Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Reumatik akut adalah konsekuensi autoimun dari infeksi
Streptococcus beta-haemolyticus group A pada saluran napas atas. Demam
reumatik akut dapat menyebabkan respon inflamasi umum dan penyakit
yang mengenai jantung, sendi, otak, dan kulit secara selektif. Penyakit
jantung reumatik adalah lanjutan dari demam reumatik akut. Kerusakan
katup jantung, khususnya katup mitral dan aorta setelah reumatik akut
dapat menjadi persisten setelah episode akut telah mereda. Keterlibatan
katup jantung tersebut dikenal dengan penyakit jantung reumatik atau
Rheumatic Heart Disease (RHD). Demam reumatik akut dan penyakit
jantung reumatik adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan di
negara berkembang. Prevalensi penyakit jantung reumatik di Indonesia
masih cukup tinggi, dikalangan anak usia 5-14 tahun adalah 0-8 kasus per
1000 anak usia sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Rheumatic Heart Disease (RHD)?
2. Apa saja rtiologi dari penyakit Rheumatic Heart Disease (RHD)?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit Rheumatic Heart Disease
(RHD)?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Rheumatic Heart Disease
(RHD)?
5. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Rheumatic Heart
Disease (RHD)?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Rheumatic Heart
Disease (RHD)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Rheumatic
Heart Disease (RHD)?
8. Bagaimana WOC dari penyakit Rheumatic Heart Disease (RHD)?

1
C. Tujuan
Memahami tentang konsep penyakit Reumatic Heart Disease ( RHD )
yang terjadi pada anak. Dan konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
Reumatic Heart Disease ( RHD ).

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Rheumatic Heart Disease ( RHD ) adalah suatu kondisi kerusakan
pada katup suatu kondisi kerusakan pada katup jantung berupa
penyempitan / kebocoran, jantung berupa penyempitan / kebocoran,
terutama katup mitral stenosis katup terutama katup mitral (stenosis katup
mitral)(Shaiba,2017).
Rheumatic Heart Disease (RHD) mengacu pada manifestasi
Demam Rheumatic pada jantung dan meliputi pancarditis (myocarditis,
pericarditis, endocarditis ) selama fase akut yang dini serta kemudian
penyakit pada katup yang kronis.
Demam Rheumatic merupakan penyakit peradangan sistemik yang
terjadi akibat infeksi Streptococcus Beta-haemolyticus Group A pada
saluran napas atas. Biasanya menyerang jantung, tulang, persendian,
sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan subkutan, umumnya bersifat
kambuhan (Kowalak,2014).
B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah


reaksi autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam
reumatik. Infeksi Streptococcus Beta-haemolyticus Group A pada
tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam
reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus Beta-haemolyticus Group A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulang.

Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat


beberapa predisposisi antara lain :

3
Faktor-faktor pada individu :

1. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap


demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

2. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan


dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada
perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih
sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

3. Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun


ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam
dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati,
sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua
golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang
sebenarnya.

4. Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya


demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering
mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat
jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi
umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak
usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi
streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.

4
5. Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan


apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

6. Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian


dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein
dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis
pada reumatik fever.

7. Serangan demam rematik sebelumnya.

Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan


Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang
sebelumnya pernah mendapat demam rematik.

Faktor-faktor lingkungan :

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai


predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik
di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik
termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan
yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan
sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit
sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan
kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor
yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak


didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini

5
menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi,
lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi
agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran rendah.

3. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi


saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik
juga meningkat.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang menyertai (Rudolph,2007):
1. Sesak nafas
2. Nyeri sendi yang berpindah-pindah (poliartritis)
3. Bercak kemerahan di kulit (eritema) & Benjolan kecil-kecil (nodul
subcutaneous) dibawah kulit
4. Gerakan tangan yang tak beraturan & Gerakan tangan yang tak
beraturan & tak terkendali (khorea)
5. Nyeri perut
6. Kehilangan berat badan
7. Cepat lelah
8. Demam

Kriteria modifikasi jones untuk diagnosis demam rheumatik


akut(Rudolph ,2007)

1. Manifestasi mayor
- Karditis
- Poliartritis
- Khorea
- Eritama marginatum
- Nodul subkutan

6
2. Manifestasi minor
- Artalgia, demam,
- Reaktan fase akut meningkat :laju sedimentasi eritrosit
meningkat, Protein C-reaktif meningkat, Interval P-R
meningkat.
Jika terdapat bukti bahwa telah terjadi infeksi Streptococcus
group A terlebih dahulu , dua manifestasi mayor atau satu
manifestasi mayor dan dua manifestasi minor mengindikasikan
kemungkinan demam rheumatik akut jika bukan serangan inisial,
mumur tidak merupakan gejala karditis yang dapat dipercaya
kecuali dapat dibuktikan mitral dan aorta telah terkena. Setelah itu ,
khorea murni , karditis awitan – lambat atau terjadi secara
insidious, atau rekurensi demam rheumatik akut seharusnya
meningkatkan kecurigaan demam rheumatik.

