hal nya dengan ku aku pun
begitu,namun bagiku akan lebih indah ketika malam terlewati diganti kembali dengan
keindahan fajar pagi hari,menarik sang mentari untuk menyinari bumi,memberikan
secercah harapan dan seolah membisikkan pada sekolompok penghuni bumi bahwa kita
harus bangun dan kejar semua mimpi yang sempat tertunda,jangan pernah
menyerah,yakinlah bahwa tuhan akan selalu bersama dengan kita.
Begitu hal nya dengan orang-orang yang bisa dikatakan tidak beruntung dalam kondisi
fisik namun tidak dengan takdir,setiap orang memiliki takdir nya masing-masing. Ada
banyak cara untuk menggapai semuanya. Hadirnya kembali sang mentari seolah ingin
membuktikan bahwa semua dapat tercapai dengan tekad,niat,usaha,kerja
keras,keberanian dan kemauan.

# The End

Karya; SRI WAHYUNI [IX D]


{31}

Anda mungkin juga menyukai