Bab Ii
Bab Ii
KAJIAN TEORITIK
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
berasal dari akar kata pemimpin, yang berarti seseorang yang dikenal oleh dan
hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pada
manusia yang seorang itu.Manusia atau orang ini biasanya disebut dengan
1
Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997),
h. 351
2
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan,
Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Madrasah,
(Bandung: alfabeta, 2009), h. 214
3
Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 549
16
17
dengan pemimpin atau manager, yakni imam, khalifah, wali, ulil amri, rain
otoritas mengatur orang atau barang supaya dapat digunakan untuk mencapai
perkataan amir atau penguasa. Karena itu kedua istilah ini dalam bahasa
Indonesia disebut pemimpin formal. Namun jika merujuk kepada firman Allah
Swt.
Perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada para
khalifah sesudah Nabi, tetapi penciptaan Nabi Adam as yang disebut sebagai
4
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritis dan
Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), h.17
5
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2001), h. 6
18
manusia dengan tugas memakmurkan bumi yang meliputi menyeru orang lain
Selain kata khalifah disebutkan juga kata ulil amri yang satu akar dengan
kata amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin
berikut:
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu “ (Q.S An-Nisa’: 59)6
kelompok,
yang memiliki karakteristik dan ciri khas tersendiri yang bersifat unik.
secara efektif dan efisien, yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan
7
Burhanudin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 64-65
20
komponen yang ada dalam lembaga Madrasah untuk dapat mencapai tujuan
mampu “mbawani” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh
3. Teori kepemimpinan
8
Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan “apakah kepemimpinan abnormal
itu?,(Rajawali Pres, Jakarta, 2013), cet – 19. h. 36
9
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), hal. 3
21
a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas
4. Type Kepemimpinan
a. Partisifativ
untuk membuat keputusan itu ada ada tangan pemimpin namun dalam
anggota kelompok.10
pemimpin hanya sedikit saja atau hampir sama sekali tidak memberikan
pengarahan. Sudah barang tentu dengan cara ini maksud pemimpin adalah
5. Fungsi Kepemimpinan
merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keadaan dan kemajuan
10
Ibid, h. 57
11
Ibid, h. 58
23
pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu pemimpin harus
organisasinya.
B.Kepala Madrasah
Kata “Kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana
bahwa kepala madrasah adalah guru yang mendapat tugas tambahan untuk
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu Madrasah / madrasah
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 546
24
interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.13
yang berlaku. Oleh karena itu kepala madrasah merupakan jabatan pemimpin
yang tidak bisa diisi oleh seseorang tanpa didasarkan atas pertimbangan –
Selain hal diatas, dalam kontek pendidikan, kepala Madrasah adalah orang
Dari sini dapat dipahami bahwa kepala madrasah adalah pemimpin dalam
personalia yang ada diMadrasahnya dalam hal yang ada hubungannya dengan
yang efektif dan efesien. Dengan kata lain, kepala madrasah merupakan motor
13
Wahjo Sumidjo, Kepala Madrasah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999), h. 81
14
Ibid, h. 360 - 365
25
pengajaran dapat dicapai dengan baik, maka dapat dikatakan usaha itu
bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala madrasah sebagai salah satu
sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru- guru dalam mendidik siswa
program dan proses pembelajaran di Madrasah sebagian besar terletak pada diri
15
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Konteks Mensukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet Ke-6, h.126
16
Made Pidarta.Cara belajar di Universiti Negara Maju: Suatu studi kasus. (Jakarta:
Bumi Aksara, 1990), h. 75
26
kepala madrasah itu sendiri. Pidarta menyatakan bahwa kepala madrasah memiliki
a. Manajer Madrasah
untuk mampu : (1) mengadakan prediksi masa depan Madrasah, misalnya tentang
b. Pemimpin Madrasah
figurehead (symbol); (2) leader (memimpin; (3) liason (antara); (4) monitor
17
Made Pidarta, Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Bandung : Rineka, 1997), h. 68
27
kepala madrasah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan
terutama ditujukan kepada para guru karena merekalah yang terlibat secara
madrasah juga ditujukan kepada para tenaga kependidikan lainnya serta siswa.Hal
di Madrasah sehingga melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam
menjadi pemimpin Madrasah yang baik, kepala madrasah harus : (1) adil, (2)
(supplying objectives), (4) mampu sebagai katalisator, (5) menciptakan rasa aman
(providing security), (6) dapat menjadi wakil organisasi (representing), (7) mampu