D. Patofisiologi
Demam Rheumatic timbul dari reaksi hipersensitifitas terhadap
nfeksi terhadap Streptococcus Beta-haemolyticus Group A. Antigen
Streptococcus grup A berikatan dengan reseptor dalam jantung, otot,
otak, dan persendian sinovial sehingga terjadi respon autoimun.
Karena kesamaan yang terdapat antara antigen Streptococcus dan
antigen sel tubuh sendiri, antibodi dapat menyerang secara keliru sel-
sel yang sehat tersebut.
Karditis dapat menyerang endokardium , miokardium atau
perikardium selama awal fase akut belakangan, katup jantung dapat
mengalami kerusakan sehungga terjadi penyakit katup yang kronis.
Perikarditis menimbulkan efusi serofibrinous. Miokarditis
menyebabkan lesi khas yang dinamakan Aschoff bodies ( timbunan
fibrin ynag dikelilingi oleh jaringan nekrosis ) di dalam jaringan
interstisial jantung dan menimbulkan pembengkakan sel dan
fragmentasi kolagen interstisial. Lesi ini kemudian secara progresif

7
menyebabkan nodul fibrotik dan pembentukan jaringan parut
interstisial.
Endokarditis menyebabkan pembengkakan lipatan katup, erosi di
sepanjang garis penutupan lipatan katup, dan penimbunan darah ,
trombosit, serta fibrin yang terbentuk menyerupai manik-manik. Pada
akhirnya, lipatan katup itu mengalami pembentukan sikatrik,
kehilangan elastisitasnya dan mulai saling melekat satu sama lain.
Endokarditis pada wanita lebih sering menyerang katup mitral,
sementara pada laki-laki katup aorta. Pada laki-laki maupun wanita,
kadang-kadang endokarditis menyerang katup pulmonalis sekalipun
keadaan yang terakhir ini sangat jarang terjadi (Kowalak,2014).

Streptococcus beta-haemolyticus group A masuk ke dalam tubuh

Berikatan dengan reseptor

Kesamaan antigen Streptococus & antigen sel tubuh sendiri

Respon autoimun, menyerang sel-sel yang sehat


Hipertermi
Demam Rheumatik

kulit otak jantung sendi otot


Manifestasi mayor Manifestasi minor
-Karditis -Artalgia, demam,
-Poliartritis RHD -Reaktan fase akut
-Khorea meningkat:laju sedimentasi
-Eritema marginatum eritrosit menigkat, protein
-Nodul subkutan pankarditis C-reaktif meningkat,
interval P-R meningkat.

kerusakan endokardium kerusakan miokardium kerusakan perikardium

pembengkakakn lipatan lesi Aschoff bodies di jaringan efusi serofibrinosis


katup, erosi di sepanjang interstisial jantung dan
garis penutupa lipatan menimbulkan pembengkakan
katup, penimbunan darah, sel fragmentasi kolagen
fibrin, &trombosit interstisial. Secara progresif
menimbulkan nodul fibrotik
dan jaringan parut

E. curah
00029 Penurunan Komplikasi
jantung 00112 Risiko
Nyeri kronis Konflik Peran orang tua keterlambatan
berhub. dg berhubungan dengan tumbang
proses perpisahan dari anak 8
penyakit00113 karena penyakit kronik
(00064)
F. Komplikasi
1. Kerusakan katup mitral dan katup aorta
2. Pancarditis
3. Gagal jantung
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis demam
rheumatik dan Rheumatic Heart Disease (Kowalak,2014) yaitu :
1. Kriteria Jones yang mengungkapkan salah satu dari dua kriteria
mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor plus bukti
riwayat infeksi Streptococcus beta – haemolyticus group A.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan jumlah
leukosit dan laju endap selama fase akut
3. Hemoglobin dan hematokrit dapat memperlihatkan anemia ringan
akibat supresi eritropoisis selama inflamasi
4. Pemeriksaan C-reactive protein (CRP) dapat memberi hasil yang
positif , khususnya selama faseakut
5. Kadar enzim jantung dapat meningkat pada karditis berat.
6. Titer antistreptolisin-O dapat meninggi pada 95% pasien alam dua
bulan sejak awal muncul penyakit.
7. Kultur sekret tenggorok dapat terus memperlihatkan keberadaan
Streotikokus grup A.
8. Elektrokardiografi dapat menunjukkan perubahan yang bukan
merupakan petunjuk diagnostik, tetapi interval PR memanjang
pada 20%
9. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan ukuran jantung yang
normal atau kardiomegali, efusi perikardial atau gagal jantung.
10. Ekokardiografi dapat mendeteksi kerusakan pada katup serta efusi
perikardial dan dapat mengukur besar rongga-rongga jantung di
samping memberikan informasi mengenai ventrikel
11. Katerisasi jantung memberi informasi tentang kerusakan katup dan
fungsi ventrikel kiri.

9
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan
aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala :  Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah
jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda :  Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan
inferior, Friction rub, murmur,  edema, petekie, hemoragi
splinter.
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan
frekuensi/jumlah urine.
Tanda :  Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh
inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring; nyeri
dada/punggung/ sendi.
Tanda :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : Dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum
mungkin/tidak produktif).
Tanda : Takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan
mengi), sputum banyak dan berbercak darah (edema
pulmonal).
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan
sistem imun.

10
Tanda : Demam.

Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
dalam preload/peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.
(00029)
b. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan penyakit kronis (00112)
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh (penyakit) serta perubahan persepsi tubuh (00118)
d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi (00007)
e. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (00113)
f. Konflik Peran orang tua berhubungan dengan perpisahan dari
anak karena penyakit kronik (00064)

2. Rencana Keperawatan
No. DX.Nanda NOC NIC
1. 00029 0400 4040
Penurunan curah Keefektifan pompa Perawatan jantung
jantung jantung Definisi :
berhubungan Definisi : Keterbatasan dari
dengan perubahan Kecukupan volume komplikasi sebagai hasil
dalam darah yang dipompakan dari ketidakseimbangan
preload/peningkata dari ventrikel kiri antara suplai oksigen
n tekanan atrium untukmendukung pada otot jantung dan
dan kongesti vena. tekanan perfusi kebutuhan seorang pasien
Definisi : sistemik. yang memiliki gejala
Asuhan Setelah dilakukan gangguan fungsi jantung.
Ketidakadekuatan tindakan keerawatan Aktivitas-aktivitas :
darah yang selama x 24 jam -Monitor tanda-tanda
dipompa oleh diharapkan pompa

11
jantung untuk jantung lebih efektif, vital secara rutin
memenuhi dengan KH : -Monitor EKG
kebutuhan 01 Tekanan darah sistol, -Secara rutin mengecek
metabolik tubuh ditingkatkan pada skala pasien baik secara fisik
Batasan 3 dan psikologis
karakteristik : 02 Tekanan darah -Lakukan penilaian
Palpitasi jantung, diastol, ditingkatkan komprehensif pada
Perubahan pada skala 3 sirkulasi secara rutin
elektrokardiogram 22 Keseimbangan intake -Bangun hubungan saling
(EKG) dan output dalam 24 mendukung dengan
jam, ditingkatkan pada kaluarga
skala 3 -Instruksikan keluarga
25 Tekanan vena mengenai tujuan
sentral, ditingkatkan perawatan dan bagaimana
pada skala 3 kemajuannya akan diukur

0401 4210
Status sirkulasi Monitor hemodinamik
Definisi ; invasif
Aliran darah yang Definisi :
searah dan tidak Pengukuran dan
terhambat dengan aliran interpretasi dari
yang tepat melalui parameter hemodinamik
pembuluh darah besar invasif untuk menentukan
sirkuit sistemik dan fungsi kardiovaskuler dan
paru. mengatur terapi dengan
Setelah dilakukan tepat
tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas :
selama x 24 diharapkan -Monitor asupan kalori
status sirkulasi lebih setiap hari
baik, dengan KH : -Monitor nilai albumin,

12
03 Tekanan nadi, limfosit, dan nilai
ditingkatkan pada skala elektrolit
3 -Kaji makanan kesukaan
35 PaO2 (Tekanan pasien
parsial oksigen dalam -Monitor denyut jantung
darah arteri), dan ritme
ditingkatkan pada skala -Monitor arteri pulmonar
3 dan gelombang sistem
37 Saturasi oksigen, atrial
ditingkatkan pada skala -Monitor tekanan darah
3 -Jaga sterilitas
hemodinamik invasif
-Jaga sistem tekanan
penutup ke sisi tempat
masuk jaringan dengan
tepat
-Instruksikan keluarga
akan penggunaan
terapeutik dari kateter
monitor hemodinamik