sangat dipengaruhi hal-hal sebagai berikut: (1) Kepribadian yang kuat; kepala
murah hati, dan memiliki kepekaan sosial. (2) Memahami tujuan pendidikan
18
Lipoto, Kepemimpinan Kepala madrasah, (Bandung : Tarsito, 1998),. h. 8
19
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Jakarta :Ghalia Indonesia,. 1987), h. 98
28
dengan baik; pemahaman yang baik merupakan bekal utama kepala madrasah
agar dapat menjelaskan kepada guru, staf dan pihak lain serta menemukan strategi
yang tepat untuk mencapainya. (3) Pengetahuan yang luas; kepala madrasah harus
maupun bidang yang lain yang terkait. (4) Keterampilan professional yang terkait
mencari pemecahannya.20
ingin berhasil menggerakkan para guru/staf dan para siswa agar berperilaku dalam
mencapai tujuan Madrasah adalah: (1) menghindarkan diri dari sikap dan
perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap guru, staf dan
para siswa; (2) harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan
untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf
dilakukan dengan berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang
meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
20
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan KTSP, (Jakarta : Depdiknas, 2006) h. 345
21
Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 129
29
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (2) dapat
menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan;
(3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan Madrasah dan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di Madrasah; (5) bekerja dengan tim
c. Administrator Madrasah
pengelolaan sarana dan prasarana; (5) pengelolaan keuangan dan; (6) pengelolaan
22
Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung : P.T.
Remaja Rosdakarya. 2004) h. 65
30
d. Supervisor Madrasah
mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Itu perbaikan situasi belajar
organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan
secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan problem dan
Madrasah maupun guru, oleh karena itu program supervisi harus dilakukan oleh
sebagai modal utama, tetapi harus diikuti atau diimbangi dengan jenjang
23
Willem Mantja, Manajemen Pendidikan dalam Era Reformasi (Malang : Universitas
Negeri Malang, 2002), h. 87
24
Piet A.. Sahertian, Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka
membangun sumberdaya manusia, (Jakarta: Rineka Cipta : 2000), h. 127
31
(1) menjadi manajer lembaga pendidikan, (2) menjadi pemimpin, (3) sebagai
penggerak lembaga pendidikan, (4) sebagai supervisor atau pengawas, (5) sebagai
semua pekerjaan harus dikerjakan sendiri oleh kepala madrasah, tetapi ia dapat
tertentu.
Madrasah dengan tim pengambil keputusan Madrasah. Tentu saja dalam hal ini
dimensi yang satu sama lainnya saling keterkaitan dan saling menentukan.
Dikatakan unik dan khas, karena Madrasah merupakan organisasi yang memiliki
Karena sifatnya yang kompleks, unik dan khas inilah, Madrasah sebagai
level yang lebih tinggi. Pemimpin dalam Madrasah adalah kepala Madrasah.Maka
Madrasah.27
unik dan khas, maka tugas dan fungsi kepala Madrasah juga harus dilihat dari
27
Wahjosumidjo, Op Cit., h. 81
33
meningkatkan profesionalismenya.28
Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya, karena saling terkait dan mempengaruhi, serta menyatun dalam pribadi
a. Fungsi educator
kepala Madrasah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang tepat untuk
28
Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 98
34
mengadakan program akselerasi bagi para peserta didik yang memiliki kecerdasan
di atas normal.29
b. Fungsi Manajer
Berkaitan dengan define tersebut, maka ada tiga hal penting yang perlu
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dikatakn suatu proses, karena
29
Ibid., h. 99
30
Ibid., h. 108
35
esensial;
c. Fungsi Administrator
d. Fungsi Supervisor
karena itu, salah satu tugas kepala Madrasah adalah sebagai supervisor, yaitu
31
Wahjosumidjo, Op Cit., h. 94-95
32
Endang Mulyasa, Op Cit., h. 107
33
Ibid, h. 109
36
Secara etimologi istilah supervise berasal dari kata super dan visi yang
sering dimaknai dengan melihat dan meninjau dari atas atu menilik dan menilai
dari atas, yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan
kinerja bawahan.34
34
Afifudin dan Bambang Syamsul Arifin, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Insan
Mandiri, 2005), h. 13
37
e. Fungsi Leader
berkomunikasi.36
f. Fungsi Inovator
Madrasah harus memiliki strategi yang tepat untk menjalin hubungan yang
dan fleksibel.37
g. Fungsi Motivator
35
Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, h. 114
36
Wahjosumidjo, Op Cit., h. 128
37
Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, h. 118
38
Sebagai motivator, kepala Madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk
terarah pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh
38
Ibid., h. 120
39
Ibid., h. 98
39
Adapun tipe-tipe kepemimpinan pendidikan yang pokok itu ada tiga yaitu
a.Tipe Otoriter/Otokrasi
c.Tipe Demokratis
kepemimpinan tersebut.
a.Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti
sendiri.42
40
M. Ngalim Purwanto, et.al., Administrasi Pendidikan, (Mutiara Sumber Widya, Jakarta,
1991), h. 46
41
Hendyat Soetopo, et.al., Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Bina Aksara,
Jakarta, 1984,) h. 284
42
M. Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan, (Jemmars, Bandung, 1986,), h. 38.
40
dan tidak mampu berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan, guru dan
murid dipaksa bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan ancaman
berjalan” atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ’masa bodo’.43
secara murni di lingkungan lembaga pendidikan. Karena dalam hal ini setiap
c.Tipe Demokratis
43
Ibid.h. 41
41
mufakat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Q.S Ali Imron ayat 159, yang
berbunyi:
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu Telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.”(Q.S Ali Imron: 159).44
yang terlibat terdiri dari banyak orang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk
44
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Toha Putra, Semarang), h. 56
42
kemudian mentarjihkan suatu pendapat dengan pendapat lain yang lebih banyak
yang ada.45
seolah-olah ia demokratis.
1) Tipe Otokrasi
menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan serta sukar untuk
menerima kritikan
45
Ahmad Mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 4, Toha Putra, Semarang, 1993,
195-196
46
M. Moh. Rifai, Op.Cit, 39
43
5) Tipe Demokratis.47
bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang
demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha
dalam kepemimpinan.
mempengaruhi kepemimpinan.
47
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (CV Haji Masagung, Jakarta, 1989), h. 41
44
mempengaruhi kepemimpinan.48
kepemimpinannya.
jabatannya.
kepemimpinannya
Yang termasuk dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan atau ijasah
48
Hendyat Soetopo, et.al., Op. Cit, 16
49
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (RemajaRosda Karya,
Bandung, 1993), h. 59
45
Seorang pemimpin yang ideal tidak akan merasa puas hanya dengan
jabatannya
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang
berbeda dan menuntut cara pencapaian tujuan yang tidak sama. Seorang yang
sedang memimpin anak buah kapal yang sedang tenggelam, tidak akan sama
dengan perilaku dan sikap guru yang sedang memimpin diskusi dalam kelas. Oleh
karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang
berbeda pula.
berbeda-beda. Ada yang selalu dapat bersikap dan bertindak keras dan tegas,
tetapi adapula yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya perbedaan-
mereka memiliki latar belakang pendidikan sama dan diserahi tugas memimpin
mereka, maka akan timbul pula perilaku dan sikap yang berbeda dalam
menjalankan kepemimpinannya.
Perbedaan sifat-sifat individu dan sifat-sifat kelompok sebagai anak buah atau
yaitu:
Agar para anggota kelompok dapat mematuhi dan mentaati perintah serta
menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan sabar serta tidak merasa tertekan, maka
untuk mengetahui dan mempelajari sifat atau tipe kepengikutannya yang ada pada
anggota kelompoknya.
tingkah lakunya. Sikap atau reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang
pemimpin yang kurang atau tidak berwenang. Seorang guru yang baru dibentuk
sebagai pejabat pimpinan Madrasah akan bertindak dan berperilaku lain dengan
seorang Kepala Madrasah yang telah resmi diangkat dengan surat keputusan dari
atasan. Hal ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kekuasaan dan
50
Ibid. h. 60
47
perundangan tersebut.