2. 00112 0006 8274


Risiko Energi psikomotor Peningkatan
keterlambatan Definisi : perkembangan anak
pertumbuhan dan Dorongan dan energi Definisi :
perkembangan personal untuk Memfasilitasi atau
berhubungan mempertahankan nutrisi, mengajarkan kepada
dengan penyakit keamanan dan aktivitas orangtua untuk
kronis hidup sehari-hari memfasilitasi ketrapilan
Definisi : Setelah dilakukan motorik kasar dan halus,
Rentan mengalami tindakan keperawatan bahasa, kogitif, sosial,

13
keterlambatan 25% selama x 24 jam emosional yang optimal
atau lebih pada satu diharapkan energi untuk anak prasekolah
atau lebih area psikomotor membaik, dan anak usia sekolah.
sosial atau perilaku dengan KH : Aktivitas-aktivitas :
regulasi diri, atau 01 Menunjukkan efek -Bangun hubungan saling
ketrampilan yang sesuai dengan percaya dengan anak
kognitif, bahasa, situasi, ditingkatkan -Bangun hubungan saling
motorik kasar dan pada skala 3 percaya dengan orangtua
halus, yang dapat 04 Menunjukkan nafsu -Identifikasi kebutuhan
menganggu makan yang normal, unik setiap anak dan
kesehatan. ditingkatkan pada skala tingkat kemampuan
3 adaptasi yang diperlukan
08 Menunjukkan tingkat -Lakukan interaksi
energi yang stabil, personal dengan anak
ditingkatkan pada skala -Dukung kerjasama
3 bukan kompetisi diantara
09 Menunjukkan anak
kemampuan untuk -Berikan perhatian tidak
menyelesaikan tugas langsung, bila diperlukan
sehari-hari, ditingkatkan -Berikan kesempatan dan
pada skala 3 mendukung aktivitas
motorik
-Ajarkan orangtua
mengenai tingkat
perkembangan normal
dari anak dan perilaku
yang berhubungan
-Rujuk orangtua pada
grup pendukung bila
diperlukan

14
3.  Implementasi
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap
diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien
dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

4. Evaluasi
a. Interview dengan keluarga pasien tentang pengetahuan dalam
menghindari faktor pencetus terjadinya jantung reumatik
b. Observasi gejala dan serangan kelemahan kontrktilitas jantung.
c. Observasi klien dan bicarakan dengan keluarga tentang macam-
macam permasalahan yang dihadapi dan komplikasi lain
d. Interview dengan klien tentang kegiatan sehari-dari
e. Tentukan persetujuan dimana keluarga dan klien mengerti
kondisi klien dan perpanjangan terapi yang dilaksanakan.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease ( RHD ) adalah suatu kondisi kerusakan
pada katup suatu kondisi kerusakan pada katup jantung berupa
penyempitan / kebocoran, jantung berupa penyempitan / kebocoran,
terutama katup mitral. Rheumatic Heart Disease(RHD) mengacu pada
manifestasi Demam Rheumatic pada jantung dan meliputi pancarditis
(myocarditis, pericarditis, endocarditis ) selama fase akut yang dini serta
kemudian penyakit pada katup yang kronis.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap pembaca dapat
mengetahui konsep penyakit RHD dan asuhan keperawatan pada anak
yang harus diterapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions


Classification (NIC). Edisi ke-6. Diterjemahkan oleh Intansari Nurjannah
& Roxsana Devitumanggor. Elsevier Singapore
Hardman, T. Heather & Kamitsuru Shigemi. 2015. Nanda
International Inc. Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2015-
2017. Edisi ke-10. Diterjemahkan oleh Budi Anna Kelliat, dkk. Elsevier
Singapore
Kowalak, Jennifer P,dkk. 2014. Buku Ajar Patofisiologi.
Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta : EGC
Moorhead, sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh Intansari Nurjannah & Roxsana
Devitumanggor. Elsevier Singapore
Roro,Rukmi & Alyssa Fidruds Shaiba.2017. Penyakit Jantung
Rheumatik pada Anak Laki-laki Usia 8 tahun. Jurnal Mdula Unila Volume
7 No. 2. Lampung
Rudolph, Abraham M, dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph,
Rd. 20 Volume 3. Diterjemahkan oleh Samik wahab, dkk. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai